PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan alam yang
konteksnya mikroskopis. Tidak semua hal yang diajarkan dalam ilmu kimia dapat
diamati secara kasat mata. Kajian ilmu dalam kimia meliputi fakta, konsep,
prinsip, hukum, simbol, dan perhitungan kompleks yang membuat sebagian besar
materi yang diajarkan bersifat abstrak. Menurut Gabel dan Johnston dalam Wu
(2001 : 821), kimia merupakan bidang kajian yang kompleks karena terdapat tiga
pada saat pembelajaran kimia berlangsung. Akan tetapi, fakta yang ada di
lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu untuk
ditemui siswa yang tidak menyukai bahkan membenci kimia. Bahkan tak jarang
berlangsung. Mereka berpendapat bahwa kimia itu susah dan mereka tidak dapat
membayangkan hal-hal abstrak, seperti atom, senyawa, unsur, dan lainnya yang
sering ditemui dalam ilmu kimia. Menurut Sunyono, dkk (2009 : 316), kesulitan
siswa SMA mempelajari materi yang ada dalam kimia disebabkan oleh sebagian
besar materi tersebut bersifat abstrak dan sulit untuk dieksperimenkan, dan hanya
1
Salah satu materi yang dianggap susah dan ditakuti oleh banyak siswa adalah
berasumsi bahwa materi stoikiometri berisi banyak sekali perhitungan, dan juga
Istilah dan lambing tersebut juga memiliki kemiripan dalam penulisan. Selain itu,
materi stoikiometri cakupannya juga sangatlah luas, sehingga antara satu rumus
dengan rumus yang lain saling berkaitan. Fakta inilah yang semakin memperkuat
anggapan “Stoikiometri itu susah”. Peneliti sendiri pun melihat dan mengalami
ceramah guru dan latihan soal dengan sedikit melibatkan siswa juga menambah
faktor yang membuat stoikiometri menjadi “momok” dan semakin tidak diminati.
Guru menggunakan model pembelajaran yang seluruhnya berpusat pada guru dan
menulis di papan tulis. Selain itu, bahan ajar yang digunakan juga terlalu monoton,
tidak menarik, hanya berupa modul atau buku bacaan yang penuh dengan tulisan,
angka, dan rumus. Siswa menjadi merasa bosan, setengah hati, dan kurang
stoikiometri adalah materi yang sulit hanya dengan membaca sekilas topic tentang
2
stoikiometri. Siswa juga berasumsi bahwa materi stoikiometri hanya berisi tentang
perhitungan tanpa ada keterkaitan nyata dengan kehidupan riil. Pandangan ini
berasumsi bahwa materi stoikiometri adalah materi yang susah. Hanya dengan
mendengar kata stoikiometri saja, siswa sudah merasa “ketakutan” dan malas
untuk mempelajari.
konsep yang terjadi pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Banda Aceh pada Tahun
kesalahan konsep pada konsep persamaan reaksi setara. Sebanyak 9,09% atau 2
siswa yang mengalami kesalahan konsep pada konsep bilangan indeks. Sebanyak
27,27% atau 6 siswa yang mengalami kesalahan konsep pada konsep nama-nama
zat yang terlibat dalam reaksi. Sebanyak 9,09% atau 2 siswa yang mengalami
Sebanyak 4,54% atau 1 siswa yang mengalami kesalahan konsep pada konsep
konsep pada
3
Cahaya (2017) dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Pemahaman Sub
Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Batu” menyebutkan bahwa rerata tingkat
Batu tergolong cukup, yaitu sebesar 63,78%. Rerata pemahaman sub mikroskopik
stoikiometri siswa pada sub materi hukum-hukum dasar kimia tergolong baik,
yaitu sebesar 76,3%, sub materi massa molekul relative tergolong sangat baik
yaitu sebesar 99,3%, sub materi persamaan kimia tergolong kurang, yaitu sebesar
44%, konsep mol tergolong cukup yaitu sebesar 58,3%, dan sub materi kadar zat
Untuk mengatasi kesulitan dan masalah ini, guru diharuskan untuk memiliki
dkk (2014 : 13), seorang pendidik yang baik adalah dia yang kreatif, yang akan
dengan penuh rasa puas. Umunya, guru lebih memilih untuk menggunakan
berbagai media pembelajaran dan berpikir kreatif dalam membuat inovasi pada
4
Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran.
Contoh media yang sering digunakan oleh guru adalah media berbasis visual
power point serta media audio berbentuk animasi video. Media-media ini dipilih
karena sangat mudah untuk dioperasikan oleh guru, baik guru muda ataupun guru
Pembelajaran tidak akan monoton hanya dengan ceramah yang diberikan. Dengan
pengetahuan secara lebih efisien dan efektif. Selain itu, dengan adanya media
pelajaran yang diajarka, dalam hal ini mata pelajaran kimia yaitu elektrokimia.
pembelajaran dalam materi elektrokimia, yaitu media animasi power point, e-book
interaktif, alat peraga elektrokimia, aplikasi andorid, dan masih banyak lagi.
Berdasarkan hasil penelitian Harianto, dkk (2017 : 44) dalam jurnalnya yang
Penumbuhan Literasi Sains Siswa Pada Materi Reaksi Redoks dan Elektrokimia”,
kriteria sangat layak dan rata-rata hasil tes kompetensi literasi sains pretest siswa
sebesar 20,27 dan nilai post-test rata-rata sebesar 74,16 serta nilai N-gain sebesar
5
kategori sangat layak. Berdasarkan tanggapan yang dilakukan oleh guru,
persentase hasil pada aspek kesesuaian isi materi dengan kurikulum adalah 100%
yang tergolong ke dalam kategori sangat tinggi. Penilaian aspek keterbacaan oleh
sebesar 90,00% yang tergolong ke dalam kategori sangat tinggi. Hal ini
Bagi Siswa SMA/MA Kelas XII Semester 1”, didapatkan hasil kualitas media
audio visual tentang praktikum reaksi oksidasi reduksi dan elektrokimia yang
telah dikembangkan adalah Sangat Baik (SB) dengan skor 145,52 dan dalam
media audio visual tentang praktikum reaksi oksidasi reduksi dan elektrokimia
pengaruh yang besar bagi hasil belajar siswa, terbukti dengan persentase
kelayakan yang tinggi. Akan tetapi, ada beberapa kekurangan yang dimiliki oleh
media-media tersebut. Pada media ebook tidak terdapat animasi yang menarik
siswa untuk membaca, walaupun ebook tersebut memiliki beberapa gambar yang
6
sehingga media-media tersebut tidak efektif walaupun layak untuk digunakan.
SMA/MA”
1. Sebuah animasi video yang dibuat menggunakan aplikasi Powtoon yang dapat
elektrokimia.
2. Media animasi video ini memanfaatkan fitur-fitur yang ada dalam aplikasi
Powtoon.
7
3. Media berisi review materi sebelumnya, yaitu materi redoks sebagai materi
4. Media ini berisi materi dan praktikum elektrokimia, yaitu sel volta dan
5. Materi yang disajikan dalam media ini meliputi fenomena yang menunjukkan
elektrokimia.
6. Media ini berisi suara yang ditambahkan untuk mempermudah siswa lebih
memahami materi.
7. Media ini berisi animasi yang dibuat secara manual satu per satu dengan
a. Bagi siswa
8
2. Siswa dapat menerima informasi dan ilmu pengetahuan secara lebih efisien
dan efektif.
meningkat.
dalam elektrokimia, seperti arah aliran elektron dan reaksi yang berlangsung.
b. Bagi guru
monoton selalu mengandalkan metode ceramah dan menulis pada papan tulis.
minat siswa.
c. Bagi peneliti
2. Melatih kreatifitas dan inovasi sebagai bekal untuk menjadi seorang pendidik
3. Mengetahui media pembelajaran ynag cocok pada suatu materi tertentu, dalam
9
d. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan penelitian untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut dan lebih
baik.
1. Asumsi :
a. Guru atau pendidik dapat menjalankan video player dan telah mengetahui cara
belajar mandiri.
c. Validasi dilakukan oleh satu orang ahli media satu orang ahli materi, dan satu
orang guru kimia SMA, sedangkan uji coba dilakukan kepada siswa kelas XII
d. Ahli media merupakan dosen atau pendidik IT yang memahami tentang media
e. Ahli materi merupakan dosen kimia FMIPA UM yang telah memahami dan
2. Keterbatasan pengembangan :
10
a. Mediat ini hanya dapat dieksport dalam bentuk video, tidak dapat dieksport
dalam bentuk power point sehingga jika terdapat kesalahan pembuatan media,
c. Media ini hanya diujicobakan satu kali pada kelas kecil dan dalamwaktu yang
singkat karena keterbatasan waktu siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian.
3. Media audiovisual adalah kombinasi atau perpaduan antara audio dan visual
atau biasa disebut media pandang dengar yang dapat menampilkan unsur gambar
11
4. Powtoon adalah sebuah software atau perangkat lunak berbasis web yang
video berupa gambar dan suara yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.
Elektrokimia dapat juga disebut dengan perubahan energy kimia menjadi energy
dinamakan sel elktrokimia, yang dibedakan menjadi sel volta dan sel elektrolisis.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
manusia untuk mencapai suatu perubahan dalam dirinya. Menurut W.S. Winkel
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Seseorang
dikatakan telah mengalami proses belajar jika terjadi perubahan pada orang
Perubahan-perubahan ini nantinya diharapkan dalam hal positif dan dengan tujuan
yang baik, bukan sebaliknya. Proses belajar yang baik adalah proses yang
membawa kepada kebaikan dan manfaat. Jika dalam diri seseorang belum
Belajar merupakan usaha menggunakan sarana atau sumber, di dalam atau di luar
Arsyad (2014 : 1), belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada diri setiap individu sepanjang hayatnya karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya kapan saja dan dimana saja. Adanya interaksi
13
mendapatkan informasi atau pengetahuan baru yang mungkin belum pernah dia
dapatkan dan ketahui. Interaksi antara individu dengan lingkungan seperti ini
merupakan proses belajar tidak langsung yang terjadi di luar instansi resmi, yang
ataupun informal, akan memberikan suatu perubahan bagi tiap individu yang
menjalaninya. Perbedaan proses belajar formal dan informal terletak pada struktur
dan tujuan. Menurut Arsyad (2014 : 1), apabila proses belajar itu diselenggarakan
pada pribadi siswa secara terencana dan terstruktur, baik dalan aspek pengetahuan,
dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain guru, murid, petugas sekolah, kepala
sekolah, bahan atau materi pelajaran, dan berbagai sumber belajar serta
fasilitasnya. Banyak yang beranggapan, jika tidak bisa melakukan proses belajar
formal di sekolah, karena mungkin terdesak oleh faktor biaya atau alasan lainnya,
maka seseorang dikatakan tidak akan pernah bisa melakukan proses belajar.
pendidikan di sekolah, lantas terhenti dan berputus asa untuk belajar. Padahal,
proses belajar akan terus berlangsung sepanjang hayat dan dapat dilakukan
Belajar adalah kegiatan yang dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya,
dimulai saat dia bayi sampai akhir hayatnya. Cronbach dalam Suryabrata (2008 :
14
dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya.
sekitarnya. Inilah ynag dinamakan proses belajar. Menurut Hamalik (2004: 36)
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
perubahan individu tersebut, baik pengetahuan, sikap, atau pun tingkah laku.
atapun tingkah laku dan sikap. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja, dan belajar akan berlangsung sepanjang hayat, sejak indivu tersebut masih
informal dapat terjadi di luar institusi resmi. Seseorang dikatakan belajar jika
B. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti “tengah”, “perantara”,
pesan. Menurut Gerlach dan Ely (1971) dalan Arsyad (2014 : 3), media apabila
dipahami dalam garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
keterampilan, dan sikap. Dalam proses belajar formal, berdasarkan definisi dari
Gerlach dan Ely, guru, bahan ajar, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Akan tetapi, secara lebih khusus, media dalam pembelajaran lebih mengarah
15
kepada alat-alat grafis, photographis, atau alat elektronik lain untuk menangkap,
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Fleming (1987) dalam Arsyad (2014 : 3) menyatakan bahwa
media merupakan penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak
informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam ranah pendidikan, media sebagai
mediator berperan untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama
dalam pembelajaran, yaitu siswa dan isi materi. Mediator disini juga dapat
Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2014 : 4) menyatakan secara implisit
bahwa media pembelajaran meliputi alat, yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset,
video kamera, video recorder, film, slide (gambar berbingkai), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber
16
belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan
siswa yang dapat memberikan stimulus kepada siswa untuk belajar. Disini, media
perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman
baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Oleh sebab itu, untuk
dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya.
dengan berbagai indera, salah satunya melalui media. Menurut Gerlach & Ely
(1971) dalam Arsyad (2014 : 15), media pendidikan memiliki tiga ciri yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien
melakukannya dalam pembelajaran. Tiga ciri media tersebut, yaitu ciri fiksatif
(distributive property).
pembelajaran dari guru kepada siswa. Media pembelajaran dapat membantu guru
17
divisualisasikan dan dipahami dengan mudah oleh siswa. Adanya media
Media diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu media audio (suara), media visual
(gambar, foto), dan gabungan keduanya, yaitu audiovisual (suara dan gambar).
Menurut Abdulhak dan Damawan (2013 : 81), media-media ini telah mengubah
paradigma hasil belajar siswa. Seberapa besar dan bagaimana media-media ini
materi. Menurut Finn (1960) dalam Abdulhak dan Damawan (2013 : 82),
tenknik dan konsep ilmu pengetahuan yang lebih memperhatikan, pada awalnya
meliputi pesan, orang, dan alat-alat yang digunakan dalam proses belajar
perkembangan teknologi, dengan teknologi yang paling tua adalah percetakan atas
prinsip mekanis, dan yang paling modern atau terbaru adalah teknologi
18
yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi visual, (3) media
hasil teknologi berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi
Beberapa ahli percaya bahwa terdapat peningkatan hasil belajar melalui media,
ciri-ciri pemakaian perangkat keras, seperti mesin proyektor, tape recorder, dan
perancang/pengembang.
19
Menurut Hills (1982) dalam Hamalik (2002 : 18), dalam studi teknologi
pendidikan, ada perbedaan gradual antara alat audiovisual (Audiovisual Aids) dan
para peserta didik. Pendayagunaan media tersebut dapat secara mandiri ataupun
20
dikombinasikan dengan beberapa media lain. Keterlibatan pendidik dalam
komunikasi bergantung pada jenis media yang digunakan, jenis informasi yang
informasi yang ditulis pada lembaran transparansi dan disajikan melalui bantuan
OHP), slide (penyajian informasi yang tersusun dalam satu unit yang dibagi-bagi
menjadi perangkat slide yang disusun secara sistematis dan disajikan secara
terlepas-lepas, tapi sebagai satu unit bahan ynag utuh), siaran radio, film, televisi,
Flash merupakan salah satu program pembuatan media animasi yang sangat andal.
Hasil akhir dari flash berupa animasi bergerak, video. Video merupakan media
audiovisual yang sangat efektif dan memberikan hasil nyata untuk membantu
membantu siswa memvisualisasikan materi dengan lebih baik. Salah satu media
audiovisual animasi yaitu powtoon. Tidak jauh berbeda dengan flash, powtoon
juga merupakan program untuk membuat sebuah media animasi berbentuk video.
berbasis video.
21
Menurut Adkhar (2015), powtoon merupakan aplikasi web online untuk
membuat presentasi atau video animasi kartun dengan cara yang mudah. Powtoon
animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan timeline yang
lebih mudah. Dengan menggunakan powtoon kita akan lebih mudah dalam
membuat animasi untuk video atau presentasi. Spesifikasi laptop atau PC yang
VGA : On Board
22
Gambar 2.2 Tampilan halaman awal program web powtoon
a. Kelebihan powtoon
Kelebihan dari powtoon yakni interface dalam pembuatan video yang baik dan
mudah digunakan, tersedia animasi-animasi yang lucu dan menarik yang dapat
b. Kekurangan powtoon
sambungan internet, maka powtoon tidak bisa dijalankan. Selain itu, untuk
23
D. Materi Elektrokimia
Salah satu cabang ilmu kimia adalah elektrokimia yang merupakan gabungan
ranah ilmu antara fisika berupa listrik dan kimia. Menurut Johari dan Rachmawati
(2008 : 33), elektrokimia merupakan perubahan energi kimia menjadi listrik dan
perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Elektrokimia dibagi menjadi dua,
yaitu sel galvani (sel volta) dan sel elektrolisis. Sel volta adalah sel elektrokimia
yang dapat mengubah energi kimia dari reaksi redoks spontan menjadi energi
listrik. Prinsip kerja sel volta adalah pemisahan reaksi redoks menjadi dua bagian,
yaitu setengah reaksi oksidasi di anoda dan setengah reaksi reduksi di katoda,
yang dihubungkan oleh jembatan garam dan rangkaian luar berupa kawat.
menghasilkan arus listrik yang disebabkan oleh adanya beda potensial antara
katoda dan anoda. Beda potensial ini diukur menggunakan voltmeter. Sedangkan
sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang dapat mengubah energi listrik
yang digunakan menjadi energi kimia berupa reaksi redoks tidak spontan. Prinsip
kerja sel elektrolisis adalah dengan menghubungkan kutub negatif dari sumber
listrik ke katoda dankutub positif ke anoda. Kutub negatif dari sumber listrik akan
Sementara itu, kutub positif dari sumber listrik akan menarik elektron dari anoda
sehingga anoda bermuatan positif(+) dan akan menarik ion-ion negatif dalam
24
pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda positif dan elektroda
negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik
media pengantar sebagai tempat terjadinya serah terima elektron dalam suatu
Menurut Chang (2010 : 838), elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang
berhubungan dari gabungan energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia
reaksi spontan diubah menjadi listrik atau energi listrik digunakan untuk
satu zat ke zat lainnya. Hilangnya elektron oleh suatu elemen selama oksidasi
ditandai oleh peningkatan nomor oksidasi unsur. Dalam reaksi reduksi, terjadi
suatu elemen.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
pengembangan ADDIE yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda pada tahun
pengembangan media pembelajaran yang dilakukan kali ini hanya sampai pada
pada tahap evaluation (menilai) karena uji coba yang dilakukan hanya satu kali
dan dalam waktu yang singkat karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Selain itu,
uji coba dilakukan hanya dalam kelas kecil, yaitu dua kelas dari seluruh kelas XII.
26
Gambar 3.1 Bagan Tahapan Pengembangan ADDIE
pada model pengembangan ADDIE oleh Reiser dan Mollenda pada tahun 1990.
27
a. Analysis
melakukan pengamatan atau observasi awal untuk melihat situasi dan kondisi
yang ada di lapangan. Analisis yang dilakukan berupa analisis karakteristik dan
keadaan siswa, penentuan dan analisis materi ajar, analisis proses pembelajaran
yang dilakukan, dan penentuan media. Hasil observasi awal yang dilakukan yaitu
siswa selama ini kesulitan dalam menghadapi materi elektrokimia. Mereka merasa
Merka juga merasakan bosan saat pembelajaran. Oleh sebab itu siswa
dapat menentukan isi materi yang akan digunakan dalam media pembelajaran dan
dicapai. Analisis media dilakukan untuk menentukan media apa yang tepat dan
media yang dikembangkan dapat sesuai dengan kompetensi dan kurikulum yang
ada.
b. Design
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan draft atas hasil analisis yang telah
dibuat. Draft yang disusun terdiri dari silabus yang berisi tujuan pembelajaran,
dan media yang dibuat akan lebih terstruktur. Pada tahap ini, revisi dilakukan
28
setelah mendapatkan masukan atau saran dari dosen pembimbing. Revisi terus
c. Development
Draft media yang telah disusun dan dirancang selanjutnya diwujudkan dengan
dalam bentuk produk. Pada tahap ini, dibuat media pembelajaran sebagai
dalam media, flowchart berisi garis besar isi dalam media, dan naskah penjelasan
animasi video yang ringan dan menarik, yang pembuatan dan pengaplikasiannya
sangat mudah dijalankan. Pada tahap ini, dilakukan uji coba produk sebelum
produk digunakan kepada siswa. Revisi diperlukan pada tahap ini dan dilakukan
sampai produk benar-benar telah siap digunakan. Tahap akhir dari development
adalah validasi oleh ahli materi dan ahli media. Validasi yang dilakukan melalui
pemberian angket berisi kritik dan saran tentang kemenarikan dan kelayakan
d. Implementation
diimplementasikan, terlebih dahulu divalidasi oleh ahli materi dan ahli media
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Tahap implementasi ini dapat
29
media yang telah dikembangkan. Untuk melihat antusias siswa dapat ditempuh
dengan memberikan pertanyaan umpan balik kepada siswa maupun dengan cara
dikembangkan.
Uji coba produk yang akan dilakukan meliputi kelayakan produk. Kelayakan
produk diukur dari materi yang ada dalam produk media pembelajaran dan
validator yang berisi butir penilaian, kritik, dan saran terhadap produk media.
Selain itu, dilakukan pengamatan dan pemberian pertanyaan umpan balik selama
b. Subjek Coba
Subjek uji coba pada penelitian ini adalah validator dan siswa. Subjek sebagai
validator produk adalah satu dosen kimia, satu dosen media IT, dan dua guru
kimia SMA. Kriteria dosen sebagai validator adalah dosen kimia di FMIPA UM
yang mengetahui tentang media komputer. Untuk kriteria guru kimia sebagai
30
Subjek untuk uji kemenarikan produk media adalah dua kelas dari seluruh kelas
c. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh berdasarkan hasil angket berupa komentar, kritik, dan saran
media pembelajaran oleh validator dan lembar hasil pengamatan kepada siswa
dalam bentuk skala likert sehingga dapat ditentukan kelayakan produk yang
dikembangkan.
checklist. Angket penilaian oleh dosen pembimbing dan validitas oleh validator
dan angket pengamatan pada siswa untuk menguji kemenarikan media. Aspek
kelayakan ditinjau dari struktur isi materi dalam media, kemudahan dijalankan,
dikembangkan. Angket terdiri dari dua bagian yaitu angket penilaian dalam
bentuk skala likert lima tingkat dan kolom komentar, kritik, dan saran. Kriteria
31
SKOR KETERANGAN
5 Sangat baik/ sangat menarik/ sangat mudah/ sangat tepat/ sangat
sesuai
4 Baik/ menarik/ mudah/ tepat/ sesuai
3 Cukup baik/ cukup menarik/ cukup mudah/ cukup tepat/ cukup sesuai
2 Kurang baik/ kurang menarik/ kurang mudah/ kurang tepat/ kurang
sesuai
1 Tidak baik/ tidak menarik/ tidak mudah/ tidak tepat/ tidak sesuai
Tabel 3.3 Kriteria Skala Likert (Riduwan, 2016)
Setelah validasi dilakukan dengan pengisian angket oleh para validator, hasil
angket kemudian dianalisis. Data hasil pengisian angket dianalisis dengan metode
deskriptif persentase. Pada penghitungan angket ini, data checklist disusun dan
P
x 100%
n
Keterangan:
P = Persentase
Setelah didapatkan persentase dari tiap variabel, hasil persentase tiap variabel
digunakan dan memiliki kemenarikan yang tinggi jika hasil angket yang diperoleh
32
Tabel 3.4 Kategori persentase angket
33