Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENCEMARAN LINGKUNGAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Kimia Lingkungan
Dosen Pengampuh: Novike Bela Sumanik, S.T., M.Pd

Oleh:

Umia Salam Sari Ruhunussa (201884204013)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
2020
PENCEMARAN LINGKUNGAN

5.1. PENDAHULUAN

Sebelum adanya kegiatan industri dan transportasi yang banyak mengeluarkan bahan
pencemar ke lingkungan air yang disebabkan oleh limbah domestik akibat kegiatan manusia
telah merupakan faktor yang penting yang menentukan kesejahteraan/kesehatan manusia.
Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan air sudah semakin berat dengan masuknya
limbah industri dari berbagai bahan kimia yang kadang kala sangat berbahaya dan beracun
meskipun dalam konsentrasi yang masih rendah seperti bahan pencemar logam-logam berat:
Hg, Pb, Cd, As, dan sebagainya.

Pencemaran lingkungan sudah terjadi pula di lingkungan udara dan tanah dengan
segala dampak yang ditimbulkannya. Penyebab pencemaran ini selain disebabkan oleh
aktivitas manusia (antropogemik) juga dapat ditimbulkan oleh kegiatan alami, seperti
kebakaran hutan karena kemarau panjang, letusan gunung berapi dan lain sebagainya.

Telah banyak usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah lingkungan ini
baik yang dilakukan secara internasional, regional atau lokal. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia sudah mulai sadar akan adanya bahaya yang mengerikan dari kerusakan lingkungan
akibat pencemaran yang semakin parah.

5.2. PENCEMARAN AIR


Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Buku Mutu
Lingkungan adalah : masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1).
Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan/ peruntukannya digolongan
menjadi:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.

Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk
dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian mengalami
pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu industri makan kategori sumur
tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak
dapat digunakan langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.
Dengan demikian air sumur tersebut menjadi kurang/tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.

Sumber Pencemaran dan Jenis-jenis Bahan Pencemar

Setelah Perang Dunia ke II telah terjadi pertumbuhan yang mengejutkan dalam dunia
industri yang menggunakan bahan-bahan kimia sintetik. Banyak dari bahan-bahan kimia ini
telah menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan air. Seperti limpasan (run off) dari
pestisida dan herbisida yang berasal dari daerah pertanian atau perkebunan dan buangan
limbah industri ke permukaan air. Yang lebih seirus lagi adalah terjadinya rembesan kedalam
air tanah dari bahan-bahan pencemar yang berasal dari penampungan limbah kimia dan
“landfills”, kolam penampungan atau kolam pengolahan limbah dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Tabel 5.1 Klasifikasi Umum Dari Bahan Pencemar Air

Jenis Bahan Pencemar Pengaruhnya

Unsur-unsur renik Kesehatan, biota akuatik


Senyawa organ logam Transpor logam
Polutan anorganik Toksisitas, biota akuatik
Asbestas Kesehatan manusia
Hara-ganggang Entrofikasi
Radionuklida Toksisitas
Asiditas, Alkalinitas, Salinitas tinggi Kualitas air, kehidupan akuatik
Zat pencemar organik renik Toksisitas
Pestisida Toksisitas, biota akuatik, satwa liar
PCB Kesehatan manusia
Carsinogen Penyebab kanker
Limbah minyak Satwa liar, estetik
Patogen Kesehatan
Detergen Introfikasi, estetik
Sedimen Kualitas air, estetik
Rasa, Bau, Warna Estetik

Unsur-unsur Renik Dalam Air


Istilah Unsur-unsur renik (treace element) merujuk kepada unsur-unsur yang terdapat
pada konsentrasi yang sangat rendah dalam suatu sistem. Unsur renik adalah suatu unsur
yang terjadi hanya pada konsentrasi beberapa bagian per-sejuta (parts per-million = ppm)
atau kurang.
Unsur-unsur renik yang sangat penting yang dapat ditemui dalam perairan alami
terdapat dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Sumber dan Efek Dari Unsur-unsur Renik Dalam Perairan Alami
Batas USPHS
Unsur Sumber Efek / pengaruh *)
(mg/l)
Kadmium Buangan industri, Menukar seng secara biokimia, 0,01
limbah tekanan darah tinggi, merusak
pertambangan, ginjal-jaringan testibuler dan
pengelasan logam, sel-sel darah merah, taksisitas
pipa-pipa air. terhadap biota akratik.
Arsen Hasil samping Toksik, kasimogenik -
pertambangan,
bilangan kimia.
Berilium Batu bara, tenaga Taksisitas akut dan kronis, Tidak
nuklir, dan industri kasimogenik diberikan
ruang angkasa
1,0
Boron Batu bara, deterjen, Toksik terhadap beberapa
limbah industri tanaman
Khrom Pengelasan logam, Unsur renik pokok, 0,05
zat aditif pada neraca kasimogenik sebagai Cr ( V l )
air sebagai Cr ( V l )
Tembaga Pengelasan logam, Unsur renik pokok, tidak 1,0
limbah industri dan terlalu toksik terhadap hewan,
domestik, toksik terhadap tanaman dan
penambangan, ganggang dalam konsentrasi
pencucian mineral sedang
Flour (ionflorida ) Sumber-sumber Mencegah kerusakan gigi pada 0,8-17
geologi alami, kira-kira 1 mg/l dan (tergantung
limbah industri, zat pembentukan karat gigi/ suhu)
aditif pada air kerusakan gigi pada sekitar 5
mg/l dalam air
Yodium (ion Limbah industri, air Mencegah gondok Nutrim Tidak
yodida Besi) laut, industri air laut pokok haemoglobin, tidak diberikan
Karat logam, limbah selalu toksik, merusak
-
industri, saluran perabotan kamar mandi dan
tambang air atom pakaian
Batas USPHS
Unsur Sumber Efek / Pengaruh
* ) (mg/l)
Mangan Pertambangan, Relatif tidak toksik terhadap 0,05
limbah industri, hewan, toksik terhadap
saluran tambang tanaman pada konsentrasi
atom, kerja mikroba tinggi, perkaratan perabotan
terhadap mineral kamar mandi dan pakaian
mangan pada pE
rendah
Merkuri Limbah industri, Toksisitas akut dan kronik Tidak
industri pestisida, diberikan
batu bara
Molibder Limbah industri, Kemungkinan racun pada Tidak
sumber alam hewan, penting untuk tanaman diberikan
Solenium Sumber geologi Penting pada konsentrasi 0,01
alami, belerang, batu tinggi, kemungkinan
bara kasimogenik
Perak Sumber geologi Menyebabkan kulit berwarna 0,05
alami, penambangan, biru abu-abu, merusak
las listrik, buangan membran mocous, dan mata
prosesing film,
disinfeksi air
Seng Limbah industri, las Unsur penting dalam banyak 5,0
logam, patri metaloenzim, obat luka, toksik
untuk tanaman pada
konsentrasi yang lebih tinggi,
komponen utama dari buangan
“ Sludge “ pada tanah

Dari Tabel 5.2, beberapa unsur renik dikenal sebagai hara untuk tanaman dan nutrisi
untuk hewan. Dalam tabel tersebut banyak unsur yang merupakan unsur pokok pada
konsentrasi rendah dan toksik pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini merupakan
fenomena dari beberapa zat dalam lingkungan perairan.
Beberapa dari unsur logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dari unsur-
unsur zat pencemar. Seperti timbal (Pb), Kadnium (Cd), dan Merkuri (Hg), kebanyakan dari
logam-logam itu mempunyai ikatan afinitas sangat besar terhadap belerang. Logam-logam itu
mempunyai ikatan belerang dalam enzim-enzim sehingga enzim yang bersangkutan menjadi
tidak berfungsi. Gugus-gugus protein, asam karboksilat dan amino juga diserang oleh logam-
logam berat. Ion-ion Cd, Cu, Hg (II) terikat pada sel-sel membran yang menyebabkan
terhambatnya proses-proses transport melalui dinding sel. Logam-logam berat juga dapat
mengendapkan fosfat-organik atau mengkatalisis pengurainya.
Unsur-unsur yang terdapat pada garis batas antara logam dan bukan logam yaitu
metaloid, beberapa diantaranya merupakan zat pencemar air yang berbahaya. Arsen (As),
Selenium (Se), dan Antimon (Sb), merupakan contoh-contoh penting yang pengaruhnya pada
Tabel 5.2.

Arsen, Kadmium, Timbal, dan Merkuri Bahan Pencemar Sangat Berbahaya di


Perairan
Arsen telah dikenal sebagai zat kimia yang sangat berbahaya. Keracunan arsen
(warangan) yang akut dapat berasal dari makanan yang jumlahnya lebih dari 100 mg unsur
tersebut. Keracunan kronis dapat terjadi melalui makanan dalam jumlah arsen yang sedikit
dalam periode waktu yang lama. Dari bermacam-macam kejadian telah diketahui bahwa
arsen bersifat karsinogenik.
Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5 ppm. Pembakaran
bahan bakar fosil terutama batubara, mengeluarkan sejumlah warangan (As2O3) ke
lingkungan, dimana sebagian besar akan masuk ke dalam perairan alami. Arsen terdapat di
alam bersama-sama dengan mineral-mineral fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama-
sama dengan fosfor. Beberapa pestisida, terutama yang digunakan untuk berbagai kegunaan
yang luas sebelum Perang Dunia ke II mengandung senyawa arsen yang sangat toksik.
Sumber utama lain dari arsen adalah hasil akhir penambangan logam. Arsen yang dihasilkan
sebagai hasil ikatan dari pertambangan tembaga, emas, dam limbah terakumulasi sebagai
limbah.

Bahan pencemar KADMIUM dalam air berasal dari pembuangan limbah industri dan
limbah pertambangan. Cadmium secara luas digunakan dalam proses pelapisan logam. Sifat
kimia dari kadmium sangat mirip dengan seng, dan kedua metal tersebut sering terlibat
bersama-sama dalam proses-proses geokimia. Kedua logam tersebut dalam air dengan
bilangan oksidasi 2+.
Pengaruh manusia sangat serius. Diantaranya adalah menyebabkan tekanan darah
tinggi, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testikuler dan kerusakan dar sel-sel darah merah.
Keracunan kadmium menyebabkan penyakit di Jepang yang diberi nama “Hai-hai” atau
aduh-aduh. Hal ini dialami oleh sebagian penduduk dimana sungai Jitusu sumber dari bahan
pencemar ini berasal dari kegiatan pertambangan.
TIMBAL, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi + II, dan dikeluarkan oleh
sejumlah industri dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal
merupakan sumber utama dari timbal di atmosfer dan daratan yang kemudian dapat masuk ke
perairan alami. Timbal yang berasal dari batuan kapur dan galena (Pbs) merupakan sumber
timbal pada perairan alami.
Daya racun timbal yang akut pada perairan alami menyebabkan kerusakan hebat pada
ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak, serta sistem syaraf sentral, dan bisa menyebabkan
kematian. Pengaruh proses pelapisan kertas-kertas timbal, atau cat-cat dengan kandungan
timbal tinggi diperkirakan telah menyebabkan hambatan perkembangan mental pada anak-
anak.
Timbal digunakan sebagai bahan untuk solder dan untuk penyambung pipa air,
sehingga air untuk rumah tinggi kemungkinan dapat kontak dengan timbal. Air yang
tersimpan dalam alat-alat yang dibuat dari hasil pematrian, untuk jangka waktu lama dapat
mengakumulasi sejumlah timbal yang sangat tinggi.
MERKURI, mausk ke lingkungan melalui banyak sumber. Merupakan salah satu dari
bahan pencemar logam berat yang sangat penting untuk diperhatikan. Selain dapat masuk
secara langsung ke dalam perairan alami dari buangan limbah industri juga dapat masuk
melalui air hujan dan pencucian tanah.
Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari banyak mineral, dengan bantuan
kontinental yang rata-rata mengandung sekitar 90 ppb atau lebih kecil lagi. Sinabor, merkuri
sulfida, Hgs, yang berwarna merah, merupakan bijih merkuri utama yang diperdagangkan.
Bahan bakar batu bara fosil dan lignit sering mencapai 100 ppb merkuri, bahkan lebih.
Merkuri masuk ke lingkungan perairan berasal dari berbagai sumber yang timbul dari
penggunaan unsur itu oleh manusia seperti buangan laboratorium kimia, batu battere bekas,
pecahan termometer, fungi sida kebun, tambal gigi amalgam dan buangan farmasi. Toksida
merkuri secara tragis terjadi di Teluk Minamata Jepang. Selama periode 1953-1960 terdapat
111 kasus tentang keracunan merkuri akibat memakan ikan yang terkontaminasi oleh
merkuri. Dari bencana ini, 43 meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang
dilahirkan ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan terkontaminasi merkuri tersebut sebesar 5-20
ppm. Sumber merkuri berasal dari limbah industri kimia yang membuang limbahnya ke teluk
Minamata.
Pengaruh dari toksisitas merkuri terhadap, tubuh antara lain: kerusakan syaraf,
termasuk menjadi pemarah, paralisys, kebutaan atau gangguan jiw, kerusakan khromosom
dan cacat bayi dalam kandungan. Gejala-gejala ringan akibat keracunan merkuri adalah
depresi dan suka marah-marah yang merupakan sifat dari penyakit kejiwaan. Merkuri dengan
konsentrasi tinggi kadang kala di dapatkan di perairan dan jaringan ikan yang berasal dari
pembentukan ion monoetil merkuri yang larut , CH 3Hg+ dan (CH3)2 Hg, oleh bakteri
anaerobik di dalam sedimen, merkuri dari senyawa-senyawa ini menjadi pekat di dalam
lemak jaringan ikan (penguatan biologis) dapat mencapai 103.

Sianida Dan Bahan Anorganik Lainnya Dalam Air


Kebanyakan dari bahan pencemar anorganik yang penting terdapat sebagai unsur-
unsur renik. Sianida CN- merupakan salah satu bahan pencemar anorganik yang paling
penting. Dalam air sianida terdapat sebagai HCN, suatu asam lemak dengan pKg = 6 x 10 -10.
Ion sianida mempunyai afinitas kuat terhadap banyak ion logam, misalnya membentuk
ferrosianida yang relatif kurang beracun, Fe (CN)64-, HCH merupakan gas yang mudah
menguap dan sangat beracun. Sianida banyak di gunakan secara luas dalam industri, terutama
untuk pembersih logam dan pengelasan listrik. gas ini merupakan salah satu gas utama efluen
pencemar dari dapur dapur gas dan oven-oven batu bara. Sianida di gunakan pula dalam
prosesing mineral-mineral tertentu, seperti dalam pencucian bijih emas.
Bahan pencemar anorganik lainnya adalah ammonia, karbon dioksida, hidrogen,
sulfida, nitrit, dan sulfit. Kehadiran senyawa nitrogen dalam bentuk ammonia yang cukup
banyak memberikan masalah yang cukup besar terhadap kualitas air. \

AMONIA merupakan produk utama dari penguraian (pembusukan) limbah nitrogen


organik yang keberadaannya menunjukan bahwa sudah pasti terjadi pencemaran oleh
senyawa tersebut. Amonia kadang-kadang di tambahkan ke dalam bahan air untuk minum
atau sumber air dengan pE rendah yang kemudian akan bereaksi klor untuk menyediakan
“sisa klor” (pada proses penjernihan air minum). Ketika pKa dari ion ammonium, NH4 +, 26
kebanyakan dari amonia dalam air terdapat sebagai NH4+ dari pada NH3.
HIDROGEN SULFIDA, H2S, dihasilkan dari proses pembusukan bahan-bahan
organik yang mengandung belerang oleh bakteri anaerob. Juga sebagai hasil reduksi dengan
kondisi anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan pencemar
gas yang dikeluarkan dari air panas bumi. Bahan-bahan pencemar dari industri kimia, pabrik
kertas, pabrik tekstil dan penyamakan kulit dapat mengandung H2S merupakan asam lemak
dengan harga pKa (1) = 6,99 dan pKa (2) = 12,92. Ion S 2- tidak pernah di temukan dalam
perairan alami yang bersifat normal. Ion sulfida mempunyai affinitas yang menakjubkan
dengan banyak logam-logam berat, dan pengendapan dari logam-logam sulfida sering kali
menyertai terbentuknya H2S.
KARBON DIOKSIDA bebas, CO2, sering kali terdapat dalam air konsentrasi tinggi
sehubungan terjadinya pembusukan bahan-bahan organik, karbon dioksida di gunakan untuk
“melunakkan” air, pada proses rekarbonisasi dalam pengolahan air. Kandungan CO 2 yang
cukup tinggi, air akan lebih bersifat korosif dan akan membahayakan kehidupan akuatik.
Ion NITRIT, NO2- terdapat dalam air sebagai “ an intermediate Oxidation State” dari
nitrogen. Kadang kala nitrit di tambahkan pada beberapa proses industri untuk mencegah
terjadinya korosi. Jarang terdapat pada air minum pada konsentrasi lebih dari 0,1 mg/l.
Ion SULFIT, SO32-, ditemukan dalam beberapa air limbah industri. Natrium sulfit
biasa ditambahkan “ to boiler feed waters” sebagai perangkap oksigen:
2 SO32- + O2 2SO42-
Asbes Dalam Air
Toksisitas dari asbes yan terhirup sudah diketahui dengan baik. Setelah terpapar
selama 20 atau 30 tahun akan terbentuk jaringan ikat pada paru-paru yang kemudian
berkembang menjadi kanker. Belum diketahui dengan pasti apakah asbes bersifat toksik
dalam air minum. Namun telah menjadi fokus perhatian karena sekarang ini telah terjadi
penumpukan (dumping) dari takonit yang berasal dari penambangan bijih besi yang
mengandung asbes. Seperti yang terjadi di daerah sekitar “danau superior” dimana fiber
(mengandung asbes) banyak ditemukan dalam air minum.
Ganggang dan Eutrofikasi
Istilah entrofikasi berasal dari bahasa Yunani berarti nutrisi/hara baik, yang
menjelaskan suatu kondisi dari suatu danau atau penampungan/ sumber air yang
menyebabkan kemerosotan dari kualitas airnya. Langkah pertama dalam entrofikasi dari
badan-badan air adalah adanya masukan dari hara-hara tanaman seperti terlihat pada Tabel
5.3, yang berasal dari air buangan hara atau nutrien mencapai badan air yang kemudian
menghasilkan sejumlah besar biomas tanaman melalui fotosintesis.

Tabel 5.3 Sumber dan Fungsi Hara Esensial bagi Tanaman

Hara Sumber Fungsi


Hara Makro
Karbon (CO2) Atmosfer, pembusukan Penyusun biomas
Hidrogen Air Penyusun biomas
Oksigen Air Penyusun biomas
Nitrogen (NO3-) Pembusukan, atmosfer, Penyusun protein
bahan pencemar
Pembusukan, mineral, Bahan
Fosfor (fosfat) Penyusun DNA/RNA
Pencemar
Mineral-mineral bahan
Kalium pencemar Fungsi metabolik
Sulfur (sulfat) Mineral-mineral Protein, enzim
Magnesium Mineral-mineral Fungsi metabolik
Kalsium Mineral-mineral Fungsi metabolik
Hara Mikro
B, Cl, Ca, Cu, Fe, Mineral-mineral Fungsi metabolik
Mo, Mn, Na, SI, U, Zn Bahan pencemar Fungsi metabolik dan
penyusun enzim

Eutrafikasi merupakan suatu fenomena yang sering terjadi, yang merupakan dasar
dari pembentukan deposil yang berlimpah dari batu bara dan tanah-tanah yang subur, dimana
kegiatan manusia dapat meningkatkan dengan cepat proses tersebut. Hal ini dapat dipahami,
bila kita melihat kepada Tabel 5.3 yang memperlihatkan bahwa unsur-unsur kimia dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Kebanyakan dari unsur-unsur tersebut terdapat di rata-rata
sumber air atau danau dalam jumlah yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Deterjen yang berasal dari rumah tangga merupakan sumber fosfat yang umum dalam
air limbah, dan untuk mengontrol entrofikasi dikonsentrasikan pada eliminasi fosfat dalam
deterjen, mengeluarkan fosfat pada proses pengolahan air buangan limbah, dan mencegah
termuatnya fosfat dalam aliran air buangan dari berbagai badan air.
Aciditas, Alkalinitas, dan Salinitas
Biota akuatik sensitif terhadap pH yang ekstrim, dalam arti air sangat bersifat asam
atau basa. Hal ini kebanyakan akibat dari efek osmotik, sehingga biota-biota akuatik tidak
dapat hidup dalam suatu medium yang salinitasnya tidak sesuai. Oleh karena itu ikan air
tawar akan segera mati bila dimasukan kedalam air laut dan sebaliknya ikan laut tidak dapat
hidup dalam air tawar. Kelebihan salinitas juga akan segera mematikan tanaman yang tidak
sesuai dengan kondisi tersebut.
Sumber yang paling umum dari bahan pencemar asam dalam air adalah aliran asam
penambangan. Limbah industri sering menyebabkan kondisi keasaman yang tinggi dari
perairan. Kelebihan Alkalinitas, seringkali disertai dengan pH tinggi, secara umum tidak
langsung disebabkan oleh aktivitas manusia. Tetapi dibeberapa daerah dimana tanahnya
banyak mengandung mineral-mineral bersifat basa akan memberikan efek alkalinitas tinggi
terhadap perairannya. Kelebihan salinitas dalam air dimanifestasikan oleh adanya
karakterisasi pembentukan garam-garam putih dipinggiran suatu badan air atau diatas tepi
sungai.

Oksigen, Bahan Oksidan dan Reduktan


Banyaknya oksigen yang dikonsumsi/digunakan oleh oksidasi dengan perantara
mikroba dari bahan pencemar air dinamakan Biochemical Oxygen Demand (BOD).
Parameter ini biasanya diukur dengan menentukan jumlah oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme akuatik yang sesuai selama jangka waktu 5 hari.
Mula-mula, suatu perairan dengan aerasi yang baik, yaitu sungai yang tidak tercemar
maka kadar oksigennya tinggi dan populasi dari bakteri relatif rendah. Dengan adanya
penambahan bahan pencemar yang dapat dioksidasi, maka kandungan oksigen dalam air
menurun tajam karena reaerasi tidak dapat tercapai dengan adanya penggunaan oksigen oleh
bakteri. Dalam wilayah (zona) penguraian, populasi bakteri meningkat. Zona ini ditandai
dengan populasi bakteri yang tinggi dan tingkat kandungan oksigen yang rendah. Bila bahan
pencemar tadi sudah habis maka terbentuk zona “terminate” yang kemudian terjadi zona
perbaikan (“recovery” ). Dalam zona perbaikan, populasi bakteri mulai menurun dan tingkat
kandungan oksigen atau oksigen terlarut (Disolved Oxygen, DO) meningkat sampai akhirnya
air mencapai kondisi semula.
Meskipun BOD merupakan suatu pengukuran yang realistik untuk menentukan
kualitas dan lebih jauh mengangkut oksigen, tes yang digunakan membutuhkan cukup waktu
dan tidak praktis untuk dilakukan. Total organik karbon (TOC), seringkali dilakukan
pengukurannya dengan menggunakan katalis yang dapat mengoksidasi bahan organik dalam
air dengan jalan mengukur TOC menjadi lebih populer karena menggunakan peralatan yang
lebih sederhana dan tidak menggunakan waktu yang terlalu lama seperti pada pengukuran
BOD.
Bahan Pencemar Organik
Seperti terlihat pada Tabel 5.4, buangan domestik, komersial, proses pembuatan
makanan, dan industri merupakan sumber yang mengandung bahan polutan dengan
kandungan yang cukup banyak, termasuk jenis bahan pencemar organik. Beberapa dari bahan
pencemar ini, terutama zat-zat yang membutuhkan oksigen seperti: minyak, gemuk, dan
beberapa padatan dikeluarkan dari proses pengolahan air primer dan sekunder. (Proses
pengolahan air limbah, terutama limbah industri akan dibahas pada bahan ajar “Kimia
Analisis Lingkungan”). Bahan pencemar lainnya seperti garam-garam, logam-logam berat
dan bahan-bahan organik yang tahan urai dapat dihilangkan dengan efisiensi.
Tabel 5.4 Beberapa Komponen Primer Air Buangan dari Sistem Buangan Air Kota.
Komponen Sumber potensial Efek dalam air
(konstituen)
Zat-zat yang Bahan-bahan organik Mengurangi oksigen terlarut
membutuhkan oksigen terutama feces Buangan Toksik terhadap kehidupan
Bahan organik tidak Industri, produk-produk akuatik
terdegradasi rumah tangga
Virus Buangan manusia
Menyebabkan penyakit
Deterjen Rumah tangga Estetika, menghambat
penghilangan minyak, toksik
Minyak dan Lemak Merusak, proses pembuatan
terhadap kehidupan akuatik
makanan dan limbah
industri Estetika, berbahaya bagi
Fosfat Garam-garam kehidupan akuatik
Deterjen Buangan manusia,
pelunakan air, limbah Nutrisi bagi ganggang
industri Meningkatnya salinitas
Limbah industri, Toksisitas
Logam berat Agen laboratorium kimia
chelat Pelarutan logm berat dan
Beberapa deterjen, limbah transportasinya Estetika,
Padatan industri semua sumber berbahaya bagi kehidupan
akuatik

Masalah besar lainnya dari lingkungan air limbah adalah terbentuknya banyak lumpur
dari proses pengolahan air limbah. Lumpur yang dihasilkan ini mengandung bahan-bahan
organik yang mengalami penguraian perlahan-lahan, bahan organik tidak terdegradasi, dan
logam-logam berat jumlah lumpur yang dihasilkan makin lama makin meningkat. Hal ini
disebabkan setiap industri diwajibkan untuk mengolah air limbahnya berarti lumpur yang
dihasilkan dari proses pengolahan air akan bertambah banyak sesuai dengan semakin
banyaknya industri didirikan.

SABUN DAN DETERJEN


Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan deterjen. Keduanya merupakan
sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyaw garam dari asam-asam
lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak
dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan
dari air. Konsep ini dapat di pahami dengan mengingat kedua sifat dari anion sabun. Suatu
gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang
panjang sebagai “ekor” :

H HHHHHHHHHHHHHHHHO
│ ││││││││ ││││││││║
H-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-O
││││││││││││││││││
HHHHHHHHHHHHHHHHHH

Dengan adanya minyak, lemak, dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya,
kecenderungan untuk “ekor” dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan bagian
“kepala” tetap tinggal dalam larutan air.
Keuntungan yang utama dari Sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari reaksi dengan
kation-kation divallen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut.
2 C17H35COO-Na+ + Ca2+ Ca ( C17H35CO2 )2 ( S ) + 2 Na+
Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari magnesium atau kalsium.
Keduanya tidak seleruhnya efektif seperti bahan-bahan pencuci. Sebagai tambahan, spesi
yang tidak dapat membentuk dadih (Curds) yang tidak enak dilihat. Pada baju dan mesin-
mesin pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan
oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai
kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik. Ini merupakan penyesuaian yang biasa
dilakukan bila sabun digunakan dalam air yang tidak lunak (air sadah) dimana adanya garam-
garam kalsium dan magnesium yang tidak larut dapat ditolerir. Akan tetapi bila sabun akan
digunakan untuk mencuci pakaian, air sadah harus dilunakan terlebih dahulu dengan
menghilangkan dulu kalsium dan magnesium atau senyawa kompleknya dengan zat-zat
polifosfat.
Meskipun pembentukan garam-garam kalsium dan magnesium yang tidak larut telah
dihasilkan dalam pembentukan yang penting dari sabun sebagai bahan pencuci untuk baju,
piring-piring, dan bahan-bahan penting lainnya tetapi mempunyai keuntungan yang berbeda
dari sudut lingkungan. Begitu sabun masuk kedalam buangan air atau suatu sistem akuatik
biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu
beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan dari lingkungan.
Oleh karena itu terlepas dari pembentukan buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak
menyebabkan masalah pencemaran yang penting.

Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-
garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air
sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam
kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu
karakteristik yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang
beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang
lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara),
padatan-padatan (debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini
terjadi karena struktur “ Amphiphilic “, yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah
suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk
air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk
berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai tahun 1960-an
Surfaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen sulfonat, ABS suatu produk
sulfonasi dari suatu denivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata
sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada
strukturnya. Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang
terkontaminsi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa, Efek yang tidak menguntungkan lainnya
dari surfaktan jenis ini terhadap proses pengolahan limbah adalah menurunkan tegangan
permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk
dan minyak dan pemusnahan bakteri yang berguna. Oleh karena itu, ABS kemudian
digantikan oleh surfaktan yang dapat di biodegradasi, yang dikenal dengan Linier Alkil
Sulfonat (LAS).

PESTISIDA DI DALAM AIR


Pestisida merupakan penyebab pencemaran lingkungan yang utama, baik untuk
pencemaran tanah, udara, dan air. Banyak pestisida sangat beracun seperti DDT (sekarang
sudah tidak boleh digunakan dan diproduksi) dan menjadi lebih tinggi konsentrasinya di
dalam rantai makanan.
Makhluk hidup terutama manusia banyak menarik keuntungan dari adanya pestisida.
Suatu kenyataan tanpa pestisida, bidang pertanian tidak akan menghasilkan produk yang
sesuai dengan yang diperkirakan. Dari pengalaman sejarah masa lalu, keracunan tanaman
pertanian oleh hama dan penyakit telah menyebabkan kelaparan penduduk dunia dalam
jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu pestisida akan terus digunakan, yang perlu
mendapat perhatian dalam hal ini adalah harus dicari pestisida yang lebih aman dan lebih
mudah terurai dalam lingkungan setelah digunakan.
Pestisida dapat digolongkan sebagai herbisida, insektisida, dan fungisida. Herbisida,
meskipun sangat beracun terhadap tanaman yang peka, umumnya tidak menghambat
pertumbuhan mikrobial bila digunakan pada konsentrasi yang diinginkan. Herbisida
digunakan untuk mematikan tanaman yang tidak diinginkan. Insektida, biasanya tidak
membahayakan mikroorganisme meskipun penggunaannya dengan konsetrasi yang lebih
tinggi dari herbisida. Fungisida digunakan untuk membasmi cendawan-cendawan berbahaya.
Insketisida dan fungisida merupakan pestisida yang paling penting karena
penggunaannya yang dekat sebelum atau sesudah panen, sehingga dapat menyebabkan
asupan terhadap bahan makanan. Potensi adanya sejumlah besar pestisida masuk ke perairan
bisa secara langsung seperti kegiatan membasmi nyamuk dan serangga lainnya, atau tidak
langsung terutama yang berasal dari saluran lahan pertanian.
Ada tiga jenis insektisida yang di gunakan, yaitu jenis organochlor, organofosfat,
dan karbonat. Insektisida organochlor merupakan senyawa hidrokarbon di mana beberapa
atom H nya selalu digantikan oleh atom-atom Cl, Salah satu insektisida organchlor yang telah
banyak digunakan dan menimbulkan banyak masalah besar terhadap lingkungan hidup adalah
DDT (Dichloro Difenil Trichloroetana). DDT bersifat toksik terhadap mamalia, dan mungkin
bersifat karsinogen. Insektisida ini sangat bersifat persisten dan terakumulasi dalam rantai
makanan, sehingga sudah tidak boleh digunakan lagi.
Insektisida Organofosfat merupakan senyawa organik yang mengandung fosfor,
kebanyakan bentuk derivat senyawa organik dari asam orto fosfat. Beberapa dari insektisida
organofosfat adalah ester dari asam ortofosfat, yang paling dikenal adalah paraoxon, dan
parathion. Toksisitas dari organofosfat cukup tinggi, sebagai contoh, sebanyak 120 mg
parathion telah diketahui dapat membunuh seorang anak. Keracunan sering terjadi karena
adanya atroksi melalui kulit. Berbeda dengan organochlor, insektisida jenis ini langsung
dapat mengalami biodegradasi dan tidak bersifat bioakumulatif. Oleh karena itu insektisida
organofosfat kurang signifikan sebagai bahan pencemar air.
Insektisida golongan karbamat penggunaannya cukup luas sebagai insektisida
halaman berumput atau kebun digunakan Carbaryl. Insektisida golongan ini lebih mudah
mengalami biodegradasi dan mempunyai toksisitas yang lebih ringan dari pada organofosfat
=. Efek toksik dari karbnat terhadap binatang adalah kenyataan bahwa senyawa ini
menghambat kerja enzim acetylcholinesterase namun hanya bersifat reversibel.

RADIONUKLIDA DALAM LINGKUNGAN PERAIRAN


Inti radioaktif atau radionuklida terbentuk dalam jumlah yang sangat besar, sebagai
produk sampah dalam pembangkit tenaga nuklir. Buangan yang berlebihan merupakan
sebuah masalah yang disebabkan banyak kontroversi yang menyangkut perluasan
penggunaan tenaga nuklir. Inti radioaktif berbeda dengan inti lain dalam mengeluarkan
radiasi ionisasinya. Bentuk-bentuk yang paling umum dari radiasi ionisasi adalah partikel-
partikel alfa, beta, dan gamma (α, β, dan γ).
Bahaya radiasi bagi organisme hidup disebabkan karena reaksi-reaksi kimia
berbahaya di dalam jaringan. Jaringan ikatan dalam makromolekul yang menyelenggarakan
proses kehidupan dihancurkan. Dalam kasus-kasus keracunan oleh radiasi akut, sumsum
tulang yang menghasilkan sel-sel darah merah dihancurkan dan mengakibatkan konsentrasi
darah merah berkurang. Bahaya genetis yang disebabkan oleh radiasi merupakan persoalan
besar, bahaya ini belum muncul sampai beberapa tahun setelah terkena radiasi.

Anda mungkin juga menyukai