Winandari Dewi Antari a,*, Woro Sumarnia, Harjitoa, dan Joko Basukib
a
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 lantai 2, Kampus UNNES Sekaran, Gunungpati, Semarang, Indonesia
b
SMA Negeri 2 Ungaran
Jalan Diponegoro No. 277, Candirejo, Ungaran Barat, Semarang, Indonesia
E-mail: winandaridewiantari@gmail.com
ABSTRAK
Kata Kunci: instrumen pendeteksi miskonsepsi, larutan penyangga, dan two tiers choice
ABSTRACT
The research is a development research that aims to produce a product in the form of
an instrument to detect chemical misconceptions in the buffer solution material. The research
method used is the 4-D method, namely: Define, Design, Development, and Dissemination. The
two tiers choice diagnostic test instrument product is in the form of 20 multiple choice questions.
Data collection techniques were carried out with content validation sheets by material experts,
difficulty level tests and teacher and student response questionnaires. The results of the content
validity test by evaluation experts showed that diagnostic test questions were declared feasible
to be used as an instrument for detecting high school students' misconceptions on the subject of
buffer solution material with a total score of 105 and material experts with a total score of 145.
questions, questions that are currently 6 items, and problems that are difficult there are 7 items.
The results of the percentage of the average score obtained from the questionnaire seen from
the aspect of practicality, readability and time in working on the problem resulted in 79.85%,
78.58% and 74.11% aspects. The conclusions of this study were two tiers choice diagnostic test
instruments suitable for use as an instrument to detect high school students' misconceptions on
the subject of buffer solution material.
inti 3 (pengetahuan) bertujuan agar peserta bila dipanaskan. Mereka belum mengerti
didik mampu memahami, menerapkan, bahwa uap air bila dipanaskan terus dapat
menganalisis pengetahuan faktual, mencapai suhu lebih tinggi dari 100°C.
konseptual, prosedural dalam ilmu Di Indonesia juga terjadi
pengetahuan, peserta didik juga diharapkan miskonsepsi dalam kimia antara lain pada
memiliki pembelajaran kimia idealnya materi Stoikiometri, Ikatan Kimia, struktur
dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran atom dan sistem periodik, Perubahan wujud
sains yang menekankan pada proses air, Larutan penyangga (Mentari, et al.,
mengamati,mengklasifikasi, menyimpulkan, 2014), Perhitungan kimia (Salirawati,
meramalkan, dan mengkomunikasikan agar (2011)) juga menemukan bahwa terdapat
siswa berperan aktif dalam pembelajaran enam materi pokok yang menurut guru-
dan membangun pengetahuannya sendiri guru kimia SMA di DIY peserta didik
dalam mencari pemecahan dari suatu banyak mengalami miskonsepsi, yaitu: (1)
problematika (Winaryati, 2014). Terkadang Tatanama senyawa anorganik dan organik
siswa dalam pemecahan dari suatu sederhana serta persamaan reaksinya
problematika membuat penafsiran sendiri (38%), (2) kesetimbangan kimia (34%), (3)
terhadap suatu konsep yang dipelajarinya. ikatan kimia (32%), (4) struktur atom (29%),
Namun, hasil penafsiran yang ada dalam (5) hukum-hukum dasar kimia (26%), dan
struktur kognitif siswa mengenai suatu (6) hidrolisis garam (23%).
konsep adakalanya tidak sesuai atau Konsep dalam ilmu kimia yang
bahkan bertentangan dengan konsepsi seringkali menjadikan peserta didik
ilmuwan yang telah disederhanakan mengalami miskonsepsi yaitu konsep
(Yunitasari, et al., 2013). larutan penyangga. Materi larutan
Ketidaksesuaian tersebut penyangga merupakan salah satu materi
berdampak pada munculnya kesalahan kimia yang banyak mengandung konsep
dalam pemahaman yang dikenal dengan yang kompleks. Hasil penelitian Ma’rifah
istilah miskonsepsi (Berg, 1991). Misalnya (2012) menunjukkan bahwa miskonsepsi
saja ketika siswa berpikir bahwa matahari pada konsep larutan penyangga meliputi
bergerak mengelilingi bumi, dan bumi pengertian dan sifat larutan penyangga, pH
hanya diam. Pemikiran seperti ini diperoleh larutan penyangga pada penambahan
siswa karena pengalaman mereka yang asam/basa. Pada materi pH larutan
melihat bahwa matahari terbit dari timur penyangga pada penambahan asam/basa
dan terus bergerak dan akan tenggelam di hasil penelitian Khodaryah (2010)
barat. Hal ini jelas tidak sesuai dengan menyatakan bahwa siswa menganggap
konsep ilmiah yang mengatakan bahwa penambahan sedikit asam pada larutan
bumi bergerak mengelilingi matahari. Selain penyangga akan meningkatkan konsentrasi
itu juga mereka berpendapat bahwa bila H+ dalam larutan namun konsentrasi asam
suhu mendidih air adalah 100°C, maka lemah dan basa konjugasinya tetap, pH
setelah itu suhunya tidak pernah naik lagi larutan penyangga dengan prinsip
2538 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 14, No. 1, 2020, halaman 2536 – 2546
define, design, develop, and dissemination. model pengembangan 4-D disajikan pada
Namun pada penelitian ini hanya dilakukan Gambar 1.
sampai tahap develop. Tahapan dalam
Tabel 1. Indikator materi prakonsep larutan penyangga dan materi larutan penyangga
No Materi Indikator Pembelajaran Jumlah Soal
1. Larutan Elektrolit menyimpulkan sifat larutan berdasarkan daya 4
dan Non Elekrolit hantar listriknya,
2. Stoikiometri Menentukan konsep massa atom relatif (Ar), 4
Massa molekul relatif (Mr), Konsep mol dan
hubungannya dengan jumlah partikel, massa
molar, dan volume molar untuk menyelesaikan
perhitungan kimia dalam suatu persamaan
reaksi
3. Kesetimbangan Menentukan hubungan antara pereaksi dengan 4
Kimia hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan
dan melakukan perhitungan berdasarkan
hubungan tersebut
4. Asam Basa Menjelaskan konsep asam dan basa dan 1
kekuatannya, Menjelaskan kesetimbangan
pengionannya dalam larutan, dan Meyimpulkan
konsep asam dan basa serta kekuatannya
Menentukan pH asam kuat, basa kuat, asam 2
lemah, dan basa lemah.
Menentukan konsentrasi larutan asam atau 1
basa berdasarkan data hasil titrasi asam basa
5. Larutan Menentukan pH larutan penyangga 3
Penyangga Menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga 1
Soal two tiers choice yang merevisi soal pengembangan tes diagnostik
memenuhi kriteria layak pada setiap butir two tiers choice. Hasil rekapitulasi saran
penilaiannya dengan skor minimal 3 dari yang diperoleh dari para ahli instrumen
skor maksimal 5 pada penilaian setiap butir dapat dilihat pada Tabel 4, hasil rekapitulasi
dengan jumlah 11 butir penilaian. 4 validator ahli materi berdasarkan jumlah
Rekapitulasi hasil yang dikumpulkan skor dan bobot nilai setiap aspek disajikan
peneliti bahwa instrumen tes telah di pada Tabel 5. Sedangkan dari rekapitulasi
validasi oleh 2 validator yang terdiri atas 2 ahli materi tersebut maka diperoleh
dosen ahli. Hasil validasi ahli instrumen kesimpulan kelayakan instrumen tes
diperoleh dari jumlah skor dikali dengan diagnostik two tier yang dapat dilihat dalam
bobot nilai setiap aspek. Nilai validasi Tabel 6.
diperoleh dengan skor 75 dan 73 dari skor Soal two tiers choice yang
total 105. Hal ini bahwa menunjukkan memenuhi kriteria layak pada setiap butir
instrumen layak digunakan di lapangan. penilaiannya dengan rerata skor minimal
Validasi intrumen yang di peroleh 2,5 dari skor maksimal 5 pada penilaian
didapatkan saran dari para ahli, dari saran setiap butir dengan jumlah 12 butir
yang di peroleh tersebut maka dilakukan penilaian. Rekapitulasi hasil yang
tindak lanjut yang di gunakan untuk dikumpulkan peneliti bahwa instrumen tes
2542 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 14, No. 1, 2020, halaman 2536 – 2546
telah di validasi oleh 4 validator yang terdiri dan 113 dari skor total 145 yang
atas 2 dosen ahli dan 2 guru kimia SMA. menunjukkan instrumen layak digunakan di
Hasil validasi dengan skor 106, 103, 127, lapangan.
Skor × Skor
Aspek Bobot Validator Skor
Bobot Maksimal
V-1
Materi 4 12 48 60
V-2 10 40 60
V-3 13 52 60
V-4 13 52 60
V-1
Isi 3 14 42 60
V-2
15 45 60
V-3 18 54 60
V-4
14 42 60
V-1
Bahasa 1 16 16 25
V-2 18 18 25
V-3
21 21 25
V-4 19 19 25
divalidasi dan revisi kemudian dilakukan uji keterbacaan, kepraktisan dan waktu dalam
coba skala kecil pada kelas XII IPA. Tujuan mengerjakan. Hasil angket siswa terkait
adanya uji coba skala kecil adalah untuk dengan keterbacaan, kepraktisan dan
memperoleh perbaikan dari calon waktu dalam mengerjakan disajikan pada
pengguna terkait dengan aspek Tabel 7.
Tabel 8. Hasil Perbaikan Soal dari Uji Coba Skala Kecil Untuk Uji Skala Besar
Soal Saran Tindak Lanjut
• soal tes yang
berubah letak
pilihan
gandanya
• penataan soal
dalam uji coba
skala kecil tidak
rapi
Uji coba skala kecil selain dihitung untuk mencari tingkat kesukaran
mendapatkan saran terhadap soal tes uji soal. Hasil analisis dapat dilihat dalam
coba skala kecil, siswa juga memberikan Tabel 9.
komentar terhadap soal tes uji coba skala Dari hasil analisis yang diperoleh
kecil melalui angket. Komentar yang di tersebut, tingkat kesukaran soal yang sukar
peroleh adalah soal tes diagnostik two tiers ada 7 butir soal, soal yang sedang ada 6
choice bagus untuk menambah butir soal, dan soal yang sulit ada 7 butir
pengalaman dalam mengerjakan tes soal. Soal yang baik adalah soal tes yang
diagnostik two tiers choice dan soal uji coba tidak terlalu sukar tidak pula terlalu mudah
skala kecil terlalu banyak sehingga siswa (Arikunto, 2013). Sedangkan baik buruknya
banyak yang mengeluh karena waktu suatu tes atau alat evaluasi dapat ditinjau
dalam mengerjakan kurang. Hasil yang dari validitas, reliabilitas, dan tingkat
diperoleh tersebut dapat digunakan untuk kesukaran (Thoha, 1996). Sehingga Dari
perbaikan soal. Hasil perbaikan soal dapat hasil analisis tersebut, maka soal yang
dilihat pada Tabel 8. dihasilkan kurang baik karena hal tersebut
Uji skala besar dilakukan terhadap diakibatkan oleh tes yang terlalu sukar.
34 siswa XI IPA 4, hasil yang didapatkan Karena tes yang terlalu sukar membuat
dalam tes skala besar instrumen tes siswa frustasi, sedangkan untuk tes yang
diagnostik two tiers choice, selanjutnya terlalu mudah tidak memberikan gambaran
2544 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 14, No. 1, 2020, halaman 2536 – 2546
dan waktu dalam mengerjakan soal tanggapan siswa dan guru terhadap
menghasilkan persentase aspek sebanyak instrumen menunjukkan respon baik
79,85 %, 78,58 % dan 74,11 % dan untuk terhadap instrumen soal tes diagnostik two
persentase skor rata-rata angket tanggapan tier choice. Namun untuk penggunaan
guru untuk setiap aspek tampilan 76,67 %, secara luas diperlukan penelitian lebih
aspek bahasa 76,67 %, aspek isi 88%,dan lanjut untuk keefektifan instrumen tersebut.
aspek waktu 80% menunjukkan bahwa
3. Waktu : Kesesuaian waktu Siswa belum terbiasa dengan instrumen tes yang
dengan jumlah soal digunakan sehingga membutuhkan penjelasan
yang disertai dengan contoh dan cara pengerjaan
serta maksud dari tiap-tiap tingkatan pada butir
soal. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan 30 soal dengan waktu 75 menit tidak
cukup.