Anda di halaman 1dari 10

PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier


untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI
pada Materi Laju Reaksi

Khairunnisa *, Ajat Sudrajat


Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Medan (UNIMED)
*Email: khairunnisa23@mhs.unimed.ac.id

DOI: https://doi.org/10.33369/pendipa.7.2.127-136

ABSTRACT
This study aimed to report the results of the validity and reliability test of the five-tier diagnostic test
instrument on the reaction rate material and identify the level of misconceptions experienced by students
of class XI IPA MAN 2 Model Medan on the concept of the material. This research was conducted in
November-March 2022/2023 academic year. This research was a descriptive research using the ADDIE
development model. Data collection in this study used tests, interviews and questionnaires. The research
stage begins with data collection and literature study, initial needs analysis, product design stage,
development of five-tier diagnostic test instruments and validation by experts, test validity and reliability
of tests on small-scale trials and identification of student misconceptions on broad-scale trials. The
assessment results from expert validators show the criteria of the instrument developed are valid. The
results of the item validity analysis obtained 23 valid items and 7 invalid items. Based on the reliability
test results, it is known that the five-tier diagnostic test instrument has high reliability with a reliability
coefficient of 0.80. The results of the broad-scale trial showed that the level of misconceptions of students
in the XI Science class of MAN 2 Medan Model on the reaction rate material was 33% which was
classified in the moderate category. The largest percentage of misconceptions is on the concept of
reaction order and reaction rate equation of 46.75%. The lowest percentage of misconceptions
experienced by students is in understanding the concept of factors that affect the reaction rate of 20.27%.

Keywords: Five-tier diagnostic test; reaction rate; misconceptions.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen tes diagnostik five-
tier pada materi laju reaksi dan mengidentifikasi tingkat miskonsepsi yang dialami siswa kelas XI IPA
MAN 2 Model Medan pada konsep materi tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada November-Maret
Tahun Ajaran 2022/2023. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan model
pengembangan ADDIE. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes, wawancara dan
kuesioner. Tahap penelitian dimulai dengan pengumpulan data dan studi literatur, analisis kebutuhan
awal, tahap perancangan produk, pengembangan instrumen tes diagnostik five-tier dan validasi oleh ahli,
uji validitas dan reliabilitas tes pada uji coba skala kecil serta identifikasi miskonsepsi siswa pada uji coba
skala luas. Hasil penilaian dari validator ahli menunjukkan kriteria instrumen yang dikembangkan valid.
Hasil analisis validitas butir soal diperoleh 23 item soal valid dan 7 item soal yang tidak valid.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui instrumen tes diagnostik five-tier memiliki reliabilitas tinggi
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,80. Hasil uji coba skala luas menunjukkan tingkat miskonsepsi
siswa kelas XI IPA MAN 2 Model Medan pada materi laju reaksi sebesar 33% yang tergolong pada
kategori sedang. Persentase miskonsepsi terbesar yaitu pada konsep orde reaksi dan persamaan laju reaksi
sebesar 46,75%. Persentase miskonsepsi terendah yang dialami siswa yaitu pada pemahaman konsep
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi sebesar 20,27%.

Kata kunci: Tes diagnostik five-tier; laju reaksi; miskonsepsi.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 127
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

PENDAHULUAN terutama pada faktor-faktor yang mempengaruhi


Kimia merupakan ilmu yang mengkaji laju reaksi dan laju tumbukan. Konsep yang
tentang materi, sifat dan struktur materi tersebut, bersifat abstrak tersebut mengarahkan siswa pada
perubahan dan reaksi yang terjadi serta energi miskonsepsi dalam materi laju reaksi (Rumapea
yang menyertai perubahan dari materi itu sendiri. & Silaban, 2022). Beberapa penelitian
Kajian dalam ilmu kimia mencakup beberapa sebelumnya juga mengidentifikasi miskonsepsi
materi ajar berupa konsep-konsep yang bersifat pada materi laju reaksi.
abstrak dan kompleks. Hal ini membuat siswa Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
sulit untuk memahami konsep-konsep tersebut oleh Ni’mah (2020) menunjukkan bahwa siswa
karena tidak dapat diamati secara langsung mengalami kesulitam dalam memahami
(Andriani dkk., 2019). Kimia juga merupakan bagaimana laju reaksi berubah selama reaksi
salah satu mata pelajaran yang kurang diminati berlangsung, siswa juga tidak mampu
oleh peserta didik karena dianggap sebagai mata memberikan penjelasan yang tepat terkait
pelajaran yang membosankan dan sulit untuk hubungan antara laju reaksi dan waktu reaksi.
dipahami. Hal ini dikarenakan banyaknya sistem Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
hafalan dan perhitungan dalam pelajaran kimia Nazar dkk (2010) di kelas XI IPA 1 SMAN 1
(Anisa & Yuliyanto, 2017; Rohimat, 2021). Lhokseumawe melaporkan bahwa sebanyak
Dalam proses pembelajaran, siswa 57,89% peserta didik mengalami miskonsepsi
memiliki dasar untuk membangun konsepnya pada pengaruh faktor suhu dan katalis. Kemudian
sendiri. Ketika guru menyampaikan materi, siswa pada penelitian yang dilakukan Lestari dkk
akan menerima dan memahami materi tersebut (2021) melaporkan terjadinya miskonsepsi siswa
dengan kemampuan yang dimilikinya. pada sub topik orde reaksi sebesar 41,93%.
Kemampuan yang berbeda-beda pada siswa Siswa menganggap bahwa orde reaksi ditentukan
dalam menerima dan mengolah materi pelajaran berdasarkan koefisien reaksi.
dapat mengakibatkan munculnya pengetahuan Untuk mengidentifikasi adanya
yang berbeda pula. Ketika membangun miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat
pengetahuannya, siswa mengaitkannya dengan menggunakan tes diagnostik. Penggunaan tes
konsep lain yang kebetulan sudah dimilikinya. diagnostik yang baik akan memberikan
Akibatnya pengetahuan yang muncul ada yang gambaran miskonsepsi yang terjadi berdasarkan
tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. kesalahan yang dibuat oleh siswa. Pertanyaan-
Kondisi seperti ini yang mengarahkan siswa pertanyaan yang diberikan kepada siswa bukan
menjadi miskonsepsi (Hidayat dkk., 2020). hanya memperlihatkan bahwa siswa tidak
Miskonsepsi merupakan ketidaksesuaian memahami materi tertentu, tetapi juga dapat
pemahaman atau pandangan terhadap suatu menunjukkan cara berpikir siswa dalam
konsep. Miskonsepsi dapat menjadi hambatan menyelesaikan pertanyaan yang diberikan
bagi siswa dalam menguasai suatu materi karena walaupun jawaban yang diberikan salah
dapat dikatakan sebagai suatu kesalahan (Yasthophi & Ritongga, 2019). Beberapa
(Sholihat dkk., 2017; Harahap & Novita, 2020). penelitian sebelumnya telah banyak
Penelitian terkait analisis miskonsepsi yang mengembangkan tes diagnostik level konsepsi
dialami siswa pada materi kimia telah banyak pada konsep kimia, mulai dari tes diagnostik
dilakukan sebelumnya. Sebesar 48,05% siswa tingkat pertama (one tier) hingga tes diagnostik
mengalami miskonsepsi pada materi larutan tingkat kelima (five tier) (Putri & Ermawati,
penyangga (Maksum dkk., 2017). Sebanyak 2021). Kelebihan dari penggunaan tes diagnostik
22,12% siswa mengalami miskonsepsi pada dalam mengidentifikasi miskonsepsi adalah
materi hukum-hukum dasar kimia (Laliyo dkk., pelaksanaan yang dilakukan akan lebih cepat dan
2020). Pada materi hidolisis garam miskonsepsi data yang terkumpul akan lebih luas (Setiawan
yang terjadi sebesar 31.37% (Arsyad dkk., 2016). dkk., 2017).
Pada materi termokimia, siswa mengalami Tes diagnostik five tier merupakan salah
miskonsepsi sebesar 27,63% (Saleh dkk., 2018). satu bentuk pengembangan isntrumen tes
Laju reaksi merupakan salah satu materi diagnostik berformat lima tingkatan. Tingkat
kimia yang banyak memiliki konsep abstrak pertama tes tersebut berupa pertanyaan pilihan

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 128
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

jawaban, tingkat kedua adalah keyakinan Keterangan :


jawaban, tingkat ketiga adalah alasan, tingkat B = Benar
keempat menunjukkan keyakinan alasan, dan S = Salah
tingkat kelima berupa satu pertanyaan tambahan Y = Yakin
yang bersifat terbuka. Pertanyaan terbuka pada TY = Tidak yakin
tingkat kelima tersebut meminimalisir SD/SC = scientific drawing/scientific conclusion
kemungkinan siswa melakukan tebakan jawaban (Siswa dapat memberikan
(Putri & Ermawati, 2021). Penggunaan tes gambar/kesimpulan yang sesuai dengan
diagnostik five tier akan memungkinkan lebih konsep)
banyak data yang didapatkan mengenai konsepsi PD/SC = partial drawing/partial conclusion
siswa (Fajriyyah & Ermawati, 2020). Kombinasi (Siswa dapat memberikan
jawaban siswa dan level konsepsi yang terdeteksi gambar/kesimpulan yang kurang sesuai
dapat dilihat pada Tabel 1. dengan konsep)
MD/MC =misconception drawing/misconception
Tabel 1. Level konsepsi siswa pada tes conclusion (Siswa dapat memberikan
diagnostik five-tier (Lailiyah, 2020) gambar/kesimpulan yang kurang sesuai
No Jawaban tier ke- Level dengan konsep)
1 2 3 4 5 Konsepsi UD/UC = undefined drawing/undefined
1 B Y B Y SD/SC SC conclusion (Siswa memberikan
PD/PC ASC gambar/kesimpulan yang tidak
MD/MC LK berkaitan dengan konsep)
UD/UC ND/NC = no drawing/no conclusion (Siswa tidak
ND/NC UnC memberikan gambar/kesimpulan sama
2 B Y B TY sekali)
3 B TY B Y SC = scientific conception (Paham Konsep)
4 B TY B TY PD/PC ASC = almost scientific conception (Paham
5 B Y S TY atau konsep sebagian)
6 B TY S Y MD/MC LK = lack of knowledge (Kurang
7 S Y B TY atau LK pengetahuan)
8 S TY B Y UD/UC UnC = un-code (Tidak dapat disimpulkan)
9 S Y B TY atau NU = no understanding on concept (Tidak
10 S TY B TY ND/NC paham konsep)
11 B Y S Y MSC = Misconception (Miskonsepsi)
12 S Y B Y
13 S Y S TY PD/PC Mengingat masih minimnya ketersediaan
14 S TY S Y atau instrumen tes diagnostik five-tier pada materi-
15 S TY S TY MD/MC NU materi kimia dan adanya miskonsepsi yang
atau dialami siswa pada materi laju reaksi, maka perlu
UD/UC adanya instrumen yang dapat mengidentifikasi
atau miskonsepsi siswa pada materi laju reaksi. Oleh
ND/NC karena itu pada penelitian ini, penulis bermaksud
16 S Y S Y MD/MC untuk melaporkan hasil identifikasi miskonsepsi
atau MSC siswa menggunakan pengembangan instrumen
UD/UC tes diagnostik five-tier pada materi laju reaksi.
atau Penelitian ini juga memaparkan hasil uji validitas
ND/NC dan reliabilitas instrumen tes diagnostik five-tier
17 Tidak dijawab atau terdapat UnC serta respon siswa terhadap instrumen yang
lebih dari satu jawaban dikembangkan.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 129
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

METODE PENELITIAN mencakup aspek kesesuaian soal dengan materi,


Jenis penelitian yang dilakukan pada ketertarikan siswa, kejelasan soal, ketepatan
penelitian ini adalah penelitian desktiptif dengan bahasa dan kesesuaian waktu.
menggunakan model pengembangan ADDIE 3. Tahap Pengembangan
yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Pada tahap ini peneliti mengembangkan
Uji coba pada penelitian ini dilakukan pada skala instrument tes diagnostik five tier pada materi
kecil dan skala luas. laju reaksi sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah
dibuat. Pada tahap ini juga akan dilakukan
Waktu dan Lokasi Penelitian penilaian oleh validator ahli. Selanjutnya
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Kimia dilakukan revisi tahap I berdasarkan hasil
Universitas Negeri Medan dan diuji cobakan di penilaian validator ahli. Hasil revisi tahap I
MAN 2 Model Medan yang berada di Jl. Williem kemudian diuji cobakan pada skala kecil untuk
Iskandar No. 7A, Bantan Timur, Kecamatan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen
Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara tes diagnostik five tier. Selanjutnya dilakukan
pada bulan November-Maret Tahun Ajaran revisi tahap II.
2022/2023. 4. Tahap Implementasi
Pada tahap ini dilakukan uji coba produk
Populasi dan Sampel Penelitian melalui uji coa skala luas. Hasil revisi tahap II
Populasi dalam penelitian ini adalah diimplementasikan pada tahap ini untuk
seluruh peserta didik kelas XI IPA MAN 2 mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami
Model Medan yang berjumlah 391 siswa. peserta didik dan mengetahui respon siswa
Pengambilan sampel menggunakan teknik terhadap instrumen tes diagnostik five-tier yang
random sampling terhadap peserta didik kelas XI telah dikerjakan.
IPA MAN 2 Model Medan sebesar 20% dari 5. Tahap Evaluasi
jumlah populasi. Pengambilan sampel dengan Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui
teknik random sampling dilakukan karena tidak keberhasilan pengembangan suatu produk dalam
adanya perlakuan yang berbeda yang diberikan hal ini adalah instrumen tes diagnostik five tier
kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. yang dikembangkan dapat mengidentifikasi
adanya miskonsepsi yang dialami oleh siswa
Rancangan Penelitian pada materi laju reaksi, yaitu dengan melihat
Langkah-langkah yang dilakukan dalam variasi jawaban siswa dan meninterpretasikan
penelitian ini adalah sebagai berikut: jawaban-jawaban tersebut ke dalam tingkat
1. Tahap Analisa konsepsi siswa pada Tabel 1.
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis
kebutuhan untuk mendukung proses Teknik Pengumpulan Data
pengembangan instrument tes diagnostik five Teknik pengumpulan data yang dilakukan
tier. Analisis kebutuhan yang dilakukan berupa dalam penelitian ini menggunakan tes,
studi literatur, analisis materi, peserta didik, wawancara dan pengisian kuesioner respon.
kondisi pembelajaran, indikator, dan tujuan 1. Tes
pembelajaran ataupun kompetensi dasar. Tes diagnostik five tier pada materi laju
2. Tahap Perancangan reaksi yang telah dikembangkan diuji coba
Pada tahap ini peneliti menyusun kisi-kisi terhadap sampel penelitian, yaitu siswa kelas XI
soal sesuai dengan kompetensi dasar yang IPA MAN 2 Model Medan. Tes yang dilakukan
nantinya akan dikembangkan menjadi instrumen merupakan salah satu tahap dalam uji produk.
tes diagnostik five tier, kunci jawaban, pedoman Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat
penskoran dan pedoman interpretasi hasil. Pada miskonsepsi yang dialami peserta didik pada
tahap ini juga merancang instrumen validasi tes materi laju reaksi.
dan rancangan angket. Lembar validasi terdiri 2. Wawancara
dari 22 aspek penilaian yang mencakup aspek Kegiatan wawancara dilakukan pada guru
materi, konstruksi dan bahasa. Sedangkan angket kimia yang mengajar kelas XI dan terfokus pada
respon siswa terdiri dari 10 aspek penilaian yang materi laju reaksi untuk memperoleh informasi

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 130
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

mengenai analisis kebutuhan yang diperlukan 2. Reliabilitas Tes


dalam penelitian ini. Tinggi rendahnya reliabilitas suatu
3. Kuesioner Respon instrument diketahui dari koefisien reliabilitas
Kuesioner respon akan diberikan kepada yang disimbolkan dengan r11. Di mana harga r11
siswa yang menjadi sampel penelitian. Kuesioner berkisar antara 0,0-1,0. Analisis butir tes yang
respon diberikan pada tahap analisis untuk dilakukan untuk menentukan reliabilitas tes
mengetahui pemahaman konsep awal siswa pada dipakai persamaan Kuder Richardson (KR-20)
materi laju reaksi dan pada uji coba skala luas pada Pers. 2 (Silitonga, 2014).
untuk mengetahui respon siswa terhadap
instrument yang dikembangkan. r 11 = [ ][ ] (2)
Teknik Analisis Data
Dengan S2 = (3)
Tahap awal dalam analisis data yaitu
pengujian kelayakan atau validitas instrument tes
diagnostik five tier yang telah dikembangkan Dimana :
oleh validator ahli. Setelah instrument tes r11 = Koefisien reliabilitas tes
diagnostik five tier tersebut dianggap layak oleh K = Jumlah item tes
validator ahli dan memenuhi kriteria kelayakan S2 = Varians skor
instrument, kemudian instrument tes tersebut p = Proporsi subjek yang menjawab benar
diujikan kepada siswa untuk mengidentifikasi q = Proporsi subjek yang menjawab salah
miskonsepsi siswa pada materi laju reaksi. Skor X = Skor total
1 diberikan jika jawaban dan alasan yang N = Jumlah siswa
diberikan siswa benar. Sedangakn skor 0
diberikan jika jawaban atau alasan yang Untuk menafsirkan harga reliabilitas dari
diberikan siswa salah. soal maka harga tersebut dikonsultasikan ke tabel
1. Validitas Butir Soal harga kritik rtabel product moment dengan α =
Untuk menguji validitas item instrument 0,05. Jika rhitung > rtabel maka tes dinyatakan
maka instrument tersebut harus diuji cobakan, reliabel. Tabel 2 menunjukkan rentang kriteria
dan dianalisis dengan analisis item. Validitas reliabilitas tes.
item untuk soal pilihan berganda dapat
menggunakan rumus point biserial pada Pers. 1 Tabel 2. Rentang Kriteria Koefisien
(Silitonga, 2014). Reliabilitas (Arikunto, 2003)
Interval Koefisien Kriteria
0,0 – 0,20 Sangat Rendah
rpbis = √ (1) 0,21 – 0,40 Rendah
Dimana : 0,41 – 0,60 Sedang
rpbis = Koefisien korelasi point biserial 0,61 – 0,80 Tinggi
Mp = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
menjawab benar
Mt = Rata-rata skor total (skor rata-rata dari 3. Interpretasi Hasil Tes Diagnostik Five-Tier
seluruh peserta tes) Untuk mengetahui tingkat pemahaman
St = Standar deviasi skor total konseptual siswa pada materi laju reaksi maka
P = Proporsi subjek yang menjawab benar dilakukan analisis terhadap hasil jawaban siswa
q = Proporsi subjek yang menjawab salah yang diperoleh dari uji coba skala luas. Hasil
(1-p) analisis diinterpretasikan ke dalam kategori-
kategori yang terdapat pada Tabel 1. Persentase
Koefisien validitas yang diperoleh (rpbis) miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep
dibandingkan dengan nilai-nilai rtabel Product materi laju reaksi kemudian diinterpretasikan ke
moment pada α = 0,05. Jika rpbis > rtabel maka item dalam kategori persentase tingkat miskonsepsi
tes tersebut dikatakan valid. pada Tabel 3.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 131
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

Tabel 3. Kategori Persentase Tingkat dengan rumus point biserial pada Pers. 1. Dari
Miskonsepsi (Istighfarin dkk., 2015) 30 item soal yang telah diuji cobakan diperoleh
Interval Koefisien Kriteria sebanyak 23 item soal valid dan 7 item soal yang
0 – 30% Rendah tidak valid. Hasil analisis uji validitas item soal
31% - 60% Sedang disajikan pada Tabel 5.
61% - 100% Tinggi
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Item Soal
4. Analisis Angket Respon Siswa Soal rpbis rtabel Kategori
Data respon siswa diperoleh dari angket 1 0,455 Valid
respon siswa terhadap tes diagnostik five tier 2 0,346 Valid
pada materi laju reaksi. Angket respon dalam 3 0,452 Valid
penelitian ini dikembangkan berdasarkan skala 4 0,491 Valid
Likert. Skala Likert yang digunakan terdiri dari 5 0,415 Valid
empat skala yaitu: sangat setuju (skor 4), setuju 6 0,35 Valid
(skor 3), kurang setuju (skor 2), dan tidak setuju 7 0,478 Valid
(skor 1). Penentuan persentase respon siswa 8 0,447 Valid
untuk masing-masing item pernyataan dapat 9 0,12 Invalid
dilakukan menggunakan Pers. 4. Besarnya 10 0,402 Valid
persentase respon siswa kemudian 11 0,401 Valid
diinterpretasikan ke dalam kategori pada Tabel 4. 12 0,453 Valid
13 0,417 Valid
P= x 100% (4) 14 0,384 Valid
15 0,417 Valid
16 0,076 0,339 Invalid
Tabel 4. Interpretasi Persentase Respon
17 -0,13 Invalid
Siswa (Rumapea & Silaban, 2022)
18 0,48 Valid
Persentase Kategori 19 0,51 Valid
76% - 100% Sangat Baik 20 0,384 Valid
51% - 75% Baik 21 0,392 Valid
26% - 50% Kurang Baik 22 0,379 Valid
0% - 25% Buruk 23 -0,01 Invalid
24 0,434 Valid
HASIL DAN PEMBAHASAN 25 0,363 Valid
Peneliti mengembangkan 30 item soal 26 0,012 Invalid
instrumen tes diagnostik five-tier pada materi 27 -0,14 Invalid
laju reaksi. Hasil penilaian dari lima validator 28 0,425 Valid
ahli (3 dosen kimia FMIPA Unimed dan 2 guru 29 -0,1 Invalid
kimia MAN 2 Model Medan) menunjukkan hasil 30 0,35 Valid
yang baik dan dapat digunakan tanpa revisi serta
sedikit perbaikan pada beberapa item soal. Hasil Uji Reliabilitas Tes
revisi berdasarkan saran validator ahli kemudian Analisis reliabilitas tes diagnostik five-tier
digunakan pada uji coba skala kecil dengan 34 dilakukan untuk mengetahui keterandalan/
responden dari siswa kelas XII IPA MAN 2 kemantapan/keajegan instrumen tes, sehingga
Model Medan untuk memperoleh hasil uji instrumen yang digunakan selalu memberikan
validitas dan reliabilitas instrumen tes diagnostik hasil yang konsisten. Hasil yang diperoleh dari
five tier. uji coba skala kecil dengan program Microsoft
Excel menggunakan rumus KR-20 pada Pers. 2
Uji Validitas Butir Soal diperoleh koefisien reliabilitasnya adalah 0,80.
Berdasarkan hasil uji coba skala kecil maka Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa soal
validitas tes diagnostik five-tier dihitung memiliki reliabilitas yang tinggi. Instrumen tes
menggunakan program Microsoft Excel sesuai diagnostik five-tier dapat dikatakan bersifat

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 132
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

reliabel sehingga dapat dipercaya untuk kategori paham konsep, paham konsep
digunakan dalam mengukur tingkat pemahaman sebagaian, kurang pengetahuan, tidak paham
konseptual siswa pada materi laju reaksi. konsep dan miskonsepsi.
Berdasarkan hasil analisis yang telah
Interpretasi Hasil Tes Diagnostik Five-Tier dilakukan, diperoleh rata-rata persentase siswa
Dari 23 item soal yang telah valid dan pada setiap kategori secara keseluruhan butir
reliabel pada uji coba skala kecil, selanjutnya soal. Persentase siswa yang mengalami
dilakukan tahap uji coba skala luas pada kelas XI miskonsepsi menempati posisi tertinggi yaitu
IPA MAN 2 Model Medan yang telah sebesar 33%. Hasil tersebut jika diinterpretasikan
mempelajari materi laju reaksi dengan jumlah pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa miskonsepsi
responden sebanyak 72 siswa. Uji coba skala yang dialami siswa kelas XI IPA MAN 2 Model
luas menggunakan 17 item soal yang memuat Medan berada pada kriteria sedang. Persentase
seluruh indikator pencapaian konsep materi laju siswa yang memahami konsep sebesar 12%,
reaksi. Pengurangan jumlah soal yang digunakan kategori yang memahami konsep sebagian
pada uji coba skala luas berdasarkan jumlah item sebesar 15%, persentase pada kategori kurang
soal yang telah valid dan berdasarkan pengetahuan dan tidak memahami konsep
pertimbangan dari guru terkait kemampuan siswa sebesar 22% dan 13%. Sedangkan yang tidak
dalam mengerjakan soal sehingga dapat dapat disimpulkan sebesar 5%. Kategori siswa
memperoleh hasil yang maksimal. yang tidak dapat disimpulkan terjadi karena
Hasil jawaban siswa yang diperoleh pada uji siswa tidak menjawab seluruh tier pada suatu
coba skala luas kemudian dianalisis untuk item soal. Persentase tiap kategori tingkat
mengetahui tingkat pemahaman konseptual siswa pemahaman konsep siswa ditunjukkan dalam
terhadap konsep materi laju reaksi. Hasil yang grafik pada Gambar 1.
diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam

Paham Konsep (SC)


12%

33% Paham Konsep Sebagian


15% (ASC)
Kurang Pengetahuan (LK)

Tidak Dapat Disimpulkan


(UnC)
22%
13% Tidak Paham Konsep (NU)
5%
Miskonsepsi (MSC)

Gambar 1. Persentase Tiap Kategori Secara Keseluruhan Butir Soal

Selanjutnya data yang dihasilkan juga pada pemahaman konsep orde reaksi dan
diklasifikasikan ke dalam setiap konsep materi persamaan laju reaksi sebesar 4,39%. Kategori
laju reaksi. Persentase tertinggi kategori paham konsep sebagian, persentase tertinggi
memahami konsep terdapat pada konsep faktor- terdapat pada konsep dasar laju reaksi sebesar
faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu 40,28% sedangkan persentase terendah pada
sebesar 22,77% sedangkan persentase terendah konsep orde reaksi dan persamaan laju reaksi

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 133
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

sebesar 4,4%. Persentase tertinggi untuk kategori tersebut diketahui bahwa persentase miskonsepsi
kurang pengetahuan terdapat pada konsep faktor- tertinggi yang dialami siswa yaitu pada konsep
faktor yang mempengaruhi laju reaksi sebesar orde reaksi dan persamaan laju reaksi sebesar
26,94% dan persentase terendah pada 46,75%. Kemudian diikuti pada pemahaman
pemahaman konsep dasar laju reaksi sebesar konsep teori tumbukan dengan persentase
14,58%. Konsep orde reaksi dan persamaan laju miskonsepsi sebesar 33,33% dan pemahaman
reaksi menjadi persentase tertinggi untuk konsep dasar laju reaksi sebesar 22,91%. Adapun
kategori siswa yang tidak memahami konsep persentase miskonsepsi terendah yang dialami
yaitu sebesar 21,52% dan persentase terendah siswa yaitu pada pemahaman konsep faktor-
pada konsep dasar laju reaksi yaitu sebesar faktor yang mempengaruhi laju reaksi sebesar
4,16%. 20,27%. Miskonsepsi siswa pada setiap konsep
Kategori miskonsepsi juga diklasifikasikan materi laju reaksi dimuat dalam grafik pada
pada setiap konsep materi laju reaksi. Dari hasil Gambar 2.

Orde reaksi Konsep dasar


dan persamaan laju reaksi,
laju reaksi , 22.91%
46.75%

Faktor-faktor Teori
yang tumbukan,
mempengaruhi 33.33%
laju reaksi,
20.27%

Gambar 2. Persentase Miskonsepsi Siswa pada Konsep Materi Laju Reaksi

Pada pemahaman konsep dasar laju reaksi, benar dalam hal ini adalah produk akan terbentuk
miskonsepsi yang dialami siswa terjadi karena ketika adanya tumbukan efektif dengan orientasi
siswa beranggapan bahwa jumlah reaktan dan yang tepat dan energi yang cukup terjadi pada
produk bertambah setiap satu satuan waktu. Hal molekul-molekul reaktan sehingga tumbukan
ini terlihat pada grafik yang digambarkan siswa, tersebut dapat memutuskan ikatan dalam
keduanya naik seiring bertambahnya waktu molekul-molekul reaktan dan membentuk ikatan
reaksi. Konsep yang benar adalah bertambahnya baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi.
jumlah produk (hasil reaksi) dan berkurangnya Beberapa siswa juga menganggap volume yang
jumlah reaktan (pereaksi). besar pada reaktan akan mempercepat laju reaksi.
Pada konsep teori tumbukan, miskonsepsi Konsep sebenarnya dalam hal ini adalah jumlah
terjadi karena siswa menganggap bahwa setiap partikel yang besar akan memungkinkan
reaksi akan menghasilkan produk. Dari jawaban terjadinya tumbukan yang lebih banyak sehingga
yang diberikan siswa terkait syarat terjadinya laju reaksi akan semakin cepat.
tumbukan efektif, terlihat siswa mengalami Pada pemahaman konsep-konsep yang
miskonsepsi dimana siswa menjawab bahwa mempengaruhi laju reaksi, siswa sulit
tumbukan yang terjadi harus cepat. Konsep yang membedakan energi kinetik dengan energi

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 134
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

aktivasi. Siswa menganggap bahwa penambahan KESIMPULAN


katalis akan memperbesar energi kinetik Berdasarkan hasil penelitian yang
molekul-molekul preaksi sehingga laju reaksi dilakukan, diperoleh 23 item soal tes diagnostik
semakin cepat. Dalam hal ini siswa juga five-tier yang telah valid dan reliabel pada materi
beranggapan bahwa katalis yang ditambahkan laju reaksi. Pengaplikasian instrumen tes tersebut
dalam suatu reaksi akan habis bereaksi. berhasil mengidentifikasi tingkat pemahaman
Pemahaman ini berbeda tentunya dengan konsep konseptual siswa. Dari hasil yang telah
yang sebenarnya bahwa katalis akan ikut dipaparkan diketahui bahwa miskonsepsi yang
bereaksi dan pada akhir reaksi akan terbentuk dialami siswa kelas XI IPA MAN 2 Model
kembali. Penambahan katalis akan menurunkan Medan pada materi laju reaksi berada pada
energi aktivasi reaksi. Maka akan dibutuhkan kategori sedang yaitu sebesar 33%. Miskonsepsi
lebih sedikit energi kinetik reaktan untuk tertinggi terjadi pada pemahaman konsep orde
mencapai energi aktivasi sehingga laju reaksi reaksi dan persamaan laju reaksi sebesar 46,75%.
akan akan berlangsung lebih cepat. Selain itu, Sedangkan persentase miskonsepsi terendah pada
pada konsep ini siswa menganggap bahwa pemahaman konsep faktor-faktor yang
ukuran zat yang lebih kecil memiliki luas mempengaruhi laju reaksi sebesar 20,27%. Hasil
permukaan zat yang lebih kecil sehingga laju analisis angket respon siswa menunjukkan
reaksi menjadi lebih cepat. Hal ini bertentangan respon positif terhadap instrumen tes diagnostik
dengan konsep yang sebenarnya yaitu ukuran zat five-tier dengan persentase sebesar 85,45% yang
akan berbanding terbalik dengan luas permukaan berarti bahwa instrumen tes yang digunakan
bidang sentuhnya. Sehingga, ketika zat dalam kriteria sangat baik.
berukuran lebih kecil akan lebih banyak
permukaan yang dapat disentuh dan bertabrakan DAFTAR PUSTAKA
sehingga reaksi yang berlangsung akan semakin Andriani, M., Muhali, M., & Dewi, C. A.
cepat. (2019). Pengembangan modul kimia
Persentase siswa yang mengalami berbasis kontekstual untuk membangun
miskonsepsi pada pemahaman kosep orde reaksi pemahaman konsep siswa pada materi
dan persamaan laju reaksi menjadi persentase asam basa. Hydrogen: Jurnal
miskonsepsi dengan posisi tertinggi. Kesalahan Kependidikan Kimia, 7(1), 25-36.
yang paling umum terjadi pada konsep ini adalah Anisa, F., & Yuliyanto, E. (2017). Analisis
penggunaan konsep matematika dalam faktor yang mempengaruhi pembelajaran
perhitungan orde reaksi dan persamaan laju kimia di SMA Teuku Umar Semarang.
reaksi. Selain itu banyak siswa yang mengalami In Prosiding Seminar Nasional &
kesulitan dalam menentukan hubungan laju Internasional.
reaksi dengan waktu. Miskonsepsi juga terjadi Arikunto, S. (2003). Manejemen Penelitian.
pada beberapa siswa yang menganggap bahwa Jakarta: PT. Rineka Cipta.
penentuan orde reaksi berasal dari koefisien Arsyad, M. A. M., Sihaloho, M., & La Kilo, A.
reaksi. (2016). Analisis miskonsepsi pada konsep
hidrolisis garam siswa kelas XI SMAN 1
Analisis Respon Siswa Telaga. Jambura Journal of Educational
Berdasarkan hasil analisis angket respon Chemistry, 11(2), 190–195.
siswa terhadap instrumen tes diagnostik five-tier Fajriyyah, N. S., & Ermawati, F. U. (2020).
pada tahap uji coba skala luas, hasil yang The validity and reliability of five-tier
diperoleh menunjukkan hasil positif dengan diagnostic test for kinetic theory of gases.
persentase sebesar 85,45%. Hasil tersebut Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 09(02),
menunjukkan bahwa instrumen tes diagnostik 126-132.
five-tier yang digunakan tergolong dalam kriteria Harahap, I. P. P., & Novita, D. (2020).
sangat baik. Validitas dan reliabilitas instrumen tes
diagnostik four-tier multiple choice
(4TMC) pada konsep laju reaksi. Unesa

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 135
PENDIPA Journal of Science Education, 2023: 7 (2), 127-136 ISSN 2088-9364

Journal of Chemical Education, 9(2), 222- Putri, W. K., & Ermawati, F. U. (2021).
227. Pengembangan, uji validitas dan
Hidayat, F. A., Irianti, M., & Fathurrahman, F. reliabilitas tes diagnostik five-tier untuk
(2020). Analisis miskonsepsi siswa dan materi getaran harmonis sederhana beserta
faktor penyebabnya pada pembelajaran hasil uji coba. PENDIPA Journal of
kimia di kabupaten Sorong. BASA Science Education, 5(1), 92-101.
(Barometer Sains) Jurnal Inovasi Rohimat, S. (2021). Pemanfaatan slide master
Pembelajaran IPA, 1(1). power point untuk pembelajaran kimia
Istighfarin, L., Rachmadiarti, F., & Budiono, J. pada materi penerapan laju
D. (2015). Profil miskonsepsi siswa pada reaksi. Strategy: Jurnal Inovasi Strategi
materi struktur dan fungsi jaringan dan Model Pembelajaran, 1(1), 9-16.
tumbuhan. Berkala Ilmiah Pendidikan Rumapea, C. F., & Silaban, R. (2022).
Biologi, 4(3): 991-995. Pengembangan instrumen tes diagnostik
Lailiyah, S., & Ermawati, F. U. (2020). Materi three-tier multiple choice berbasis android
gelombang bunyi: pengembangan tes based test untuk mengukur miskonsepsi
diagnostik konsepsi berformat five-tier, uji siswa pada materi laju reaksi kelas XI
validitas dan reliabilitas serta uji SMA. Educenter: Jurnal Ilmiah
terbatas. JPFT (Jurnal Pendidikan Fisika Pendidikan, 1(2), 95-104.
Tadulako Online), 8(3). Saleh, R., Lukum, A., & La Kilo, A. (2018).
Laliyo, L. A. R., Kau, M., La Kilo, J., & La Model pembelajaran langsung disertai
Kilo, A. (2020). Kemampuan siswa hierarki konsep untuk mereduksi
memecahkan masalah hukum-hukum miskonsepsi siswa pada materi termokimia
dasar kimia melalui pembelajaran inkuiri di kelas XI IPA SMA Negeri 2 kota
terbimbing. AR-RAZI Jurnal Ilmiah, 8(1), Gorontalo TA 2016- 2017. Skripsi.
1–8. Setiawan, D., Cahyono, E., & Kurniawan, C.
Lestari, L. A., Subandi, S., & Habiddin, H. (2017). Identifikasi dan Analisis
(2021). Identifikasi miskonsepsi siswa Miskonsepsi pada materi ikatan kimia
pada materi laju reaksi dan perbaikannya menggunakan instrumen tes diagnostik
menggunakan model pembelajaran three-tier. Journal of Innovative Science
Learning Cycle 5E dengan strategi konflik Education, 6(2), 197-204.
kognitif. Jurnal Pendidikan: Teori, Sholihat, F. N., Samsudin, A., & Nugraha, M.
Penelitian, dan Pengembangan, 6(6), 888- G. (2017). Identifikasi miskonsepsi dan
894. penyebab miskonsepsi siswa
Maksum, M. J., Sihaloho, M., & La Kilo, A. menggunakan four-tier diagnostic test
(2017). Analisis kemampuan pemahaman pada sub-materi fluida dinamik: azas
siswa pada konsep larutan penyangga kontinuitas. Jurnal Penelitian &
menggunakan three tier multiple choice Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2),
tes. Jambura Journal of Educational 175-180.
Chemistry, 12(1), 47– 53. Silitonga, P. M. (2014). Statistik: Teori dan
Nazar, M., Sulastri, S., Winarni, S., & Fitriana, Aplikasi dalam Penelitian. Medan: FMIPA
R. (2010). Identifikasi miskonsepsi siswa UNIMED.
SMA pada konsep faktor-faktor yang Yasthophi, A., & Soleman, P. (2019).
mempengaruhi laju reaksi. Jurnal Biologi Pengembangan Instrumen Test Diagnostik
Edukasi, 2(3), 49-53. Multiple Choice Four Tier Pada Materi
Ni’mah, M., Subandi., dan Munzil. (2020). Ikatan Kimia.Konfigurasi, 3(1), 23-31.
Keefektifan Pembelajaran POGIL dengan
strategi konflik kognitif untuk mengurangi
miskonsepsi pada materi laju reaksi kelas
XI SMA. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 5(9):
1257-1264.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 136

Anda mungkin juga menyukai