Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air

Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak terlepas dari kebutuhan akan

air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Air bersih

sangat diperlukan oleh umat manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari,

untuk keperluan industri, untuk kegiatan laboratorium, untuk kebersihan sanitasi

kota, maupun untuk keperluan pertanian, peternakan dan lain-lainnya. Masalah

utama yang dihadapi adalah mendapatkan air yang baik sesuai standard

tertentu/baku mutu kualitas air. Saat ini air menjadi barang yang mahal, karena

air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan

manusia, baik limbah rumah tangga, industri, laboratorium maupun limbah dari

kegiatan-kegiatan lainnya. Air dikatakan tercemar apabila air tersebut telah

menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada

faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. (Wardhana,

2001 ).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82. Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pencemaran air

adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau

komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan

air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.

7
8

Adanya kegiatan manusia sehari-hari menyebabkan bertambahnya jumlah

bahan pencemar pada air. Menurut Rickim Mulia (2005) pencemar air dapat

dikategorikan sebagai berikut :

a. Infectious Agents

Bahan pencemar yang paling sering menyebabkan gangguan kesehatan

manusia adalah mikroorganisme patogen. Sumber utama mikroorganisme

patogen berasal dari kotoran manusia dan hewan yang tidak dikelola dengan

baik.

b. Zat –zat pengikat oksigen

Jumlah oksigen terlarut dalam air merupakan indikator yang baik untuk

menentukan kualitas air dan kehidupan di dalam air. Air dengan kandungan

oksigen lebih besar dari enam ppm dapat mendukung kehidupan ikan dan

kehidupan air lainnya. Sedangkan air dengan kandungan oksigen lebih kecil

dari dua ppm hanya mendukung kehidupan cacing, bakteri, jamur, dan

mikroorganisme pengurai.

c. Sedimen

Sedimen meliputi tanah dan pasir yang umumnya masuk ke badan air akibat

erosi atau banjir. Keberadaan sedimen di dalam air menyebabkan terjadinya

peningkatan kekeruhan air. Kekeruhan air dapat menghambat transfer oksigen

dari atmosfir ke dalam air.

d. Nutrisi / unsur hara

Nutrisis/unsur hara, khususnya nitrat dan fosfat dapat mengakibatkan

peningkatan produktivitas primer perairan. Peningkatan produktivitas primer


9

perairan sebagai akibat pengayaan air dengan nutrien /unsur hara yang

dibutuhkan oleh tumbuhan disebut Eutrofikasi. Hal ini menyebabkan badan

air menjadi keruh dan bau.

e. Pencemar anorganik

Pencemar anorganik, seperti logam, garam, asam dan basa dapat masuk ke

badan air melalui proses alam ataupun sebagai akibat aktivitas manusia.

Beberapa jenis logam seperti merkuri, timbal, kadmium dan nikel, dengan

konsentrasi relatif kecil sudah dapat membahayakan makhluk hidup. Logam

merupakan zat yang sangat persisten sehingga dapat berakumulasi pada

rantai makanan dan berdampak pada manusia.

f. Zat kimia organik

Ribuan zat kimia organik digunakan di dalam industri kimia untuk membuat

pestisida, plastik, produk farmasi, pigmen, dan produk lain yang kita

gunakan setiap hari. Banyak dari zat kimia organik ini memiliki toksisitas

yang tinggi. Kontaminasi air permukaaan dan air tanah dengan zat kimia

organik dapat mengancam kesehatan manusia.

g. Energi panas

Kenaikan/penurunan temperatur air dari kondisi normal dapat memperburuk

kualitas air dan kehidupan di dalamnya. Kenaikan temperatur sebagai akibat

pembuangan air limbah yang mengandung panas juga menyebabkan

penurunan kadar oksigen terlarut di dalam air.


10

h. Zat radioaktif

Pengaruh zat radioaktif dapat bersifat akut atau kronis. Pada kadar yang

tinggi, pengaruh radioaktif terhadap makhluk hidup bersifat akut. Hal ini

menyebabkan gangguan proses pembelahan sel dan mengakibatkan rusaknya

kromosom. Pengaruh kronis yang muncul dalam jangka waktu lama dapat

terjadi pada genetik (sistem reproduksi) dan somatik (sel tubuh).

2.2 Indikator Pencemaran Air

Menurut Wardana (2001), pembuangan air limbah secara langsung ke

lingkungan merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Limbah (baik

berupa padatan maupun cairan) yang masuk ke air lingkungan menyebabkan

terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air dan ini berarti suatu

pencemaran. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah

adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati seperti :

1. Ada perubahan suhu air

2. Ada perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.

3. Ada perubahan warna, bau dan rasa air.

4. Timbul endapan, koloidal, bahan terlarut

5. Ada mikroorganisme

2.3 Limbah Cair

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah sisa suatu usaha atau

kegiatan. Sedangkan limbah cair adalah limbah berupa cairan yang berasal dari
11

hasil buangan bahan-bahan yang telah terpakai dari suatu proses produksi

industri, domestik, pertanian, rumah sakit, dan laboratorium yang tersuspensi dan

terlarut di dalam air.

2.4 Klasifikasi Limbah Berdasarkan Jenis Sumber

Limbah menurut jenis sumber dapat di klasifikasikan sebagai berikut ini :

2.4.1 Industri

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah industri adalah sisa suatu

kegiatan atau proses produksi.

2.4.2 Domestik

Limbah domestik berasal dari pemukiman, pertokoan, hotel, rumah sakit

dan sebagainya. Limbah ini dapat berupa sampah organik, sampah anorganik, dan

deterjen. Sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai oleh aktifitas

bakteri seperti sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan dedaunan. Sampah anorganik

adalah sampah yang tidak dapat terurai

2.4.3 Laboratorium

Limbah laboratorium berasal dari buangan hasil reaksi-reaksi larutan

kimia dalam suatu analisis, praktikum dan penelitian. Larutan kimia tersebut

mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi mahkluk hidup dan

lingkungannya jika dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan limbah terlebih

dahulu. Komposisi limbah yang dihasilkan di suatu laboratorium sangat

tergantung pada jenis kegiatan analisis dan alat laboratorium yang digunakan.

Kegiatan yang dilakukan di UPT. Laboratorium Analitik Universitas Udayana adalah


12

kegiatan praktikum, penelitian dan pengujian sampel berupa air bawah tanah, air

permukaan, limbah, tanah, dan makanan. Walaupun kegiatan pengujian di laboratorium

tidak menghasilkan volume limbah yang cukup banyak, namun limbah laboratorium

berdasarkan sifat dan karakteristiknya dapat digolongkan sebagai limbah bahan

berbahaya dan beracun (B3). Limbah cair laboratorium umumnya mengandung unsur

logam-logam berat berbahaya seperti Pb, Cd, Hg, As dan logam - logam lainnya serta

senyawa kimia yang berbahaya (NO2, NH3 dan lain-lain).

2.5 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah bahan berbahaya dan beracun

(B3) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya

dan beracun, yang sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Limbah B3 diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan karakteristik :

a. Mudah meledak

b. Mudah terbakar

c. Bersifat reaktif

d. Beracun

e. Penyebab infeksi

f. Bersifat korosif
13

2.6 Logam Berat

Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara

berlebihan di dalam tubuh, akumulasi logam berat menyebabkan tingginya

konsentrasi logam tersebut di dalam tubuh. (Ridhowati, 2013 ).

Logam berat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan baik dari

tumbuh-tumbuhan (sayur-sayuran dan buah-buahan) yang tumbuh dalam tanah

pertanian yang tercemar banyak logam berat ataupun bahan kimia yang

digunakan dalam pertanian. Logam berat juga dapat terakumulasi dalam tubuh

manusia karena mengkonsumsi daging ternak ataupun ikan yang tercemar logam

berat. Bahan logam merupakan masalah dunia karena dapat menimbulkan polusi

ekosistem, dan para ekologis berusaha mengidentifikasi cara untuk kontrol dan

monitor polusi logam dengan tujuan untuk mempertahankan keseimbangan

ekosistem alami.

Logam berat yang mencemari lingkungan, sebagian besar disebarkan

melalui jalur air, dan proses ini akan lebih cepat bila memasuki tubuh manusia

melalui rantai makanan. Apabila suatu logam terakumulasi pada jaringan hewan

dan tumbuhan yang kemudian dikonsumsi manusia tentunya manusia sebagai

rantai makanan tertinggi pada piramida makanan, maka dalam tubuhnya akan

terakumulasi logam berat tersebut.

2.6.1 Logam Timbal (Pb)

Logam timbal (Pb) adalah salah satu logam berat, lunak, berwarna abu-abu

kebiruan, mengkilat, memiliki karateristik kimia berupa titik lebur rendah, mudah
14

dibentuk, dan memiliki sifat kimia yang aktif. Selain itu Pb meleleh pada suhu

3280 C, titik didih 17400 C, dan berat atom 207,20 (Ridhowati, 2013)

Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat toksik. Keracunan Pb bisa

terjadi melalui jalur makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, dan mata.

Pencemaran yang ditimbulkan Pb berasal dari sumber alami maupun limbah hasil

kegiatan manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik di lingkungan air,

udara maupun darat. Lingkungan yang terkontaminasi Pb dengan konsentrasi

tinggi dapat mengganggu kesehatan manusia seperti terjadi peningkatan kadar Pb

dalam darah yang mengakibatkan gangguan terhadap sistem syaraf pusat, dan

dapat mengurangi kecerdasan (IQ) pada anak-anak. Gejala keracunan Pb pada

anak-anak yaitu nafsu makan berkurang, sakit perut dan muntah-muntah, bergerak

terasa kaku, tak ingin bergerak, sempoyongan bila bergerak, sulit berbicara dan

hasil tes psikologik sangat rendah. Sedangkan pada orang dewasa gejala

keracunan Pb adalah kepucatan, sakit perut, muntah-muntah, anemia, dan yang

paling sering adalah warna biru pada gusi.(Darmono, 1995).

2.6.2 Logam Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang

sangat luas di alam, dengan nomor atom 48 beratatom112,40; titik cair 321ºC

serta titik didih 765ºC. Di alam kadmium bersenyawa dengan belerang (S) (CdS).

Kadmium merupakan logam lunak (cuctile) berwarna putih perak dan mudah

teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (Palar, 2008 dalam Nur, 2013).

Melalui akarnya tanaman menyerap kadmium yang tersebar di dalam

tanah, kemudian ditranslokasikan kebagian tanaman yang lain melalui jaringan


15

pengangkut yaitu xylem dan floem. Jika tanaman tersebut dikonsumsi oleh

manusia atau hewan, maka logam tersebut akan masuk ke dalam tubuh mereka,

melalui saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Keracunan Cd dalam jangka

waktu lama bersifat toksik terhadap beberapa macam organ, yaitu paru-paru,

tulang, hati, dan ginjal. Orang yang keracunan Cd melalui debu secara kronis

menyebabkan kekurangan indra penciuman dan akan normal jika toksik dari debu

dihilangkan. (Darmono, 1995).

2.6.3 Logam Merkuri (Hg)

Bentuk Merkuri murni (elemen) adalah satu-satunya logam yang bersifat

cair dalam suhu kamar (25OC), titik bekunya paling rendah (-39OC). Bentuk murni

dari Hg jika termakan tidak menyebabkan keracunan, tetapi uapnya dapat

membahayakan. Sekali terhisap, uap Hg ini akan terlarut dalam darah, dengan

cepat terbawa ke otak dan teroksidasi menjadi bentuk merkurik (Hg2+) bentuk ini

stabil dan tertinggal di dalam otak. (Darmono, 1995)

2.7 ICPE (Inductively Coupled Plasma Emision Spectrometry )

2.7.1 Definisi ICPE

ICPE merupakan instrumen yang digunakan untuk menganalisis kadar

unsur-unsur logam dari suatu sampel dengan menggunakan metode spektrometer

emisi. Spektrometer emisi adalah metoda analisis yang didasarkan pada

pengukuran intensitas emisi pada panjang gelombang tertentu untuk setiap unsur.

Bahan yang dianalisis harus larutan yang homogen.

Prinsip kerja dari ICPE adalah membentuk spektrometer emisi dengan

plasma yang diinduksi secara ganda sebagai sumber sinar. Spektrometer emisi
16

merupakan sebuah metoda analisis yaitu, sampel di eksitasi dengan listrik maupun

panas sehingga terbentuk sinar emisi. Sinar emisi ini kemudian dibagi menjadi

spektrum oleh spektrometer. Sedangkan plasma adalah area/daerah muatan

listrik dari ion-ion dan elektron dalam keadaan seimbang. Singkatnya plasma

adalah gas yang terionisasi di dalam area sampel dalam tabung vakum. (Bouman,

1987)

2.7.2 Keuntungan dari ICPE

1. Sensitivitasnya sangat tinggi.

2. Interfensi (Gangguan) kimia lebih kecil dari pada memakai flame.

3. Banyak elemen dapat dianalisis pada kondisi yang sama

4. Tidak ada bahaya meledak dengan memakai gas argon.

2.8 Tanaman Pacing (Cheilocostus speciosus)

Klasifikasi tanaman Pacing menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisio : Spermatophyt

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Suku : Costaceae

Marga : Cheilocostus

Jenis : Cheilocostus speciosus


17

Gambar 2.1
Tanaman Pacing (Cheilocostus speciosus)

Habitus berupa tumbuhan tegak, tinggi ±2 m. Batang lunak, kuat, licin,

beruas-ruas, tertutup pelepah daun, hijau keunguan. Daun tunggal, lanset

memanjang, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, mengkilat, permukaan

bawah berbulu lembut, panjang 11-28 cm, lebar 8-11 cm, tangkai pendek,

keunguan, duduk melingkar pada batang, pertulangan atas beralur, hijau. Bunga

majemuk, bentuk bulir, daun pelindung bulat telur dengan ujung runcing, mahkota

bentuk tabung, panjang ±1 cm, diameter ±5 mm, benang sari ±6 cm, ujung

runcing, hijau, putik tersembul di atas kepala sari, putih. Buah kotak, bulat telur,

merah. Biji keras, kecil, diameter ±2 mm, hitam. Akar serabut, putih atau kuning

kotor. Habitat : tumbuh di hutan, di ladang dan di tempat yang tanahnya agak

lembab. Ada yang ditanam di halaman sebagai tanaman hias. (Anonim, 2007)

2.8 Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan metoda yang digunakan untuk membersihkan

lingkungan yang tercemar logam berat dengan memanfaatkan kemampuan

tanaman untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat. (Muliadi dkk., 2013)
18

Metoda ini potensial untuk diaplikasikan, aman digunakan dengan dampak

negatif kecil, biaya relatif rendah, mampu mereduksi volume kontaminan, dan

memberikan keuntungan langsung bagi kesehatan masyarakat. (Budi dkk. 2012)

Keuntungan utama dari aplikasi teknik fitoremediasi dibandingkan dengan

sistem remediasi lainnya adalah kemampuannya untuk menghasilkan buangan

sekunder yang lebih rendah sifat toksiknya, lebih bersahabat dengan lingkungan

serta lebih ekonomis. (Pratomo dkk., 2004 dalam Fahruddin, 2010). Metoda

fitoremediasi, mengandalkan peranan tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi,

dan mentransformasi bahan pencemar, baik logam berat maupun senyawa

organik. Beberapa konsep dasar mekanisme kerja fitoremediasi meliputi:

fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, rizofiltrasi dan interaksi dengan

mikroorganisme pendegradasi polutan. (Kelly, 1997).

Menurut Youngman (1999) untuk menentukan tanaman yang dapat

digunakan sebagai fitoremediasi adalah tanaman yang mempunyai sifat:

a) Cepat tumbuh

b) Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada waktu yang singkat

c) Mampu meremediasi lebih dari satu polutan

d) Toleransi yang tinggi terhadap polutan.

Anda mungkin juga menyukai