Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE UNTUK MEREMEDIASI

MISKONSEPSI SISWA SMP NEGERI 23 PONTIANAK

Istnan Dikdoyo Teguh, Edy Tandililing, Hamdani


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak
Email: teguh23@gmail.com

Abstract
This research aims to know the influence of the application of the POE (predict,
observe, explain) learning model to remediate misconception of students on the
material light reflection in junior high 23 State of Pontianak. The form of this
research is pre-experimental design with one- group pre test post- test design. This
research involves 28 students IX as sample that selected by intact group.The tool
collecting data in the form of diagnostic tests in the form of multiple choice
accompanied by a reason. Average change of misconception for all Mc Nemar test
based on the question of the obtained results of χ2hitung > χ2tabel (3.84), then a change
occurred after significant student misconceptions implemented remediation. In
addition, the effectiveness of remediation using a model learning POE using the
formula obtained price proportion to decrease the amount of misconception (0.59). So
conclusion remediation using a model learning POE influential in reducing the
misconception of students on the material reflection of light. The result of this
research are expected to be an alternative in an attempt to remediate misconception
that experienced students.

Keywords: Remediation, Misconception, POE (predict, observe, explain) Learning


Model, Material Light Reflection

PENDAHULUAN mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan


Pelajaran IPA khususnya Fisika data, serta mengkomunikasikan hasil
merupakan pelajaran yang seharusnya turut percobaan secara lisan dan tertulis; 4)
memberikan sumbangan dalam menciptakan mengembangkan kemampuan bernalar dalam
sumber daya yang berkualitas. Hal ini sesuai berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
dengan dengan Permendiknas Nomor 22 menggunakan konsep dan prinsip fisika
tahun 2006 tentang standar isi bahwa untuk menjelaskanberbagai peristiwa alam
pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik dan menyelesaikanmasalah baik secara
memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) kualitatif maupun kuantitatif; 5) menguasai
membentuk sikap positif terhadap fisika konsep dan prinsip fisika serta mempunyai
dengan menyadari keteraturan dan keindahan ketrampilan mengembangkanpengetahuan,
alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan; dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
2) memupuk sikap ilmiah yang jujur, melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
bekerjasama dengan orang lain; 3) pengetahuan dan taknologi (BSNP, 2006:
mengembangkan pengalaman untuk dapat 443-444).
merumuskan masalah, mengajukan dan Berdasarkan hasil survei Programme for
menguji hipotesis melalui percobaan, International Student Assesment (PISA) pada
merancang dan merakit instrumen percobaan, tahun 2015, Indonesia menempati peringkat

1
62 dari 70 negara peserta dalam bidang sains. miskonsepsi siswa yaitu dengan cara mencari
Penelitian tersebut diselenggarakan terhadap atau mengungkap miskonsepsi yang
anak-anak usia 15 tahun. Hasil tersebut dilakukan siswa, mencoba menemukan
menunjukkan bahwa kemampuan sains siswa penyebab miskonsepsi, dan mencari
Indonesia masih rendah. Pembelajaran IPA perlakuan yang sesuai untuk mengatasi
memberikan pengaruh besar dalam miskonsepsi.
meningkatkan kemampuan sains siswa. Salah satu model pembelajaran yang
Proses transfer pengetahuan dari guru kepada dapat membantu siswa dalam
siswa bukanlah hal mudah. Bahkan apabila mengkonstruksi prakonsepsinya dengan baik
seorang guru bermaksud mentransfer konsep, adalah model pembelajaran POE karena
ide dan pengertian kepada seorang murid, prakonsepsi yang telah dimiliki siswa akan
pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikaitkan dengan pembelajaran yang
dikonstruksi oleh siswa lewat pengalamannya menuntut siswa mengamati kejadian yang
(Von Glaserfeld: 1997). Apabila konsepsi belum tentu sesuai dengan prediksi mereka
ilmiah yang diajarkan guru tidak dikonstruksi sehingga diharapkan dapat mengubah
dan diinterpretasikan dengan baik oleh siswa miskonsepsi dan menguatkan konsepsi yang
maka besar kemungkinan siswa tersebut akan telah sesuai dengan konsepsi ilmuwan.
mengalami miskonsepsi. Model pembelajaran POE merupakan
Menurut Suparno (2005) salah satu model pembelajaran dimana guru menggali
penyebab miskonsepsi adalah siswa. Hal itu pemahaman siswa dengan cara meminta
dikarenakan siswa telah memiliki konsepsi mereka melaksanakan tiga tugas utama yaitu
awal atau prakonsepsi sebelum mendapat meramalkan, mengamati, dan memberikan
pembelajaran di sekolah. Dalam penjelasan .White dan Gunstone(1992)
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memperkenalkan POE sebagai model
konsepsi awal yang terbentuk pada siswa pembelajaran yang efisien untuk
dapat sesuai ataupun tidak sesuai dengan menimbulkan ide atau gagasan siswa dan
konsepsi ahli. Jika konsepsi tersebut tidak melakukan diskusi dari ide mereka. Indrawati
sesuai dengan konsepsi ilmuwan maka siswa dan Wanwan Setiawan (2009) menyatakan,
tersebut dikatakan mengalami miskonsepsi POE adalah singkatan dari Predict-Observe-
(Tayubi, 2005). Explain. POE ini sering juga disebut sebagai
Berdasarkan rata-rata nilai hasil ulangan model pembelajaran dimana guru menggali
siswa kelas VIII SMP Negeri 23 Pontianak pemahaman peserta didik dengan cara
pada materi pemantulan cahaya, didapat nilai meminta mereka melaksanakan tiga tugas
rata-rata siswa berada di bawah kriteria utama yaitu:1) predict (meramalkan) pada
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 4,7. Hal ini tahap ini mintalah peserta didik untuk
dapat diduga bahwa siswa mengalami mengamati apa yang yang akan anda
miskonsepsi pada materi pemantulan cahaya demonstrasikan, mintalah mereka mengamati
karena menurut Shen (2011) miskonsepsi fenomena yang didemonstrasikan kemudian
memiliki sifat berulang dan mengganggu mereka memprediksi hasilnya dan
konsepsi berikutnya sehingga dalam mempertimbangkan hasil prediksinya; 2)
memahami materi pelajaran akan kesulitan observe (mengamati) pada tahap ini guru
menguasai konsep-konsep yang lain. melaksanakan kegiatan, menunjukkan proses
Untuk mereduksi miskonsepsi pada atau demonstrasi dan meminta peserta didik
siswa, perlu dilakukan remediasi. Menurut untuk mencatat apa yang terjadi; 3) explain
Sutrisno, Kresnadi dan Kartono (2007: 21) (menjelaskan) pada tahap ini guru meminta
remediasi merupakan suatu proses untuk peserta didik untuk mengajukan hipotesis
membantu siswa mengatasi miskonsepsi- mengenai mengapa terjadi seperti yang
miskonsepsi yang dimilikinya. Menurut mereka lakukan dan menjelaskan perbedaan
Suparno (2005: 55) langkah-langkah yang antara prediksi yang dibuatnya dengan hasil
dapat digunakan untuk mengatasi observasi.

2
Penelitian yang dilakukan oleh Harniyati
(2015) menunjukkan bahwa dilakukan METODE PENELITIAN
remediasi menggunakan model pembelajaran Bentuk penelitian yang digunakan
POE terdapat penurunan jumlah miskonsepsi dalam penelitian ini adalah penelitian
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Selimbau pada eksperimen dan demonstrasi. Jenis penelitian
materi fluida statis. eksperimen ini menggunakan bentuk Pre-
Berdasarkan paparan tersebut, Experimental Design dengan rancangan One
diharapkan penelitian remediasi Group Pre-Test Post-Test Design (Sugiyono,
menggunakan model pembelajaran POE 2008). Bentuk rancangan yang digunakan
dapat mereduksi miskonsepsi yang dialami dalam penelitian ini menggunakan rancangan
siswa pada materi pemantulan cahaya di sebagai berikut:
SMP Negeri 23 Pontianak.

T1 X T2

Bagan 1. Bentuk penelitian Pre-Eksperimental Design dengan rancangan One Group Pre-
Test Post-Test Design

Populasi dalam penelitian ini adalah Tahap Pelaksanaan


seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 23 Langkah-langkah yang dilakukan pada
Pontianak tahun ajaran 2016/2017 yang telah tahap pelaksanaan antara lain: (1)
mengikuti pelajaran IPA Fisika tentang memberikan pre-test untuk mengetahui
pemantulan cahaya yang terdiri dari 5 kelas jumlah siswa yang miskonsepsi; (2)
(IX A, IX B, IX C, IX D, IX E). Sampel yang melaksanakan kegiatan remediasi pada kelas
digunakan dalam penelitian ini adalah kelas eksperimen menggunakan model POE; (3)
IX A yang berjumlah 28 siswa yang memberikan post-test pada kelas eksperimen
ditentukan dengan cara diundi. Alat untuk mengetahui perubahan jumlah
pengumpul data pada penelitian ini adalah tes miskonsepsi.
diagnostik berupa pilihan ganda dengan tiga
alternatif pilihan beserta alasan yang Tahap Akhir
diberikan pada kelas eksperimen berupa tes Langkah-langkah yang dilakukan pada
awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). tahap akhir antara lain: (1) menganalisis data
Prosedur penelitian dalam penelitian ini dengan menganalisis miskonsepsi sebelum
terdiri dari tiga tahap sebagai berikut: dan sesudah remediasi serta menentukan
efektifitas pengajaran; (2) menarik
Tahap Persiapan kesimpulan; (3) menyusun laporan
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian.
tahap persiapan antara lain: (1) mengurus
surat permohonan riset; (2) mengadakan HASIL PENELITIAN DAN
observasi ke SMP Negeri 23 Pontianak; (3) PEMBAHASAN
menyiapkan instrumen tes penelitian; (4) Hasil Penelitian
mengkonsultasikan dan memvalidasi Pre-test diberikan dengan kegunaan
instrumen tes; (5) merevisi dan menghitung mengetahui jumlah siswa yang mengalami
tingkat validitas instrumen tes; (6) miskonsepsi sebelum diberikan perlakuan.
memengujicobakan instrumen tes; (7) Kemudian direkapitulasi untuk diremediasi
menghitung reliabilitas instrumen tes. menggunakan model pembelajaran POE.
Pada post-test diberikan soal yang sama
dengan soal pre-test namun dengan susunan

3
yang berbeda pada beberapa soal. Setelah Profil Miskonsepsi Siswa kelas IX A SMP
soal post-test diberikan, selanjutnya jawaban Negeri 23 Pontianak
siswa direkapitulasi untuk dianalisis agar Berdasarkan tabel jawaban-jawaban
diketahui profil miskonsepsi yang dialami siswa yang tergolong miskonsepsi
siswa, pengaruh penerapan model POE diidentifikasi untuk kemudian dianalisis
terhadap konsepsi siswa dan efektifitasnya bentuk-bentuk miskonsepsi yang dialami
dalam meremediasi miskonsepsi. siswa pada tiap konsepnya. Hasil analisis
bentuk-bentuk miskonsepsi tersebut disajikan
dalam bentuk tabel.

Tabel 1. Profil Miskonsepsi Siswa Pada Hukum Pemantulan Cahaya

Jumlah Siswa %
Indikator Bentuk Miskonsepsi
Pre-Test Post-Test
Siswa Menganggap Bahwa
Sudut Datang Dibentuk Oleh
40,31% 11,72%
Sinar Datang Dengan Bidang
Pantul
Menjelaskan Siswa Menganggap Sudut
Hukum Datang Dibentuk Oleh Garis
68,01% 12,33%
Pemantulan Normal Dan Sinar Pantul yang
Cahaya Pada Berimpit
Cermin Sudut Datang Adalah Sudut yang
Arah Panahnya ke 17,47% 3,98%
Cermin/Bidang Pantul
Sudut Akan Lebih Besar
18,26% 6,40%
Daripada Sudut Datang

Pada indikator menjelaskan hukum dibentuk oleh garis normal dan sinar pantul
pemantulan cahaya pada cermin, terdapat yang berimpit. Sedangkan pada saat
siswa yang mengalami miskonsepsi. Saat diberikan soal post-test bentuk miskonsepsi
diberikan soal pre-test sebanyak 68,01% tersebut berkurang menjadi 12,33%.
siswa beranggapan bahwa sudut datang

Tabel 2. Profil Miskonsepsi Siswa Pada Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar

Jumlah Siswa %
Indikator Bentuk Miskonsepsi
Pre-Test Post-Test
Cermin Datar Dan Tegak
Sehingga Bayangan yang 14,94% 7,30%
Dihasilkan Akan Sama
Karena Tinggi Benda Dan
Mendeskripsikan
Cermin Sama Sehingga Tinggi 26,47% 10,22%
Sifat-Sifat
Bayangan Akan Sama
Bayangan yang
Jarak Benda Dekat Dengan
Terbentuk Pada
Cermin Sehingga Bayangan 53,51% 16,84%
Cermin Datar
Akan Terlihat Sama
Sifat Bayangan Cermin Adalah
Rekayasa Sehingga Bayangan 71,48% 20.36%
Tampak Terbalik

4
Berdasarkan Tabel 2 bentuk sebesar 71,48%. Setelah diberikan remediasi
miskonsepsi terbanyak yang dialami siswa dan diberikan soal post-test sebanyak 20,36%
saat diberikan soal pre-test yaitu siswa siswa masih mengalami bentuk miskonsepsi
menganggap sifat bayangan cermin adalah yang sama.
rekayasa sehingga bayangan tampak terbalik

Tabel 3. Pofil Miskonsepsi Siswa Pada Pemantulan Cahaya Pada Cermin Cekung

Jumlah Siswa %
Indikator Bentuk Miskonsepsi
Pre-Test Post-Test
Cermin Cekung Bersifat
64,93% 23,90%
Memperbesar Bayangan
Apabila Sinar Datang
Menuju Titik Fokus
54,72% 30,31%
Maka Sinar Pantul Akan
Ke Sumbu Utama
Sinar Datang
Dipantulkan Ke titik
Mendeskripsikan Proses
Fokus Maka Bayangan 44,61% 28,18%
Pembentukan Dan Sifat-
yang Dipantulkan Akan
Sifat Bayangan Pada
Tegak Lurus
Cermin Cekung
Apabila Benda Di
Ruang I Maka
59,43% 21,08%
Bayangan Akan Di
Ruang III
Sinar Datang Dari Titik
Fokus Maka Akan
55,72% 21,73%
Dipantulkan Ke Titik Itu
Juga

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat pada beranggapan bahwa cermin cekung bersifat
indikator mendeskripsikan proses memperbesar bayangan. Namun setelah
pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada diberikan remediasi menggunakan model
cermin cekung terdapat bentuk miskonsepsi pembelajaran POE, bentuk miskonsepsi
terbesar yang dialami siswa saat diberikan tersebut terjadi penurunan menjadi 23,90%.
soal pre-test. Sebanyak 64,93% siswa

Tabel 4. Profil Miskonsepsi Siswa Pada Pemantulan Cahaya Pada Cermin Cekung

Jumlah Siswa %
Indikator Bentuk Miskonsepsi
Pre-Test Post-Test
Cermin Cembung Bersifat
36,80% 12,84%
Memperbesar Bayangan
Mendeskripsikan Proses Apabila Sinar Datang
Pembentukan Dan Sifat- Menuju Titik Fokus Maka
94,81% 17,63%
Sifat Bayangan Pada Sinar Pantul Akan Ke
Cermin Cembung sumbu Utama
Sinar Datang Menuju
39,65% 29,06%
Titik Fokus Dipantulkan

5
Sejajar Sumbu Utama
Apabila Sinar Datang
Menuju Titik Fokus Maka
Akan Dipantulkan Ke 47,33% 10,08%
Arah Pusat Kelengkungan
Cermin
Sinar Datang Ke Titik
Fokus Maka Akan
52,63% 19,86%
Dipantulkan Ke Titik Itu
Juga

Selanjutnya, pada Tabel 4 dapat dilihat Pengaruh Model POE terhadap


untuk indikator mendeskripsikan proses perubahan konsepsi siswa
pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada Terdapat perubahan konsepsi siswa
cermin cembung, bentuk miskonsepsi setelah dilakukan remediasi menggunakan
terbesar yang dialami siswa yaitu siswa model pembelajaran POE (predict, observe,
beranggapan bahwa apabila sinar datang explain). Perubahan konsepsi siswa tersebut
menuju titik fokus maka sinar pantul akan ke dialami pada setiap konsep-konsep
sumbu utama yaitu sebesar 94,81%. Namun pemantulan cahaya pada cermin. Besarnya
setelah dilakukan remediasi terjadi perubahan konsepsi siswa pada tiap konsep
penurunan menjadi 17,63%. dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Hasil Uji McNemar Perubahan Konsepsi Siswa Pada Konsep Hukum
Pemantulan Cahaya

Nomor Soal
Konsep χ2 Signifikansi
Pre-Test Post-Test
Hukum 1 1 13,47 Signifikan
Pemantulan 2 7 6,66 Signifikan
Cahaya 3 4 11,52 Signifikan

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan pre-test nomor satu dan post-test nomor satu
bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan nilai χ2 sebesar 13,47. Sedangkan
menggunakan model POE didapatkan hasil perubahan konsepsi terkecil yang dialami
yang signifikan untuk semua soal dengan siswa terdapat pada soal pre-test nomor dua
konsep hukum pemantulan cahaya. dan post-test nomor tujuh dengan nilai χ2
Perubahan paling signifikan terjadi pada soal sebesar 6,66.

Tabel 6. Hasil Uji McNemar Perubahan Konsepsi Siswa Pada Konsep Pemantulan
Cahaya Pada Cermin Datar

Nomor Soal
Konsep χ2 Signifikansi
Pre-Test Post-Test
4 2 12,19 Signifikan
Pemantulan
5 3 10,41 Signifikan
Cahaya Pada
6 6 5,26 Signifikan
Cermin Datar
7 5 9,6 Signifikan

6
Berdasarkan Tabel 6 perubahan yang pada soal pre-test nomor empat dan post-test
signifikan juga terjadi pada semua soal nomor dua dengan nilai χ2 sebesar 12,19.
dengan konsep pemantulan cahaya pada Sedangkan perubahan konsepsi siswa terkecil
cermin datar. Perubahan yang signifikan ini terdapat pada soal pre-test nomor enam dan
terjadi setelah dilakukannya remediasi post-test nomor enam dengan nilai χ2 sebesar
menggunakan model pembelajaran POE. 5,26.
Perubahan konsepsi siswa terbesar terdapat

Tabel 7. Hasil Uji McNemar Perubahan Konsepsi Siswa Pada Konsep Pemantulan
Cahaya Pada Cermin Cekung

Nomor Soal
Konsep χ2 Signifikansi
Pre-Test Post-Test
8 8 11,52 Signifikan
Pemantulan
9 9 5,88 Signifikan
Cahaya Pada
10 10 5,88 Signifikan
Cermin Cekung
11 11 12,50 Signifikan

Berdasarkan Tabel 7 setelah dilakukan nomor 11 dengan nilai χ2 yaitu 12,50.


remediasi menggunakan model pembelajaran Sedangkan perubahan konsepsi siswa terkecil
POE, semua soal konsep mengenai setelah dilakukan remediasi menggunakan
pemantulan cahaya pada cermin cekung model pembelajaran POE terdapat pada soal
mengalami perubahan yang signifikan. pre-test nomor sembilan dan sepuluh serta
Perubahan konsepsi siswa terbesar terdapat soal post-test nomor sembilan dan sepuluh
pada soal pre-test nomor 11 dan post-test dengan nilai χ2 yang sama yaitu 5,88 .

Tabel 8. Hasil Uji McNemar Perubahan Konsepsi Siswa Pada Konsep Pemantulan
Cahaya Pada Cermin Cembung

Nomor Soal
Konsep χ2 Signifikansi
Pre-Test Post-Test
Pemantulan 12 12 8,45 Signifikan
Cahaya 13 15 5,56 Signifikan
Pada 14 13 10,31 Signifikan
Cermin
15 14 8,67 Signifikan
Cembung

Selanjutnya, berdasarkan Tabel 8 dapat Efektifitas Model POE Dalam


dilihat besarnya perubahan konsepsi siswa Meremediasi Miskonsepsi Siswa
setelah dilakukan remediasi menggunakan Efektifitas model pembelajaran POE
model pembelajaran POE pada setiap soal ditentukan dengan tingkat efektifitas menurut
mengenai konsep pemantulan cahaya pada aturan ruas jari setelah diketahui adanya
cermin cembung. Perubahan konsepsi perubahan konsepsi siswa setelah
terbesar yang dialami siswa pada konsep ini dilaksanakannya remediasi. Untuk
terdapat pada soal pre-test nomor 14 dan menentukan efektifitas dihitung dengan
post-test nomor 13 dengan nilai χ2 yaitu rumus harga proporsi penurunan
10,31. Sedangkan perubahan konsepsi siswa miskonsepsi. Berdasarkan Tabel 9 dapat
terkecil terdapat pada soal pre-test nomor 13 diketahui bahwa remediasi menggunakan
dan post-test nomor 15 dengan nilai χ2 5,56. model POE dapat menurunkan jumlah
miskonsepsi siswa pada materi pemantulan

7
cahaya. Harga proporsi penurunan jumlah konsep pemantulan cahaya pada cermin
miskonsepsi siswa terbesar terjadi pada cekung 52%. Besarnya efektifitas model POE
konsep pemantulan cahaya pada cermin dapat dilihat melalui rata-rata harga proporsi
cembung 65%. Sedangkan proporsi yaitu sebesar 59,0% atau memiliki efektifitas
penurunan julah miskonsepsi terkecil pada yang sedang menurut aturan ruas jari.

Tabel 9. Efektifitas Penerapan Model POE Pada Materi Pemantulan Cahaya

Konsep Sa Sp ∆S Efektifitas
Hukum
Pemantulan 41 15 0,63 Sedang
Cahaya
Pemantulan
Cahaya Pada 32 14 0,56 Sedang
Cermin Datar
Pemantulan
Cahaya Pada
42 20 0,52 Sedang
Cermin
Cekung
Pemantulan
Cahaya Pada
43 15 0,65 Sedang
Cermin
Cembung
Rata-Rata 0,59 Sedang

Pembahasan pada konsep pemantulan cahaya pada cermin


Berdasarkan profil miskonsepsi peserta datar.
didik pada setiap soal terlihat bahwa Berdasarkan tabel hasil rekapitulasi
miskonsepsi tertinggi pada saat pre-test jumlah peserta didik yang mengalami
adalah pada konsep pemantulan cahaya pada miskonsepsi pada pre-test dan post-test
cermin cembung (88,04%). Peserta didik terlihat bahwa pada konsep hukum
beranggapan bahwa apabila sinar datang pemantulan cahaya terjadi selisih penurunan
menuju titik fokus maka sinar pantul akan ke miskonsepsi yang cukup tinggi sebesar
sumbu utama. Sedangkan miskonsepsi 75,02%. Hal ini menunjukkan bahwa
tertinggi pada saat post-test terdapat pada penerapan model pembelajaran POE dapat
konsep pemantulan cahaya pada cermin datar mereduksi jumlah peserta didik yang
(16,30%). Peserta didik menganggap jarak mengalami miskonsepsi. pada model POE
benda dekat cermin sehingga bayangan akan terdapat tiga tahapan pembelajaran yaitu
terlihat sama. Selain itu peserta didik juga predict (membuat prediksi terhadap suatu
beranggapan bahwa karena tinggi benda dan masalah), observe (mengamati suatu
dan cermin sama sehingga tinggi bayangan percobaan terhadap masalah yang dihadapi),
akan sama. Miskonsepsi peserta didik yang explain (penjelasan terhadap prediksi awal
masih tinggi pada saat post-test dikarenakan dan hasil pengamatan).
pada saat melakukan percobaan peserta didik Pada tahap prediksi (predict) peserta
sulit untuk membuktikanwalaupun pada didik diberikan suatu permasalahan mengenai
tahap explain peneliti telah menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin, salah
dengan bantuan melukiskan sinar-sinar satunya mengenai konsep hukum pemantulan
istimewa cermin datar di papan tulis. Namun, cahaya. Peserta didik diminta membuat
peserta didik tetap mengalami miskonsepsi prediksi mengenai besar sudut pantul yang
terbentuk dari sebuah sudut datng sebesar

8
30o. Kemudian sudut datangnya diubah prediksi awal peserta didik tidak sesuai
menjadi lebih besar. Beberapa peserta didik dengan hasil observasi maka akan terjadi
menganggap walaupun sudut datangnya konflik kognitif pada diri peserta didik.
diubah, sudut pantul yang dihasilkan akan Sehingga peserta didik merasa tidak puas
berbeda dengan sudut datang. Dalam dengan hasil observasi yang dilakukan. Jika
membuat prediksi ini, peserta didik juga dugaan peserta didik tidak terjadi dalam
menyertakan alasan dalam membuat pengamatan yang dilakukan maka peneliti
prediksinya. Sehingga pada tahap ini peserta menunjukkan percobaan dengan hasil yang
didik diberikan kesempatan untuk benar dan mencocokkan dengan prediksi
mengungkapkan pendapatnya meneganai yang dibuat. Setelah terjadi konflik kognitif,
konsep yang dimiliki. diharapkan konsep peserta didik perlahan-
Menggali konsepsi awal peserta didik lahan sesuai dengan konsep ilmuwan.
dilakukan untuk mengawali pembelajaran Karena adanya perbaikan konsep yang
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana mereka temukan sendiri dari kegiatan
pemahaman dan konsepsi awal peserta didik observasi akan lebih bermakna dan selalu
mengenai materi pemantulan cahaya pada diingat. Hal ini sesuai dengan pendapat
cermin. Apabila konsepsi awal peserta didik Wenno (dalam Suhailah: 2011) yang
telah diketahui, maka untuk pembelajaran menyatakan bahwa peserta didik lebih mudah
selanjutnya akan mudah dilakukan. Piaget memahami konsep-konsep yang rumit jika
(dalam Pradistawaty: 2008) mengungkapkan disertai dengan contoh-contoh konkret yang
bahwa mengajar dianggap bukan sebagai sesuai dengan kondisi yang dihadapi, dengan
proses dimana gagasan-gagasan guru mempraktekkan sendiri upaya penemuan
dipindahkan ke peserta didik melainkan konsep memalui kegiatan observasi.
sebagai proses untuk mengubah gagasan- Berdasarkan hasil uji McNemar
gagasan peserta didik yang sudah ada yang perubahan konsepsi siswa pada semua
mungkin salah. Dengan demikian akan konsep, terlihat bahwa terdapat penurunan
diketahui konsepsi awal peserta didik sesuai miskonsepsi antara pre-test dan post-test.
atau tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Hasil perhitungan menggunakan uji
Pada tahap observasi (observe) peserta McNemar dalam tabel diperoleh 𝜒 2 hitung
didik melakukan percobaan untuk menguji (10,55; 7,36; 8,94; 6,24) > 𝜒 2 tabel (3,84) maka
kebenaran prediksi yang telah mereka buat terdapat penurunan miskonsepsi yang
berkaitan dengan permasalahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
diberikan diawal berbantuan LKS. Peserta dilaksanakan remediasi menggunakan model
didik mencatat hasil pengamatan sudut yang POE. Hal ini disebabkan pemahaman peserta
terbentuk ketika sudut datang diubah menjadi didik yang telah berubah setelah melakukan
50o dan 75o. pada saat observasi didapat eksperimen pada tahap observasi (observe).
besar sudut pantul yang dihasilkan pada saat Peserta didik dapat membuktikan sendiri
sudut datang diubah menjadi 50o adalah 50o konsepsi awal yang dimilikinya dengan
dan apabila sudut datangnya diubah menjadi konsep ilmuwan, sehingga memudahkan
75o sudut pantul yang dihasilkan 75o. peserta didik untuk mengetahui letak
sehingga peserta didik dapat mengaitkan kekeliruan yang dilakukan pada saat prediksi.
prediksi mereka sebelumnya dengan hasil Menurut Roestiyah (dalam Handayani: 2013)
pengamatan yang mereka peroleh saat dengan melakukan eksperimen peserta didik
percobaan.pada tahap menjelaskan (explain) menemukan bukti kebenaran dari teori yang
peserta didik memberikan penjelasan sedang dipelajarinya.
mengenai kesesuaian antara dugaan yang Secara umum, remediasi menggunakan
mereka buat dengan hasil pengamatan yang model POE untuk mereduksi miskonsepsi
telah dilakukan pada tahap observasi. Dalam siswa pada materi pemantulan cahaya di
hal ini, peserta didik dibantu peneliti kelas IX A SMP Negeri 23 Pontianak sudah
meluruskan konsepsi yang keliru. Apabila efektif. Remediasi menggunakan model POE

9
memberikan tingkat efektifitas untuk rata- model POE pada materi pemantulan cahaya
rata proporsi penurunan jumlah miskonsepsi di kelas IX SMP Negeri 23 Pontianak
siswa sebesar 0,5559 atau jika berpengaruh signifikan terhadap perubahan
dipersentasekan menjadi 55,59% dengan konseptual siswa dengan nilai 𝜒 2 hitung >
kategori sedang menurut aturan ruas jari. 𝜒 2 tabel; (3) efektifitas remediasi menunjukkan
Remediasi menggunakan model POE bahwa penggunaan model POE efektif dalam
dapat menjadi pilihan efektif untuk meremediasi miskonsepsi siswa pada materi
meremediasi miskonsepsi peserta didik pada pemantulan cahaya di kelas IX SMP Negeri
konsep-konsep fisika karena adanya tiga 23 Pontianak, hal ini dibuktikan dengan nilai
tahapan remediasi yaitu predict (menggali persentase efektifitas untuk rata-rata
konsepsi awal), observe (melakukan penurunan jumlah miskonsepsi siswa sebesar
percobaan untuk membuktikan prediksi), dan 55,59% atau kategori sedang menurut aturan
explain (penjelasan mengenai konsep yang ruas jari.
benar). Hal ini juga terjadi pada penelitian
Mursalin (2013) yang menunjukkan adanya Saran
perbedaan pemahaman peserta didik pada Berdasarkan kesimpulan dan hasil dari
materi rangkaian listrik antara peserta didik penelitian yang telah dilakukan, beberapa
yang mengalami pembelajaran POE dengan saran yang peneliti dapat sampaikan antara
pembelajaran konvensional. Pembelajran lain: (1) untuk materi yang menuntut adanya
POE juga efektif dalam meminimalkan kegiatan praktikum, sebaiknya alat dan bahan
miskonsepsi peserta didik. Penelitian lain telah disiapkan diatas meja masing-masing
yang dilakukan oleh Harniyati (2015) kelompok sehingga kegiatan praktikum
menunjukkan bahwa remediasi menggunakan berjalan baik; (2) pengalokasian waktu untuk
pembelajaran POE dapat menurunkan setiap tahap pembelajaran (kegiatan inti)
miskonsepsi siswa kelas XI SMA Negeri 1 menggunakan model prediction, observe,
Selimbau pada materi fluida statis. explain (POE) harus diperhitungkan secara
tepat sehingga setiap tahap dapat terlaksana
SIMPULAN DAN SARAN dengan baik.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat DAFTAR RUJUKAN
disimpulkan bahwa penerapan model POE Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
(predict, observe, explain) di kelas IX SMP Standar Isi. Jakarta: Departemen
Negeri 23 Pontianak efektif dalam Pendidikan Nasional.
meremediasi miskonsepsi siswa pada materi Harniyati, Mantari. 2015. Remediasi
pemantulan cahaya. Rincian kesimpulan Miskonsepsi Siswa pada Materi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Fluida Statis Menggunakan
(1) pada konsep pemantulan cahaya siswa Pembelajaran Predict, Observe,
menganggap sudut datang dibentuk oleh Explain (POE) di Kelas XI IPA SMA
garis normal dan sinar pantul yang berimpit Negeri 1 Selimbau. Skripsi. Fakultas
68,01%, pada konsep pemantulan cahaya Keguruan dan Ilmu Pendidikan
pada cermin datar siswa menganggap sifat Universitas Tanjungpura Pontianak.
bayangan cermin adalah rekayasa sehingga Handayani, Dwi. A. 2013. Remediasi
bayangan tampak terbalik 71,48%, pada Miskonsepsi Siswa Tentang Cermin
konsep pemantulan cahaya pada cermin Menggunakan Metode Eksperimen
cekung siswa menganggap cermin cekung Berbantuan Pendekatan Tutor
bersifat memperbesar bayangan 64,93%, Sebayadi Kelas VIII Mts Negeri 1
pada konsep pemantulan cahaya pada cermin Pontianak. Skripsi. Universitas
cembung siswa menganggap apabila sinar Tanjungpura Pontianak.
datang menuju titik fokus maka sinar pantul Indrawati, Wanwan. 2009. Pembelajaran
akan ke sumbu 94,81% ; (2) penerapan Aktif, Kreatif, Efektif dan

10
Menyenangkan Untuk Guru SD. (www.
Jakarta: PPPPTK IPA. Siafiff.com/kuliah/sukma/…/BAB%20I
Mursalin. 2013. Meminimalkan Miskonsepsi V/2025%/200f3b_2doc. Diakses 17 Juli
pada Materi LIstrik dengan 2017).
Pembelajaran Predict-Observe-Explain. Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan
Jurnal Ilmu Pendidikan. (online). Perubahan Konsep dalam Pendidikan
(http://arb.zcer.org/strategies/poe.php. Fisika. Jakarta: Grasindo.
diakses 3 maret 2017). Sutrisno, L, Kresnadi, H, Kartono. 2007.
Pradistawaty. 2008. Teori-Teori Belajar Pengembangan Pembelajaran IPA
Piaget. (Online). SD. Pontianak. LPJJ PGSD.
(http://pradistawaty.wordpress.com/teori Tayubi.2005.Identifikasi Miskonsepsi Pada
-teori-belajar-piaget/, diakses 3 Juli Konsep-Konsep Fisika. (online).
2017). (www.digilib.uinsby.ac.id/10943/9/Daft
Shen,M.M. 2011. Miskonsepsi ar%20Pustaka.pdf. diakses 15 Februari
Pembelajaran di Sekolah. LPMP: 2017).
NTB. Von, Galsserfeld. 1997. A Constructivist
Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Approach to Teaching. In L. Steffe &
Penelitian. Bandung: Alfabeta. J. Gale (Eds), Constructivism in
Suhailah, Ulpiyah. 2011. Implikasi Education. Hillsdale: Lawrence
Pembelajaran Biologi Melalui Erlbaum.
Pendekatan Ketrampilan Proses White, R., Richard Gunstone. 1992. Probing
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Understanding. Hongkong: Graphicaft
X SMA Mta Surakarta. (online). Typesetters Ltd.

11

Anda mungkin juga menyukai