Anda di halaman 1dari 16

Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

I. PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, urbanisasi, serta kegiatan distribusi,
kondisi air permukaan maupun air tanah di Indonesia dikhawatirkan makin menurun
kualitasnya. Ketersediaan air dari waktu ke waktu relatif tetap karena mengikuti daur
ulang hidrologi, namun keadaan dan sifat kualitasnya dapat membatasi pemakaian
dan manfaat yang diberikan.

Berbagai bahan kimia beracun, lumpur, serta sampah masuk ke dalam sungai
termasuk pula sering ditemukan limbah tinja hasil pengurasan dari tangki septik
penduduk yang dibuang secara illegal ke sungai. Ditambah pula, tata guna lahan yang
kurang sesuai di daerah hulu yang menambah sedimen dihilir, seperti juga limbah
pestisida dan pupuk yang digunakan untuk pertanian.

Salah satu akibat kegiatan di atas, maka kandungan oksigen dalam air akan turun
menjadi sangat rendah sehingga hanya organisme air yang sangat tahan saja yang
dapat hidup di sungai yang tercemar. Begitu pula, seringkali terlihat banyak air sungai
berwarna dan permukaannya ditutupi oleh busa akibat deterjen dan bahan pencemar
lainnya, ikan-ikan menjadi mati dan sebagainya sehingga sungai menjadi hitam dan
berbau. Di sisi lain, air limbah rumah tangga terutama di perkotaan yang seringkali
langsung dibuang atau tidak diolah secara benar. Sehingga perlu dipikirkan bersama,
apa yang dapat kita lakukan sebagai individu dan bagian dari masyarakat untuk
mengurangi tingkat pencemaran dan mengembalikan kualitas sumber air yang sangat
vital bagi kita.

Belum memadainya penanganan sanitasi di Indonesia dikhawatirkan dapat


meningkatkan kontribusi pencemaran terhadap badan air permukaan dan air tanah
yang berakibat meningkatnya resiko masyarakat terkena penyakit yang ditularkan
melalui air. Diperkirakan 80% sungai-sungai di Pulau Jawa, Sumatera, Bali,
Kalimantan, dan Sulawesi telah tercemar berdasarkan indikator pencemaran BOD dan
COD. Di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat 91-93% air tanahnya telah tercemar bakteri
E. Coli (BPLHD, 2009). Kondisi ini kemungkinan terjadi pula di kota-kota besar lainnya.

Pelatihan Bidang Air Limbah 1


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

Materi modul ini akan menekankan jenis pencemaran air yang diakibatkan oleh air
limbah rumah tangga atau domestik serta pengaruhnya, sehingga dapat memberikan
gambaran mengapa sangat penting fasilitas sanitasi serta berbagai instalasi
pengolahan air limbah rumah tangga termasuk pengolahan lumpur tinja. Diskusi dan
pembahasan akan menitikberatkan pada beberapa masalah utama pencemaran yang
diakibatkan oleh air limbah rumah tangga.

II. PENGERTIAN PENCEMARAN AIR DAN SUMBERNYA


2.1 DEFINISI PENCEMARAN AIR
Pencemaran air adalah setiap perubahan kualitas air baik fisik, biologi, atau kimia yang
mempengaruhi kehidupan mikroorganisme atau menyebabkan air tersebut menjadi
tidak layak untuk digunakan, maka hal ini disebut sebagai pencemaran.

Menurut PP No. 82 Tahun 2001 pencemaran air adalah turunnya kualitas air sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya.

Peraturan dan standar pengendalian pencemaran air biasanya membedakan dua


macam sumber pencemaran yaitu bersumber dari satu titik tertentu (point source) dan
bersumber bukan dari satu titik (non-point source).

2.2 SUMBER PENCEMARAN AIR


2.2.1 Sumber Satu Titik
Contoh sumber pencemaran air yang bersumber dari satu titik yaitu pabrik, industri,
pengolahan air limbah, sumur minyak atau pertambangan. Beberapa contoh tersebut
diklasifikasi sebagai satu titik sumber pencemar karena membuang bahan
pencemaran dari tempat tertentu melalui pipa penyaluran, selokan, atau saluran
drainase. Sumber-sumber pencemar ini mempunyai ciri tersendiri dan dapat
diidentifikasi, sehingga relatif mudah untuk diawasi dan diatur. Umumnya limbah dari
sumber-sumber ini memungkinkan untuk dikelola lebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan.

2.2.2 Sumber Pencemaran Yang Bukan Dari Satu Titik


Sebaliknya, pencemaran air yang berasal dari bukan satu titik sumber akan terkumpul
atau tersebar dan ketika masuk ke badan air tertentu, tidak melalui lokasi/fasilitas
khusus. Contoh sumber pencemaran jenis ini adalah limbah air dari lahan pertanian,

Pelatihan Bidang Air Limbah 2


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

area hutan yang telah dibuka, lapangan golf, taman, lokasi konstruksi, area parkir, dsb.
Biasanya pencemaran dari sumber ini tidak teratur dan tidak seragam, sedangkan
pencemaran akibat dari sumber yang jelas titiknya dapat diperkirakan dan jenisnya
seragam setiap tahun.

Pencemaran air terjadi ketika terlalu banyak substansi yang tidak diinginkan dan
membahayakan (harmful) mengalir masuk ke dalam air. Melampaui kemampuan
alamiah dari badan air tersebut untuk menghilangkan atau mengubah bahan
pencemar tersebut menjadi tidak berbahaya lagi.

III. JENIS, SUMBER, DAN AKIBAT PENCEMARAN AIR


Meskipun jenis, sumber, dan akibat dari pencemaran air seringkali saling berkaitan
adalah lebih mudah bila membedakannya dalam beberapa kategori utama seperti
terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Kategori Utama Pencemaran Air

Kategori Contoh Sumber


1. Problem Kesehatan
- Agen infeksi penyakit Bakteri, virus, parasit Tinja manusia

- Bahan kimia organik Pestisida, plastik, deterjen, Industri dan lahan pertanian
minyak

- Bahan kimia anorganik Asam, garam-garam, logam Air buangan industri, cairan
pembersih rumah tangga,
limpahan air permukaan

- Bahan radioaktif Radium, radon, dll Pertambangan, produksi


senjata, sumber alam, power
plant
2. Perusakan Ekosistem
- Sedimen Tanah, slit Erosi tanah

- Nutrisi tumbuhan Nitrat, fosfat Pupuk pertanian, air limbah


domestik/rumah tangga,
buangan/kotoran hewan

- Kebutuhan Oksigen Sisa kotoran hewan, Air limbah domestik, air


biologi sampah, dan air limbah limpahan dari lahan pertanian,
industri kertas dan makanan

Power Plant, sisa air pendingin


- Thermal industri

Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bekasi

Pelatihan Bidang Air Limbah 3


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

3.1 PENYEBAB INFEKSI PENYAKIT


Pencemaran air dapat membahayakan kesehatan manusia melalui perantara
organisme patogen, yaitu organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit.
Diantara penyakit yang ditularkan melalui air, yang paling berbahaya adalah thypus,
polio, infeksi hepatitis, dan schistosomiasis. Penyakit malaria, penyakit kuning, dan
filarisis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit-penyakit yang ditularkan oleh serangga
yang berasal dari larva air dalam siklus hidupnya. Akibat semua penyakit yang
ditularkan melalui air ini, diperkirakan paling sedikit telah menyebabkan kematian 25
juta penduduk dunia setiap tahun. Dimana hampir dua pertiganya adalah kematian
pada anak-anak dibawah usia lima tahun.

Sumber utama patogen-patogen ini adalah limbah manusia yang langsung dibuang ke
lingkungan atau tidak diolah dengan baik. Di negara maju, pengelolaan air limbah yang
diiringi dengan teknik pengontrolan pencemaran lainnya telah sangat mengurangi
tersebarnya penyakit patogen ini ke permukaan. Lebih lanjut air minum umumnya
diberi desinfeksi dengan cara klorinasi sehingga penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui air sangat jarang terjadi di negara maju.

Kondisi ini sangatlah berbeda dengan negara berkembang termasuk Indonesia. Masih
rendahnya tingkat pelayanan sanitasi serta kemudahan penduduk untuk mendapatkan
air bersih menyebabkan masih tingginya kematian bayi serta rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat di Indonesia. Kondisi ini terlihat lebih buruk di daerah pedesaan
dan perkotaan yang miskin dan padat karena sangat sederhananya fasilitas sanitasi
atau bahkan seringkali tidak tersedia sama sekali. Ditambah lagi tidak tersedianya air
bersih yang cukup atau kesulitan untuk mendapatkan air bersih tersebut karena harga
tidak terjangkau oleh masyarakat tidak mampu. The World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa 80% penyakit yang terjadi di negara berkembang adalah
disebabkan oleh infeksi penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemari bakteri
patogen.

Mendeteksi/mengetahui patogen tertentu dalam air cukup sulit, memerlukan waktu dan
biaya yang mahal, sehingga biasanya analisis air untuk mengetahui adanya organisme
ini adalah dengan menguji keberadaan bakteri coliform, yaitu suatu bakteri yang hidup
di usus manusia dan sebagian binatang. Apabila ditemukan sejumlah besar organisme
ini pada contoh air yang diperiksa, maka dapat diindikasikan bahwa kemungkinan
besar air tersebut telah tercemar oleh limbah tinja. Biasanya diasumsikan bahwa bila

Pelatihan Bidang Air Limbah 4


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

terdapat bakteri coliform pada contoh air yang diperiksa maka hadir pula bakteri
patogen yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut standar kesehatan WHO, air
dianggap tidak layak untuk diminum bila ditemukan lebih dari satu koloni bakteri
coliform.

Sanitasi adalah satu pelayanan dasar manusia yang belum tertangani secara
maksimal di negara ini, sehingga masih ada 70 juta masyarakat Indonesia yang
melakukan praktik buang air besar (BAB) sembarangan (Riskesdas, 2009). Sanitasi
yang buruk juga mencemari badan air sebagai sumber air minum. Akibatnya harga jual
air bersih meningkat 25%, karena setiap kenaikan konsentrasi BOD sebesar 1mg/L
akan meningkatkan biaya pengolahan air minum sebesar Rp 9,17/meter kubik.

Sektor sanitasi turut menyumbang kerugian ekonomi sebesar Rp 58 triliun atau setara
dengan PDB 2,3%. (Economic Impacts of Sanitation in Southeast Asia. Hutton G,
Rodriguez UE, Napitupulu L, Thang P, Kov P.World Bank, Water and Sanitation
Program, 2008)

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2009, penduduk miskin Indonesia adalah
30,02 juta atau 12,49% dari total jumlah penduduk Indonesia. Kelompok ini adalah
salah satu dari kelompok yang membayar akibat akibat sanitasi buruk. Ketika akses
layanan sanitasi yang baik tak bisa dijangkau kelompok ini, produktivitas kerja
menurun karena kejadian kesakitan serta alokasi waktu yang dihabiskan untuk
menjangkau pelayanan sanitasi.

3.2 NUTRISI TUMBUHAN


Kejernihan air dipengaruhi oleh banyaknya plankton dan digunakan untuk mengukur
kualitas air dan pencemaran. Eutrofikasi adalah bertambahnya produktivitas biologi
disebabkan meningkatnya kandungan nutrient. Aktivitas manusia yang menyebabkan
bertambahnya kandungan nutrisi di air dapat mempercepat proses eutrofikasi.
Bertambahnya produktivitas akuatik kadang kala dapat bermanfaat. Misalnya, ikan dan
jenis organisme air lainnya yang diinginkan akan tumbuh lebih cepat dan banyak.
Tetapi, bagaimanapun eutrofikasi mempunyai hasil yang tidak diinginkan, seperti
turunnya nilai estetika suatu danau atau sungai.

Tingginya produktivitas biologi pada danau atau sungai yang mengalami eutrofikasi
sering diekspresikan sebagai algae blooming (melimpahnya algae) atau padatnya

Pelatihan Bidang Air Limbah 5


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

tumbuhan akuatik dan tingginya akumulasi sedimen. Air menjadi keruh dan
mempunyai rasa yang tidak enak dan berbau. Aktivitas manusia seperti pembuangan
limbah rumah tangga yang berlebihan atau limbah pertanian dapat menyebabkan
danau atau sungai mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang terkandung dalam air
limbah ini merangsang pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara berlebihan.
Akibatnya permukaan air menjadi tertutup tumbuhan sehingga kualitas air menurun
dan komposisi hewan air akan berubah. Disamping itu, nilai estetika akan menurun
dan timbul bau yang mengganggu bagi lingkungan sekitar. Kondisi eutrofikasi dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kondisi Eutrofikasi Suatu Danau


(sumber: www.chebucto.ns.ca/ccn/info/Science/SWCS)

3.3 BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)


Jumlah oksigen yang terlarut dalam air merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kualitas air. Air dengan kandungan oksigen terlarut atau Dissolved
Oxygen (DO) diatas 5 mg/l diperlukan oleh ikan-ikan serta organisme air lainnya.
Aliran air yang sangat rendah kandungan oksigennya atau habis sama sekali
mengakibatkan kematian organisme akuatik termasuk ikan sehingga badan air
tersebut menjadi tidak bernilai lagi.

Penambahan bahan-bahan organik yang biasanya banyak berasal dari air limbah
rumah tangga, industri kertas, atau industri makanan kedalam air dapat merangsang
konsumsi oksigen oleh berbagai mikroorganisme yang menguraikan bahan-bahan
organik secara biologi. Kondisi tersebut disebut dengan Biochemical Oxyegn Demand
(BOD) yaitu suatu standar pengujian jumlah oksigen yang digunakan oleh

Pelatihan Bidang Air Limbah 6


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

mikroorganisme selama 5 (lima) hari pada suhu 20 0C. Parameter BOD ini umumnya
digunakan untuk mengukur kualitas air.

Diagram ideal yang mengilustrasikan pengaruh BOD terhadap kandungan oksigen


terlarut dalam air sebagai akibat masuknya air limbah rumah tangga, disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Antara BOD dan DO

Dikenal tiga macam zona yaitu: zona tercemar dengan konsentrasi BOD tinggi, dan
kandungan oksigen rendah, zona dekompisisi (penguraian) dan suatu zona pemulihan,
diamana kandungan oksigen meningkat serta konsentrasi BOD rendah.

Suatu aliran air mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan organik secara
alamiah. Masalah menjadi timbul ketika aliran air tersebut mendapatkan kelebihan
beban pencemar sehingga BOD menjadi tinggi dan aliran air di dalam tidak mampu
lagi menjalankan fungsinya untuk “membersihkan” dirinya sendiri (self purification).
Akibatnya, pemulihan kondisi air tidak berjalan semestinya, dan hal ini sering kita lihat
di sungai yang berwarna hitam, berbau dan hanya ikan tertentu saja yang dapat hidup
seperti ikan sapu-sapu dan ikan lele.

Pelatihan Bidang Air Limbah 7


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

3.4 BAHAN BERACUN


Bentuk pencemaran lainnya akibat kegiatan manusia yang tidak terkendali adalah
masuknya bahan anorganik beracun yang biasanya berasal dari buangan industri.
Diantara banyak jenis bahan kimia anorganik, yang berbahaya adalah logam berat
seperti merkuri, timah, cadmium, dan nikel. Dengan jumlah sangat kecil yang tidak
terlihat atau berasa, dapat berakibat fatal bagi manusia karena logam berat sangat
tahan (resisten) dan sifatnya menetap. Bahan-bahan ini terakumulasi dalam makanan
dan mempunyai sifat akumulatif dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, penyakit
minamata yang sangat terkenal terjadi di Jepang pada Tahun 1950 yang
mengakibatkan kematian atau cacat seumur hidup adalah akibat dari tercemarnya air
oleh logam berat merkuri.

3.5 BAHAN KIMIA ORGANIK


Ribuan bahan kimia organik sintetik yang digunakan dalam industri kimia untuk
memproduksi pestisida, plastik, obat-obatan, bahan pewarna, dan bahan sejenis
lainnya biasa kita gunakan sehari-hari. Banyak dari bahan kimia tersebut adalah bahan
beracun.

Keberadaannya dalam jumlah yang kecil (bahkan hanya dengan jumlah sangat kecil
seperti pada kasus pencemaran dioksin) dapat menyebabkan cacat pada bayi yang
baru lahir, kanker, atau penyakit genetik lainnya. Bahan-bahan ini juga dapat bertahan
lama di lingkungan karena sulit terurai dan beracun bila dimakan. Kontaminasi
terhadap air permukaan dan air tanah disebabkan bahan-bahan kimia tersebut sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dua sumber penting bahan organik yang beracun ini di air adalah pembuangan limbah
industri dan rumah tangga yang tidak diolah dengan benar, limpahan pestisida dari
lahan pertanian, lapangan golf atau tempat-tempat lain. Bahan beracun ini terbawa
bersama aliran air dan masuk ke ekosistem kemudian terakumulasi pada berbagai
organisme. Contohnya bioakumulasi DDT, dioksin, atau hidrokarbon yang
mengandung atom klor ditemukan pada ikan yang bila dikonsumsi manusia dapat
menyebabkan penyakit yang sangat berbahaya.

3.6 PADATAN TERSUSPENSI


Bahan padatan yang tersuspensi atau Suspended Solid (SS) merupakan salah satu
aspek yang turut berperan dalam mencemari air permukaan. Padatan

Pelatihan Bidang Air Limbah 8


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

tersuspensi/sedimen akan mengisi danau, sungai, reservoir, atau parit drainase atau
kali serta seringkali mengakibatkan biaya pengolahan air minum menjadi lebih tinggi.

Badan air dengan tingkat SS yang tinggi akan menyebabkan kondisi kehidupan ikan-
ikan dan organisme air lainnya terganggu. Sinar matahari akan terhambat untuk
masuk menembus air sehingga mengganggu proses fotosintesis tanaman air yang
akhirnya tingkat kandungan oksigen di air menjadi turun.

Padatan tersuspensi dapat berasal dari puing-puing, industri atau pabrik dan juga
limbah yang dibuang penduduk.

IV. KUALITAS AIR


Masalah pencemaran air permukaan dapat mudah terlihat dengan jelas dan langsung
mengancam kualitas lingkungan kita. Gejala penurunan kualitas air permukaan,
khususnya sungai semakin mudah dilihat dengan semakin banyaknya sunga-sungai
yang berbau busuk, keruh, dan iritasi mata. Sebuah sungai dapat dikatakan tercemar
apabila masukan beban pencemar melebihi daya terima sungai tersebut, dan hal itulah
yang terjadi di banyak sungai besar di Indonesia.

Saat ini terjadinya pencemaran air permukaan dan air tanah disamping berasal dari
perindustrian juga sangat erat kaitannya berasal dari kegiatan rumah tangga
(domestik), pertanian, dan perkebunan. Di kota-kota besar seperti Jabodetabek,
Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, dan Ujung Pandang, limbah rumah tangga
dan industri sangat berpengaruh dalam menurunkan kualitas air sungai, bahkan juga
air tanah. Walaupun beban pencemaran (BOD dan COD) buangan limbah cair dari
perusahaan yang masuk lingkup kerja Prokasih (Program Kali Bersih), dari tahun ke
tahun menurun dan jumlah kota-kota pemenang adipura semakin meningkat serta
bertambahnya ruas sungai Prokasih, namun kualitas air sungai secara keseluruhan
tetap saja menurun. Hal ini disebabkan penanganan limbah domestik dan industri kecil
masih sangat terbatas. (Rakornas II, 1999).

Di sisi lain pencemaran air tanah terutama di daerah padat dan kumuh memerlukan
perhatian besar karena sangat berbahaya bagi kesehatan penduduk yang umumnya
masih sangat memerlukan sumber ini bagi keperluan sehari-harinya.

Pelatihan Bidang Air Limbah 9


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

4.1 AIR PERMUKAAN


Pada saat ini kualitas air permukaan di negara maju sangat meningkat. Di samping air
limbah industri, air limbah rumah tangga diolah secara ketat, dimana biasanya instalasi
pengolahan air limbah melayani hampir 90% penduduk perkotaan. Di negara kita
penyediaan dana untuk sanitasi masih rendah dan prioritasnya masih berada di bawah
sektor lain.

Mahalnya investasi pengolahan air limbah terutama dengan sistem terpusat


menyebabkan baru beberapa kota saja di Indonesia yang memiliki fasilitas pengolah
air limbah terpusat (11 kota) serta pelayanannya pun baru menjangkau sebagian kecil
area (2,3%). Begitu pula Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang diperlukan
untuk mengolah lumpur dari tangki septik belum dimiliki oleh semua kota di Indonesia.
Sebagian besar masih membuangnya di tempat yang tidak layak atau dibuang
langsung ke sungai. Padahal, IPLT sangat diperlukan sekali keberadaannya, karena
seperti diketahui kebanyakan penduduk kita mengolah air limbahnya dengan tangki
septik atau cubluk.

Selain itu masih banyak penduduk yang sama sekali tidak mempunyai fasilitas jamban
dan membuang lumpur tinja di sawah atau sungai saja. Pencemaran akibat air limbah
domestik ini turut menyumbang bertambahnya pencemaran air permukaan terutama
sungai-sungai di sekitar kota yang berpenduduk padat. Sebaliknya, air sungai masih
diperlukan sebagian besar penduduk untuk mandi, mencuci bahkan untuk keperluan
air minum.

4.2 AIR TANAH


Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar penduduk baik di pedesaan maupun
perkotaan sangat tergantung pada air tanah sebagai sumber air minum, karena
pelayanan dari PDAM seringkali belum menjangkau seluruh area. Akan tetapi di
banyak area, sumber yang sangat vital ini telah terancam terkontaminasi oleh tinja
manusia dan air limbah rumah tangga, selain oleh limbah industri dan sampah.
Disamping bakteri patogen yang menyebabkan berbagai penyakit, limbah manusia ini
juga menyebabkan pencemaran nitrat pada air tanah yang berbahaya bagi bayi karena
dapat menyebabkan kematian. Nitrat berkombinasi dengan hemoglobin dalam darah
menyebabkan penyakit “Blue Baby” syndrome.

Pelatihan Bidang Air Limbah 10


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

V. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR


Penataan lahan yang tepat dan perhatian terhadap air limbah industri dan rumah
tangga adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengendalikan pencemaran air.
Kualitas air yang digunakan untuk keperluan penduduk dan industri seringkali menurun
karena pertambahan Suspended Solid (SS), garam-garam, bakteri, serta bahan
pencemar BOD. Secara hukum air tersebut harus diolah sebelum diepas kembali ke
lingkungan.

5.1 PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI SUMBER


Pada banyak kasus, cara yang paling efektif dan murah dalam mengurangi
pencemaran adalah dengan mencegah produksi dan masuknya bahan pencemar dari
lokasi awalnya. Peraturan dan penerapan tata guna lahan yang sesuai serta
mencegah erosi di banyak tempat akan mengurangi pencemaran akibat limpahan air
permukaan.

Pada sisi lain, penggunaan proses pengolahan industri dengan teknologi yang lebih
“bersih” (clean technology) sehingga dihasilkan limbah yang sedikit serta penerapan
daur ulang limbah akan sangat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan.
Pendekatan ini selain memperoleh keuntungan lingkungan juga mempunyai nilai
ekonomi karena menghemat biaya pembersihan limbah.

5.2 PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Seperti telah kita ketahui, limbah manusia maupun hewan dapat menimbulkan
permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air. Lebih dari 500
jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen, virus, dan parasit yang ditularkan
oleh tinja melalui air. Pada pembahasan ini kita akan melihat bagaimana mencegah
penyakit-penyakit ini.

1. Proses Alamiah
Di daerah pedesaan seringkali masyarakat membuang tinjanya di sawah. Bahkan
tidak hanya di pedesaan, di pinggiran kota metropolitan masih banyak penduduk
yang membuang limbahnya ke lahan terbuka dan sawah. Ketika kepadatan
penduduk masih rendah, proses alamiah yang terjadi mampu menguraikan limbah
manusia tersebut dengan cepat. Akan tetapi, hal tersebut tentunya tidak akan
terjadi pada daerah yang kepadatannya telah meningkat tinggi. Limbah manusia
yang dibuang sembarang tempat akan terbawa bersama air hujan, atau masuk ke

Pelatihan Bidang Air Limbah 11


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

aliran drainase dan kemudian mengalir ke sungai. Begitu pula, masih banyak jasa
pengurasan tangki septik yang membuang lumpur tinjanya langsung ke sungai
terdekat karena belum adanya instalasi pengolahan lumpur tinja atau lokasi
terdekat. Hal inilah penyebab utama penyakit yang seringkali menyebabkan
kematian terutama pada anak-anak.

2. Sistem Pembuangan Tinja dengan Tangki Septik


Penggunaan tangki septik sesuai standar yang dilengkapi dengan bidang resapan
sangat membantu peningkatan kesehatan masyarakat. Bila lahan tersedia serta
kepadatan penduduk tidak tinggi, maka penggunaan metode pembuangan tinja ini
cukup efektif. Tetapi sebaliknya pada area dengan kepadatan sangat tinggi
biasanya timbul masalah pencemaran air tanah. Hal ini mengindikasikan perlu
adanya teknologi atau alternatif lain dalam menangani air limbah tersebut.

Gambar 3. Tangki Septik dengan Bidang Resapan


(sumber:http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://p2kp.org/warta/files/kmp_sfg
rd_tank.jpg&imgrefurl)

Gambar dasar sistem pembuangan dengan menggunakan tangki septik


diperlihatkan pada Gambar 3 di atas. Air limbah dialirkan ke tangki septik, dimana
di tangki septik ini cairan akan dipisahkan dari padatannya dan bahan organik yang
terkandung akan diuraikan dalam periode waktu tertentu. Cairan yang hasil
pemisahan tersebut kemudian dibuang ke bidang resapan. Selanjutnya air limbah
itu bergerak melalui tanah, dimana proses yang terjadi kemudian selanjutnya
diolah secara alamiah. Dengan waktu tertentu air akan mencapai lapisan air tanah
sehingga harus aman untuk berbagai keperluan.

Pelatihan Bidang Air Limbah 12


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

3. Instalasi Pengolahan Air Limbah


Telah sejak lama para ahli mengembangkan sistem pengolahan air limbah
terutama untuk melindungi kesehatan masyarakat, ekosistem, dan kuantitas air.
Sistem pengolahan air limbah terdiri dari:
- Pengolahan primer, merupakan pengolahan awal yang terdiri dari beberapa
tahapan. Perlakuan yang paling awal dilakukan adalah pemisahan air limbah
dari sampah-sampah atau partikel berukuran besar yang ikut terbawa aliran.
Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan penyaring (screen/bar screen)
yang ditempatkan di bagian paling depan bak pengumpul. Selanjutnya air
limbah akan masuk ke bak ekualisasi sehingga tercampur merata seluruh
karakteristik fisik, kimia, dan biologi air limbah

- Pengolahan sekunder, dimana pada bagian ini terjadi proses biologi


penguraian bahan-bahan organik. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasarawarsa telah berkembang
berbagai metode pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Didalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak
dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus
berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain oxidation ditch dan
kontak stabilisasi.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini,antara lain:
1. Trickling filter
2. Cakram biologi
3. Filter terendam
4. Reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar
80%-90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara
biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:

Pelatihan Bidang Air Limbah 13


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;


2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

- Tingkat pengolahan terakhir adalah pengolahan tersier atau ketiga yang


menghilangkan sisa padatan atau bahan organik lainnya. Seringkali jenis
pengolahan ketiga umumnya adalah klorinasi, yaitu pembubuhan bahan klor,
dengan tujuan menghilangkan organisme penyebab penyakit. Desinfeksi ini
diberikan sebelum air olahan dibuang ke badan air. Bahan kimia yang umum
digunakan untuk desinfeksi adalah senyawa korida dalam bentuk klorin (Cl2),
dioksida klorida (ClO2), kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2), atau sodium hipoklorit
(NaOCl). Klorin merupakan gas yang beracun dan sangat beracun dan sangat
korosif sehingga memerlukan penanganan yang sangat hati-hati. Ruangan
tempat penyimpanan klorin harus dilengkapi dengan ventilasi pada bagian
lantai karena sifat gas klorin yang lebih berat dari udara. Dioksida klorida
merupakan turunan dari klorin. Larutan dioksida klorida yang biasa digunakan
berkadar 25%. Desinfeksi baik berupa gas ataupun cair dapat langsung
dimasukkan ke dalam aliran air dengan cara diinjeksikan ke pipa atau saluran
pembawa atau ke dalam tangki klorinasi. Pengadukan desinfektan dengan
aliran air olahan dapat dilakukan dengan membuat turbulensi pada aliran
ataupun memasang alat pengaduk mekanis. Tangki klorinasi didesain untuk
memberikan waktu kontak yang cukup antara desinfektan dan air olahan
sehingga (80-90)% air olahan mampu tertampung di dalam tangki ini. Banyak
zat pembunuh kimia termasuk klorin dan komponennya mematikan bakteri
dengan cara merusak atau menonaktifkan enzim utama, sehingga terjadi
kerusakan dinding sel. Mekanisme lain dari desinfeksi adalah dengan merusak
langsung dinding sel seperti yang dilakukan apabila menggunakan bahan
radiasi atau panas.

Pengolahan lanjutan lainnya juga mencakup penghilangan bahan kimia lainnya


(misal fosfor) yang menyebabkan tumbuhnya ganggang di aliran air dan danau.
Tetap hal ini belum banyak dilakukan di Indonesia.

4. Pengolahan Air Limbah Biaya Rendah


Pengolahan air limbah yang biasanya digunakan di negara-negara maju seringkali
terlalu mahal biaya pembangunan dan operasinya, sehingga diperlukan alternatif
teknologi lain dengan biaya lebih rendah.

Pelatihan Bidang Air Limbah 14


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

Salah satu pilihan adalah dengan kombinasi tangki septik dan sistem perpipaan
atau sewerage. Cairan yang keluar dari tangki septik rumah-rumah penduduk
kemudian tidak lagi dialirkan ke bidang resapan, melainkan melalui perpipaan yang
relatif kecil dialirkan ke suatu pengolahan secara terpusat. Sistem ini sangat
berguna pada daerah-daerah yag mempunyai air tinggi atau pada lokasi yang
penduduknya sangat padat sehingga tidak memungkinkan digunakannya bidang
resapan karena akan mencemari tanah. Tangki septik tetap harus dikuras satu
atau dua tahun sekali, karena yang masuk ke pengolahan air limbah terpusat
harus cairannya saja.

Alternatif lainnya adalah menggunakan kemampuan alam mengolah limbah. Air


limbah mengalir melalui pipa-pipa dan kemudian diolah di kolam-kolam. Cairan
yang keluar dari kolam kemudian dialirkan ke kolam yang diberi tanaman berfungsi
sebagai filter dan menyerap bahan organik yang diturunkan kadarnya sebelum
dibuang ke lingkungan. Biasanya sistem ini digunakan pada skala kecil.

VI. KESIMPULAN
Pencemaran air sangat penting diperhatikan dalam kaitannya dengan kesehatan
manusia. Sehingga dperlukan sistem pengolahan air limbah rumah tangga yang efektif
agar bahan-bahan pencemar yang dikandung limbah tersebut dapat dikendalikan
sebelum dibuang ke lingkungan.

Penerapan tata guna lahan yang tepat dan perhatian terhadap pembuangan air limbah
industri, pertanian, serta air limbah rumah tangga adalah sangat penting dalam
mengontrol masalah pencemaran air. Terdapat berbagai sistem pengolahan air limbah
rumah tangga yang telah ditetapkan saat ini akan tetapi perlu dipikirkan bersama,
sistem pengolahan apa yang sesuai dengan kondisi dan situasi setiap daerah.

Pelatihan Bidang Air Limbah 15


Pengendalian Pencemaran Air Modul 2.1.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Pelatihan Balai Pelatihan dan Permukiman Bekasi,2008.


2. Tinjauan Kondisi Pengelolaan Air Limbah dan Konsep Standar Pengelolaan Air
Limbah di Provinsi DKI Jakarta
3. Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press
4. Konsep Rumusan Teknik Kualifikasi Bangunan Teknik Lingkungan
5. Economic Impacts of Sanitation in Southeast Asia. Hutton G, Rodriguez UE,
Napitupulu L, Thang P, Kov P.World Bank, Water and Sanitation Program. 2008.
6. PP n0. 82 Tahun 2011 tentang Pengendalian Pencemaran Air

Pelatihan Bidang Air Limbah 16

Anda mungkin juga menyukai