Anda di halaman 1dari 12

Survei Konsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Menggunakan

Two-TierTest pada Topik Kelistrikan dan Kemagnetan

R Rahmawati1, Dewi Hikmah Marisda1, N Nasrah2, dan A Muafiah Nur2


1
Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Makassar,
Indonesia
2
Program Studi PGSD, FKIP, Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia
rahmawatisyam@unismuh.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsepsi mahasiswa calon guru Fisika
pada topik-topik kelistrikan dan kemagnetan dengan instrumen tes dua tingkat yang
dikenal dengan istilah lain sebagai two-tier test. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
survei. Sampel penelitian adalah mahasiswa calon guru fisika tingkat pertama sampai
tingkat ke tiga yang telah mengambil mata kuliah Fisika Dasar Lanjut yang berjumlah 95
orang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes pilihan ganda dua tingkat (two-tier
test) terkait materi kelistrikan dan kemagnetan dalam perkuliahan Fisika Dasar Lanjut. Tes
ini terdiri dari 40 butir soal yang terdistribusi pada 20 butir soal tentang kelistrikan dan 20
butir soal lainnya tentang topik kemagnetan. Seluruh data dianalisis menggunakan analisis
statistik deskriptif dengan pengkategorisasian konsepsi mahasiswa dibedakan atas empat
tipe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, mahasiswa calon guru
fisika berada pada kategori tipe tidak utuh (tipe 4). Temuan penelitian ini dapat berfungsi
sebagai need assessment yang berimplikasi pada pertimbangan dalam merancang desain
perkuliahan yang dapat memfasilitasi mahasiswa dalam memahami konsep terkait materi
kelistrikan dan kemagnetan yang terdapat pada materi perkuliahan Fisika Dasar Lanjut.

Kata Kunci: Fisika Dasar Lanjut; Konsepsi; Topik Kelistrikan Dan Kemagnetan; Two-
Tier Test

Abstract
This study aimed to show prospective physics teachers' students' conception of electricity
and magnetism using a two-tier test. This type of research was survey research. The
research subject is all prospective physics teacher students who have taken the Advanced
Basic Physics course, totalling 90 students from three grade levels. The research
instrument used a two-tier test consisting of a description of the question, answer choices
and open reasons related to electricity and magnetism, which were part of the content of
the Advanced Basic Physicscourse material. This test consisted of 40 questions distributed
over 20 items on electricity topics and 20 items other than magnetism topics. All data were
analyzed using descriptive statistical analysis by categorizing students' conceptions into
four types. Overall, the results showed that prospective physics teacher students were in
type 4 or incomplete. The findings of this study can serve as a need assessment which has
implications for considerations in designing learning that can facilitate students in
understanding the concepts of electricity and magnetism in the Advanced Basic Physics
course.
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

Keywords: Advanced Basic Physics Course; Conceptions; Electricity and Magnetism,


Two-Tier Test

Received : 13 Januari 2022


Accepted : 2 April 2022
Published : 22 April 2022
DOI : https://doi.org/10.20527/jipf.v6i1.4763
© 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika

How to cite: Rahmawati, Marisda, D. H., Nasrah, & Nur, A. M. (2022). Survei
konsepsi mahasiswa calon guru fisika menggunakan two-tier test pada topik
kelistrikan dan kemagnetan . Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(1), 164-175.

PENDAHULUAN ilmiah, dan pengalaman membaca buku


Fisika merupakan salah satu bidang ilmu teks (Nugraha & Novari, 2018;
pengetahuan yang sangat erat kaitannya Setiawan, 2013; Wahyuni, 2018). Ketiga
dengan fenomena alam.Materi faktor tersebut saling bertautan dan
pembelajaran Fisika telah dibekalkan berpengaruh satu sama lain yang akan
mulai jenjang pendidikan dasar, membentuk struktur pengetahuan atau
menengah, sampai pada perguruan istilah ilmiah lainnya adalah sumber
tinggi (Rahmawati et al., 2021). Meski pengetahuan. Apabila siswa atau
demikian, materi Fisika masih saja mahasiswa memiliki konsepsi yang
dianggap sulit bagi peserta didik berbeda dengan konsepsi para ilmuan,
(Azizah, Taqwa, &Assalam, 2020; maka mereka dikatakan berada dalam
Samudra, Suastra, & Suma, 2014). situasi miskonsepsi (Muna 2016; Sukadi
Sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan, & Sari 2016; Taufiq 2012; Wahyufni
materi pembelajaran Fisika tentunya 2018). Miskonsepsi dapat bertahan kuat
tersusun atas berbagai macam hingga mampu terintegrasi dalam
konsep.Konsep merupakan landasan struktur kognitif (Hakim, 2021;
dalam berpikir dan melakukan proses- Khasanah & Setiawan, 2015). Oleh
proses mental yang digunakan untuk sebab itu, masalah miskonsepsi perlu
merumuskan prinsip-prinsip dan segera diidentifikasi dan ditanggulangi.
generalisasi (Khasanah, & Setiawan, Beberapa metode telah banyak
2015; Sugiana, Harjono, Sahidu, & diimplementasikan oleh sejumlah
Gunawan, 2017). peneliti dalam mengidentifikasi
Tingkat pemahaman dan penguasaan miskonsepsi terkait konsep Fisika di
konsep mahasiswa calon guru fisika antaranya adalah peta konsep,
yang komprehensif dan menyeluruh wawancara, tes uraian, dan tes bentuk
sangat berpengaruh terhadap pilihan ganda. Akan tetapi, metode ini
keberhasilan capaian proses dan hasil dianggap kurang efektif dilaksanakan
belajar di kelas (Astra, 2018). Oleh untuk sampel penelitian dalam skala
karena itu, mahasiswa sebagai calon besar (Khasanah & Setiawan 2015;
guru perlu memiliki bekal penguasaan Kusairiand Zulaikah 2017; Mutmainna,
konsep yang komprehensif dan tepat Mania, & Sriyanti 2018). Oleh karena
sesuai konsep yang dimiliki oleh para itu, tes bentuk pilihan ganda perlu
ilmuan. dimodifikasi agar dapat efektif
Beragam faktor yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi
memengaruhi konsepsi siswa maupun miskonsepsi mahasiswa untuk sampel
mahasiswa, di antaranya adalah faktor penelitian dalam skala besar.
pengetahuan pra instruksional, proses Beragam bentuk tes telah
pembelajaran yang berbasis konsep dikembangkan untuk mendeteksi

165
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

konsepsi dan miskonsepsi siswa ataupun hasil penelitian yang membenarkan sifat
mahasiswa dalam sejumlah materi abstraksi serta tingkat kesulitan materi
tentang kelistrikan dan kemagnetan. kelistrikan untuk dapat dipahami oleh
Bahkan tes dalam bentuk tiga tingkat mahasiswa telah dilakukan. Sifat abstrak
(three-tier test). Beberapa di antaranya materi kelistrikan menjadikan materi ini
adalah tes DIRECT (Determining and sulit dipahami mulai jenjang pendidikan
Interpreting Resistive Electric Circuit) tingkat dasar (Dega, Kriek, & Mogese
(Engelhardt & Beichner, 2004); tes 2013; Karal & Alev 2016; Leppävirta
IBCDC (Inventory of Basic Conceptions 2012; Rahmawati et al., 2018; Xiaoetal.
for DC Circuits) (Halloun, 2007); tes 2019), tingkat menengah (Hekkenberg,
ECCE (Electric Circuits Conceptual Lemmer, & Dekkers 2015), tingkat
Evaluation Test) (Sokoloff, 1996); dan perguruan tinggi (Zacharia & de Jong
tes rangkaian listrik sederhana model 2014), hingga pada tingkat pengajar
tiga tingkat (three-tier test) (Peşman & (guru) (Dega et al., 2013; Karal & Alev
Eryilmaz, 2010). Meskipun demikian, 2016; Leppävirta 2012; Xiao et al.,
bentuk tes pilihan ganda dua tingkat 2019). Oleh karena itu, perlu dilakukan
(two-tier test) dengan alasan terbuka identifikasi konsepsi maupun
digunakan dalam penelitian ini untuk miskonsepsi yang mungkin terjadi pada
mengidentifikasi konsepsi dan mahasiswa terkait materi kelistrikan dan
miskonsepsi mahasiswa dalam skala kemagnetan. Berdasarkan uraian
besar (Changetal. 2020; Ivanjeketal. tersebut, fokus penelitian ini yaitu
2021; Kanli 2015; Li etal. 2021; Lin mengidentifikasi konsepsi mahasiswa
2016; Pujiyati 2018; Suryawirawati, calon guru menggunakan instrumen two-
Ramdhan, & Juhanda 2018; Zhang, Chu, tier test terkait materi Kelistrikan dan
& Gadh 2016). Selain itu, bentuk tes dua Kemagnetan.
tingkat (two-tier test) lebih mudah
dikelola dan memberi peluang untuk METODE
menggali lebih dalam alasan berpikir Penelitian ini merupakan jenis penelitian
rasional dari pilihan jawaban yang survei (Fraenkel & Wallen, 2009) yang
diberikan oleh responden (Ivanjek et al., dilakukan dengan mengadministrasikan
2021). Berdasarkan hasil kajian literatur, instrumen tes two-tier kepada sejumlah
tidak satupun instrumen tes bentuk dua responden yang menjadi sampel dalam
tingkat (two-tier test) yang dapat penelitian ini. Respon dalam penelitian
digunakan untuk mengidentifikasi yaitu mahasiswa calon guru fisika di
konsepsi dan miskonsepsi mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di
khsus terkait materi kelistrikan dan kota Makassar berjumlah 95 mahasiswa
kemagnetan secara bersamaan dalam yang berasal dari tiga tingkatan.
satu instrumen tes. Oleh karena itu, Instrumen penelitian berupa tes
modifikasi instrument tes ini diharapkan berbentuk pilihan ganda dua tingkat
dapat menutup kesenjangan penelitian (two-tier test) yang telah diuji validitas
yang telah ada sehingga fokus penelitian dan reliabilitas. Uji validitas dan
ini adalah mengidentifikasi konsepsi reliabilitas dilakukan menggunakan
kelistrikan dan kemagnetan mahasiswa pendekatan teori respon butir soal (Item
calon guru fisika menggunakan two-tier Response Theory) dengan analisis Rasch
test dengan sampel dalam ukuran besar. berbantukan program Winsteps (Bond &
Materi kelistrikan dan kemagnetan Fox, 2015; Neumann et al., 2011;
yang memiliki karakteristik abstrak Sumintono, 2018; Svetina & Levy,
merupakan materi yang diasumsikan 2014). Instrumen tes ini terdiri dari 40
sulit dipahami baik di kalangan siswa butir soal bentuk pilihan ganda alasan
maupun mahasiswa. Terdapat beberapa

166
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

terbuka dengan materi tersebar pada menunjukkan suatu keterkaitan satu


topik kelistrikan dan kemagnetan. sama lain); (2) tipe 2, sebagian tidak
Seluruh data hasil penelitian utuh (pilihan tepat, alasan tepat tetapi
dianalisis menggunakan statistik tidak ada keterkaitan antar keduanya);
deskriptif terkait kategori konsepsi (3) tipe 3, sebagian utuh (salah satunya
mahasiswa pada materi kelistrikan dan tepat, pilihan jawaban atau alasan yang
kemagnetan. Adapun analisis statistik tepat); dan (4) tipe 4, tidak utuh
deskriptif berkenaan dengan data rerata (keduanya, pilihan jawaban dan alasan
skor dan persentase setiap kategori tipe salah).
konsepsi. Untuk analisis inferensial Terdapat delapan sub topik yang
berkenaan dengan data rerata skor (M) diujikan kepada mahasiswa berdasarkan
dan standar deviasi (SD). Untuk hasil penelusuran melalui angket, yaitu:
mengamati perbedaan kemampuan Arus Listrik, Hambatan, Rangkaian
konsepsi mahasiswa berdasarkan Listrik DC & Hukum Kirrchoff, Energi
tingkatan kelas, maka dilakukan analisis dan Daya Listrik, Medan Magnet, Kuat
statistik inferensial non parametrik Medan Magnet pada Kawat Lurus dan
dengan alasan data tidak memenuhi uji Kawat Melengkung, dan Dipol Listrik.
prasyarat parametrik. Analisis uji beda Hasil analisis statistik deskriptif
dalam statistik inferensial berupa uji terhadap respon mahasiswa berdasarkan
beda Kruskal Wallis (Minium et al., tingkatannya (diambil tingkat I, II, dan
1993) berbantukan program IBM 4.0. III) seperti yang ditunjukkan pada Tabel
1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengadministrasian tes konsepsi
Hasil studi awal terkait konten materi kelistrikan dan kemagnetan dilakukan
yang menjadi permasalahan di lapangan kepada mahasiswa calon guru Fisika
kemudian ditindaklanjuti dengan pada tiga tingkatan terakhir yang telah
pemberian tes pengetahuan konsep mengontrak mata kuliah Fisika Dasar 2,
kepada sekelompok mahasiswa calon yaitu tingkat I, tingkat II, dan tingkat III.
guru fisika yang telah lulus mata kuliah Penggalian informasi terkait profil
Fisika Dasar 2 terdiri atas 3 kelompok konsepsi mahasiswa terhadap materi
meliputi mahasiswa tingkat I, II, dan III. kelistrikan dan kemagnetan ini
Karakteristik tes yang diberikan berupa dideskripsikan berdasarkan jawaban
tes fisis konseptual kelistrikan dan mahasiswa yang dominan. Selanjutnya,
kemagnetan dalam bentuk tes pilihan jawaban mahasiswa dikategorikan
ganda disertai alasan yang terdiri atas 40 menjadi empat tipe jawaban yaitu 1) tipe
butir soal yang telah dikembangkan 1, utuh (pilihan tepat, alasan tepat dan
sebelumnya dan melalui tahapan menunjukkan suatu keterkaitan satu
validasi teoritik dan empirik sama lain); 2) tipe 2, sebagian tidak utuh
(Rahmawati et al., 2018). (pilihan tepat, alasan tepat tetapi tidak
Hasil tes pengetahuan konsep ada keterkaitan antar keduanya); 3) tipe
kelistrikan dan kemagnetan ini 3, sebagian utuh (salah satunya tepat,
selanjutnya dikategorikan berdasarkan pilihan jawaban atau alasan yang tepat);
respon jawaban mahasiswa. dan 4) tipe 4, tidak utuh (keduanya,
Pengkategorian pengetahuan konsep pilihan jawaban dan alasan salah). Profil
mahasiswa ini dibedakan atas empat tipe konsepsi mahasiswa calon guru fisika
menurut Tamir (1990), yaitu: (1) tipe 1, pada materi kelistrikan dan kemagnetan
utuh (pilihan tepat, alasan tepat dan disajikan pada Tabel 1.

167
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

Tabel 1 Statistik deskriptif kategori pengetahuan konsep kelistrikan & kemagnetan


mahasiswa calon guru fisika
Kategori Tingkat Pengetahuan
Materi Kelistrikan Konsep (%)
Tingkatan N
& Kemagnetan
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
KLKM 1 I 30 8 0 17 75
II 31 7 0 28 65
III 34 28 25 10 4
KLKM 2 I 30 6 1 20 74
II 31 1 0 15 84
III 34 4 3 41 52
KLKM 3 I 30 0 3 17 80
II 31 2 0 13 85
III 34 3 5 27 65
KLKM 4 I 30 1 0 28 71
II 31 0 0 19 81
III 34 5 1 31 63
KLKM 5 I 30 0 0 30 70
II 31 0 0 41 59
III 34 2 6 47 45
KLKM 6 I 30 3 1 24 72
II 31 1 0 16 83
III 34 1 3 30 66
KLKM 7 I 30 1 1 33 66
II 31 1 0 12 87
III 34 1 5 32 62
KLKM 8 I 30 0 0 19 81
II 31 0 0 12 88
III 34 0 4 32 64
Keterangan: KLKM1 = Arus Listrik, KLKM2 = GGL dan Beda Potensial, KLKM3 = Hambatan, KLKM4 =
Energi & Daya Listrik, KLKM5 = Rangkaian Listrik DC & Hukum Kirchhoff, KLKM6 = Gaya Magnet Pada
Partikel Bermuatan, KLKM7 = Medan Magnet pada Kawat Lurus dan Melengkung, KLKM8 = Dipol
Magnet.

Tabel 2 Rerata persentase (%) kategori konsepsi mahasiswa berdasarkan tingkatan kelas
Rerata Persentase (%)
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
Tingkatan
(Utuh) (Sebagian (Sebagian (Tidak
Tidak Utuh) Utuh) Utuh)
I 2,3 0,8 23,4 73,6
II 1,4 1,0 19,5 79,1
III 5,5 6,5 34,6 53,4
Tabel 2 menunjukkan bahwa kategori dominan mahasiswa mengalami
pengetahuan konsep mahasiswa kesulitan dalam memahami materi
dominan berada pada tipe 4 yaitu tidak kelistrikan dan kemagnetan pada mata
utuh. Hal ini menguatkan temuan dari kuliah Fisika Dasar Lanjut. Tabel 2 juga
hasil pengkajian melalui angket persepsi menunjukkan bahwa persentase
mahasiswa tentang materi kelistrikan kategorisasi konsepsi mahasiswa pada
dan kemagnetan dalam struktur konten tipe utuh meningkat seiring dengan
mata kuliah Fisika Dasar Lanjut bahwa tingginya tingkatan kelas. Hal ini

168
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

menunjukkan bahwa tingkat Analisis lebih lanjut dilakukan


kemampuan berpikir rasional dengan melakukan uji perbedaan rerata
berkembang seiring dengan skor konsepsi mahasiswa berdasarkan
meningkatnya tingkatan kelas. Hasil tingkatan kelas. Analisis ini bertujuan
penelitian ini sesuai dengan teori untuk menguatkan temuan data hasil
perkembangan kognitif menurut Piaget penelitian pada Tabel 2. Analisis uji
(Driver, 1981) yang menjelaskan bahwa beda pengetahuan konsepsi mahasiswa
kemampuan bernalar peserta didik calon guru fisika berdasarkan perbedaan
berkembang seiring dengan tingkatan kelas dilakukan menggunakan
bertambahnya usia dan pengalaman persamaan uji beda Kruskal Wallis.
belajar. Hasil analisis uji beda Kruskal Wallis
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Statistik deskriptif & uji beda skor rerata konsepsi mahasiswa berdasarkan
tingkatan kelas pada topik kelistrikan & kemagnetan
Topik Tingkatan DifferentTestKruskalWallis
N M SD
Materi Asymp. Sig Significance
KLKM 1 I 30 2.0 2.3
Signifi
II 31 2.4 2.2 0.000
cant
III 34 7.6 2.9
KLKM 2 I 30 2.7 2.5
Signifi
II 31 1.1 1.1 0.000
cant
III 34 3.7 2.5
KLKM 3 I 30 0.4 0.7
II 31 0.4 0.7 Not Signifi
0.347
III 34 0.8 1.3 cant

KLKM 4 I 30 1.2 0.9


II 31 0.7 0.9 Signifi
0.020
cant
III 34 1.7 2.1
KLKM 5 I 30 2.4 1.4
Signifi
II 31 3.2 1.7 0.000
cant
III 34 4.7 2.3
KLKM 6 I 30 2.1 2.1
Signifi
II 31 1.2 1.4 0.027
cant
III 34 2.2 2.2
KLKM 7 I 30 1.8 1.4
II 31 0.7 1.0 Signifi
0.001
cant
III 34 1.2 2.0
KLKM 8 I 30 0.6 0.8
II 31 0.4 0.6 Signifi
0.009
III 34 1.2 1.3 cant

KLKM -tot I 30 1.7 0.7


Signifi
II 31 1.3 0.6 0.000
cant
III 34 3.0 1.3
Tabel 3 menunjukkan perbandingan pokok bahasan kelistrikan dan
tiga tingkatan kelas pada delapan sub kemagnetan. Nilai rata-rata tertinggi

169
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

terdapat pada mahasiswa tingkatan III adalah arus listrik, gaya gerak listrik,
(M = 2,99; SD = 1,29). Ada data yang energi & daya listrik, aturan Kirchhoff
unik bahwa mahasiswa tingkatanI arus searah, gaya magnet yang bekerja
memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi pada konduktor pembawa arus, gaya
(M = 1,67; SD = 0,67) daripada rata-rata partikel muatan yang bergerak dalam
nilai mahasiswa tingkatan II (M = 1,27; medan magnet, dan kumparan
SD = 0,55). Mahasiswa tingkat III membawa arus tetap. Jawaban siswa
memiliki skor rerata tertinggi pada tujuh dapat dikategorikan menjadi empat jenis
sub topik. Ketujuh topic tersebut adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
arus listrik (M = 7,68; SD = 2,90), gaya Beberapa temuan di atas diperkuat
gerak listrik (M = 3,74; SD = 2,57), oleh hasil kajian karakteristik materi
hambatan (M = 0,82; SD = 1,31), energi kelistrikan dan kemagnetan dalam
dan daya listrik (M = 1,74; SD = 2,09), struktur materi mata kuliah Fisika Dasar
rangkaian listrik DC & Hukum Lanjut.Berdasarkan analisis karakteristik
Kirchhoff (M = 4,71; SD = 2,26), gaya muatan materi kelistrikan dan
magnet yang bekerja pada konduktor kemagnetan, ditemukan bahwa
pembawa arus (M = 2,15; SD = 2,16), karakteristik materi kelistrikan dan
dan dipol magnet (M = 1,15; SD = kemagnetan bersifat abstrak.
1,26). MahasiswatingkatanI memperoleh Keabstrakan materi kelistrikan dan
nilai tertinggi pada konsep medan kemagnetan ini menjadi salah satu
magnet sejajar dan solenoida (M = 1,19; penyebab sulitnya dipahami baik bagi
SD = 2,01). guru maupun bagi mahasiswa calon
Hanya satu sub topik yang guru(KaralandAlev 2016; Xiaoetal.
meningkatkan skor rata-rata (arus searah 2019), sekalipun terdapat faktor lain
dan aturan Kirchhoff) berdasarkan yang dapat menyebabkan kegagalan
tingkat kelas. Rata-rata peningkatan skor dalam memahami materi tersebut.
untuk setiap jenjang kelas (I, II, dan III) Terdapat tiga faktor yang
pada arus listrik adalah 2,03 (SD = menyebabkan materi kelistrikan dan
2,33), 2,42 (SD = 2,20), dan 7,68 (SD = kemagnetan sulit dipahami. Pertama,
2,90). Pada sub pokok bahasan arus karakteristik dari materi kelistrikan dan
searah dan aturan Kirchhoff, rata-rata kemagnetan. Kedua, teknik yang
peningkatan skor untuk setiap jenjang digunakan oleh pendidik dalam
kelas secara berurutan adalah 2,43 (SD menyajikan materi perkuliahan tersebut.
= 1,43), 3,23 (SD = 1,65), dan 4,71 (SD Ketiga, tingkat keterampilan berpikir
= 2,26). Ada enam sub topik yang skor yang harus dimiliki mahasiswa untuk
rata-ratanya diturunkan dari tingkat dapat mempelajarinya. Hasil kajian awal
kelas I ke tingkat kelas II, kemudian ditemukan bahwa kesulitan yang dialami
meningkat dari tingkat kelas II ke mahasiswa dalam memahami materi
tingkat kelas III, yaitu gaya gerak listrik, kelistrikan dan kemagnetan disebabkan
energi dan daya listrik, hambatan, gaya oleh tingkat keterampilan berpikir yang
partikel muatan yang bergerak dalam dimiliki oleh mahasiswa belum mampu
medan magnet, gaya magnet yang mengakomodasi daripada memahami
bekerja pada penghantar berarus, dan secara komprehensif materi kelistrikan
kumparan yang dialiri arus tetap.Uji dan kemagnetan yang bersifat abstrak
beda KruskalWallis bertujuan untuk (Hekkenbergetal, 2015). Keterampilan
menarik perbedaan skor yang signifikan berpikir yang belum memadai tersebut
rata-rata konsep kelistrikan dan menyebabkan kesulitan mahasiswa
kemagnetan berdasarkan tingkat kelas dalam menganalisis, mengakses, dan
siswa. Diferensiasi yang signifikan mengkonstruksi bagian-bagian
dapat ditemukan pada sub topik. Mereka pengetahuan yang didapatkan selama

170
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

mengikuti perkuliahan. Namun, terlepas Kemagnetan pada materi perkuliahan


dari semua permasalahan tersebut, salah Fisika Dasar Lanjut pada umumnya
satu kunci keberhasilan mahasiswa berada pada kategori tidak utuh yang
dalam proses pembelajaran adalah tersebar pada tingkatan kelas I, II, dan
terletak pada pemilihan strategi yang III. Lebih lanjut, temuan hasil penelitian
tepat oleh pendidik. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Terdapat beberapa strategi yang signifikan kemampuan konsepsi
dapat digunakan untuk membekalkan mahasiswa calon guru fisika berdasarkan
keterampilan berpikir dalam tingkatan kelas. Persentase kategori
memecahkan masalah mahasiswa pada pengetahuan konsepsi mahasiswa pada
pembelajaran fisika. Strategi tipe utuh meningkat seiring dengan
pembekalan keterampilan berpikir dapat kenaikan tingkatan kelas. Hal ini
dilakukan pada strategi proses menunjukkan bahwa kemampuan
pembelajaran dan pada strategi berpikir rasional mahasiswa calon guru
asesmennya, sebab asesmen berkaitan fisika mengalami peningkatan seiring
erat dan tidak dapat dipisahkan dengan dengan kenaikan tingkatan kelas.
proses pembelajaran (Popham, 2011). Temuan penelitian ini menjadi
Demikian halnya dalam fundamental dalam merancang strategi
mengidentifikasi konsepsi mahasiswa pembekalan mahasiswa pada perkuliahan
pada materi-materi perkuliahan konten Fisika Dasar Lanjut khususnya terkait
fisika sangat sesuai dilakukan dengan materi kelistrikan dan kemagnetan
strategi assesment. Penentuan jenis perkuliahan sehingga dominasi kategori
asessment yang tepat dapat memberikan tipe tidak utuh konsepsi mahasiswa dapat
informasi yang tepat pula dalam upaya direduksi. Adapun kelemahan penelitian
membenahi bentuk pembekalan yang ini yaitu materi yang dikembangkan
diberikan. Dalam hal ini, asesmen dalam mengakses konsepsi mahasiswa
merupakan suatu upaya formal dalam masih terbatas pada topik kelistrikan dan
mengumpulkan data yang ditunjukkan kemagnetan. Perlu diperluas pada
siswa terkait pengetahuan, sikap, materi-materi yang berpotensi terjadinya
kemampuan, dan keterampilan siswa miskonsepsi dengan melakukan studi
sebagai bahan pertimbangan bagi guru kasus terlebih dahulu. Kelemahan
dalam mengambil keputusan dan berikutnya yaitu responden penelitian ini
memperbaiki hasil belajar siswa belum sempat meneliti sampai
(Binkleyetal, 2012; Marzano, 2006). mahasiswa tingkatan akhir disebabkan
Oleh sebab itu, penggunaan instrumen sulitnya mengumpulkan mahasiswa yang
tes bentuk dua tingkat (two-tier test) sementara mengerjakan tugas akhir.
dipandang tepat digunakan dalam Padahal, tidak tertutup kemungkinan
mengidentifikasi kategorisasi tipe mahasiswa tingkatan akhir berpeluang
keutuhan konsepsi mahasiswa sebab terjadi miskonsepsi. Oleh sebab itu,
bentuk tes ini lebih mudah dikelola kelemahan penelitian ini dapat diteliti
dalam hal analisis hasil tes dan memberi lebih lanjut.
peluang untuk menggali lebih dalam
alasan berpikir rasional dari pilihan DAFTAR PUSTAKA
jawaban yang diberikan oleh responden Astra, I. M. (2018). Pengaruh
(Ivanjek et al., 2021). penggunaan penilaian berdasarkan
fortopolio terhadap prestasi belajar
SIMPULAN fisika siswa. Jurnal Teknodik,
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan 13(1), 18–34.
bahwa konsepsi mahasiswa calon guru Azizah, Z., Taqwa, M. R. A.,
fisika pada topik Kelistrikan dan &Assalam, I. T. (2020). Analisis

171
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

pemahaman konsep fisika peserta how to design and evaluate research


didik menggunakan instrumen in education. In McGraw-Hill
berbantukan quizizz. Edu Sains: (Seven Edit). McGraw-Hill
Jurnal Pendidikan Sains Dan Companies.
Matematika, 8(2), 1–11. Hakim, M. (2021). Pengembangan
Binkley, M., Erstad, O., Herman, J., video pembelajaran berbasis
Raizen, S., Ripley, M., Miller- discovery untuk mereduksi
Ricci, M., & Rumble, M. (2012). miskonsepsi pada materi
Assessment and teaching of 21st kinematika gerak lurus. Universitas
century skills. In Assessment and Jambi.
teaching of 21st century skills (Vol. Halloun, I. (2007). Inventory of Basic
9789400723). Springer. Conceptions—DC Circuits
https://doi.org/10.1007/978-94-007- (IBCDC) (PhysPort, 2007),.
2324-5. PhysPort.
Bond, T. G., & Fox, C. M. (2015). https://www.physport.org/%0Aasse
Applying the rasch model: ssments/assessment.cfm?I=96&A=I
fundamental measurement in BCDC.
sciences. Routledge Taylor & Hekkenberg, A., Lemmer, M., &
Francis Group. Dekkers, P. (2015). An Analysis of
Chang, S. C., Hsu, T. C., Kuo, W. C., & Teachers ’ Concept Confusion
Jong, M. S. Y. (2020). Effects of Concerning Electric and Magnetic
applying a VR-based two-tier test Fields. African Journal of Research
strategy to promote elementary in Mathematics, Science and
students’ learning performance in a Technology, 8457(January 2016),
Geology class. British Journal of 34–44.
Educational Technology, 51(1), https://doi.org/10.1080/10288457.2
148–165. 015.1004833
https://doi.org/10.1111/bjet.12790 Ivanjek, L., Morris, L., Schubatzky, T.,
Dega, B. G., Kriek, J., & Mogese, T. F. Hopf, M., Burde, J. P., Haagen-
(2013). Students’ conceptual Schützenhöfer, C., Dopatka, L.,
change in electricity and magnetism Spatz, V., & Wilhelm, T. (2021).
using simulations: A comparison of Development of a two-tier
cognitive perturbation and instrument on simple electric
cognitive conflict. Journal of circuits. Physical Review Physics
Research in Science Teaching, Education Research, 17(2), 20123.
50(6), 677–698. https://doi.org/10.1103/PhysRevPh
https://doi.org/10.1002/tea.21096 ysEducRes.17.020123
Driver, R. (1981). Pupils’ alternative Kanli, U. (2015). Using a Two-tier Test
frameworks in science. European to Analyse Students’ and Teachers’
Journal of Science Education, 3(1), Alternative Concepts in
93–101. Astronomy. Science Education
https://doi.org/10.1080/0140528810 International, 26(2), 148–165.
030109 Karal, I. S., & Alev, N. (2016).
Engelhardt, P. V., & Beichner, R. J. Development of pre-service physics
(2004). Students’ understanding of teachers’ pedagogical content
direct current resistive electrical knowledge (PCK) throughout their
circuits. American Journal of initial training. Teacher
Physics, 72(1), 98–115. Development, 20(2), 162–180.
https://doi.org/10.1119/1.1614813 https://doi.org/10.1080/13664530.2
Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (2009). 015.1124138

172
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

Khasanah, U., & Setiawan, A. (2015). (1993). Statistical reasoning in


Survey konsepsi mahasiswa calon psychology and education third
guru fisika pada konsep listrik statis edition (third edit). John Wiley &
menggunakan tkls dengan format Sons, Inc.
tes pilihan ganda respon terbuka. Muna, I. A. (2016). Identifikasi
Prosiding Simposium Nasional miskonsepsi mahasiswa PGMI pada
Inovasi Dan Pembelajaran Sains, konsep hukum newton
8. menggunakan certainty of response
Khasanah, U., & Setiawan, A. (2015). index (CRI). Cendekia: Jurnal
Survey konsepsi mahasiswa calon Kependidikan Dan
guru fisika pada konsep listrik Kemasyarakatan, 13(2), 309–322.
statis menggunakan tkls dengan Mutmainna, D., Mania, S., & Sriyanti,
format tes pilihan ganda respon A. (2018). Pengembangan
terbuka. 2015(Snips), 569–572. instrumen tes diagnostik pilihan
Kusairi, S., & Zulaikah, S. (2017). ganda dua tingkat untuk
Diagnosis miskonsepsi siswa SMA mengidentifikasi pemahaman
di Kota Malang pada konsep suhu konsep matematika. MaPan: Jurnal
dan kalor menggunakan three tier Matematika Dan Pembelajaran,
test. Jurnal Pendidikan Fisika Dan 6(1), 56–69.
Teknologi, 2(3), 95–105. Neumann, I., Neumann, K., & Nehm, R.
Leppävirta, J. (2012). The effect of (2011). Evaluating instrument
naïve ideas on students’ reasoning quality in science education: Rasch-
about electricity and magnetism. based analyses of a nature of
Research in Science Education, science test. International Journal
42(4), 753–767. of Science Education, 33(10),
https://doi.org/10.1007/s11165- 1373–1405.
011-9224-7 https://doi.org/10.1080/09500693.2
Li, F. Y., Hwang, G. J., Chen, P. Y., & 010.511297
Lin, Y. J. (2021). Effects of a Nugraha, M., & Novari, A. F. (2018).
concept mapping-based two-tier Penggunaan multimedia interaktif
test strategy on students’ digital untuk meningkatkan kemampuan
game-based learning performances penguasaan konsep IPA. Mendidik:
and behavioral patterns. Computers Jurnal Kajian Pendidikan Dan
and Education, 173(January), Pengajaran, 4(2), 120–130.
104293. Peşman, H., & Eryilmaz, A. (2010).
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2 Development of a three-tier test to
021.104293 assess misconceptions about simple
Lin, J. W. (2016). Development and electric circuits. Journal of
evaluation of the diagnostic power Educational Research, 103(3),
for a computer-based two-tier 208–222.
assessment. Journal of Science https://doi.org/10.1080/0022067090
Education and Technology, 25(3), 3383002
497–511. Popham, W. (2011). Classroom
https://doi.org/10.1007/s10956- Assessment What Teachers Need to
016-9609-5 Know (7th ed.). Pearson.
Marzano, R. J. (2006). Classroom Pujiyati, P. (2018). Pengembangan
assessment & grading that work. instrumen tes diagnostik two tier
Association for Supervision and untuk mendeteksi miskonsepsi fisika
Curriculum Development. peserta didik sma 3 mataram tahun
Minium, E. W., King, B. M., & Bear, G. ajaran 2017/2018. Universitas

173
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

Mataram. berbantuan media laboratorium


Rahmawati, R., Syamsuddin, A., virtual terhadap penguasaan konsep
Marisda, D. H., & Nasrah, N. fisika siswa pada materi momentum
(2021). Kajian konseptual dan impuls. Jurnal Pendidikan
multirepresentasi pada materi Fisika Dan Teknologi, 2(2), 61–65.
perkuliahan kelistrikan. Seminar, Sukadi, E., & Sari, I. N. (2016).
Prosiding Pendidikan, Nasional Ii, Miskonsepsi mahasiswa pendidikan
I P A, 40–53. fisika stkip pgri pontianak pada
Rahmawati, Rustaman, N. Y., Hamidah, materi listrik statis. Jurnal
I., & Rusdiana, D. (2018a). The Pendidikan Informatika Dan Sains,
development and validation of 2(2), 102–109.
conceptual knowledge test to Sumintono, B. (2018). Rasch model
evaluate conceptual knowledge of measurement as tools in assessment
physics prospective teachers on for (issue october 2017).
electricity and magnetism topic. ResearchGate.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, https://doi.org/10.2991/icei-
7(4), 483–490. 17.2018.11
https://doi.org/10.15294/jpii.v7i4.1 Suryawirawati, I. G., Ramdhan, B., &
3490 Juhanda, A. (2018). Analisis
Rahmawati, Rustaman, N. Y., Hamidah, Penurunan Miskonsepsi Siswa Pada
I., & Rusdiana, D. (2018b). The Konsep Pemanasan Global Dengan
development and validation test to Tes Diagnostik (Two-Tier Test)
evaluation conceptual knowledge of Setelah Pembelajaran Predict-
prospective physics teachers on Observe-Explain (Poe). Journal Of
electricity and magnetism topic. Biology Education, 1(1), 93.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, https://doi.org/10.21043/jobe.v1i1.3
7(4), 483–490. 361
https://doi.org/10.15294/jpii.v7i4.1 Svetina, D., & Levy, R. (2014). A
3490 Framework for dimensionality
Samudra, G. B., Suastra, I. W., & Suma, assessment for multidimensional
K. (2014). Permasalahan- item response models. Educational
permasalahan yang dihadapi siswa Assessment, 19(1), 35–57.
SMA di kota singaraja dalam https://doi.org/10.1080/10627197.2
mempelajari fisika. Jurnal 014.869450
Pendidikan Dan Pembelajaran IPA Tamir, P. (1990). Justifying the selection
Indonesia, 4(1). of answers in multiple choice items.
Setiawan, D. (2013). Penerapan bidang International Journal of Science
miring untuk mengetahui konsepsi Education, 12(5), 563–573.
dan keterampilan proses siswa smk https://doi.org/10.1080/0950069900
terhadap konsep gaya gesek. 120508
Universitas Negeri Semarang. Taufiq, M. (2012). Remediasi
Sokoloff, D. (1996). Electric circuits miskonsepsi mahasiswa calon guru
conceptual evaluation (ECCE). fisika pada konsep gaya melalui
PhysPort. penerapan model siklus belajar
https://www.physport.org/%0Aasse (learning cycle) 5E. Jurnal
ssments/assessment.cfm?I=25&A= Pendidikan IPA Indonesia, 1(2).
ECCE Wahyuni, A. S. A. (2018). Konsepsi dan
Sugiana, I. N., Harjono, A., Sahidu, H., miskonsepsi siswa, mahasiswa
& Gunawan, G. (2017). Pengaruh calon guru, dan guru pada topik
model pembelajaran generatif cahaya dalam pembelajaran fisika.

174
Rahmawati et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (1) 2022 164-175

Jurnal Pendidikan Fisika, 6(3), within a physical manipulatives-


235–250. oriented curriculum. Cognition and
Xiao, Y., Fritchman, J. C., Bao, J. Y., Instruction, 32(2), 101–158.
Nie, Y., Han, J., Xiong, J., Xiao, https://doi.org/10.1080/07370008.2
H., & Bao, L. (2019). Linking and 014.887083
comparing short and full-length Zhang, T., Chu, C. C., & Gadh, R.
concept inventories of electricity (2016). A two-tier energy
and magnetism using item response management system for smart
theory. Physical Review Physics electric vehicle charging in UCLA:
Education Research, 15(2), 20149. A Solar-To-Vehicle (S2V) case
https://doi.org/10.1103/PhysRevPh study. IEEE PES Innovative Smart
ysEducRes.15.020149 Grid Technologies Conference
Zacharia, Z. C., & de Jong, T. (2014). Europe, 288–293.
The effects on students’ conceptual https://doi.org/10.1109/ISGT-
understanding of electric circuits of Asia.2016.7796400
introducing virtual manipulatives

175

Anda mungkin juga menyukai