Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KEMAMPUAN MULTIPEL REPRESENTASI KIMIA SISWA KELAS XI

PADA MATERI ASAM BASA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi

Oleh :

Radesi Sauli Nurjanah

1830208042

Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH

PALEMBANG 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi setiap individu. Pendidikan


di sekolah berhubungan dengan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
melibatkan dua komponen penting yaitu pendidik dan peserta didik. Dalam al-Qur’an
ditemukan beberapa kata yang menjelaskan kepada pengertian pendidik, salah satunya
yaitu mudarris adalah pendidik yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
dialogis dan dinamis, mampu membelajarkan peserta didik dengan belajar mandiri, atau
memperlancar pengamalan belajar dan menghasilkan warga belajar. Sedangkan peserta
didik diartikan sebagai orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan baik secara
fisik dan psikis yang perlu bimbingan dari pendidik. Dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik, guru perlu dilandasi langkah-langkah dengan sumber ajaran agama,
sesuai firman Allah SWT dalam surah an-Nisa’ : 58 yang Artinya: “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat.”
Begitu juga dengan tanggug jawab pendidik atau guru yang di beri amanat untuk
mendidik peserta didik. Pendidik atau guru memiliki peran yang sangat penting dalam
proses pembelajaran sehingga guru harus mempunyai perencanaan pembelajaran, guru
juga perlu menguasai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang tepat dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Suatu proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi siswa dengan siswa, guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari tentang gejala-gejala
alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, serta energi yang menyertai perubahan
materi. Materi yang diajarkan dalam ilmu kimia sebagian bersifat kasat mata (visible),
dan sebagian lagi bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible). Konsep yang abstrak
ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan memahami materi kimia. Menurut Marks
yang dikutip dalam Nurma Achmalia menjelaskan bahwa dalam ilmu kimia banyak
terdapat konsep-konsep yang abstrak sehingga sulit dipahami oleh siswa. Selain itu,
kesulitan mempelajari kimia juga disebabkan oleh kompleksnya perhitungan yang
terlibat, bahasa yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan cenderung
berupa hafalan. Fakta atau fenomena dalam kimia disajikan dan dijelaskan oleh para ahli
kimia dengan menggunakan level-level representasi yang meliputi diantaranya yaitu
representasi makroskopik, mikroskopik, dan simbolik.
Representasi makroskopik merupakan level konkret (kasat mata), dimana pada
level ini peserta didik dapat mengamati fenomena yang terjadi, baik terhadap percobaan
yang dilakukan atau fenomena yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Fenomena yang
diamati dapat berupa terjadinya perubahan warna, pembentukan gas dan terbentuknya
endapan dalam reaksi kimia serta perubahan suhu. Representasi mikroskopik merupakan
representasi kimia yang menjelaskan tentang struktur dan proses pada level partikel
(atom atau molekular) terhadap fenomena atau fakta makroskopik yang diamati. Istilah
mikroskopik digunakan karena merujuk pada level ukurannya yang direpresentasikan
berukuran lebih kecil dari level makroskopik. Level representasi mikroskopik yang
didasari teori partikular materi dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
makroskopik dalam bentuk gerakan partikel-partikel, seperti gerakan elektron-elektron,
molekul-molekul dan atom-atom. Sedangkan representasi simbolik digunakan untuk
menjelaskan fenomena atau fakta makroskopik dengan menggunakan persamaan kimia,
persamaan matematika, grafik dan mekanisme reaksi.
Representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik, ketiganya saling
melengkapi dalam menjelaskan fenomena kimia. Penjelasan terhadap fenomena kimia
tidak akan bisa dipahami dengan baik jika hanya menggunakan satu atau dua level
representasi saja. Fenomena makroskopik yang diamati tidak cukup jika hanya dijelaskan
dengan representasi simbolik saja. Representasi simbolik merupakan mediator antara
representasi makroskopik dan submikroskopik (Taber, 2009). Oleh karena itu,
representasi submikroskopik dan simbolik keduanya dibutuhkan untuk menjelaskan
fenomena makroskopik, sehingga penjelasan terhadap konsep kimia menjadi lebih
lengkap dan bermakna. Pentingnya menggunakan tiga level representasi dalam
pembelajaran kimia adalah untuk membantu peserta didik belajar kimia dengan lebih
bermakna dan mengingat konsep-konsep kimia dengan lebih mudah (Tuysuz, et al, 2011).
Hal ini telah dibuktikan oleh peneliti terdahulu tentang pembelajaran yang
menggunakan multipel representasi. Beberapa diantaranya yaitu Devantak yang
menyatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa yang berkaitan dengan menggambarkan
representasi secara mikroskopik dalam larutan ionik memperoleh nilai yang rendah.
Peneliti Treagust dan Moecorino yang dikutip dari Putu Indriyani menyatakan bahwa
sebagian besar siswa mampu menghubungkan representasi simbolik terhadap
representasi makroskopik, tetapi ketika siswa ditanya arti mikroskopik hanya sebagian
siswa yang memiliki penggambaran pada tingkat molekuler. Mujakir menyatakan bahwa
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan multipel representasi
termasuk dalam kategori rendah dengan skor perolehan persentase hanya 25%. Hal
serupa juga ditemukan oleh Farida yang dikutip dari Mujakir bahwa peserta didik
mengalami kesulitan untuk menjelaskan fenomena kimia yang berkaitan dengan level
representasi mikroskopik. Kesulitan tersebut diduga akibat pembelajaran yang cenderung
membatasi dan memisahkan tiga level representasi sehingga berdampak pada
kemampuan representasi siswa dan hasil belajar .
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Kemampuan Multipel Representasi Kimia Siswa Kelas XI Pada
Materi Asam Basa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kemampuan multiple representasi siswa yang meliputi tiga level pada
materi asam basa?
2. Berapakan jumlah persentasi kemampuan multiple representasi siswa yang meliputi
tiga level pada materi asam basa?
C. Batasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan
batasan masalah. Berdasarkan latar belakang, maka pembatasan masalah dititik beratkan
pada :
1. Siswa yang digunakan sebagai sampel adalah siswa kelas XI
2. Penelitian ini untuk menganalisis kemampuan multiple representasi siswa kelas XI
SMA yang telah mempelajari materi pokok asam basa.
3. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan soal tes
berbentuk tes pilihan berganda dan wawancara.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat pemahaman dan kemampuan
multiple representasi siswa kelas XI pada materi asam basa
2. Untuk mengetahui berapa besar persentase kemampuan multiple representasi siswa
pada materi asam basa dengan menggunakan instrument soal dan wawancara.
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ingin menganalisis kemampuan multipel representasi siswa
pada materi asam basa. Adapun manfaat dari penelitian ini sendiri yaitu :
1. Manfaat secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu landasan melaksanakan proses
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
b. Sebagai dasar bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi guru, dapat dijadikan referensi atau masukkan untuk guru mata pelajaran
Kimia agar dapat meningkatkan minat belajar siswa di dalam kelas saat pembelajaran
berlangsung.
b. Bagi Sekolah, diharapkan bisa membantu sekolah khususnya di SMA Negeri 1
OKU sebagai bahan gambaran mengenai kemampuan multiple representasi siswa
pada materi asam basa.
c. Bagi peserta didik, dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan belajar yang
baru untuk mencapai hasil belajar yang maksimal
d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
kegiatan mengajar, serta hasil penelitian ini bermanfaat untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd).
e. Bagi Peneliti lain
Diharapkan menjadi bahan acuan lebih lanjut, sehingga dapat memberikan
sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan kimia.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penelitan yang akan dilakukan maka hipotesis dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh yang signifikan pada kemampuan multiple representasi kimia siswa
pada materi asam basa dan titrasi asam basa.
Ho : tidak ada pengaruh yang signifikan pada kemampuan multiple representasi kimia
siswa pada materi asam basa dan titrasi asam basa.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Kemampuan

Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir.
Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi.
Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Dalam hal ini banyak
para ahli mengartikan kemampuan secara bervariasi akan tetapi pada dasarnya
masih memiliki konteks yang sama.

Salah satunya Menurut Soelaiman (2007) Kemampuan adalah “sifat yang


dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat
menyelesaikan pekerjakaan, baik secara mental ataupun fisik. Karyawan dalam
suatu organisasi, meskipun dimotivasi dengan baik, tetapi tidak semua memiliki
kemampuan untuk bekerja dengan baik. Kemampuan dan keterampilan
memainkan peran utama dalam perilaku dan kinerja individu. Keterampilan
adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan
dipergunakan oleh sesorang pada waktu yang tepat”.

Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Robbin yang mengartikan


bahwa kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh tap-tiap
individu untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa kemampuan merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa yang
dilakukan oleh orang tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan


kecakapan setiap individu untuk menyelesaiakn pekerjaannya atau menguasa hal-
hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan, dan kemampuan juga dapat
dilihat dari tindakan tiap-tiap individu.

2. Multipel Refresentasi
1. Pengertian Multipel Refresentasi
Multipel representasi berasal dari dua kata yaitu multi dan
representasi. Multi artinya berbagai atau bermacam-macam, representasi
adalah cara untuk menggambarkan suatu proses. Jadi, pendekatan multiple
representasi merupakan suatu cara menjelaskan konsep mengunakan berbagai
bentuk (verbal, gambar, grafik dan matematik). Pendekatan multi representasi
berupa salah satu pendekatan yang dalam penyampaian materi
menggabungkan teks, gambar, simbol, grafik yang dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik sehingga peserta didik secara aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran dengan multipel representasi diharapkan mampu
untuk menjembatani proses pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia.

Menurut (Irwandani, 2014), “Multi Representasi adalah model yang


mempresentasi ulang konsep yang sama dalam beberapa format yang berbeda-
beda. Beberapa bentuk representasi dalam fisika bisa berupa kata, gambar,
diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan matematika dan sebagainya”.
Ketika kita ingin merepresentasi ulang konsep yang kita ajarkan, maka dapat
menggunakan beberapa bentuk representasi seperti yang telah disebutkan oleh
Irwandani.

Representasi maksroskopik, submikroskopik, dan simbolik harus


terintegrasi secara proposional dalam suatu pembelajaran untuk dapat
memahami konsep kimia secara utuh. Chandraseragan, et al, (2007) pada
penelitiannya menemukan bahwa salah satu penyebab kesulitan peserta didik
dalam mengembangkan pemahaman kimia dikarenakan guru belum mampu
mengintegrasikan ketiga level multi representasi (makroskopik, mikroskopik,
dan simbolik) dalam pengajarannya, melainkan menyampaikan salah satu
representasi tanpa menyoroti hubungan dalam ketiga level representasi
tersebut.

Terkait dengan multi representasi, Larsy (2007) menyatakan bahwa


menggunakan multi representasi untuk mendukung proses pengamatan dengan
kompetensi yang berbeda. Yazid (2012) menyatakan bahwa, representasi
bertujuan untuk mempermudah peserta didik dalam menyelesaikan masalah
matematika yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit pada peserta didik.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, dapat


disimpulkan bahwa multipel representasi merupakan suatu cara yang dapat
dipergunakan untuk menyampaikan suatu konsep atau materi melalui cara
yang berbeda-beda. Tidak ada satu cara representasi yang benar-benar optimal
digunakan pada semua peserta didik, karena mereka memiliki latar belakang
kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, menyediakan berbagai pilihan
representasi sangat penting untuk mempermudah mereka memahami suatu
konsep atau materi yang diajarkan

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Multipel Representasi


Sesuai dengan fase-fase yang sudah ada di atas model multipel
representasi memiliki kelebihan. Berikut adalah kelebihan dari model
multipel representasi:
1) Mempu meningkatkan kualitas tahapan pembelajaran yang ditunjukkan
dengan munculnya berbagai aktivitas pembelajaran.
2) Merupakan model pembelajaran yang menyenangkan.
3) Model pembelajaran mampu membantu pemahaman peserta didik upaya
memahami materi pelajaran.
4) Model pembelajaran memiliki ciri kolaboratif, kooperatif, dan imajinatif.
5) Model dapat dinilai sebagai model terpadu yang menggabungkan media
TIK dengan fenomena dan menggabungkan media tersebut dengan berbagai
aktivitas peserta didik, aktivitas guru, interaksi antara peserta didik, dan
interaksi yang terjalin antara guru dengan peserta didik.
6) Model pembelajaran mampu mewujudkan lingkungan belajar yang kaya
akan aktivitas pembelajaran baik secara individual maupun dengan cara
kolaboratif.
7) Model pembelajaran mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada
peserta didik untuk mengasah kemampuan imajinasinya dalam memahami
fenomena yang bersifat abstrak.
Model ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain :
1) Model pembelajaran hanya mampu meningkatkan mental peserta didik
dengan berkategori sedang karena menumbuhkan model mental target
(kategori sangat baik) memerlukan waktu yang cukup lama dan perlu latihan
terus-menerus.
2) Pelaksanaan pembelajarannya memerlukan fasilitas yang memadai (seperti
listrik, jaringan internet dan komputer).
3) Pelaksanaan pembelajaran ini mengharuskan penggunanya memiliki
kemampuan IT yang cukup baik.
4) Membutuhkan jangka waktu yang lama dalam menyiapkan perangkat
pembelajaran, jika tidak akan menyita banyak waktu.
5) Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan fasilitas jaringan internet yang
memadai.
3. Materi Pembelajaran Asam Basa
1. Pengertian Asam dan Basa
Sebelum para ilmuwan menemukan komposisi senyawa kimia, para
ilmuwan telah berhasil melakukan pengelompokan senyawa asam dan basa
berdasarkan sifat yang dimiliki senyawa tersebut. Asam adalah senyawa yang
memiliki rasa asam dan menyebabkan perubahan warna pada beberapa
pewarna sedangkan basa memiliki rasa pahit dan licin (seperti sabun). Kata
basa berasal dari kata “base” atau “debase” merupakan bahasa inggris dengan
arti “ menurunkan sesuatu”, ini sesuai dengan sifat dari basa yang ketika
dicampurkan dengan komposisi yang pas akan menyebabkan sifat asam dan
basa tersebut menjadi hilang. Beberapa sifat dari senyawa asam antara lain:
a. Memiliki rasa asam
b. Bereaksi dengan logam (seperti Zn dan Fe) dan menghasilkan gas hidrogen
c. Menyebabkan perubahan warna pada beberapa pewarna organik
d. Bereaksi dengan batu gamping (CaCO₃) dan menghasilkan CO₂
e. Bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air
Sedangkan sifat basa antara lain :
a. Memilik rasa pahit
b. Memiliki sifat seperti sabun yang terasa licin ketika dipegang
c. Dapat melarutkan minyak dan lemak
d. Dapat menyebabkan perubahan warna pada beberapa pewarna organik
e. Bereaksi dengan asam menghasilkan garam dan air.
2. Teori Asam Basa Menurut Para Ahli
a. Teori Asam Basa Arrhenius
“Asam adalah senyawa yang melepaskan H⁺ dalam air dan basa adalah
yang melepaskan OHˉ.”
Secara kimia dapat dinyatakan :
Asam : HA + aq → H⁺(aq) + Aˉ(aq)
Basa : BOH + aq → B⁺(aq) + OHˉ(aq)
Setelah diteliti ternyata H⁺ (proton) tidak mungkin berdiri bebas dalam air,
tetapi berikatan koordinasi dengan oksigen air, membentuk ion hydronium
(H₃O⁺ )
H⁺ + H₂O → H₃O⁺
Ion H₃O + dan OH terdapat dalam air murni melalui reaksi
H₂O + H₂O H₃O⁺ + OHˉ
Dengan demikian, definisi asam basa Arrhenius dalam versi modern adalah
sebagai berikut :
“Asam adalah zat yang menambahkan konsentrasi ion hydronium (H₃Oˉ)
dalam larutan air, dan basa adalah zat yang menambah konsentrasi ion
hidroksida (OHˉ).”
b. Teori Asam Basa Bronsted- Lowry
“Asam adalah senyawa atau partikel yang dapat memberikan proton
(H⁺ ) kepada senyawa atau parikel lain. Basa adalah senyawa atau partikel
yang dapat menerima proton (H⁺) dari asam.”
Teori ini dapat dijelaskan oleh reaksi HCl dengan NH₃ HCl(g) +
NH₃(g) → NH₄Cl(s).
c. Teori Asam Basa Lewis
Walaupun teori Bronsted-Lowry lebih umum dari teori Arrhenius, ada
reaksi yang mirip asam basa tetapi tidak dapat dijelaskan dengan teori ini,
contohnya antara NH₃ dengan BF₃ menjadi H₃N-BF₃. Disini terjadi ikatan
koordinasi antara atom N dengan B yang pasangan elektronnya berasal dari
N. Berdasarkann pembentukan ikatan koordinasi, Gilbert N. Lewis
menyatakan teori yang disebut asam basa Lewis. Contohnya antara NH₃
dengan BF₃ menjadi H₃N-BF₃.
“Asam adalah suatu partikel yang dapat menerima pasangan elektron
dari partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Basa adalah
suatu partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi.”
3. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa ini merupakan asam – asam atau basa-basa organik
lemah dimana bentuk molekulnya yang tak terionisasi mempunyai warna yang
berlainan dari warna ionnya. Perubahan dari warna asam ke warna basa tidak
berlangsung sekonyong-konyong tetapi terjadi dalam suatu interval pH yang
kecil (biasanya 2 satuan pH) yang disebut trayek perubahan warna indikator
atau interval perubahan warna. Setiap indikator mempunyai trayek atau interval
perubahan warna tertentu. Untuk titrasi asam basa harus dipilih indikator yang
sesuai mempunyai perubahan warna pada pH titik ekuivalen. Misalnya
bromotimol biru (bb), dalam larutan asam bromtimol biru berwarna kuning
tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam
dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb) sedangkan warna yang
ditunjukan pada basa disebut warna basa. Setiap indikator asam basa memiliki
trayeknya sendiri, demikian pula warna asam dan warna basa, Diantaranya
indikator ada yang mempunyai satu macam warna, misalnya fenolftalein, yang
berwarna merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila keadaan asam,
oleh karena itu fenolftalein disebut indikator satu warna. Berbagai macam
indikator dapat digunakan sebagai penunjuk asam,basa,dan garam. Macam-
macam indikator asam basa adalah sebagai berikut :
b. Kertas Lakmus
Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu merah dan biru. Kertas lakmus biru
biasanya digunakan untuk menunjukkan asam, yaitu jika dicelupkan dalam
larutan dan ternyata berubah menjadi warna merah, berarti larutan tersebut
bersifat asam. Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan kedalam
suatu larutan dan warna kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut
bersifat basa. Jika kertas lakmus merah atu biru dicelupkan dalam larutan dan
ternyata kedua kertas tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan
tersebut bersifat netral.
c. Larutan indikator
Beberapa contoh larutan indikator adalah fenolftalein (pp) yang
memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan idak berwana pada
lingkungan asam, dan metil orange (mo) yang memberikan warna merah
dalam lingkungan asam dan kuning pada lingkungan basa. Perubahan warna
pada larutan indikator ini terjadi pada rentang pH tertentu. Sebagai contoh
indikator pneloftalein memiliki trayeng pH : 8,0 – 9,6.
d. Indikator Universal
Indikator ini dapat berupa larutan, tetapi ada juga yang berupa larutan,
yang dapat menunjukan harga pH suatu larutan yang lebar. Jika kertas
indikator ini dicelupkan dalam larutan akan memberikan warna tertentu yang
kemudian dibandingkan dengan warna yang tertera dalam wadahnya untuk
mengetahui pH larutan yang sebenarnya.
e. Indikator alami
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yag berwarna,
misalnya kelopak bungasepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, kayu
socang dan kunyit. Sebenarnya hamper semua tumbuhan berwarna dapat
dipaka sebagai indikator tetapi terkadang perubahan warnany tidak jelas.
Oleh karena itu hanya beberapa saja yang sering dipakai, misalnya daun
kubis ungu yang memberikan warna merah dan hijau.

Tabel 2.1 Contoh Indikator Asam Basa

Indikator Warna Asam Warna Basa Rentang PH pKa


Cresol merah Merah Kuning 0,2-1,8 -
Timol biru Merah Kuning 1,2-2,8 1,7
Bromophenol Kuning Biru 3,0-4,6 4,1
biru
Methyl orange Merah Orange 3,1-4,4 3,7
Congo Merah Biru Merah 3,0-5,0 -
Bromocrosol Kuning Biru 3,8-5,4 4,7
hijau
Methyl merah Merah Kuning 4,2-6,3 5,0
Bromocresol Kuning Ungu 5,2-6,8 6,1
ungu
Lakmus Merah Bitu 5,0-8,0 -
Bromothymol Kuning Biru 6,0-7,6 7,1
biru
Phenol merah Kuning Merah 6,8-8,4 7,8
Thymol biru Kuning Biru 8,0-9,6 8,9
Phenolphthalei Tak berwarna Merah 8,3-10,0 9,6
n
Allzarin kuning Kuning Oren/merah 10,1-12,0 -
B. Kerangka Berpikir

Observasi Pendahuluan

Analisis Materi Hidrolisis Garam


Pembuatan
Penyusunan Instrumen Tes Kisi-kisi
Soal

1
Validasi Expert Judgement Revisi

Uji Coba Instrumen

Menghitung Realibilitas dan Daya


Pembeda

Instrumen Penelitian yang Valid

2 Penelitian

Pemberian Tes Soal untuk mengukur Submikroskopik


kemampuan multiple representasi siswa

Klasifikasi Jawaban Makroskopik

3 Analisis Data
Simbolik

Kesimpulan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester ganjil. Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Ogan Komering Ulu Baturaja Timur pada kelas XI SMA
tahun pelajaran 2021/2022.
B. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
desain kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif
merupakan metode penelitian yang bisa digunakan sebagai eksplorasi dalam
memahami makna yang berasal dari masalah-masalah sosial ataupun kemanusiaan.
Kriyantono menyatakan bahwa, “Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.”
Penelitian kualitatif menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti.
Semakin dalam dan detail data yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari
penelitian kualitatif ini.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif.
Menurut  (Setyosari, 2010), ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan,
peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-
variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI di SMA
Negeri 01 Ogan Komering Ulu Baturaja.
2. Sampel
Sampel merupakan suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang
dimiliki oleh sebuah Populasi. Apabila Populasi tersebut besar, sehingga para
peneliti tentunya tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang ada
pada populasi tersebut, beberapa kendala yang akan di hadapi di antaranya seperti
dana yang terbatas, tenaga dan waktu maka dalam hal ini perlunya menggunakan
sampel yang di ambil dari populasi itu. Selanjutnya, apa yang dipelajari dari
sampel tersebut maka akan mendapatkan kesimpulan yang nantinya di berlakukan
untuk Populasi (Sugiyono, 2008).

Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling.


Dikatakan purposive karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
dengan cara melihat bukti-bukti yang ada. Adapun yang akan menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan IPA 2 di SMA Negeri 01
Ogan Komering Ulu Baturaja.

D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat
1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran
Multipel Reprentasi
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu analisis kemampuan multiple
representasi siswa pada materi asam basa.
E. Prosedur Penelitian
Berdasarkan rancangan penelitian diatas, penelitian ini terdiri dari tiga tahap,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan penelitiana, diantaranya :
a. Studi Pustaka
b. Menyusun Proposal Penelitian
c. Menyusun Instrumen Penelitian, diantaranya yaitu :
1). Analisis materi asam basa
2). Penyusunan kisi-kisi dan soal multiple representasi pada materi asam basa
3). Instrumen penelitian yang valid (validasi isi, validasi butir soal, reliabilitas
dan daya pembeda)
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan dilakukan tes soal materi asam basa untuk
mengetahui kemampuan multiple representasi siswa kelas XI SMA Negeri 1
OKU dan dilakukan juga wawancara.
3. Tahap Analisis Data
a. Dilakukan pengolahan dan analisis data dari hasil penelitian tes soal
kemampuan multiple representasi siswa pada materi asam basa
b. Menarik kesimpulan
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
soal multiple representasi (pilihan ganda) dan wawancara. Instrumen soal diberikan
kepada siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
sebanyak 25 orang. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan multiple
representasi makroskopik, mikroskopik dan simbolik siswa. Tes ini dilakukan
ketika pokok bahasan materi asam basa sudah selesai diajarkan oleh guru kepada
siswanya.
Pada pembuatan soal tes multiple representasi ini, peneliti terlebih dahulu
melakukan pemilihan materi yang akan digunakan pada pelaksanaan tes soal
multiple representasi pada siswa. Materi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah materi asam basa, selanjutnya peneliti mengidentifikasi materi asam basa
secara multirepresentasi dan dilanjutkan dengan membuat indikator soal yang
sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar.
1) Validitas
Menurut Tim Edisi Revisi (2003: 74), validasi isi diartikan sebagai derajat
keterwakilan aspek kemampuan yang hendak diukur di dalam butir-butir
instrumen. Dalam penelitian ini validasi yang dilakukan adalah validasi isi dan
validasi butir soal.
a. Validasi isi
Menurut Hendryadi (2017: 171) Validitas isi merupakan validitas
yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes
melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau lebih expert
judgement (penilaian ahli). Validasi isi bertujuan untuk melihat apakah
materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi
disini peneliti membuat kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum selanjutnya
kisi-kisi soal yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dosen ahli
(expert judgement) untuk memvalidasi dan menilai isi dari soal tersebut.
Penilaian aitem dilakukan dengan cara memberikan angka 1 (Tidak Relevan)
sampai dengan angka 4 (Relevan) pada lembar validasi. Hasil uji validasi isi
menggunakan formula Aiken’V yaitu: (Hendryadi, 2017: 173)

V ¿
∑s
n(c−1)
S = r – lo
lo = angka penilaian terendah (l)
c = angka penilaian tertinggi (4)
R = Angka yang diberikan oleh penilai
Untuk menginterprestasi nilai validasi isi yang diperoleh dari
perhitungan diatas, maka digunakan pengklasifikasikan validitas seperti yang
ditunjukkan pada tabel kriteria validitas dibawah ini:
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Ahli
Hasil Validitas Kriteria Validitas
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

b. Validasi Butir Soal


Validasi butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh sebutir soal. Menurut Arikunto (2012: 257-258), validitas butir
soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi pont biserial yaitu
sebagai berikut:
Mp−Mt p
rpbi¿
SDt √ q
Keterangan:
rpbi = Angka indeks korelasi poin biserial
Mp = Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh peserta tes
(testee) yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes
secara keseluruhan
Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes
(testee)
SDt = Deviasi standar total (deviasi standar dari skor total)
p = Proporsi peserta tes (testee) yang menjawab betul terhadap butir
soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan
q = proporsi peserta tes (testee) yang menjawab salah
Teknik korelasi pont biserial cocok digunakan apabila tes hasil belajar
berbentuk objektif. Apabila angka indeks korelasi (rpbi) lebih besar dari r
tabel maka butir soal valid, dan sebaliknya. Taraf signifikan yang digunakan
dalam uji validitas pada penelitian ini yaitu 5% dengan 10 soal yang di
ujicobakan.
2) Reliabilitas
Reliabel lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek dari
suatu alat ukur, yaitu: (1) kemantapan, (2) ketepatan dan (3) homogenitas. Suatu
instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulangkali,
dengan syarat bahwa kondisi saat pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut
memberikan hasil yang sama. Ketepatan, menunjuk pada instrumen yang
tepat/benar dalam mengukur dari suatu yang diukur. Instrumen yang tepat adalah
instrumen dimana pernyataanya jelas, mudah dimengerti dan rinci. Pernyataan
yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama dari reponden yang lain, dan
dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Homogenitas, menunjuk pada
instrumen yang mempunyai kaitan erat satu sama lain dalam unsur-unsur
dasarnya (Margono, 2014: 181-182).
Pada penelitian ini uji realibilitas yang digunakan yaitu Koefisien Alpha
(Arikunto, 2006):
2
n ∑ σi
r11 = (
n−1 (
) 1− 2
σt )
Keterangan:
r11 = Realibilitas yang dicari
n = Jumlah butir soal
∑ σ 2i = Jumlah varian butir soal
σ 2t = Varian skor soal
Tingkat realibilitas dari uji coba didasarkan pada klasifikasi Guilford
(Anggry, 2013: 41) sebagai berikut:
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Besarnya Tingkat Reliabilitas
0,00 ≤ α ≤ 0,20 Kecil
0,20 ≤ α ≤ 0,40 Rendah
0,40 ≤ α ≤ 0,60 Sedang
0,60 ≤ α ≤ 0,80 Tinggi
0,80 ≤ α ≤ 1,00 Sangat Tinggi

3) Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2012: 226), daya pembeda adalah kemampuan butir soal
untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan
siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Angka yang menunjukkan besarnya
daya beda disebut indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai
1,00. Daya beda terdapat negatif (-) yang berarti jika suatu soal “terbalik”, yaitu
anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh dosebut pandai. Berikut rumus daya
beda (Arikunto, 2012: 226):
BA BB
D= -
JA JB
Keterangan:
D = Daya beda
BA = Jumlah siswa kelompok atas yang benar
BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang benar
JA = Jumlah siswa kelompok atas
JB = Jumlah siswa kelompok bawah
Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal
(Arikunto, 2012: 232)
Rentang Daya Pembeda Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali

4) Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di
mana seorang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang
disusun dengan ketat (Lexy. J. Moleong, 2000).
Dalam melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus
mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja
sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang
sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur
(tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan
disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam
wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari
pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga digunakan sebagai patokan
umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika
kegiatan wawancara berlangsung (Suharsimi Arikunto, 2002).
Metode wawancara peneliti gunakan untuk menggali data terkait
pelaksanaan pembelajaran kimia di UPT SMA Negeri 4 Musi Banyuasin.
Adapun informannya antara lain:
a. Staf pengajar kimia, untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan
multiple representasi siswa pada materi kimia.
b. Staff Tata Usaha, untuk mendapatkan informasi tentang profil UPT SMA
Negeri 4 Musi Banyuasin.
c. Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data dalam penulisan
skripsi ini.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan langkah yang terpenting untuk memperoleh
temuan-temuan hasil penelitian. Analisis data yaitu proses pengumpulan data agar
dapat ditafsirkan. Analisis data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah
pengumpulan data. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode analisis kualitatif yaitu metode yang bertujuan untuk
memberikan gambaran menyeluruh mengenai subjek yang diteliti dan tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Adi, 2004: 117). Menurut Miles dan
Huberman (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 209) ada tiga kegiatan yang
dilakukan dalam melakukan analisis data diantaranya sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Tahap ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstaksian
dan pentransformasikan data kasar yang diambil dari lapangan. Inti dari reduksi
data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data menjadi
bentuk tulisan yang akan dianalisis.
2. Penyajian Data
Setelah data-data tersebut terkumpul kemudian peneliti mengelompokkan
hal-hal yang serupa menjadi kategori atau kelompok-kelompok agar peneliti
lebih mudah untuk melakukan pengambilan kesimpulan.
3. Menarik Kesimpulan
Pada tahap ini, peneliti membandingkan data-data yang sudah didapat dengan
tujuan untuk menarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai