I. PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, urbanisasi, serta kegiatan distribusi,
kondisi air permukaan maupun air tanah di Indonesia dikhawatirkan makin menurun
kualitasnya. Ketersediaan air dari waktu ke waktu relatif tetap karena mengikuti daur
ulang hidrologi, namun keadaan dan sifat kualitasnya dapat membatasi pemakaian
dan manfaat yang diberikan.
Berbagai bahan kimia beracun, lumpur, serta sampah masuk ke dalam sungai
termasuk pula sering ditemukan limbah tinja hasil pengurasan dari tangki septik
penduduk yang dibuang secara illegal ke sungai. Ditambah pula, tata guna lahan yang
kurang sesuai di daerah hulu yang menambah sedimen dihilir, seperti juga limbah
pestisida dan pupuk yang digunakan untuk pertanian.
Salah satu akibat kegiatan di atas, maka kandungan oksigen dalam air akan turun
menjadi sangat rendah sehingga hanya organisme air yang sangat tahan saja yang
dapat hidup di sungai yang tercemar. Begitu pula, seringkali terlihat banyak air sungai
berwarna dan permukaannya ditutupi oleh busa akibat deterjen dan bahan pencemar
lainnya, ikan-ikan menjadi mati dan sebagainya sehingga sungai menjadi hitam dan
berbau. Di sisi lain, air limbah rumah tangga terutama di perkotaan yang seringkali
langsung dibuang atau tidak diolah secara benar. Sehingga perlu dipikirkan bersama,
apa yang dapat kita lakukan sebagai individu dan bagian dari masyarakat untuk
mengurangi tingkat pencemaran dan mengembalikan kualitas sumber air yang sangat
vital bagi kita.
Materi modul ini akan menekankan jenis pencemaran air yang diakibatkan oleh air
limbah rumah tangga atau domestik serta pengaruhnya, sehingga dapat memberikan
gambaran mengapa sangat penting fasilitas sanitasi serta berbagai instalasi
pengolahan air limbah rumah tangga termasuk pengolahan lumpur tinja. Diskusi dan
pembahasan akan menitikberatkan pada beberapa masalah utama pencemaran yang
diakibatkan oleh air limbah rumah tangga.
Menurut PP No. 82 Tahun 2001 pencemaran air adalah turunnya kualitas air sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya.
area hutan yang telah dibuka, lapangan golf, taman, lokasi konstruksi, area parkir, dsb.
Biasanya pencemaran dari sumber ini tidak teratur dan tidak seragam, sedangkan
pencemaran akibat dari sumber yang jelas titiknya dapat diperkirakan dan jenisnya
seragam setiap tahun.
Pencemaran air terjadi ketika terlalu banyak substansi yang tidak diinginkan dan
membahayakan (harmful) mengalir masuk ke dalam air. Melampaui kemampuan
alamiah dari badan air tersebut untuk menghilangkan atau mengubah bahan
pencemar tersebut menjadi tidak berbahaya lagi.
- Bahan kimia organik Pestisida, plastik, deterjen, Industri dan lahan pertanian
minyak
- Bahan kimia anorganik Asam, garam-garam, logam Air buangan industri, cairan
pembersih rumah tangga,
limpahan air permukaan
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bekasi
Sumber utama patogen-patogen ini adalah limbah manusia yang langsung dibuang ke
lingkungan atau tidak diolah dengan baik. Di negara maju, pengelolaan air limbah yang
diiringi dengan teknik pengontrolan pencemaran lainnya telah sangat mengurangi
tersebarnya penyakit patogen ini ke permukaan. Lebih lanjut air minum umumnya
diberi desinfeksi dengan cara klorinasi sehingga penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui air sangat jarang terjadi di negara maju.
Kondisi ini sangatlah berbeda dengan negara berkembang termasuk Indonesia. Masih
rendahnya tingkat pelayanan sanitasi serta kemudahan penduduk untuk mendapatkan
air bersih menyebabkan masih tingginya kematian bayi serta rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat di Indonesia. Kondisi ini terlihat lebih buruk di daerah pedesaan
dan perkotaan yang miskin dan padat karena sangat sederhananya fasilitas sanitasi
atau bahkan seringkali tidak tersedia sama sekali. Ditambah lagi tidak tersedianya air
bersih yang cukup atau kesulitan untuk mendapatkan air bersih tersebut karena harga
tidak terjangkau oleh masyarakat tidak mampu. The World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa 80% penyakit yang terjadi di negara berkembang adalah
disebabkan oleh infeksi penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemari bakteri
patogen.
Mendeteksi/mengetahui patogen tertentu dalam air cukup sulit, memerlukan waktu dan
biaya yang mahal, sehingga biasanya analisis air untuk mengetahui adanya organisme
ini adalah dengan menguji keberadaan bakteri coliform, yaitu suatu bakteri yang hidup
di usus manusia dan sebagian binatang. Apabila ditemukan sejumlah besar organisme
ini pada contoh air yang diperiksa, maka dapat diindikasikan bahwa kemungkinan
besar air tersebut telah tercemar oleh limbah tinja. Biasanya diasumsikan bahwa bila
terdapat bakteri coliform pada contoh air yang diperiksa maka hadir pula bakteri
patogen yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut standar kesehatan WHO, air
dianggap tidak layak untuk diminum bila ditemukan lebih dari satu koloni bakteri
coliform.
Sanitasi adalah satu pelayanan dasar manusia yang belum tertangani secara
maksimal di negara ini, sehingga masih ada 70 juta masyarakat Indonesia yang
melakukan praktik buang air besar (BAB) sembarangan (Riskesdas, 2009). Sanitasi
yang buruk juga mencemari badan air sebagai sumber air minum. Akibatnya harga jual
air bersih meningkat 25%, karena setiap kenaikan konsentrasi BOD sebesar 1mg/L
akan meningkatkan biaya pengolahan air minum sebesar Rp 9,17/meter kubik.
Sektor sanitasi turut menyumbang kerugian ekonomi sebesar Rp 58 triliun atau setara
dengan PDB 2,3%. (Economic Impacts of Sanitation in Southeast Asia. Hutton G,
Rodriguez UE, Napitupulu L, Thang P, Kov P.World Bank, Water and Sanitation
Program, 2008)
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2009, penduduk miskin Indonesia adalah
30,02 juta atau 12,49% dari total jumlah penduduk Indonesia. Kelompok ini adalah
salah satu dari kelompok yang membayar akibat akibat sanitasi buruk. Ketika akses
layanan sanitasi yang baik tak bisa dijangkau kelompok ini, produktivitas kerja
menurun karena kejadian kesakitan serta alokasi waktu yang dihabiskan untuk
menjangkau pelayanan sanitasi.
Tingginya produktivitas biologi pada danau atau sungai yang mengalami eutrofikasi
sering diekspresikan sebagai algae blooming (melimpahnya algae) atau padatnya
tumbuhan akuatik dan tingginya akumulasi sedimen. Air menjadi keruh dan
mempunyai rasa yang tidak enak dan berbau. Aktivitas manusia seperti pembuangan
limbah rumah tangga yang berlebihan atau limbah pertanian dapat menyebabkan
danau atau sungai mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang terkandung dalam air
limbah ini merangsang pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara berlebihan.
Akibatnya permukaan air menjadi tertutup tumbuhan sehingga kualitas air menurun
dan komposisi hewan air akan berubah. Disamping itu, nilai estetika akan menurun
dan timbul bau yang mengganggu bagi lingkungan sekitar. Kondisi eutrofikasi dapat
dilihat pada Gambar 1.
Penambahan bahan-bahan organik yang biasanya banyak berasal dari air limbah
rumah tangga, industri kertas, atau industri makanan kedalam air dapat merangsang
konsumsi oksigen oleh berbagai mikroorganisme yang menguraikan bahan-bahan
organik secara biologi. Kondisi tersebut disebut dengan Biochemical Oxyegn Demand
(BOD) yaitu suatu standar pengujian jumlah oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme selama 5 (lima) hari pada suhu 20 0C. Parameter BOD ini umumnya
digunakan untuk mengukur kualitas air.
Dikenal tiga macam zona yaitu: zona tercemar dengan konsentrasi BOD tinggi, dan
kandungan oksigen rendah, zona dekompisisi (penguraian) dan suatu zona pemulihan,
diamana kandungan oksigen meningkat serta konsentrasi BOD rendah.
Suatu aliran air mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan organik secara
alamiah. Masalah menjadi timbul ketika aliran air tersebut mendapatkan kelebihan
beban pencemar sehingga BOD menjadi tinggi dan aliran air di dalam tidak mampu
lagi menjalankan fungsinya untuk “membersihkan” dirinya sendiri (self purification).
Akibatnya, pemulihan kondisi air tidak berjalan semestinya, dan hal ini sering kita lihat
di sungai yang berwarna hitam, berbau dan hanya ikan tertentu saja yang dapat hidup
seperti ikan sapu-sapu dan ikan lele.
Keberadaannya dalam jumlah yang kecil (bahkan hanya dengan jumlah sangat kecil
seperti pada kasus pencemaran dioksin) dapat menyebabkan cacat pada bayi yang
baru lahir, kanker, atau penyakit genetik lainnya. Bahan-bahan ini juga dapat bertahan
lama di lingkungan karena sulit terurai dan beracun bila dimakan. Kontaminasi
terhadap air permukaan dan air tanah disebabkan bahan-bahan kimia tersebut sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dua sumber penting bahan organik yang beracun ini di air adalah pembuangan limbah
industri dan rumah tangga yang tidak diolah dengan benar, limpahan pestisida dari
lahan pertanian, lapangan golf atau tempat-tempat lain. Bahan beracun ini terbawa
bersama aliran air dan masuk ke ekosistem kemudian terakumulasi pada berbagai
organisme. Contohnya bioakumulasi DDT, dioksin, atau hidrokarbon yang
mengandung atom klor ditemukan pada ikan yang bila dikonsumsi manusia dapat
menyebabkan penyakit yang sangat berbahaya.
tersuspensi/sedimen akan mengisi danau, sungai, reservoir, atau parit drainase atau
kali serta seringkali mengakibatkan biaya pengolahan air minum menjadi lebih tinggi.
Badan air dengan tingkat SS yang tinggi akan menyebabkan kondisi kehidupan ikan-
ikan dan organisme air lainnya terganggu. Sinar matahari akan terhambat untuk
masuk menembus air sehingga mengganggu proses fotosintesis tanaman air yang
akhirnya tingkat kandungan oksigen di air menjadi turun.
Padatan tersuspensi dapat berasal dari puing-puing, industri atau pabrik dan juga
limbah yang dibuang penduduk.
Saat ini terjadinya pencemaran air permukaan dan air tanah disamping berasal dari
perindustrian juga sangat erat kaitannya berasal dari kegiatan rumah tangga
(domestik), pertanian, dan perkebunan. Di kota-kota besar seperti Jabodetabek,
Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, dan Ujung Pandang, limbah rumah tangga
dan industri sangat berpengaruh dalam menurunkan kualitas air sungai, bahkan juga
air tanah. Walaupun beban pencemaran (BOD dan COD) buangan limbah cair dari
perusahaan yang masuk lingkup kerja Prokasih (Program Kali Bersih), dari tahun ke
tahun menurun dan jumlah kota-kota pemenang adipura semakin meningkat serta
bertambahnya ruas sungai Prokasih, namun kualitas air sungai secara keseluruhan
tetap saja menurun. Hal ini disebabkan penanganan limbah domestik dan industri kecil
masih sangat terbatas. (Rakornas II, 1999).
Di sisi lain pencemaran air tanah terutama di daerah padat dan kumuh memerlukan
perhatian besar karena sangat berbahaya bagi kesehatan penduduk yang umumnya
masih sangat memerlukan sumber ini bagi keperluan sehari-harinya.
Selain itu masih banyak penduduk yang sama sekali tidak mempunyai fasilitas jamban
dan membuang lumpur tinja di sawah atau sungai saja. Pencemaran akibat air limbah
domestik ini turut menyumbang bertambahnya pencemaran air permukaan terutama
sungai-sungai di sekitar kota yang berpenduduk padat. Sebaliknya, air sungai masih
diperlukan sebagian besar penduduk untuk mandi, mencuci bahkan untuk keperluan
air minum.
Pada sisi lain, penggunaan proses pengolahan industri dengan teknologi yang lebih
“bersih” (clean technology) sehingga dihasilkan limbah yang sedikit serta penerapan
daur ulang limbah akan sangat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan.
Pendekatan ini selain memperoleh keuntungan lingkungan juga mempunyai nilai
ekonomi karena menghemat biaya pembersihan limbah.
1. Proses Alamiah
Di daerah pedesaan seringkali masyarakat membuang tinjanya di sawah. Bahkan
tidak hanya di pedesaan, di pinggiran kota metropolitan masih banyak penduduk
yang membuang limbahnya ke lahan terbuka dan sawah. Ketika kepadatan
penduduk masih rendah, proses alamiah yang terjadi mampu menguraikan limbah
manusia tersebut dengan cepat. Akan tetapi, hal tersebut tentunya tidak akan
terjadi pada daerah yang kepadatannya telah meningkat tinggi. Limbah manusia
yang dibuang sembarang tempat akan terbawa bersama air hujan, atau masuk ke
aliran drainase dan kemudian mengalir ke sungai. Begitu pula, masih banyak jasa
pengurasan tangki septik yang membuang lumpur tinjanya langsung ke sungai
terdekat karena belum adanya instalasi pengolahan lumpur tinja atau lokasi
terdekat. Hal inilah penyebab utama penyakit yang seringkali menyebabkan
kematian terutama pada anak-anak.
Salah satu pilihan adalah dengan kombinasi tangki septik dan sistem perpipaan
atau sewerage. Cairan yang keluar dari tangki septik rumah-rumah penduduk
kemudian tidak lagi dialirkan ke bidang resapan, melainkan melalui perpipaan yang
relatif kecil dialirkan ke suatu pengolahan secara terpusat. Sistem ini sangat
berguna pada daerah-daerah yag mempunyai air tinggi atau pada lokasi yang
penduduknya sangat padat sehingga tidak memungkinkan digunakannya bidang
resapan karena akan mencemari tanah. Tangki septik tetap harus dikuras satu
atau dua tahun sekali, karena yang masuk ke pengolahan air limbah terpusat
harus cairannya saja.
VI. KESIMPULAN
Pencemaran air sangat penting diperhatikan dalam kaitannya dengan kesehatan
manusia. Sehingga dperlukan sistem pengolahan air limbah rumah tangga yang efektif
agar bahan-bahan pencemar yang dikandung limbah tersebut dapat dikendalikan
sebelum dibuang ke lingkungan.
Penerapan tata guna lahan yang tepat dan perhatian terhadap pembuangan air limbah
industri, pertanian, serta air limbah rumah tangga adalah sangat penting dalam
mengontrol masalah pencemaran air. Terdapat berbagai sistem pengolahan air limbah
rumah tangga yang telah ditetapkan saat ini akan tetapi perlu dipikirkan bersama,
sistem pengolahan apa yang sesuai dengan kondisi dan situasi setiap daerah.
DAFTAR PUSTAKA