Anda di halaman 1dari 11

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI TENTANG MOMENTUM

DAN IMPULS MENGGUNAKAN MODEL ECIRR

Jamilah, Haratua Tiur Maria Silitonga, Hamdani


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak
Email: jamilah.fisikai@gmail.com

Abstract
The purposed of this research was to examine the effectiveness of integrated
remediation misconception using ECIRR model to reduce the number of students
misconceptions and to improve learning achievment about momentum and impulse at
tenth grade of SMA Negeri 7 Pontianak. This research was quasy experimental with
pretest-posttest control group design. The samples were determined by intact group
techniqu based on homogeneous data, and obtained X MIA 1 as an experimental class,
and X MIA 2 as a control class. The research instruments included 15 diagnostic test
and 4 learning achievment test. Based on McNemar tes, the students conceptions
changed significantly with χ2score of experimental class (70,78) and the control class
(79,63). Based on U Mann Whitney test showed that value asymptote significance for
the two-tailed test is 0,056 above 0.05 which means there were no differences on the
learning achievment between the experimental class and the control class. The effect
size integrated remediation misconceptionto to reduce the number of students
misconceptions ((0,7016) and to improve learning achievment (d =4,62) was high.
Thus, the use of integrated remediation misconception was effective to reduce the
number of students misconceptions and to improve learning achievment about
momentum and impulse.

Keywords: ECIRR model, Integrated remediation misconception, Momentum and


Impulse.

PENDAHULUAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)


Hasil survey Programme for International menyatakan terjadi penurunan nilai rerata Ujian
Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 Nasional (UN) jenjang SMA atau sederajat
menunjukan bahwa Indonesia berada di tahun akademik 2017/2018. Penurunan ini
peringkat ke 63 dari 64 negara (OECD, 2012). terjadi hampir pada semua mata pelajaran IPA
Hasil PISA pada tahun 2015 juga tidak jauh seperti fisika, kimia, dan biologi. Khusus pada
berbeda, Indonesia berada di peringkat 62 dari mata pelajaran fisika, nilai rerata Ujian
70 negara (OECD, 2016). Untuk tes dan survey Nasional mata pelajaran fisika tahun 2018
PISA berikutnya adalah di tahun 2018 dengan mengalami penurunan yang sangat besar
hasil tes dan surveynya akan dirilis akhir tahun sebesar 5,35. Bila dibandingkan dengan mata
2019. Rendahnya hasil belajar juga dapat dilihat pelajaran kimia dan biologi yang hanya
dari hasil TIMSS (Trend in International mengalami penurunan sebesar 2,68 dan 0,69
Mathematics and Science Study) pada tahun (Kemendikbud, 2018).
2015. Pencapaian peserta didik Indonesia Berdasarkan hasil ulangan harian mata
menempati rangking ke 45 dari 48 negara Hasil pelajaran fisika kelas X MIA 1 di SMA Negeri
survey PISA dan TIMSS ini menjadi gambaran 7 Pontianak pada materi momentum dan impuls
umum bagaimana pendidikan IPA di Indonesia. tahun 2017/2018 didapat data hanya ada 7 orang
Hasil belajar peserta didik juga dapat dilihat saja yang tuntas dari 34 peserta didik (20,5 %).
dari hasil Ujian Nasional. Kementrian Rendahnya hasil belajar tersebut menunjukkan

1
bahwa pemahaman peserta didik terhadap Hal ini didukung pada hasil observasi
konsep masih tergolong rendah dan pelaksanaan kegiatan remedial di SMA Negeri
pembelajaran fisika belum memberikan hasil 7 Pontianak bahwa guru hanya memberikan tes
yang optimal. Berdasarkan data-data yang ulang tanpa mengatasi miskonsepsi peserta
dipaparkan, rendahnya hasil belajar didik dan pelaksanaannya dilakukan setelah
dipengaruhi banyak faktor, salah satunya pembelajaran utama dilakukan. Kegiatan
mungkin disebabkan peserta didik mengalami remediasi yang dilakukan seperti ini memakan
miskonsepsi (salah konsep) (Suparno, 2013). banyak waktu dan berpeluang membuat peserta
Menurut Modell, Michael, & Wenderoth didik lupa dengan miskonsepsi yang mereka
(dalam Suwarto, 2013) miskonsepsi merupakan alami karena dilakukan setelah proses belajar
pemahaman suatu konsep atau prinsip yang mengajar. Inilah yang menjadi salah satu
tidak kosisten atau berbeda dengan penafsiran kelemahan menggunakan remediasi dengan
atau pandangan yang berlaku umum tentang pembelajaran ulang sehingga perlunya sebuah
konsep tersebut. Dalam bidang fisika alternatif atau solusi untuk mengatasinya.
miskonsepsi meliputi semua subbidang yang Adapun alternatif yang ditawarkan dalam
ada, seperti mekanika, optika dan gelombang, penelitian ini integrasi remediasi.
panas dan termodinamika, listrik dan magnet, Remediasi dalam proses pembelajaran
fisika modern, dan tata surya. Di dalam dikenal dengan istilah integrasi remediasi.
subbidang mekanika, momentum dan impuls Penelitian ini pernah dilakukan oleh
merupakan satu diantara materi fisika yang Rahardhian (2012) pada materi dinamika rotasi
cukup banyak mengalami miskonsepsi di kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak,
(Suparno, 2013). Adapun bentuk-bentuk hasilnya remediasi yang terintegrasi dalam
miskonsepsi momentum dan impuls dalam pembelajaran fisika efektif untuk menurunkan
penelitian Maulidiansyah (2018) diantaranya: rata-rata persentase miskonsepsi peserta didik
(1) impuls sama dengan gaya (2) momentum sebesar 82,74%. Penelitian integrasi remediasi
adalah gaya dorong dan perkalian gaya dan lainnya juga pernah Nurhasanah (2015) pada
jarak (3) kecepatan tidak mompengaruhi materi suhu dan kalor di kelas X IPA MAN 1
momentum (4) jika massa kecil, maka Pontianak. Hasilnya integrasi remediasi
momentum besar, dan (5) impuls sama dengan berpengaruh dalam menurunkan kesulitan
momentum. belajar peserta didik. Kemudian Integrasi
Miskonsepsi yang terjadi pada peserta Remediasi Miskonsepsi dengan model generatif
didik perlu untuk diperbaiki, salah satunya yaitu dalam pembelajaran gerak lurus berubah
memberikan pembelajaran ulang (remediasi). beraturan di kelas X SMA Negeri 1 Sekayam
Hal ini diperkuat dalam Permendiknas Nomor (Huda, 2016). Hasil sama yaitu dapat
20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian menurunkan miskonsepsi peserta didik dengan
Pendidikan, peserta didik yang belum mencapai efektivitas tergolong tinggi.
KKM harus mengikuti pembelajaran remediasi. Integrasi remediasi miskonsepsi dalam
Jadi, untuk mengatasi rendahnya hasil belajar pembelajaran fisika merupakan pendekatan
peserta didik perlu dilakukan remediasi. yang bersifat pengembangan (Sutrisno,
Remediasi merupakan usaha pengulangan Kresnadi dan Kartono, 2007). Melalui kegiatan
pembelajaran dengan cara yang lain setelah remedial yang bersifat pengembangan ini, guru
dilakukan diagnosa masalah belajar berharap peserta didik yang mengalami
(Depdiknas, 2008). Kegiatan remediasi selama kesulitan dan yang belum mencapai
ini dilaksanakan secara terpisah dengan keberhasilan bisa mengatasinya secara bertahap
pembelajaran. Hal ini membutuhkan waktu selama proses pembelajaran.
tambahan padahal guru disibukkan dengan Untuk mengatasi miskonsepsi diperlukan
tugas-tugas lainnya sehingga untuk suatu model pembelajaran yang bisa
mengefesienkan waktu, kegiatan remediasi ini mengakomodasi pengetahuan baru (Sutrisno,
perlu diintegrasikan kedalam proses Kresnadi dan Kartono, 2007). Salah satu model
pembelajaran. pembelajaran yang mengakomodasi

2
pengetahuan awal dengan strategi konflik Adapun kelebihan menggunakan model
kognitif untuk perubahan konseptual adalah ECIRR diantaranya melatih kemandirian
model pembelajaran ECIRR. Model peserta didik dalam belajar untuk membentuk
pembelajaran ECIRR menganut paham pengetahuannya sendiri, mendorong keberanian
konstruktivis yang menyatakan bahwa peserta peserta didik untuk berdialog dengan guru
didik belajar dengan merekonstruksi maupun temannya serta mendorong peserta
pengetahuan awalnya sendiri (Wenning, 2008). didik mengembangkan jawaban berdasarkan
Model pembelajaran ini merupakan hasil interaksi, mengasah kemampuan berpikir
pengembangan dari model-model pembelajaran kritis peserta didik karena model ECIRR
yang berlandaskan perubahan konseptual. diawali dengan penyajian masalah dan
Model pembelajaran ECIRR ini memiliki dilanjutkan dengan analisis untuk penyelesaian
lima tahapan, yaitu 1) elicit, 2) confront, 3) masalah (Jayanti, 2014).
identify, 4) resolve, 5) reinforce. Kelima sintaks Berdasarkan latar belakang yang telah
tersebut saling berkaitan satu sama lain dan dikemukakan, diterapkannya integrasi
mendukung keberhasilan proses pembelajaran remediasi miskonsepsi menggunakan model
(Wenning, 2008). Masing masing tahapan ECIRR dalam penelitian ini menjadi salah satu
model pembelajaran ECIRR dapat dijelaskan alternatif dalam menurunkan jumlah peserta
sebagai berikut. Tahap pertama adalah tahap didik yang miskonsepsi dan meningkatkan hasil
elicit, pada tahap ini guru memberikan belajar tentang momentum dan impuls untuk
permasalahan konseptual berupa pertanyaan peserta didik kelas X SMA Negeri 7 Pontianak.
diagnostik untuk menggali konsepsi awal
peserta didik kemudian meminta salah satu METODE PENELITIAN
peserta didik yang miskonsepsi pada tes awal Bentuk penelitian yang digunakan adalah
untuk memprediksi dan menjelaskan jawaban quasy experimental design dengan rancangan
serta alasan memilih jawaban tersebut. pretest-posttest control group design yang
Selanjutnya pada tahap confront, guru digambarkan pada Tabel 1.
memunculkan konflik kognitif yaitu dengan Tabel 1. Rancangan Penelitian Pretest-
cara memberikan kejadian yang bertentangan Posttest Control Group Design
dengan konsepsi awal peserta didik melalui X1
demonstrasi atau simulasi. Tahap identify X2
merupakan tahap yang sangat penting karena Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3
guru menyampaikan jawaban-jawaban yang tahap, yaitu 1) tahap persiapan, 2) tahap
miskonsepsi dari hasil tes awal disertai pelaksanaan, dan 3) tahap akhir.
verifikasi penjelasan konsep yang benar
menurut ilmuwan. Konsep yang salah dapat Tahap Persiapan
menyesatkan pemahaman peserta didik, Langkah- langkah yang dilakukan pada
sehingga pada tahap identify guru harus benar- tahap persiapan seperti: (1) membuat surat izin
benar dapat menyadarkan peserta didik tentang observasi ke sekolah; (2) melakukan pra-riset
adanya miskonsepsi dalam dirinya (Wenning, ke SMA Negeri 7 Pontianak; (3) menetapkan
2008). Selanjutnya pada tahap resolve, guru sampel penelitian untuk kelas eksperimen
memberikan konsep-konsep yang benar dengan menggunakan integrasi remediasi dan kelas
menunjukkan bukti-bukti berdasarkan kontrol menggunakan remediasi biasa; (4)
eksperimen secara langsung. Dan pada tahap menyusun desain penelitian; (5) seminar desain
terakhir reinforce, guru harus memberikan penelitian; (6) melakukan revisi desain
penguatan secara berulang-ulang dan dengan penelitian berdasarkan hasil seminar; (7)
berbagai cara diantaranya membuat kesimpulan menyiapkan instrumen penelitian berupa soal
dari hasil percobaan, membimbing peserta didik pretest dan posttest berbentuk tes diagnostik
mengerjakan tes evaluasi pembelajaran berupa sebanyak 15 soal dan tes hasil belajar (esai)
tes diagnostik dan juga soal hasil belajar. sebanyak 4 soal, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen dan

3
kelas kontrol, serta Lembar Kerja Peserta Didik rumusan masalah; (3) menyusun laporan
(LKPD); (8) melakukan uji validitas instrumen penelitian.
penelitian; (9) melakukan revisi instrumen
penelitian berdasarkan hasil uji validitas; (10) HASIL PENELITIAN DAN
mengurus surat permohonan riset dan surat PEMBAHASAN
tugas ; (11) melakukan uji coba instrumen; (12) Hasil
menganalisis hasil uji coba instrumen. Pada tanggal 15 april 2019 peserta didik
kelas X MIA 1 dan kelas X MIA 2 diberikan
Tahap Pelaksanaan pretest yang terdiri dari 15 soal tes diagnostik
Langkah-langkah yang dilakukan pada dan 4 soal hasil belajar. Tes ini digunakan untuk
tahap pelaksaana seperti: (1) memberikan soal mengetahui konsepsi awal dan hasil belajar
pretes diawal pembelajaran; (2) memberikan peserta didik sebelum diberikan remediasi
perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas terintegrasi dalam pembelajaran dan remediasi
kontrol (3) memberikan posttest pada kelas biasa yang sama-sama menggunakan model
eksperimen dan kelas kontrol. ECIRR.
Untuk mengetahui persentase penurunan
Tahap Akhir jumlah peserta didik yang miskonsepsi tiap
Langkah-langkah yang dilakukan pada konsep antara kelas eksperimen dan kelas
tahap akhir seperti: (1) mengolah data yang kontrol, diperoleh dari hasil jawaban peserta
diperoleh dari pretest dan posttest dengan uji didik saat pre-test dan post-test yang
statistik yang sesuai; (2) membuat kesimpulan direkapitulasi pada Tabel 2.
berdasarkan hasil analisis data dan menjawab
Tabel 2. Rekapitulasi Penurunan Jumlah Peserta Didik yang Miskonsepsi Tiap Konsep
Pre-test Post-test E C
Konsep E C E C
ΔS%
So % St%
Impuls 50 53.13 8.33 13.54 83.33 74.51
Momentum 64.59 57.29 9.38 22.92 85.48 60
Pengaruh kecepatan terhadap
38.54 31.25 14.58 4.17 62.17 86.66
momentum
Pengaruh massa terhadap momentum 45.84 55.21 11.46 4.17 75 92.73
Hubungan momentum dan impuls 60.42 59.38 33.34 14.59 44.83 74.54
Rata-rata 51.88 51.25 15.42 11.88 70.16 77.69

Berdasarkan Tabel 2, dapat diperoleh Rata-rata penurunan persentase jumlah peserta


informasi bahwa hasil pre-test pada kelas didik yang mengalami miskonsepsi di kelas
eksperimen 51,88% dan kelas kontrol 51,25% kontrol (77,69%) lebih besar pada kelas
peserta didik yang miskonsepsi tiap konsep. eksperimen (70,16%) dengan selisih 7,53%.
Setelah dilakukan remediasi terintegrasi pada Adapun untuk mengetahui signifikansi
kelas eksperimen, hasil post-test sebesar perubahan konsepstual peserta didik pada
15,42% sedangkan pada kelas kontrol yang materi momentum dan impuls pada kelas
dilakukan remediasi biasa hasil post-test eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan uji
sebesar 11,88%. Pada Tabel 2 juga dapat statistik melalui uji McNemar dapat dilihat pada
diketahui rata-rata penurunan persentase jumlah tabel bantuan uji McNemar didapat hasil seperti
peserta didik yang mengalami miskonsepsi tiap ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
konsep dari hasil pre-test dan hasil post-test.

4
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil uji McNemar Kelas Eksperimen
Sel Mc Nemar Perubahan jumlah
Konsep Hitung Tabel peserta didik yang
n a nb nc nd miskonsepsi
Impuls 1 5 5 21 16.41 3.84 Signifikan
Momentum 0 0 6 26 24.04 3.84 Signifikan
Pengaruh kecepatan
1 7 9 15 10.56 3.84 Signifikan
terhadap momentum
Pengaruh massa terhadap
3 5 6 18 9.33 3.84 Signifikan
momentum
Hubungan momentum dan
1 1 19 11 6.75 3.84 Signifikan
impuls
Jumlah 6 18 45 91 72.74 3.84 Signifikan

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil uji McNemar Kelas Kontrol


Sel Mc Nemar Perubahan jumlah
Konsep Hitung Tabel peserta didik yang
na nb nc nd miskonsepsi
Impuls 2 1 7 22 15.04 3.84 Signifikan
Momentum 1 3 16 12 7.69 3.84 Signifikan
Pengaruh kecepatan
0 13 0 19 17.05 3.84 Signifikan
terhadap momentum
Pengaruh massa terhadap
1 2 3 26 21.33 3.84 Signifikan
momentum
Hubungan momentum dan
2 2 9 19 12.19 3.84 Signifikan
impuls
Jumlah 6 21 35 98 79.63 3.84 Signifikan

Perubahan konseptual peserta didik pada Adapun rekapitulasi peningkatan hasil


kelas eksperimen dan kelas kontrol signifikan belajar materi momentum dan impuls tiap
terlihat pada semua konsep. Berdasarkan hasil peserta didik antara kelas eksperimen dengan
uji McNemar pada Tabel 3 dan Tabel 4 secara kelas kontrol dari hasil jawaban peserta didik
keseluruhan peserta didik mengalami pada pre-test dan post-test dapat dilihat pada
perubahan konseptual yang signifikan dengan Tabel 5.
nilai χ2 hitung kelas eksperimen sebesar 72,74 dan
nilai χ2 hitung kelas kontrol sebesar 79,63.
Tabel 5. Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Total Skor Peserta Didik 1684 Jumlah Total Skor Peserta Didik 1899
Jumlah peserta didik 32 Jumlah peserta didik 32
Rata-rata 52.62 Rata-rata 59.34
SD 12.91 SD 14.21
Tertinggi 79 Tertinggi 86
Terendah 20 Terendah 25
Catatan: KKM sebesar 75

5
Sebagian besar peserta didik mengalami Data yang selanjutnya dianalisis yaitu data
peningkatan hasil belajar setelah diberikan hasil belajar saat posttest peserta didik pada
remediasi terintegrasi dalam pembelajaran dan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari
remediasi biasa yang sama-sama menggunakan uji normalitas data posttes Nilai Sig. atau
model ECIRR. Pada kelas eksperimen rata-rata probabilitas kelas eksperimen kurang dari 0.045
peningkatan hasil belajar tiap peserta didik (0.045 < 0.05), sehingga dapat diambil
sebesar 52,63. Sedangkan kelas kontrol keputusan bahwa data tidak berdistribusi
diperoleh rata-rata peningkatan hasil belajar normal. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai
tiap peserta didik sebesar 59,34. Sig. atau probabilitasnya lebih dari 0.05 (0.2 >
Untuk mengetahui signifikansi perbedaan 0.05), sehingga dapat diambil keputusan bahwa
peningkatan hasil belajar tiap peserta didik pada
data berdistribusi normal. Karena syarat uji
kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan statistik parametrik adalah semua sampel harus
uji statistik. Dalam penelitian ini digunakan uji
berdistribusi normal, sedangkan ada salah satu
Liliefors untuk normalitas data dengan SPSS. yang tidak normal maka dilakukan uji statistik
Data yang digunakan pada analisis yaitu nonparametrik U Mann-Whitney.
data hasil belajar peserta didik saat pre-test pada Hasil uji U Mann-Whitney data postest
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun didapatkan nilai asymp. Sig. (2-tailed) atau
hasil dari uji normalitas data pretest di dapat signifikansi asimtot untuk uji dua sisi adalah
Nilai Sig. atau probabilitas kelas eksperimen 0,056 berada diatas 0.05 (0.056 > 0.05). Maka
dan kontrol kurang dari 0.05 (0.000 dan 0.014 < H0 diterima, berarti tidak terdapat perbedaan
0.05), sehingga dapat diambil keputusan bahwa hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kedua data tidak berdistribusi normal. Karena kontrol.
syarat uji statistik parametrik semua sampel Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan
harus berdistribusi normal, sedangkan yang hasil belajar pada kelas yang diberikan integrasi
didapat semua data tidak normal maka remediasi miskonsepsi menggunakan model
dilakukan uji statistik nonparametrik U Mann- ECIRR sama dengan kelas yang diberikan
Whitney. remediasi biasa menggunakan model ECIRR.
Hasil uji U Mann-Whitney data pretes Untuk mengetahui efektivitas dari
didapatkan nilai asymp. Sig. (2-tailed) atau remediasi terintegrasi dalam pembelajaran
signifikansi asimtot untuk uji dua sisi adalah terhadap penurunan jumlah peserta didik yang
0,853, berada diatas 0.05 (0.853 > 0.05). Maka miskonsepsi pada materi momentum dan
H0 diterima, berarti tidak terdapat perbedaan impuls pada dengan cara menghitung dengan
hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas harga proporsi penurunan jumlah peserta didik
kontrol. yang miskonsepsi dengan tingkat efektivitas
menggunakan aturan ruas jari disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi Efektivitas Integrasi Remediasi Miskonsepsi
Jumlah peserta didik
Konsep Pre-tes Post-tes ∆S Efektivitas
(So) (St)
Impuls 48 8 0.8333 Tinggi
Momentum 62 9 0.8548 Tinggi
Pengaruh kecepatan terhadap momentum 37 14 0.6216 Sedang
Pengaruh massa terhadap momentum 44 11 0.75 Tinggi
Hubungan momentum dan impuls 58 32 0.44828 Sedang
Rata-rata 0.7016 Tinggi

6
Berdasarkan hasil perhitungan dalam menurunkan jumlah peserta didik yang
efektivitas penggunaan integrasi remediasi miskonsepsi tergolong tinggi.
menggunakan model ECIRR dengan harga Adapun untuk mengetahui efektivitas dari
proporsi penurunan jumlah peserta didik yang integrasi remediasi dalam pembelajaran
miskonsepsi diperoleh efektivitas sebesar terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik
0,7016. Berdasarkan aturan ruas jari, kriteria pada materi momentum dan impuls dengan cara
efektivitas penggunaan integrasi remediasi menganalisis data skor hasil belajar peserta
miskonsepsi menggunakan model ECIRR didik pre-test dan post-test kelas eksperimen
yang direkapitulasi pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Peserta Didik
Pre-test Post-test
Rata-rata 9,44 62,06
SD 10,04 12,91
Spooled 11,38

Berdasarkan hasil perhitungan efektivitas menyatakan bahwa proses pertentangan yang


penggunaan integrasi remediasi menggunakan diberikan akan menyadarkan peserta didik
model ECIRR dengan rumus effect size Cohen’s bahwa ada yang kurang terhadap
d, diperoleh efektivitas sebesar 4,62. pengetahuannya, sehingga menimbulkan rasa
Berdasarkan pedoman barometer efektivitas, ingin tahu mencari solusi yang benar. Setelah
kriteria efektivitas penggunaan integrasi itu peneliti melakukan diskusi dengan peserta
remediasi miskonsepsi menggunakan model didik terkait demonstrasi yang diberikan.
ECIRR dalam meningkatkan hasil belajar Selanjutnya tahap identify
tergolong tinggi dimana 0,8 ≤ d ≤ 2,0. (mengidentifikasi atau identifikasi konsep,
klasifikasi dan verifikasi konsep), pada tahap
Pembahasan ini peneliti melakukan tanya jawab kepada
Integrasi remediasi miskonsepsi dalam beberapa peserta didik yang terpilih untuk
pembelajaran dan remediasi biasa memberikan jawaban. Kemudian peneliti
menggunakan model yang sama yaitu model menyebutkan ulang jawaban-jawaban peserta
ECIRR yang memiliki 5 tahap. Adapun kelima didik yang miskonsepsi ataupun yang tidak
tahap dalam model ECIRR diantaranya elicit, miskonsepsi tanpa harus menyebutkan bahwa
confront, identify, resolve, dan reinforce itu miskonsepsi ataupun tidak miskonsepsi.
(Wenning, 2008). Peserta didik yang lain diminta untuk
Pada tahap elicit (memunculkan atau menyetujui atau tidak pendapat peserta didik
menyajikan masalah), peneliti menampilkan yang terpilih. Beberapa peserta didik setuju
permasalahan konseptual untuk menggali dengan jawaban temannya yang miskonsepsi
konsepsi awal dan memunculkan pengetahuan dan sebagian peserta didik yang lain menyetujui
awal peserta didik. Hal iti penting dilakukan jawaban dari peserta didik yang tidak
karena menurut pendapat Effendi (2016) yang miskonsepsi. Selanjutnya peneliti melakukan
mengatakan bahwa ketika tidak munculnya klasifikasi dan verifikasi terhadap jawaban-
pengetahuan awal peserta didik maka akan jawaban peserta didik disertai dengan
menyebabkan gagalnya proses konstruksi penjelasan yang benar menurut ilmuan.
pengetahuan yang baru. Peserta didik yang berbeda dengan konsep
Selanjutnya tahap confront (menghadapi), ilmuwan dalam memberikan alasan memilih
setelah diketahui konsepsi peserta didik maka jawaban mengidentifikasikan bahwa peserta
tahap selanjutnya memunculkan konfilk didik tersebut miskonsepsi. Hal itu sesuai
kognitif dengan menampilkan kejadian yang dengan pendapat Kartal (2011) yang
bertentangan dengan konsepsi awal peserta mengatakan, ketika peserta didik
didik melalui demonstrasi atau simulasi. Selaras mendefinisikan konsepsi tertentu berbeda
dengan pendapat (Sahin dkk, 2010) yang dengan konsep ilmiah, maka terjadilah

7
miskonsepsi. Miskonsepsi akan membuat momentum adalah gaya dorong dan perkalian
peserta didik mengambil kesimpulan yang gaya dan jarak, momentum adalah gaya yang
berbeda walaupun diberi fenomena atau dihasilkan dari 2 benda yang bertabrakan,
masalah yang sama. Miskonsepsi yang dialami momentum adalah gaya untuk menggerakkan
peserta didik harus diremediasi karena akan benda, momentum adalah usaha mendorong
mempengaruhi bagaimana pemahamannya sesuatu, semakin cepat maka momentumnya
terhadap konsep suatu materi. semakin kecil, kecepatan tidak mompengaruhi
Remediasi peserta didik untuk pembetulan momentum, jika massa kecil maka momentum
konsepsi dilakukan pada tahap resolve besar, massa tidak mempengaruhi momentum,
(menyelesaikan atau pembetulan konsep). Pada dan impuls sama dengan momentum (Soeharto,
tahap resolve ini peserta didik diminta 2013; Maulidiansyah, 2018).
melakukan percobaan sederhana menggunakan Pengaplikasian pemahaman konsep saat
simulasi virtual fisika (Macromedia Flash mengintegrasikan remediasi miskonsepsi dalam
Player 8.0 r22) yang diselesaikan secara pembelajaran sangat berhubungan dengan
berkelompok sehingga ada kerjasama antar adanya peningkatan hasil belajar. Berdasarkan
peserta didik dengan cara diskusi kelompok dan hasil analisis uji statistik didapatkan
peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. peningkatan hasil belajar pada kelas yang
Pada tahap terakhir yaitu tahap reinforce diberikan integrasi remediasi miskonsepsi
(memperkuat atau mengetes konsepsi kembali) menggunakan model ECIRR sama dengan
peneliti memberikan soal konsep dan hasil kelas kontrol yang diberikan remediasi biasa
belajar yang berkaitan dengan materi yang telah menggunakan model ECIRR.
diajarkan. Peserta didik dibimbing mengerjakan Adanya peningkatan hasil belajar ini
tes evaluasi pembelajaran selain itu peserta disebabkan karena pada pre-test peserta didik
didik dibimbing membuat kesimpulan dari belum pernah mempelajari materi momentum
pelajaran yang didapatkan. Jika ada yang belum dan impuls, sehingga peserta didik belum
mengerti, peserta didik diberi kesempatan untuk mengetahui besaran-besaran dan persamaan
menanyakan mengenai materi yang telah matematis pada momentum dan impuls. Pada
dipelajari. saat pos-test hasil belajar kelas eksperimen dan
Model ECIRR dapat mengubah konsepsi kelas kontrol sama-sama mengalami
peserta didik karena model pembelajaran ini peningkatan, hal itu dikarenakan peserta didik
mengakomodasi pengetahuan awal dengan sudah dapat menerapkan persamaan matematis
strategi konflik kognitif untuk perubahan dalam menjawab tes hasil belajar. Untuk kelas
konseptual (Jayanti, 2014; Effendi, 2016). kontrol yang diberikan remediasi biasa
Perubahan konseptual berguna untuk menggunakan model ECIRR peningkatan hasil
memperbaiki konsepsi alternatif menjadi belajarnya lebih tinggi dari kelas eksperimen
konsepsi ilmiah sehingga tercapai pemahaman yang diberikan integrasi remediasi
konsep yang mendalam. Selain itu model menggunakan model ECIRR, dikarenakan
ECIRR bisa mereduksi miskonsepsi seperti peserta didik sebelumnya pada kelas kontrol
hasil penelitian Hamdani (2013) yang sudah mendapatkan pengetahuan mengenai
menunjukkan jumlah mahasiswa yang besaran-besaran dan persamaan matematis pada
mengalami miskonsepsi berkurang dan momentum dan impuls dari guru, lalu diberi
tanggapan yang positif dari mahasiswa dan pembelajaran ulang oleh peneliti untuk
dosen tentang penerapan model ECIRR mengingatkan kembali apa yang telah
menggunakan kombinasi real laboratory dan dipelajarinya sehingga dapat mempertahankan
virtual laboratory. informasi menjadi lebih lama.
Adapun miskonsepsi yang ditemukan pada Hal itu sesuai dengan pendapat (King,
penelitian ini diantaranya: peserta didik 2014) yang mengatakan bahwa keterbatasan
mengganggap impuls sama dengan usaha yang kapasitas memori jangka pendek (Short Term
singkat, impuls sama dengan gaya, impuls Memory) mengakibatkan informasi atau
adalah gaya yang melawan gravitasi, pengetahuan hanya bertahan sementara,

8
sehingga diperlukan metode tertentu untuk signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan
dapat mempertahankan informasi menjadi lebih oleh Khairunnisa (2018) pada materi getaran
lama. Terdapat dua cara untuk meningkatkan harmonis di kelas XI IPA SMA Negeri 7
kinerja memori jangka pendek yaitu Pontianak, hasilnya integrasi remediasi dalam
pengulangan dan pengelompokkan. Teknik pempelajaran dengan model conceptual change
pengulangan (rehearsal) merupakan upaya tipe ECIRR dapat meningkatkan hasil belajar.
menyimpan informasi dengan berpikir secara Efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi
berulang tentang suatu informasi. Dalam menggunakan model ECIRR tergolong tinggi
penelitian ini pengulangan sama dengan dalam dalam menurunkan jumlah peserta didik
remediasi karena didalam remediasi terdapat yang miskonsepsi dan memeningkatkan hasil
pembelajaran ulang. Sehingga rata-rata hasil belajar dikarenakan remediasi langsung
belajar peserta didik pada kelas kontrol bisa dilakukan saat pelaksanaan, peserta didik tidak
lebih tinggi dari kelas eksperimen. hanya diperbaiki konsep awal mereka menjadi
Penggunaan remediasi terintegrasi konsepsi yang benar menurut ilmuwan namun
menggunakan model ECIRR efektif dalam sekaligus mendapat keterampilan
menurunkan jumlah peserta didik yang menyelesaikan soal hitungan pada materi
mengalami miskonsepsi. Hasil ini didukung momentum dan impuls.
dari perhitungan dengan harga proporsi Secara keseluruhan, hasil penelitian yang
penurunan jumlah peserta didik yang diperoleh di kelas eksperimen sama baiknya
miskonsepsi, diperoleh efektivitas berdasarkan dengan di kelas kontrol, hal ini dikarenakan
aturan ruas jari sebesar 0,7016 (tergolong pada langkah-langkah remediasi terintegrasi
tinggi). Temuan ini sejalan dengan penelitian sama dengan remediasi biasa karena
sebelumnya yang dilakukan Rahardhian (2012) menggunakan model yang sama yaitu model
menemukan bahwa remediasi yang terintegrasi ECIRR, konsep diajarkan berulang mulai dari
dalam pembelajaran efektif untuk menurunkan penjelasan setelah demonstrasi; penguatan
persentase jumlah miskonsepsi peserta didik setelah peserta didik membandingkan
kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak pada jawabannya dengan hasil demonstrasi;
materi dinamika sebesar 0,82 (tergolong penjelasan setelah percobaan dan penguatan
tinggi). Selain itu, penelitian oleh Khairunnisa kembali setelah membandingkan jawaban
(2018) pada materi getaran harmonis di kelas XI dengan hasil percobaan sehingga peserta didik
IPA SMA Negeri 7 Pontianak. Hasilnya lebih mudah memahami materi.
efektifitas integrasi remediasi miskonsepsi Tidak ada perbedaan antara kelas
dalam pembelajaran getaran harmonis dengan eksperimen yang diberikan integrasi remediasi
model conceptual change tipe ECIRR miskonsepsi menggunakan model ECIRR
tergolong tinggi (∆S = 0,7275) dalam dengan kelas kontrol yang diberikan remediasi
mereduksi miskonsepsi. biasa menggunakan model ECIRR dalam
Selain efektif meremediasi miskonsepsi meningkatkan hasil belajar pada materi
peserta didik, integrasi remediasi menggunakan momentum dan impuls. Perbedaannya hanya
model ECIRR juga efektif dalam meningkatkan pada waktu yang digunakan, dimana integrasi
hasil belajar. Hal ini didukung dari hasil remediasi lebih efesien dari segi waktu karena
perhitungan dengan rumus effect size Cohen’s dilakukan pada saat pembelajaran dan hasilnya
d, diperoleh efektivitas sebesar 4,62 (tergolong bisa menyamai remediasi biasa.
tinggi). Temuan ini sejalan dengan penelitian Penelitian ini hanya menyumbangkan
sebelumnya yang dilakukan oleh penelitian implikasi teoritis mengenai pilihan
Hastuti (2014) menunjukkan pembelajaran meremediasi, bisa terintegrasi maupun secara
remedial dengan menggunakan model ECIRR biasa. Jika menggunakan model yang sama,
telah berhasil menggeser miskonsepsi siswa maka kemungkinan besar hasilnya bisa sama.
menuju tahu konsep sebanyak 97% (X IPA 3), Untuk mengefisienkan waktu maka peneliti
96% (X IPA 5), dan 97% (X IPA 7), dan menyarankan untuk menggunakan remediasi
meningkatkan hasil belajar peserta didik secara terintegrasi, dimana remediasi terintegrasi

9
dilakukan langsung saat pembelajaran Menengah Atas. Jakarta: Dikmenjur –
sedangkan biasa memerlukan waktu tambahan. Diknas.
Hal itu sesuai dengan Sutrisno (2007) Depdiknas. (2007). Permendiknas No. 20
perbedaan remediasi terintegrasi dengan tentang Standar Penilaian. Jakarta:
remediasi biasa hanya terletak pada waktunya. Depdiknas.
Hasil penelitian ini membuka kesempatan Effendi, M., Muhardjito, & Supriyono Koes H.
untuk pengembangan model remediasi lanjutan (2016). Pengaruh Model Pembelajaran
yang dapat langsung diterapkan dalam ECIRR Terhadap Konsep Fisika pada
pembelajaran dengan tetap memperhatikan Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Sains. 4
kondisi di lapangan. (3): 113-121.
Hamdani. (2013). Penerapan Model ECIRR
SIMPULAN DAN SARAN Menggunakan Kombinasi Real
Simpulan Laboratory dan Virtual Laboratory untuk
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Mereduksi Miskonsepsi dan
data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
tidak ada perbedaan antara kelas eksperimen Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep
yang diberikan integrasi remediasi miskonsepsi Rangkaian Listrik. Thesis Sekolah
menggunakan model ECIRR dengan kelas Pascasarjana Universitas Pendidikan
kontrol yang diberikan remediasi biasa Indonesia. Bandung.
menggunakan model ECIRR dalam Hastuti, W. J., Suyono, & Poedjiastoeti, S.
menurunkan peserta didik yang miskonsepsi (2014). Reduksi Miskonsepsi Siswa pada
dan meningkatkan hasil belajar pada materi Konsep Reaksi Redoks Melalui Model
momentum dan impuls. Perbedaannya hanya ECIRR. Jurnal Penelitian Pendidikan
pada waktu yang digunakan, dimana integrasi Kimia. 1 (1): 78-86.
remediasi lebih efesien dari segi waktu karena Huda, N. (2016). Integrasi Remediasi
dilakukan pada saat pembelajaran dan hasilnya Miskonsepsi Dengan Model Generatif
bisa menyamai remediasi biasa. Efektivitas Dalam Pembelajaran Gerak Lurus
dalam menurunkan jumlah peserta didik yang Berubah Beraturan Di Kelas X Sma
miskonsepsi (0,7016) dan meningkatkan hasil Negeri 1 Sekayam. Skripsi. Pontianak:
belajar (4,62) juga tergolong tinggi. Dengan FKIP UNTAN.
demikian, integrasi remediasi miskonsepsi Jayanti, N. P., Zulaikha, S. & Ardana, I. K.
efektif dalam menurunkan peserta didik yang (2014). Model Pembelajaran ECIRR
miskonsepsi dan meningkatkan hasil belajar Berbantuan Alat Peraga Berpengaruh
materi momentum dan impuls. Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa.
Journal Mimbar PGSD Universitas
Saran Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. 2
Berdasarkan hasil simpulan di atas dapat (1).
disarankan bahwa integrasi remediasi dapat Kartal, T., Ozturk, N., dan Yalvac, H.G. (2011).
dijadikan alternatif untuk mengefisienkan Misconceptions of Sciences Teacher
waktu dalam pelaksanaan remediasi. Kemudian Candidats about Heat and Temperature.
penelitian ini dapat dikembangkan dengan ScienceDirect. Procedia Social and
melakukan penelitian lebih lanjut untuk Behavioral Scinences. 15; 2758-2763
mengukur resistansi dari integrasi remediasi Kemendikbud. (2018). Nilai Rata-Rata Ujian
miskonsepsi. Nasional SMA 2018 Turun. (Online).
(https://www.kemendikbud.go.id, diakses
DAFTAR RUJUKAN 15 Februari 2019).
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Khairunnisa. (2018). Mengintegrasikan
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Remediasi Miskonsepsi Menggunakan
Remedial. Direktorat Pembinaan Sekolah Model Conceptual Change Tipe ECIRR
Dalam Pembelajaran Getaran Harmonis

10
di SMA Negeri 7 Pontianak. Skripsi. Berbentuk Catatan: TS tentang Impuls dan
Pontianak: FKIP UNTAN. Momentum di Kelas XI SMA Negeri 2
King, L. A. (2014). Psikologi umum. Jakarta: Pontianak Tahun Pelajaran 2012/2013.
Salemba Humanika. Skripsi. FKIP UNTAN, Pontianak.
Maulidiansyah, D. (2018). Pengembangan Tes Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan
Diagnostik Menggunakan Aplikasi Google Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Form Materi Momentum dan Impuls untuk Fisika. Jakarta: Grasindo.
Siswa SMA. Skripsi. Pontianak: FKIP Sutrisno. (2007). Fisika dan Pembelajarannya.
UNTAN. Bandung: UPI.
Nurhasanah. (2015). Integrasi Remediasi Sutrisno, L., Kresnadi, H., dan Kartono. (2007).
Miskonsepsi dalam Pembelajaran pada Pengembangan Pembelajaran IPA SD.
Materi Suhu dan Kalor di Kelas X IPA Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
MAN 1 Pontianak. Skripsi. Pontianak: Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
FKIP UNTAN. Diagnostik dalam Pembelajaran.
OECD. (2012). PISA 2012 Results (Volume 2): Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Excellence through Equity. Paris: OECD TIMSS. (2015). TIMSS infographic. (Online).
Publishing. (www.timss2015.org, diakses 20 Februari
OECD. (2016). PISA 2015 Results (Volume 1): 2019).
Excellence and Equity in Education. Paris: Wenning, C. J. (2008). Dealing More
OECD Publishing. Effectively with Alternative Conceptions
Rahardhian, A. (2012). Integrasi Remediasi in Science. Journal of Physics Teacher
Miskonsepsi dalam Pembelajaran pada Education. 5(1): 11-19.
Materi Dinamika Rotasi di Kelas XI IPA
SMA Negeri 9 Pontianak. Skripsi. UCAPAN TERIMA KASIH
Pontianak: FKIP UNTAN. Terima kasih kepada kepala sekolah, guru
Sahin, C., Ipek, H., & Cepri, S. (2010). pengajar fisika di kelas X SMA Negeri 7
Computer Supported Conceptual Change Pontianak dan pihak community development
Text: Fluid pressure. Procedia Social and dan outreaching yang telah membantu biaya
Behavioral Sciences, 2(2010):922–927. selama penelitian serta semua pihak terkait
Soeharto. (2013). Remediasi Miskonsepsi Siswa yang ikut membantu dalam pelaksanaan
Menggunakan “Text Transformation” penelitian.

11

Anda mungkin juga menyukai