Anda di halaman 1dari 8

JISE6 (2) (2017)

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

Identifikasi dan Analisis Miskonsepsi pada Materi Ikatan Kimia Menggunakan


Instrumen Tes Diagnostik Three-Tier

Doni Setiawan1, Edy Cahyono2, Cepi Kurniawan3


1
MAN 4 Kediri, Jawa Timur Indonesia
2,3
Prodi Pendidikan IPA, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


_______________________ _____________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengembangkan instrumen tes diagnostik three-tier yang
Diterima 10 Juli 2017 digunakan untuk analisis dan mengidentifikasi miskonsepsi siswa di sekolah, (2)
Disetujui 25 Agustus 2017 menerapkan hasil tes sebagai dasar identifikasi faktor miskonsepsi, dan (3) merumuskan
Dipublikasikan November 2017 model pembelajaran remedial untuk meremediasi miskonsepsi. Penelitian ini dirancang
______________________ sebagai penelitian R&D dengan model 4D, yaitu define, design, develop dan disseminate.
Keywords: Dalam penelitian ini dilakukan sampai tahap develop. Hasil uji kelayakan instrumen
Misconceptions menunjukkan bahwa validitas isi termasuk kategori layak dengan reliabilitas 0,58. Tingkat
Three-tier diagnostic test kesulitan tinggi untuk pertanyaan 4 dan 5 sementara yang lainnya tergolong sedang, dan
Chemical bonding nilai daya beda (D) > 0,20. Selanjutnya, ikatan kovalen menunjukkan persentase
Remedial learning miskonsepsi yang paling tinggi (26,29%), sedangkan bentuk molekul menunjukkan
______________________ persentase terkecil (8,74%). Dapat diidentifikasi bahwa faktor yang menyebabkan
kesalahpahaman adalah metode pembelajaran yang tidak tepat dan konsepsi awal siswa.
Hasil dari formula pembelajaran remedial untuk mengatasi miskonsepsi siswa adalah
pembelajaran conceptual change. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil analisis miskonsepsi
dapat digunakan untuk mengembangkan program pembelajaran remedial yang dapat
memperbaiki miskonsepsi siswa.

Abstract
_____________________________________________________________
The consecutive aims of the research were to develop the three-tier diagnostic test instrument used for
analysis and identify the students` misconception, to apply the test results for underlying the
misconception factors, and to formulate remedial learning models for remediating misconceptions.
The research was designed as method of R&D with 4D model, define, design, develop and
disseminate. In this research is done until develop stage. The results of instrument feasibility test
shows that the validity of the contents is categorized as feasible with reliability of 0.58. The difficulty
level of are high for question #4 and #5 while the other classified as moderate with items
discrimination value (D) > 0.20. In advance, the kovalen bond shows the highest misconception
percentage (26.29%), while the molecular shape shows the smallest percentage (8.74%). It can be
identified that factors causing misconceptions are inappropriate learning methods and early
conceptions of students. Then, the result of remedial learning formulae for overcoming students`
misconception is conceptual change learning. These results suggest that the results of misconception
analysis can be used to develop a remedial learning program that can remediate students`
misconceptions.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6412
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4523
E-mail: regianaia@yahoo.co.id

197
Doni Setiawan, dkk. / Journal of Innovative Science Education6 (2) (2017)

PENDAHULUAN berikutnya dari berbagai topik dalam kimia,


termasuk kesetimbangan kimia, termodinamika,
Kurikulum 2013 menekankan pada struktur molekul, dan reaksi kimia (Ozmen,
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, 2004). Coll & Taylor (2002) menyatakan ikatan
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. kimia merupakan topik dalam pelajaran kimia
Pendekatan ilmiah (scientific approach) yang sering ditemukan masalah konsepsi
meliputimengamati; menanya; mengumpulkan alternatif pada siswa. Konsepsi alternatif pada
informasi/ Mencoba; menalar/ mengasosiasi; topik ikatan kimia juga masih muncul pada
dan mengomunikasikan untuk semua mata siswa kelas XII (Boo, 1998).
pelajaran. Pendekatan saintifik akan mampu Beberapa cara telah dikembangkan untuk
memberikan pemahaman yang utuh kepada mengidentifikasi dan mendeteksi adanya
siswa tentang topik yang sedang dipelajari. miskonsepsi pada siswa, antara lain: (1) peta
Siswa yang belum memiliki pemahaman secara konsep (Kinchin et al., 2000; Ingec, 2009), (2)
utuh atau dalam penilaian belum mencapai wawancara diagnosis (Voska & Heikkenen,
KKM satuan pendidikan, harus mengikuti 2000; Kanli, 2014), (3) diskusi dalam kelas
pembelajaran remedial. (Hammer, 1996), (4) praktikum interaktif
Pembelajaran remedial dapat digunakan (Abraham et al., 2009), dan (5) tes diagnostik
sebagai upaya tambahan untuk mengatasi dan (Treagust, 1988; Gurel & Eryilmaz, 2015). Tes
membantu siswa yang belum mencapai diagnostik memiliki banyak kelebihan yaitu
ketuntasan belajar (Izzati, 2015). Berdasarkan lebih cepat dalam pelaksanaan dan
hasil observasi muncul beberapa kendala dalam mendapatkan data miskonsepsi yang lebih luas.
pelaksanaan pembelajaran remedial Tes diagnostik yang telah dikembangkan
meyebabkan guru tidak melaksanakan antara lain tes diagnostik two-tier multiple choice
pembelajaran remedial secara efektif bahkan (Odom & Barrow, 1995; Chou & Wu,
hanya melakukan tes ulang. Hal ini sesuai 2007:1072) dan tes diagnostik three-tier multiple
dengan hasil penelitian Indrawati (2009). choice (Arslan et al., 2012; Kirbulut & Geban,
Pembelajaran remedial yang tidak dilakukan 2014). Pesman & Eryilmaz (2010) berpendapat
secara efektif dapat menimbulkan mikonsepsi. bahwa instrumen tes diagnostik three-tier
Miskonsepsi didapatkan dengan dua cara, merupakan instrumen tes yang paling valid,
yaitu dari pengalaman dan pembelajaran reliabel, dan akurat untukmengidentifikasi
(Nakiboglu, 2003).Miskonsepsi merupakan miskonsepsi siswa. Guru akan mendapatkan
pemahaman siswa tentang konsep keilmuan wawasan yang lebih dalam tentang miskonsepsi
yang berbeda dengan konsep yang diterima yang dialami siswa dengan penggunaan tes
secara ilmiah (Kirbulut& Geban, 2014), sangat diagnostik three-tier (Kirbulut & Geban, 2014).
kuat dan dipegang terus menerus oleh siswa Wawasan guru tentang miskonsepsi siswa dapat
(Schmidt, 1995), resisten dan sulit diubah digunakan untuk menyusun program
(Nicoll, 2001). Untuk itu, miskonsepsi harus pembelajaran remedial.
diidentifikasi dan dideteksi sejak dini agar guru Model pembelajaran remedial yang sudah
segera melakukan pembelajaran remedial yang dikembangkan untuk meremediasi miskonsepsi
dapat merubah miskonsepsi menjadi konsepsi antara lain: (1) metode siklus belajar (learning
yang benar. cycle) 5E, mereduksi miskonsepsi dari 46%
Hasil penelitian yang dilakukan Sunyono menjadi 2,8 % (Taufiq, 2012); (2) Pendekatan
dkk. (2009) menyimpulkan topik ikatan kimia konflik kognitif, meningkatkan pemahaman dari
merupakanmateri kimia kelas X yang sulit 69,18 % menjadi 86,25 % (Khasanah, 2010); (3)
dipahami dan dipelajari oleh siswa untuk semua model simulasi PhET berbantuan lembar kerja,
kategori sekolah. Tan & Treagust (1999) juga meremediasi miskonsepsi 9 dari 10 konsep
menyimpulkan siswa kelas XI dan kelas XII (Mursalin, 2013); (4) Pembelajaran
diidentifikasi mengalami kesulitan mempelajari konstruktivistik berbantuan modul, menurunkan
topik ikatan kimia. Pemahaman tentang topik persentase miskonsepsi dari 91,21 % menjadi
ikatan merupakan dasar pembelajaran 31,51 % (Wagiran, 2006); dan (5) model

198
Doni Setiawan, dkk. / Journal of Innovative Science Education6 (2) (2017)

conceptual change, 14 dari 15 siswa mengalami berupa (1) Data dari ahli untuk menentukan
penurunan beban miskonsepsi (Sholehah & validitas (kelayakan) instrumen yang
Suyono, 2014). dikembangkan; (2) Data dari siswa hasil uji coba
Berdasarkan uraian di atas maka akan skala kecil; (3) Data dari siswa hasil uji coba
dilakukan penelitian dengan judul: model skala besar; (4) Data hasil tes diagnostik three-tier
remediasi berbasis analisis miskonsepsi siswa siswa dengan materi ikatan kimia; (5) Data hasil
MAN 4 Kediri pada topik ikatan kimia wawancara terhadap beberapa siswa dengan
menggunakan instrumen tes diagnostik three-tier. nilai miskonsepsi terbesar yang berupa data
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini narasi.Data sekunder berupa data yang
untuk mengetahui: (1) kelayakan instrumen tes dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu dari
diagnostik three-tier yang dikembangkan; (2) jurnal, tesis, buku literatur dan lain-lain.
profil miskonsepsi yang dialami siswa yang Subyek penelitian pada penelitian R & D
terdeteksi mengunakan instrumen tes diagnostik ini dapat dilihat pada Tabel 1.
three-tier pada materi ikatan kimia; (3) faktor
penyebab miskonsepsi; dan (4) model Tabel 1. Subyek Penelitian Uji Coba Skala Kecil
pembelajaran remedial untuk meremediasi Skala Luas dan Pengambilan Data
miskonsepsi siswa.
Subyek Jumlah
No Jenis Uji
Penelitian Siswa
METODE
Uji coba Siswa kelas X
1 skala kecil MIA MAN 4 9
Penelitian ini menggunakan desain
Kediri
penelitian Research and Development model 4D.
Uji coba Siswa Kelas X
Model 4 D yaitu define, design, develop, dan
2 skala besar MIA 3 MAN 4
disseminatesesuai langkah-langkahThiagarajan, et
Kediri 40
al. (1974). Langkah-langkah dalam penelitian ini
Pengambilan Siswa kelas X
dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama yaitu Data MIA 1, X MIA
pengembangan instrumen tes diagnostik three- 3 120
2, X MIA 4
tier dan tahap kedua yaitu aplikasi instrumen tes
MAN 4 Kediri
diagnostik three-tier untuk identifikasi
miskonsepsi. Instrumen yang digunakan dalam
Sumber data yang digunakan adalah data pengumpulan data dan teknik pengumpulan data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu yang dilakukan pada penelitian ini disajikan pada
data yang dikumpulkan secara langsung. Dalam Tabel 2.
penelitian ini,data primer yang digunakan

Tabel 2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan Instrumen
Tahap Penelitian Data
Data Pengumpulan Data
Studi Pendahuluan Studi Literatur Kumpulan Literatur Lembar Ringkasan
Studi Lapangan Wawancara Siswa Literatur
Uraian Siswa Tes Uraian Lembar Wawancara
Lembar Soal Uraian
Pengembangan Validitas Instrumen Pemberian Angket Lembar Validasi
Instrumen Tes Pemberian Angket Lembar Validasi
Validitas Instrumen
non Tes
Uji Coba Skala Jawaban Siswa Tes Lembar Soal
Kecil
Uji Coba Skala Jawaban Siswa Tes Lembar Soal
Besar
Pengambilan Data Jawaban Siswa Tes Lembar Soal
Respon Siswa Wawancara Lembar Wawancara

199
Doni Setiawan, dkk. / Journal of Innovative Science Education6 (2) (2017)

Uji keabsahan data yang dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN


meliputi: (1) Validasi ahli (2 orang dosen prodi
pendidikan kimia dan 3 orang guru kimia kelas Tahap Pengembangan Instrumen
X dan XI) untuk validasi isi instrumen tes Hasil uji kelayakan instrumen tes
diagnostik three-tier; (2) Validasi ahli (2 orang diagnostik three-tier yang dikembangkan dapat
dosen prodi pendidikan kimia) untuk validasi dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
instrumen wawancara diagnostik; (3) uji coba a) Validasi Ahli
skala kecil untuk uji tingkat keterbacaan Hasil validasi instrumen tes diagnostik
instrumen; (4) uji coba skala besar untuk uji three-tier dengan perhitungan nilai CVR
kelayakan instrumen tes diagnostik three-tier. berdasarkan Expert Judgment. Dari 21 soal, 14
Uji kelayakan instrumen tes diagnostik soal dapat diterima dan 7 soal perlu direvisi.
three-tier yang dikembangkan yaitu uji Hasil perhitungan CVI sebagai rata-rata
reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal dan uji validitas isi secara keseluruhan tersaji pada
daya beda. Selanjutnya hasil uji reliabilitas Tabel 5.
dibandingkan dengan kriteria reliabilitas pada
Tabel 3. Tabel 5. Hasil Perhitungan CVI

Nilai CVI Kriteria


Tabel 3. Kriteria Reliabilitas Soal
Koefisien 0,83 Validitas soal diterima
Kriteria
Korelasi ((KK)
0.80 < KK < 1.00 Reliabilitas Sangat tinggi b) Tingkat Kesukaran
0.60 < KK < 0.80 Reliabilitas Tinggi Tingkat kesukaran soal dihitung dengan
0.40 < KK < 0.60 Reliabilitas Cukup membandingkan jumlah siswa yang menjawab
0.20 < KK < 0.40 Reliabilitas Rendah benar dan jumlah siswa yang menjawab salah.
KK < 0.20 Reliabilitas Sangat rendah Soal yang tidak perlu direvisi adalah soal yang
(Arikunto, 2012) memiliki tingkat kesulitan sedang, yaitu soal
Untuk menganalisa penyebab kesulitan dengan tingkat kesukaran antara 0.20 - 0.90.
yang dialami siswa yaitu adanya miskonsepsi, Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal
salah paham atau kurang paham terhadap topik disajikan dalam Gambar 1.
ikatan kimia dapat dilakukan dengan melihat
0,60
hasil tes diagnostik three-tier. Ada beberapa
kategori berdasarkan kemungkinan pola 0,40
Nilai P

jawaban siswa yang ditunjukkan pada Tabel 4.


0,20
Tabel 4. Analisis Kombinasi Jawaban 0,00
Tier Tier Tier
Kategori 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Pertama Kedua Ketiga
Benar Benar Yakin Paham Nomor Soal
Benar Salah Yakin Miskonsepsi Tipe 1
Salah Benar Yakin Miskonsepsi Tipe 2 Gambar 1. Tingkat Kesukaran Soal
Salah Salah Yakin Miskonsepsi Tipe 3
Benar Benar Tidak Menebak Berdasarkan Gambar 1 diketahui soal
Benar Salah Yakin Kurang Paham nomor 4 dan 15 tergolong sukar dengan nilai P
Salah Benar Tidak Tipe 1 < 0,20 sehingga perlu direvisi, sedangkan soal
Salah Salah Yakin Kurang Paham yang lain tergolong sedang dengan nilai P
Tidak Tipe 2
antara 0,20 - 0,90 sehingga tidak perlu direvisi.
Yakin Kurang Paham
c) Daya Beda
Tidak Tipe 3
Penentuan daya beda soal dilakukan
Yakin
dengan cara membagi 40 siswa menjadi 20
(Arslan et al., 2012) siswa kelompok atas dan 20 siswa kelompok

200
Doni Setiawan, dkk. / Journal of Innovative Science Education6 (2) (2017)

bawah lalu dilakukan perhitungan nilai D. Nilai (KR-20). Hasil perhitungan reliabilitas instrumen
D dari 21 soal disajikan pada Gambar 2. tes diagnostik three-tier dan kriteria reliabilitas
0,60 disajikan pada Tabel 6.
Nilai D

0,40 Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas


0,20 Instrumen Tes

0,00 Nilai
Instrumen Kriteria
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 Reliabilitas
Tes diagnostik Cukup
Nomor Soal 0,58
three-tier Reliabel
Gambar 2. Daya Beda Soal
Tahap Identifikasi Miskonsepsi
Berdasarkan data pada Gambar 2 soal Berdasarkan hasil interpretasi kombinasi
nomor 5, 8 dan 9 dapat dikategorikan memiliki jawaban didapatkan data profil hasil jawaban
daya beda soal dengan kategori cukup siswa sesuai dengan kriteria pada Tabel 5. Data
sedangkan soal yang lain memiliki kategori tersebut berupa persentase kriteria jawaban siswa
rendah. Tidak ada revisi karena seluruh soal yang disajikan pada Gambar3.
memiliki nilai D > 0,20.

d) Realibilitas
Pada penelitian ini, uji reliabilitas
menggunakan persamaan Kuder-Richardson

PAHAM

14,96% MISKONSEPSI TIPE 1


18,49%
MISKONSEPSI TIPE 2
3,65%
4,21% MISKONSEPSI TIPE 3
4,21% 9,40%
MENEBAK
11,51% KURANG PAHAM TIPE 1
33,57% KURANG PAHAM TIPE 2
KURANG PAHAM TIPE 3

Gambar 3. Persentase Tipe Jawaban Siswa

Berdasarkan Gambar 3 diketahui Tabel 7. Data Profil Miskonsepsi


miskonsepsi tipe 3 paling banyak dialami siswa
dengan persentase 33,57% sedangkan kurang Sub Pokok
No No Soal (%)
paham tipe 3 paling sedikit dialami siswa dengan Bahasan
persentase 3,65%.Selain itu, jumlah persentase 1 Kestabilan Unsur 1,2,3 7,03
miskonsepsi total adalah sebesar 54,48%. 2 Lambang Lewis 4,5,6 10,00
Selanjutnya, dilakukan analisis miskonsepsi lebih 3 Ikatan Ionik 7,8,9,10,11 11,59
12,13,14,15,1
lanjut untuk mengetahui persentase miskonsepsi 4 Ikatan Kovalen 14,32
6
masing-masing pada sub pokok bahasan ikatan 5 Bentuk Molekul 17,18 4,76
kimia yang dinyatakan dalam Tabel 8. 6 Sifat Senyawa 19,20,21 6,78
Jumlah 54,58

201
Doni Setiawan, dkk. / Journal of Innovative Science Education6 (2) (2017)

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui sedang, daya beda rendah dan reliabel. Aplikasi
bahwa sub pokok bahasan ikatan kovalen instrumen tersebut menghasilkan analisis
memiliki persentase miskonsepsi terbesar, miskonsepsi pada topik ikatan kimia yang
sedangkan sub pokok bahasan bentuk molekul teridentifikasi sebesar 54,48% dengan
memiliki persentase miskonsepsi terkecil. rinciankestabilan unsur sebesar 7,03%, lambang
Lewis 10,00%, ikatan ionik 11,59%, ikatan
Tahap Wawancara Diagnostik kovalen 14,32%, bentuk molekul 4,76%, dan
Berdasarkan hasil wawancara, sifat senyawa 6,78%.Analisis selanjutnya berupa
diidentifikasi miskonsepsi apa saja pada konsep faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada
ikatan kimia dan faktor penyebab terjadinya materi ikatan kimia yaitu kesalahan pada
miskonsepsi pada konsep ikatan kimia. Hasil metode pembelajarandan konsepsi awal
analisis faktor penyebab miskonsepsi yang siswa.Berbasis hasil analisis, model
paling banyak dialami siswa adalah karena pembelajaran remedial untuk mereduksi
prakonsepsi siswa dan metode pembelajaran miskonsepsi siswa adalah model pembelajaran
yang kurang tepat. Oleh karena itu, untuk conceptual change.
meremediasi miskonsepsi pada siswa perlu
dilakukan pembelajaran remedial yang tepat DAFTAR PUSTAKA
yaitu pembelajaran yang mengakomodasi
prakonsepsi siswa dan menggunakan model Abraham, J. K., Meir E., Perry, J., Herron, J.
pembelajaran yang baru. Hasil penelitian yang
C., Maruca, S., & Stal, D. (2009).
dilakukan Baser (2006) menunjukkan bahwa “Addressing Undergraduate Student
pembelajaran berorientasi perubahan konseptual Misconceptions about Natural Selection
menyebabkan perolehan konsep ilmiah secara
with an Interactive Simulated
signifikan lebih baik daripada pembelajaran Laboratory”. Journal of Springer, 2 (3),
sains konvensional.
393–404.
Pembelajaran conceptual change menurut
Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi
Nussbaum & Novik (1982) terjadi melalui Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
akomodasi kognitif yang berawal dari
Arslan, H. O., Cigdemoglu, C. & Moseley, C.
pengetahuan awal siswa. Untuk menciptakan
(2012). A Three-Tier Diagnostic Test to
proses akomodasi kognitif tersebut, ada tiga
Assess Pre-Service Teachers’
tahap strategi yang terangkum dalam suatu
Misconceptions about Global Warming,
model pembelajaran, yang dikenal dengan
Greenhouse Effect, Ozone Layer
model pembelajaran conceptual change. Model
Depletion, and Acid Rain. International
pembelajaran conceptual change tersebut
Journal of Science Education, 34(11), 1667–
mempunyai pola umum sebagai berikut: (1)
1686.
Fase pertama, eksposing alternative framewok
Baser, M. (2006). Effect of Conceptual Change
(mengungkapkan konsepsi awal), dengan cara
Oriented Instruction on Students’
mengungkapkan konsepsi awal siswa dan
Understanding of Heat and Temperature
mendiskusikan serta mengevaluasi konsepsi Concepts. Journal of Maltese Education
awal siswa; (2) Fase kedua ,creating conceptual
Research, 4(1), 64-79.
conflict (menciptakan konflik konseptual); (3)
Boo, H. K. (1998). Students’ Understandings of
Fase ketiga, encouraging cognitive accomodation
Chemical Bonds and the Energetics of
(mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif). Chemical Reactions. Journal of Research in
Scinece Teaching, 35(5), 569-581.
SIMPULAN
Cahya, A. S., & Sanjaya, I. G. M. (2015). The
Development of Three Tier Diagnostic
Berdasarkan hasil penelitian dan
Test to Identify Student Misconception
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
in Chemical Bonding on 10th Grader.
instrumen tes diagnostik three-tier yang
UNESA Journal of Chemical Education, 4(3),
dikembangkan valid dengan tingkat kesukaran
2252-9454.

202
Doni Setiawan, dkk. / Journal of Innovative Science Education6 (2) (2017)

Chou, C., & Wu, H. C. (2007). Using a Two- Kinchin, I. A., Hay, D. B. & Adams A. (2000).
Tier Test to Assess Students’ How a Qualitative Approach to Concept
Understanding and Alternative Map Analysis Can Be Used to Aid
Conceptions of Cyber Copyright Laws. Learning by Illustrating Patterns of
British Journal of Educational Technology, Conceptual Development. Educational
38(6), 1072–1084. Research, 42(1), 43-57.
Coll, R. K., & Taylor, N. (2002). Mental Models Kirbulut, Z. D. & Geban, O. (2014). Using
in Chemistry: Senior Chemistry Students. Three-Tier Diagnostic Test to Assess
Mental Models of Chemical Bonding. Students’ Misconceptions of States of
Chemistry Education: Research and Practice Matter. Eurasia Journal of Mathematics,
in Europe, 3(2), 175-184. Science & Technology Education, 10(5), 509-
Gurel, D. K., & Eryilmaz, A. (2015). A Review 521.
and Comparison of Diagnostic Kuder G. F., & Richardson, M. W. (1937). The
Instruments to Identify Students’ Theory of The Estimation of Test
Misconceptions in Science. Eurasia Reliability. Psychometrika, 2(3), 151-160.
Journal of Mathematics, Science & Mursalin. (2013). Model Remediasi Miskonsepsi
Technology Education, 11(5), 989-1008. Materi Rangkaian Listrik dengan
Hammer, D. (1996). Misconceptions or P-Prims: Pendekatan Simulasi PhET. Jurnal
How May Alternative Perspectives of Pendidikan Fisika Indonesia, 9, 1-7.
Cognitive Structure Influence Nakiboglu, C. (2003). Instructional
Instructional Perceptions and Intentions. Misconceptions of Turkish Prospective
Journal of the Learning Sciences, 5(2), 97- Chemistry Teachers about Atomic
127. Orbitals and Hybridization. Chemistry
Indrawati, R. (2009). Pembelajaran Remedi Education:Research and Practice, 4(2), 171-
Menggunakan Modul dan Animasi pada 188.
Materi Kesetimbangan Kimia Ditinjau Nicoll, G. (2001). A report of undergraduates’
dari Tingkat Kesulitan Belajar Siswa. bonding misconceptions. International
Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Journal of Science Education, 23(7), 707-
UNS. 730.
Ingec, S. K. (2009). Analysing Concept Maps as Nussbaum, J. & Novick, S. (1982). Alternative
an Assessment Tool in Teaching Physics Frameworks, Conceptual Conflict and
and Comparison with the Achievement Accommodation: Toward a Principled
Tests. International Journal of Science Teaching Strategy. Instructional Science,
Education, 31(14),1897-1915. 1(1), 183-200
Izzati, N. (2015). Remedial dan Pengayaan Odom, A. L., & Barrow, L. H. (1995).
melalui Pembelajaran Tutor Sebaya Development and Application of a ’Ifro-
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Tier Diagnostic Test Measuring College
EduMa, 4(1), 54-68. Biology Students’ Understanding of
Kanli, U. (2014). A Study on Identifying the Diffusion and Osmosis after a Course of
Misconceptions of Pre-service and In- Instruction. Journal Of Research in Science
service Teachers about Basic Astronomy Teaching, 32(I), 45-61.
Concepts. Eurasia Journal of Mathematics, Ozmen, H. (2004). Some Student
Science & Technology Education, 10(5), 471- Misconceptions in Chemistry: A
479. Literature Review of Chemical Bonding.
Khasanah, N. (2010). Penggunaan Pendekatan Journal of Science Education and Technology,
Konflik Kognitif untuk Remediasi 13(2), 147-159.
Miskonsepsi Pembelajaran Usaha dan Pesman, H., & Eryilmaz, A. (2010).
Energi. Tesis. Surakarta: Program Development of a Three-Tier Test to
Pascasarjana UNS. Assess Misconceptions About Simple

203
Doni Setiawan, dkk. / Journal of Innovative Science Education6 (2) (2017)

Electric Circuits. The Journal of Educational Thiagarajan, S., Semmel, D. & Semmel, M. I.
Research, 103, 208–222. (1974). Instructional development for
Schmidt, H. J. 1995. Students’ Misconceptions- training teacher of Exceptional Children A
Looking for a Pattern. John Wiley & Sons, Sourcebook. Bloomington: Indiana
Inc. 123-135. University.
Sholehah, S., & Suyono. (2014). Reduksi Treagust, D. F. (1988). Development and use of
Miskonsepsi dengan Model Pembelajaran diagnostic tests to evaluate students’
Conceptual Change pada Konsep misconceptions in science. International
Stoikiometri. Unesa Journal Of Chemical Journal of Science Education, 10(2), 159-
Education, 3(3), 161-168. 169.
Sunyono, Wirya, I. W., Suyanto, E., & Suyadi, Voska, K. W., & Heikkinen, H. W. (2000).
G. (2009). Identifikasi Masalah Kesulitan Identification and Analysis of Student
dalam PembelajaranKimia SMA Kelas X Conceptions Used to Solve Chemical
di Propinsi Lampung. Jurnal Pendidikan, Equilibrium Problems. Journal Of Research
305-317. In Science Teaching, 37(2), 160–176.
Tan, K. C. D. & Treagust, D. F. (1999). Wagiran. (2006). “Meningkatkan Keaktifan
Evaluating Students’ Understanding of Mahasiswa dan Reduksi Miskonsepsi
Chemical Bonding. School Science Review, melalui Pembelajaran Konstruktivistik
81(294), 75-84. Model Kooperatif Berbantuan Modul”.
Taufiq, M. (2012). Remediasi Miskonsepsi Jurnal Ilmu Pendidikan, 13(1), 25-32.
Mahasiswa Calon Guru Fisika pada
Konsep Gaya Melalui Penerapan Model
Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia JPII1, 1(2), 198-
203.

204

Anda mungkin juga menyukai