PENCEMARAN LINGKUNGAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Kimia Lingkungan
Dosen Pengampuh: Novike Bela Sumanik, S.T., M.Pd
Oleh:
5.1. PENDAHULUAN
Sebelum adanya kegiatan industri dan transportasi yang banyak mengeluarkan bahan
pencemar ke lingkungan air yang disebabkan oleh limbah domestik akibat kegiatan manusia
telah merupakan faktor yang penting yang menentukan kesejahteraan/kesehatan manusia.
Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan air sudah semakin berat dengan masuknya
limbah industri dari berbagai bahan kimia yang kadang kala sangat berbahaya dan beracun
meskipun dalam konsentrasi yang masih rendah seperti bahan pencemar logam-logam berat:
Hg, Pb, Cd, As, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sudah terjadi pula di lingkungan udara dan tanah dengan
segala dampak yang ditimbulkannya. Penyebab pencemaran ini selain disebabkan oleh
aktivitas manusia (antropogemik) juga dapat ditimbulkan oleh kegiatan alami, seperti
kebakaran hutan karena kemarau panjang, letusan gunung berapi dan lain sebagainya.
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah lingkungan ini
baik yang dilakukan secara internasional, regional atau lokal. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia sudah mulai sadar akan adanya bahaya yang mengerikan dari kerusakan lingkungan
akibat pencemaran yang semakin parah.
Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk
dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian mengalami
pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu industri makan kategori sumur
tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak
dapat digunakan langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.
Dengan demikian air sumur tersebut menjadi kurang/tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Setelah Perang Dunia ke II telah terjadi pertumbuhan yang mengejutkan dalam dunia
industri yang menggunakan bahan-bahan kimia sintetik. Banyak dari bahan-bahan kimia ini
telah menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan air. Seperti limpasan (run off) dari
pestisida dan herbisida yang berasal dari daerah pertanian atau perkebunan dan buangan
limbah industri ke permukaan air. Yang lebih seirus lagi adalah terjadinya rembesan kedalam
air tanah dari bahan-bahan pencemar yang berasal dari penampungan limbah kimia dan
“landfills”, kolam penampungan atau kolam pengolahan limbah dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Tabel 5.1 Klasifikasi Umum Dari Bahan Pencemar Air
Dari Tabel 5.2, beberapa unsur renik dikenal sebagai hara untuk tanaman dan nutrisi
untuk hewan. Dalam tabel tersebut banyak unsur yang merupakan unsur pokok pada
konsentrasi rendah dan toksik pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini merupakan
fenomena dari beberapa zat dalam lingkungan perairan.
Beberapa dari unsur logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dari unsur-
unsur zat pencemar. Seperti timbal (Pb), Kadnium (Cd), dan Merkuri (Hg), kebanyakan dari
logam-logam itu mempunyai ikatan afinitas sangat besar terhadap belerang. Logam-logam itu
mempunyai ikatan belerang dalam enzim-enzim sehingga enzim yang bersangkutan menjadi
tidak berfungsi. Gugus-gugus protein, asam karboksilat dan amino juga diserang oleh logam-
logam berat. Ion-ion Cd, Cu, Hg (II) terikat pada sel-sel membran yang menyebabkan
terhambatnya proses-proses transport melalui dinding sel. Logam-logam berat juga dapat
mengendapkan fosfat-organik atau mengkatalisis pengurainya.
Unsur-unsur yang terdapat pada garis batas antara logam dan bukan logam yaitu
metaloid, beberapa diantaranya merupakan zat pencemar air yang berbahaya. Arsen (As),
Selenium (Se), dan Antimon (Sb), merupakan contoh-contoh penting yang pengaruhnya pada
Tabel 5.2.
Bahan pencemar KADMIUM dalam air berasal dari pembuangan limbah industri dan
limbah pertambangan. Cadmium secara luas digunakan dalam proses pelapisan logam. Sifat
kimia dari kadmium sangat mirip dengan seng, dan kedua metal tersebut sering terlibat
bersama-sama dalam proses-proses geokimia. Kedua logam tersebut dalam air dengan
bilangan oksidasi 2+.
Pengaruh manusia sangat serius. Diantaranya adalah menyebabkan tekanan darah
tinggi, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testikuler dan kerusakan dar sel-sel darah merah.
Keracunan kadmium menyebabkan penyakit di Jepang yang diberi nama “Hai-hai” atau
aduh-aduh. Hal ini dialami oleh sebagian penduduk dimana sungai Jitusu sumber dari bahan
pencemar ini berasal dari kegiatan pertambangan.
TIMBAL, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi + II, dan dikeluarkan oleh
sejumlah industri dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal
merupakan sumber utama dari timbal di atmosfer dan daratan yang kemudian dapat masuk ke
perairan alami. Timbal yang berasal dari batuan kapur dan galena (Pbs) merupakan sumber
timbal pada perairan alami.
Daya racun timbal yang akut pada perairan alami menyebabkan kerusakan hebat pada
ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak, serta sistem syaraf sentral, dan bisa menyebabkan
kematian. Pengaruh proses pelapisan kertas-kertas timbal, atau cat-cat dengan kandungan
timbal tinggi diperkirakan telah menyebabkan hambatan perkembangan mental pada anak-
anak.
Timbal digunakan sebagai bahan untuk solder dan untuk penyambung pipa air,
sehingga air untuk rumah tinggi kemungkinan dapat kontak dengan timbal. Air yang
tersimpan dalam alat-alat yang dibuat dari hasil pematrian, untuk jangka waktu lama dapat
mengakumulasi sejumlah timbal yang sangat tinggi.
MERKURI, mausk ke lingkungan melalui banyak sumber. Merupakan salah satu dari
bahan pencemar logam berat yang sangat penting untuk diperhatikan. Selain dapat masuk
secara langsung ke dalam perairan alami dari buangan limbah industri juga dapat masuk
melalui air hujan dan pencucian tanah.
Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari banyak mineral, dengan bantuan
kontinental yang rata-rata mengandung sekitar 90 ppb atau lebih kecil lagi. Sinabor, merkuri
sulfida, Hgs, yang berwarna merah, merupakan bijih merkuri utama yang diperdagangkan.
Bahan bakar batu bara fosil dan lignit sering mencapai 100 ppb merkuri, bahkan lebih.
Merkuri masuk ke lingkungan perairan berasal dari berbagai sumber yang timbul dari
penggunaan unsur itu oleh manusia seperti buangan laboratorium kimia, batu battere bekas,
pecahan termometer, fungi sida kebun, tambal gigi amalgam dan buangan farmasi. Toksida
merkuri secara tragis terjadi di Teluk Minamata Jepang. Selama periode 1953-1960 terdapat
111 kasus tentang keracunan merkuri akibat memakan ikan yang terkontaminasi oleh
merkuri. Dari bencana ini, 43 meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang
dilahirkan ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan terkontaminasi merkuri tersebut sebesar 5-20
ppm. Sumber merkuri berasal dari limbah industri kimia yang membuang limbahnya ke teluk
Minamata.
Pengaruh dari toksisitas merkuri terhadap, tubuh antara lain: kerusakan syaraf,
termasuk menjadi pemarah, paralisys, kebutaan atau gangguan jiw, kerusakan khromosom
dan cacat bayi dalam kandungan. Gejala-gejala ringan akibat keracunan merkuri adalah
depresi dan suka marah-marah yang merupakan sifat dari penyakit kejiwaan. Merkuri dengan
konsentrasi tinggi kadang kala di dapatkan di perairan dan jaringan ikan yang berasal dari
pembentukan ion monoetil merkuri yang larut , CH 3Hg+ dan (CH3)2 Hg, oleh bakteri
anaerobik di dalam sedimen, merkuri dari senyawa-senyawa ini menjadi pekat di dalam
lemak jaringan ikan (penguatan biologis) dapat mencapai 103.
Eutrafikasi merupakan suatu fenomena yang sering terjadi, yang merupakan dasar
dari pembentukan deposil yang berlimpah dari batu bara dan tanah-tanah yang subur, dimana
kegiatan manusia dapat meningkatkan dengan cepat proses tersebut. Hal ini dapat dipahami,
bila kita melihat kepada Tabel 5.3 yang memperlihatkan bahwa unsur-unsur kimia dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Kebanyakan dari unsur-unsur tersebut terdapat di rata-rata
sumber air atau danau dalam jumlah yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Deterjen yang berasal dari rumah tangga merupakan sumber fosfat yang umum dalam
air limbah, dan untuk mengontrol entrofikasi dikonsentrasikan pada eliminasi fosfat dalam
deterjen, mengeluarkan fosfat pada proses pengolahan air buangan limbah, dan mencegah
termuatnya fosfat dalam aliran air buangan dari berbagai badan air.
Aciditas, Alkalinitas, dan Salinitas
Biota akuatik sensitif terhadap pH yang ekstrim, dalam arti air sangat bersifat asam
atau basa. Hal ini kebanyakan akibat dari efek osmotik, sehingga biota-biota akuatik tidak
dapat hidup dalam suatu medium yang salinitasnya tidak sesuai. Oleh karena itu ikan air
tawar akan segera mati bila dimasukan kedalam air laut dan sebaliknya ikan laut tidak dapat
hidup dalam air tawar. Kelebihan salinitas juga akan segera mematikan tanaman yang tidak
sesuai dengan kondisi tersebut.
Sumber yang paling umum dari bahan pencemar asam dalam air adalah aliran asam
penambangan. Limbah industri sering menyebabkan kondisi keasaman yang tinggi dari
perairan. Kelebihan Alkalinitas, seringkali disertai dengan pH tinggi, secara umum tidak
langsung disebabkan oleh aktivitas manusia. Tetapi dibeberapa daerah dimana tanahnya
banyak mengandung mineral-mineral bersifat basa akan memberikan efek alkalinitas tinggi
terhadap perairannya. Kelebihan salinitas dalam air dimanifestasikan oleh adanya
karakterisasi pembentukan garam-garam putih dipinggiran suatu badan air atau diatas tepi
sungai.
Masalah besar lainnya dari lingkungan air limbah adalah terbentuknya banyak lumpur
dari proses pengolahan air limbah. Lumpur yang dihasilkan ini mengandung bahan-bahan
organik yang mengalami penguraian perlahan-lahan, bahan organik tidak terdegradasi, dan
logam-logam berat jumlah lumpur yang dihasilkan makin lama makin meningkat. Hal ini
disebabkan setiap industri diwajibkan untuk mengolah air limbahnya berarti lumpur yang
dihasilkan dari proses pengolahan air akan bertambah banyak sesuai dengan semakin
banyaknya industri didirikan.
H HHHHHHHHHHHHHHHHO
│ ││││││││ ││││││││║
H-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-O
││││││││││││││││││
HHHHHHHHHHHHHHHHHH
Dengan adanya minyak, lemak, dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya,
kecenderungan untuk “ekor” dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan bagian
“kepala” tetap tinggal dalam larutan air.
Keuntungan yang utama dari Sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari reaksi dengan
kation-kation divallen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut.
2 C17H35COO-Na+ + Ca2+ Ca ( C17H35CO2 )2 ( S ) + 2 Na+
Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari magnesium atau kalsium.
Keduanya tidak seleruhnya efektif seperti bahan-bahan pencuci. Sebagai tambahan, spesi
yang tidak dapat membentuk dadih (Curds) yang tidak enak dilihat. Pada baju dan mesin-
mesin pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan
oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai
kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik. Ini merupakan penyesuaian yang biasa
dilakukan bila sabun digunakan dalam air yang tidak lunak (air sadah) dimana adanya garam-
garam kalsium dan magnesium yang tidak larut dapat ditolerir. Akan tetapi bila sabun akan
digunakan untuk mencuci pakaian, air sadah harus dilunakan terlebih dahulu dengan
menghilangkan dulu kalsium dan magnesium atau senyawa kompleknya dengan zat-zat
polifosfat.
Meskipun pembentukan garam-garam kalsium dan magnesium yang tidak larut telah
dihasilkan dalam pembentukan yang penting dari sabun sebagai bahan pencuci untuk baju,
piring-piring, dan bahan-bahan penting lainnya tetapi mempunyai keuntungan yang berbeda
dari sudut lingkungan. Begitu sabun masuk kedalam buangan air atau suatu sistem akuatik
biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu
beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan dari lingkungan.
Oleh karena itu terlepas dari pembentukan buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak
menyebabkan masalah pencemaran yang penting.
Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-
garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air
sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam
kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu
karakteristik yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang
beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang
lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara),
padatan-padatan (debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini
terjadi karena struktur “ Amphiphilic “, yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah
suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk
air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk
berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai tahun 1960-an
Surfaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen sulfonat, ABS suatu produk
sulfonasi dari suatu denivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata
sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada
strukturnya. Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang
terkontaminsi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa, Efek yang tidak menguntungkan lainnya
dari surfaktan jenis ini terhadap proses pengolahan limbah adalah menurunkan tegangan
permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk
dan minyak dan pemusnahan bakteri yang berguna. Oleh karena itu, ABS kemudian
digantikan oleh surfaktan yang dapat di biodegradasi, yang dikenal dengan Linier Alkil
Sulfonat (LAS).