Anda di halaman 1dari 10

p-ISSN: 1693-1246 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 49-58

e-ISSN: 2355-3812 DOI: 10.15294/jpfi.v11i1.4003


Januari 2015 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN


MODEL KONTEKSTUAL (CTL) DENGAN METODEPREDICT,
OBSERVE, EXPLAIN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
TINGKAT TINGGI

THE EFFECTIVENESS OF PHYSICS COURSE USING


CONTEXTUAL MODELS (CTL) WITH POE (PREDICT,
OBSERVE, EXPLAIN) METHODS TOWARD HIGH-ORDER
THINKING SKILL

M. Fayakun*, P. Joko
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, DIY, Indonesia

Diterima: 11 Oktober 2014. Disetujui: 20 November 2014. Dipublikasikan: Januari 2015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kontekstual dengan metode POE
terhadap pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi fluida statis. Jenis penelitian ini
adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok pretes-postes. Pengambilan sampel dengan teknik acak
sederhana untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah tes berupa instrumen soal pretes dan postes. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji t satu
pihak berdasarkan nilai sig.serta normalized gain (N-gain). Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa
model pembelajaran kontekstual dengan metode POE berpengaruh positif dan mampu meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa daripada siswa yang menggunakan metode konvensional. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil uji t dengan nilai sig. skor posttest yaitu 0,001 dan hasil uji peningkatan dengan
N-gain kelas eksperimen berada pada kategori sedang, lebih tinggi daripada kategori kelas kontrol yaitu
rendah.

ABSTRACT

This research aimed to know the effectiveness of contextual teaching and learning model (CTL) with
POE method toward students’ high order thinking skill attainment on static fluids. This research is quasi
experiment with Pretest-Posttest Control Group Design. Sample taking was done with simple random
sampling technique to find experiment and control class. The technique used was instrument test called
pretest and posttest. Technique of analizing data used t-test one tailed based on sig value and normalized
gain (N-gain). The data analysis result showed that CTL model with POE method gave possitive influence
and could increase students’s high order thinking skill. This was showed by result of sig. value posttest score
which reached 0,001 and result of attainment with N-gain got by experiment class which was in medium
category, higher than control class category.

© 2015 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang

Keywords: Contextual Teaching Learning models; high-order thinking skill; POE methods; static fluida

PENDAHULUAN pendidikan adalah hasil belajar. Hasil belajar


yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui
Salah satu indikator peningkatan mutu proses belajar yang bermutu. Jika terjadi bela-
*Alamat Korespondensi: jar yang tidak optimal menghasilkan skor ujian
Jl. Marsda Adisucipto, Yogyakarta 55281 yang baik maka dapat dipastikan bahwa hasil
E-mail: faymuslim@gmail.com
50 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 49-58

belajar tersebut semu (Tirtaraharja, 2005). Ha- man. Pengalaman itu terjadi karena interaksi
sil survey TIMSS pada tahun 2011 menempat- manusia dengan lingkungan, baik lingkungan
kan Indonesia pada posisi 40 dari 42 negara fisika maupun sosial (Tirtaraharja, 2005). Pem-
pesera. Kemampuan sains peserta Indonesia belajaran fisika memerlukan model atau me-
masih rendah dan tergolong dalam Low Ben- tode pembelajaran yang mengantarkan siswa
chmark. TIMSS mengukur kemampuan kognitif dari pengalaman sehari-hari ke materi fisika.
pada ranah knowing, applying, dan reasoning Model Contextual Teaching and
(Martin, 2012).Soal TIMSS mengukur kemam- Learning(CTL) adalah konsep belajar yang
puan siswa dalam hal (1) memahami informasi membantu guru mengaitkan antara materi yang
yang komplek; (2) teori, analisis, dan pemeca- diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
han masalah; (3) pemakaian alat dan prosedur; mendorong siswa membuat hubungan antara
dan (4) melakukan investigasi (Rosana, 2013). pengetahuan yang dimilikinya dengan penera-
Kemampuan berpikir tingkat tinggi meru- pannya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto,
pakan kemampuan aktif siswa ketika mengha- 2009). Tahap inkuiri model kontekstual (CTL)
dapi permasalahan yang tidak biasa, ketidak- memerlukan prosedur ilmiah untuk menemu-
tentuan, pertanyaan, dan dilema. Kemampuan kan konsep dari hasil praktikum. Metode pre-
ini terus berkembang maju memberikan hasil dict, observe, explain (POE) merupakan suatu
yang berlaku sesuai dengan pengetahuan dan metode pembelajaran yang menggunakan tiga
pengalaman (King, 1997). Kemampuan berpi- langkah utama dari metode ilmiah yaitu predic-
kir tingkat tinggi mencakup kemampuan kog- tion atau membuat prediksi; observation atau
nitif pada ranah menganalisis (C4), mengeva- pengamatan; dan explanation atau penjela-
luasi (C5), dan mengkreasi (C6) (Pohl, 2000). san antara dugaan dengan konsep yang ada
Indikator untuk mengukur kemampuan berpikir (Suparno, 2007). Pembelajaran menggunakan
tingkat tinggi meliputi (Lewy, 2009). model CTL mengembangkan siswa untuk me-
A. Menganalisis nemukan konsep melalui metode POE. Metode
• Menganalisis informasi yang masuk dan POE merupakan prosedur ilmiah yang dapat
membagi-bagi atau menstrukturkan in- dilakukan siswa.Prosedur ilmiah merupakan
formasi kedalam bagian yang lebih kecil upaya untuk melatih kemampuan berpikir ting-
untuk mengenali pola atau hubungan- kat tinggi siswa. Perubahan yang timbul kare-
nya. na proses belajar bersifat efektif yakni berhadil
• Mampu mengenali serta membedakan guna. Artinya, perubahan tersebut membawa
faktor penyebab dan akibat dari sebuah pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi
skenario yang rumit. siswa (Muhibbin, 2008). Mengetahui efektivitas
• Mengidentifikasi atau merumuskan per- suatu pembelajaran dengan melihat pengaruh
tanyaan pada siswa. Siswa yang mengikuti pembela-
B. Mengevaluasi jaran secara langsung akan memiliki kemam-
• Memberikan penilaian terhadap solusi, puan merumuskan dan menemukan konsep.
gagasan, dan metodologi dengan meng- Kemampuan ini digunakan untuk memecahkan
gunakan kriteria yang cocok atau stan- persoalan dan masalah yang dihadapi siswa
dar yang ada untuk memastikan nilai dalam kehidupan sehari-hari.
efektivitas atau manfaatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk men-
• Membuat hipotesis, mengkritik dan me- getahui efektivitas model contextual teaching
lakukan pengujian. and learning (CTL) dengan metode POE ter-
• Menerima atau menolak suatu pernya- hadap pencapaian kemampuan berpikir tingkat
taan berdasarkan kriteria yang telah di- tinggi siswa pada materi fluida statis.
tetapkan
C. Mengkreasi METODE
• Membuat generalisasi suatu ide atau
cara pandang terhadap sesuatu Penelitian ini menggunakan desain eks-
• Merancang suatu cara untuk menyeles- perimen semu dengan pretest posttest control
aikan masalah group design. Populasi penelitian ini adalah
• Mengorganisasikan unsur-unsur atau kelas XI IPA SMA N 8 Yogyakarta berjumlah
bagian-bagian menjadi struktur baru enamkelas. Pengambilan sampel dilakukan
yang belum pernah ada sebelumnya. dengan metode simple random sampling yang
Manusia memiliki sejumlah kemampuan mensyaratkan populasi homogen (Sugiyono,
yang dapat dikembangkan melalui pengala- 2012). Populasi homogen berarti setiap kelas
M. Fayakun & P. Joko - Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Kontekstual 51

dalam populasi memiliki keadaan yang sama mogenitas populasi. Homogen pada populasi
atau tidak ada bedanya antara satu kelas den- dilihat dengan uji Levene, uji normalitas, dan
gan kelas yang lain. Penentuan populasi ho- uji one way anova. Kemampuan awal siswa
mogen atau tidak menggunkan uji homoge- diperoleh dari skor pretest sebelum kedua ke-
nitas, uji normalitas, dan uji one way anova. lompok mendapat perlakuan. Analisis terha-
Teknik pengumpulan data menggunakan tes dap skor pretest menunjukkan bahwa nilai sig.
dengan soal pretest dan posttest dalam ben- (2-tailed) sebesar 0,140 yang berarti lebih be-
tuk essay. Uji homogenitas (varians) menggu- sar dari pada taraf signifikansi α. Maka dapat
nakan uji Levene untuk mengetahui sampel diketahui bahwa kemampuan awal siswa kelas
penelitian dalam keadaan homogen. Uji nor- eksperimen dan kelas kontrol sebelum menda-
malitas dengan Kolmogorov-Smirnov untuk pat perlakuan adalah sama.
menunjukkan data dalam keadaan terdistribu- Perbedaan hasil belajar kemampuan
si normal. Teknik analisis data menggunakan berpikir tingkat tinggi pada siswa kelas eksperi-
statistik parametrik yang mengasumsikan data men dan kelas kontrol dilihat dari skor posttest.
terditibusi normal dan homogen. Statistik pa- Skor posttest tersebut diuji secara statistik den-
rametrik menggunakan uji t one tailed pihak gan uji t dua pihak menggunakan SPSS 16.
kanan untuk mengetahui pengaruh serta uji N- Hasil analisa tersebut disajikan dalam Tabel 2.
gain untuk mengetahui peningkatan kemampu- Ada perbedaan atau tidak ada perbe-
an berpikir tingkat tinggi siswa.Uji t one tailed daan rata-rata skor posttest kelas eksperimen
menggunkan bantuan software SPSS 16 da- dan kelas kontrol dilihat dari nilai sig. (2-tailed)
lam proses analisis data. Uji hipotesis dengan yang dibandingkan dengan taraf siginifikansi α
melihat nilai sig. yang diperoleh dari analisis yaitu 5% atau 0,05. Berdasarkan tabel 2 ter-
melalui program SPSS 16.Kategori peningka- lihat bahwa nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,002
tan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di- yang berarti lebih kecil dari pada taraf signi-
lihat dengan menggunakan persamaan N-gain fikansi α. Maka dapat diketahui bahwa ada
(Meltzer, 2002) sebagai berikut: perbedaan hasil belajar kemampuan berpikir
posttest score − pretest score tingkat tinggi antara siswa kelas eksperimen
N − gain =
maximum possible score − pretes score dan kelas kontrol. Selanjutnya untuk mengeta-
Klasifikasi N-gain ternormalisasi menu- hui pengaruh dan keefektifan perlakuan yang
rut Richard R. Hake dapat dilihat pada tabel di diberikan di kelas eksperimen dilakukan uji lan-
bawah ini (Hake, 1998): jutan menggunakan uji t satu pihak kanan. Uji
t satu pihak dilakukan melalui program SPSS
Tabel 1. Klasifikasi N-gain 16. Berdasarkan tabel 4 terlihat nilai sig. (1-tai-
led) sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari
Nilai N-gain Klasifikasi taraf signifikansi α 5% atau 0,05. Maka dapat
0,70 < N-gain ≤ 1,00 Tinggi disimpulkan bahwa perlakuan (pembelajaran
0,30 < N-gain ≤ 0,70 Sedang menggunakan model kontekstual (CTL) den-
N-gain ≤ 0,30 Rendah gan metode POE) yang diberikan di kelas eks-
perimen berpengaruh positif terhadap penca-
HASIL DAN PEMBAHASAN paian berpikir tingkat tinggi siswa pada materi
fluida statis..
Hasil Analisis Data Peningkatan hasil belajar kemampuan
Penentuan sampel dengan melihat ho- berpikir tingkat tinggi siswa dilihat dari hasil uji

Tabel 2. Hasil Uji t Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


sig. sig.
Kelas N thitung Df α Keterangan
(2-tailed) (1-tailed)
eksperimen 34
3,245 63 0,002 0,001 0,05 Berbeda
kontrol 31

Tabel 3. N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Kelas N Rata-rata Posttest Rata-rata Pretest N-gain Klasifikasi
Eksperimen 34 17,56 9,059 0,371 Sedang
Kontrol 31 14,4 7,9 0,270 Rendah
52 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 49-58

N-gain skor pretest dan posttest antara kelas siswa, guru memerlukan kegiatan untuk men-
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisa gantarkan siswa mengkonstruksi pengetahuan
tersebut disajikan dalam Tabel 3 berikut yang dimiliki menjadi lebih lengkap dan utuh.
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
klasifikasi N-gain kelas eksperimen dan kelas Pemodelan
kontrol berbeda. Nilai N-gain kelas eksperimen Pada langkah ini, guru mendemonstrasi-
sebesar 0,371 dan masuk dalam klasifikasi se- kan suatu fenomena sebagai perantara siswa
dang. Nilai N-gain kelas kontrol sebesar 0,270 melakukan kegiatan inkuiri. Melanjutkan con-
dan masuk dalam klasifikasi rendah. Maka da- toh pada tahap pertama, guru meminta siswa
pat disimpulkan bahwa perlakuan (pembela- mendemosntrasikan sebuah batu kecil dengan
jaran menggunakan model kontekstual (CTL) bola pingpong yang dilapisi plastisin. Pertama
dengan metode POE) yang diberikan di kelas kedua benda ditimbang terlebih dahulu, batu
ekspeimen mampu meningkatkan kemampuan kecil lebih ringan daripada bola pingpong plas-
berpikir tingkat tinggi siswa pada materi fluida tisin. Kemudian batu kecil dijatuhkan ke dalam
statis. gelas berisi air dan tenggelam sementara bola
pingpong plastisin yang lebih berat dijatuhkan
Pembahasan ke dalam gelas berisi air dan ternyata menga-
Perbedaan perlakuan diberikan pada pung. Langkah ini bertujuan memberikan kon-
kelas eksperimen dan kontrol. Perlakuan ini flik berpikir pada siswa. Siswa menganalisis
bertujuan untuk melatih kemampuan berpikir dan mengevaluasi fenomena tersebut dengan
tingkat tinggi siswa. Kemampuan berpikir ting- pengetahuan yang mereka miliki. Berbagai
kat tinggi dimasukan kedalam langkah-langkah pertanyaan diajukan oleh siswa untuk menang-
pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran gapi demonstrasi tersebut.
menggunakan model kontekstual (CTL) seba-
gai berikut Bertanya
Tanggapan dari demonstrasi pada lang-
Konstruktivisme kah kedua diwujudkan oleh siswa dengan ber-
Siswa pada dasarnya telah memiliki pen- bagai pertanyaan yang diajukan seperti
getahuan berdasarkan pengalaman-pengala- S : “Pak, Apa yang terjadi jika plastisinnya saja
man yang mereka alami. Menggali pengeta- yang dimasukkan ke dalam air?”
huan mereka dengan bertanya (brainstorming) S : “Mengapa massa tidak mempengaruhi ter-
sebagai pemancing mengumpulkan jawaban hadap tenggelam atau tidaknya suatu benda?”
dari siswa. Pada langkah ini, guru menanyakan S : “Pak, apakah ada perbedaan jika plastisin
sesuai dengan materi yang diberikan, contoh dibuat dalam bentuk yang berbeda contohnya
ketika materi hukum Archimedes dimulai den- berbentuk bulat pada dan bulat kosong?”
gan tanya jawab antara guru (G) dan siswa (S) Pertanyaan di atas muncul dari siswa se-
G : “Pernah pergi ke laut dan melihat perahu?” bagai bentuk rasa ingin tahu yang tinggi terha-
S : “Pernah” dap suatu fenomena yang baru. Bertanya dan
G :“Mengapa kapal laut dapat mengapung di menjawab pertanyaan itu penting tanpa harus
permukaan air laut?” memperduikan isi dari apa yang siswa ucapkan
S : (siswa bingung)“Karena bagian bawah (Siswanto, et al., 2014). Siswa merasa asing
kapal besar.” dengan fenomena yang didemonstrasikan
G : “kapal laut itu terbuat dari logam yang be- maka siswa perlu melakukan suatu percobaan
rat, lalu mengapa tidak tenggelam?”. untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
S : (siswa bingung)“Karena ada sesuatu yang
menahan kapal dan bagian bawah kapal di Inquiry
buat besar”. Membebaskan siswa untuk berpikir dan
Dialog di atas memperlihatkan bahwa menemukan sendiri pengetahuannya memban-
pada dasarnya siswa memiliki pengetahuan tu siswa dalam membangun dan melatih ke-
berdasarkan apa yang siswa alami. Namun mampuan berpikir tingkat tinggi mereka ( King,
pengetahuan tersebut belum utuh dan lengkap 1997). Pada tahap inquiry inilah metode POE
terlihat dari jawaban siswa yang hanya berdas- memainkan peran sebagai metode praktikum.
ar pada apa yang siswa lihat. Jawaban mun- Langkah-langkah metode POE yaitu mempre-
cul dari siswa, siswa menganalisis pertanyaan diksi sebuah sebab fenomena, kemudian me-
dengan pengalaman yang mereka lihat, alami, rancang dan mengobservasi suatu percobaan
dan rasakan. Setelah terkumpul jawaban dari untuk memperoleh data, setelah menganalisis
M. Fayakun & P. Joko - Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Kontekstual 53

data maka siswa dapat menyimpulkan apakah Refleksi


prediksinya tepat atau tidak. Pada tahap exp- Siswa mengkonstruksi pengetahuan
lain siswa memberikan alasan mengapa demi- berdasarkan pengalaman dan interaksi yang
kian. Pada tahap inkuiri siswa dilatih berpikir mereka alami secara langsung. Siswa melaku-
pada aspek menganalisis, mengevaluasi, dan kan pengambilan data secara mandiri, menga-
mengkreasi. Pembelajaran inkuiri akan men- nalisis data tersebut, dan memperoleh penge-
gasah siswa dalam memilki kemampuan kritis- tahuan berdasarkan kesimpulan yang mereka
nya dan mengembangkan penguasaan konsep buat. Pengetahuan tersebut perlu disampai-
melalui eksperimen (Kurniawati, et al., 2014). kan kepada teman dan guru dengan tujuan
Siswa menganalisa informasi yang ada pada untuk menyamakan persepsi antar siswa agar
panduan praktikum, kemudian merancang se- menjadi sama dengan teori yang ada.
buah praktikum untuk menjawab problem yang Siswa mempresentasikan hasil belajar
diberikan. Tahap akhir siswa mengevaluasi melalui praktikum kepada teman satu kelas.
prediksi yang mereka buat dengan memban- Siswa memperoleh tanggapan dan komentar
dingkan hasil temuan mereka selama prakti- serta pertanyaan dari teman yang lain. Guru
kum. Metode POE bersifat konstruktivis karena membuat generalisasi hasil temuan siswa
siswa diberi kebebasan memikirkan persoalan dengan konsep yang ada. Melanjutkan contoh
fisika yang diajukan dan siswa mencoba mem- hukum Archimedes siswa mendapatkan data
bangun pengetahuannya sendiri lewat berpi- bahwa selisih berat benda yang ditimbang di
kir, praktik, dan mencari penjelasan (Suparno, udara dengan di air sama dengan berat air
2007). Penelitian yang dilakukan oleh Desi yang dipindahkan oleh benda tersebut. Ber-
Nur (2013) menunjukkan bahwa prosedur il- dasarkan data ini siswa memperoleh informasi
miah yang siswa lakukan melalui metode POE pertama tentang gaya angkat ke atas. Kedua,
berpengaruh terhadap sikap ilmiah siswa un- volume benda yang tercelup dalam fluida sama
tuk menemukan konsep fisika selama proses dengan volume fluida yang dipindahkan oleh
praktikum. Siswa berdiskusi dengan teman da- benda tersebut. Guru bertugas mengkonfirma-
lam satu kelompok untuk menemukan konsep si informasi ini sesuai dengan prinsip hukum
yang mendasari hasil temuan mereka selama Archimedes. Langkah ini merujuk pada siswa
praktikum. untuk berinteraksi dengan para ahli dan juga
terlibat langsung pada situasi yang cocok den-
Masyarakat Belajar gan pengetahuan yang mereka geluti (Supar-
Pada langkah ini, siswa telah selesai no, 2007).
melakukan praktikum dan menganalisa data Perbedaan perlakuan yang diberikan
yang ada. Kemudian siswa berkumpul dalam kepada dua sampel telah mempengaruhi ke-
satu kelompok untuk berdiskusi menjawab mampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penga-
pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan ruh tersebut dapat diketahui melalui diagram
di panduan praktikum. Langkah berdiskusi an- penyebaran (pencar) dan hasil uji statistik.
tar siswa dalam satu kelompok bertujuan untuk Menurut Supranto diagram pencar menun-
bertukar pikiran menemukan hal-hal baru. Hal- jukkan titik-titik tertentu yang memperlihatkan
hal baru tersebut mengarahkan siswa untuk hubungan yang bermanfaat antara dua varia-
menemukan konsep fisis dari praktikum yang bel (Supranto, 2002). Dua variabel digambar-
sisa lakukan. Menurut hasil penelitian yang di- kan oleh grafik skor pretest-posttest dan grafik
lakukan Kartina A. Meyer (2003) diskusi sangat pretest-n-gain seperti gambar 1. Skor pretest
diperlukan oleh siswa dalam hal mengkonstruk- memperlihatkan kemampuan kedua sampel
si pengetahuan awal yang mereka miliki agar sama, diambil sebagai variabel bebas terwakili
menjadi pengetahuan yang utuh melalui inter- oleh sumbu x. Skor posttest dan nilai n-gain-
aksi dengan siswa yang lain. Selain itu, diskusi diambil sebagai variabel terikat terwakili oleh
juga mampu meningkatkan kemampuan ber- sumbu y untuk mengetahui pengaruh atau aki-
pikir tingkat tinggi siswa karena interaksi yang bat dari perlakuan yang telah diberikan pada
ada membuat siswa berpikir kritis menerima kedua sampel.
atau menolak hasil temuan dari praktikum den- Grafik pretest-posttest kelas eksperimen
gan teori fisika yang ada. Pertanyaan tersebut dan kontrol pada Gambar 1 memperlihatkan
bertujuan mengarahkan siswa untuk menemu- bahwa ada hubungan yang positif antara skor
kan dan memperoleh kesimpulan berdasarkan pretest dan posttest. Hal ini sesuai dengan
konsep yang mereka temukan. Supranto yang menyatakan bahwa diagram
pencar yang baik adalah diagram yang mam-
54 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 49-58

(a) kelas eksperimen (b) kelas kontrol


Gambar 1. Diagram pencar skor posttest-pretest dan n-gain-pretest. Garis putus-putus menun-
jukkan rerata pretest, posttest, dan n-gain.
pu menggambarkan hubungan positif antara melatih dan mempengaruhi hasil belajar ke-
dua variabel (Supranto, 2002) Hasil diagram mampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
pencar pada Gambar 1 menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil uji hipotesis perbe-
perlakuan yang diberikan pada kedua sam- daan rata-rata skor posttest kelompok ekspe-
pel berpengaruh positif terhadap hasil bela- rimen dan kontrol terdapat perbedaan yang
jar kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. ditunjukkan dengan nilai sig.(2-tailed) 0,002 <
Namun sebaran data pada kelas eksperimen taraf signifikansi 0,05. Sebelumnya diketahui
lebih tinggi kedudukannya daripada sebaran bahwa kemampuan awal siswa kedua kelom-
data kelas kontrol. Terlihat dari banyak titik-titik pok adalah sama (hasil uji t two tailed skor pre-
data yang berada di atas rata-rata skor posttest test sig. 0,140 >sig.α 0,05). Kemudian uji lanjut
kelas kontrol. Grafik pretest-posttest dan pre- untuk mengetahui pengaruh perlakuan diketa-
test-n-gain pada Gambar 1 memberikan infor- hui nilai sig.(1-tailed) 0,001 < taraf signifikansi
masi bahwa ada perbedaan penyebaran skor 0,05, artinya perlakuan yang diberikan di kelas
posttest-pretest dan n-gain-pretest antara ke- eksperimen berpengaruh positif terhadap ke-
las eksperimen dan kelas kontrol. Titik-titik mampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil uji
data pada kelas eksperimen lebih menyebar, N-gain menunjukkan bahwa klasifikasi N-gain
artinya perlakuan yang diberikan telah berhasil kelas eksperimen sedang lebih besar daripa-
melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi sis- da klasifikasi N-gain kelas kontrol yang rendah.
wa. Terlihat dari pola penyebaran yang variatif Hal ini ditunjukkan dengan nilai N-gain kelas
artinya pola berpikir siswa telah berkembang. eksperimen dan kontrol berturut-turut adalah
Penyebaran data pada kelas kontrol cende- 0,371 dan 0,270. Berdasarkan hasil uji hipote-
rung mengumpul pada suatu wilayah. Artinya sis tersebut dapat disimpulkan bahwa perlaku-
pola berpikir siswa kelas kontrol masih terpu- an yang diberikan di kelas eksperimen berupa
sat pada materi dan pola menyelesaikan ma- pembelajaran menggunakan model konteks-
salah yang diberikan oleh guru. Penyebaran tual (CTL) dengan metode POE lebih efektif
skor kelas eksperimen lebih variatif banyak dalam pencapaian kemampuan berpikir ting-
siswa yang memilki skor posttest di atas rerata kat tinggi siswa pada materi fluida statis. Hasil
skor posttest dari kelas kontrol. Rerata skor ini sesuai dengan pendapatnya Johnson yang
posttest kelas eksperimen (17,56) lebih ting- menyatakan bahwa CTL adalah suatu sistem
gi daripada rerata skor posttest kelas kontrol pengajaran yang cocok dengan otak yang
(14,42). Terlihat juga bahwa rerata n-gain kelas menghasilkan makna dengan menghubungkan
eksperimen (0,371) lebih besar daripada rera- muatan akademis dengan konteks dari kehidu-
ta n-gain kelas kontrol (0,270). Perlakuan yang pan sehari-hari siswa (Johnson, 2007).
diberikan pada kelas ekperimen telah berhasil Pembelajaran yang melibatkan kemam-
M. Fayakun & P. Joko - Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Kontekstual 55

puan berpikir tingkat tinggi memerlukan keje- siswa telah berhasil melatih kemampuan ber-
lasan dalam menyampaikan fakta-fakta untuk pikir tingkat tinggi selama proses pembelaja-
menghilangkan ambigu dan kebingungan se- ran berlangsung. Hal itu terlihat dari hasil pe-
hingga meningkatkan sikap siswa dalam ber- ningkatan jawaban siswa sesudah perlakuan.
pikir (King, 1997). Pendapat dari King tersebut Hasil peningkatan siswa di kelas eksperimen
sesuai dengan hasil kemampuan berpikir ting- lebih tinggi daripada siswa di kelas eksperi-
kat tinggi siswa yang dilihat dari hasil jawaban men. Namun, pada indikator mengevaluasi
siswa dalam mengerjakan soal.Setiap indika- siswa kelas eksperimen dan kontrol mengala-
tor kemampuan berpikir tingkat tinggi dianalisis mi peningkatan yang sama. Beberapa indika-
untuk mengetahui peningkatan siswa setelah tor kemmapuan berpikir tingkat tinggi dimulai
mengikuti pembelajaran. Hasil analisis pening- dari kemampuan awal bernilai nol artinya siswa
katan disajikan pada Tabel 4. benar-benar tidak tahu mengenai hal tersebut.
Tabel 4 memberikan informasi bahwa perlakuan yang diberikan telah memberikan

Tabel 4. Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa


Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Eksperimen Kontrol
Tinggi Pre Post N-gain Pre Post N-gain

Menganalisis informasi yang masuk dan


membagi-bagi atau menstruktur informasi
21 40 0.404 46 32 -0.875
ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya.

Mampu mengenali serta membedakan fak-


tor penyebab dan akibat dari sebuah ske- 7 81 0.574 4 27 0.192
nario yang rumit.

Mengidentifikasi atau merumuskan pertan-


110 114 0.154 92 96 0.125
yaan.

Memberikan penilaian terhadap solusi,


gagasan, dan metodologi dengan meng-
gunakan kriteria yang cocok atau standar 88 126 0.463 54 109 0.545
yang ada untuk memastikan nilai efektivi-
tas atau manfaatnya.

Membuat hipotesis, mengkritik dan


1 12 0.109 7 21 0.163
melakukan pengujian

Menerima atau menolak suatu pernyataan


2 82 0.597 0 74 0.597
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Membuat generalisasi suatu ide atau cara


51 63 0.706 35 51 0.593
pandang terhadap sesuatu.
Merancang suatu cara untuk menyele-
28 37 0.083 7 35 0.239
saikan masalah.

Mengorganisasikan unsur-unsur atau ba-


gian-bagian menjadi struktur baru yang 0 42 0.309 0 2 0.016
belum pernah ada sebelumnya.
56 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 49-58

(a)

(b)
Gambar 2. Soal dan Jawaban Siswa (a) sebelum perlakuan (b) setelah perlakuan.

peningkatan yang signifikan menjadi bernilai Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ter-
42, peningkatan siswa kelas eksperimen yang latih dengan baik. Peningkatan kemampuan
mengikuti pembelajaran dengan model CTL berpikir tingkat tinggi siswa dapat dilihat dari
dan metode POE lebih tinggi daripada siswa pola siswa menjawab soal kemampuan berpi-
di kelas kontrol. Pengetahuan awal siswa telah kir tingkat tinggi. Pola-pola jawaban siswa yang
dikontruksi melalui pembelajaran fisika yang mengikuti pembelajaran menggunakan model
menerapkan menggali pengetahuan awal sis- kontekstual (CTL) dengan metode POE lebih
wa menjadi pengetahuan yang utuh melalui beragam. Pembelajaran ini telah mempenga-
pengalaman langsung praktikum oleh siswa. ruhi cara siswa dalam menyelesaikan soal.
Siswa menemukan, berproses, menganali- Berikut jawaban siswa sebelum dan sesudah
sis data yang ada kemudian membandingkan mendapatkan perlakuan pada soal yang sama
dengan konsep fisis yang ada. Hasil ini sesuai Pola jawaban siswa mengarah pada pe-
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan nyelesaian soal dengan menerapkan aspek
oleh Kurniawati, et al., (2013) yang menyata- berpikir tingkat tinggi. Siswa membuat dugaan
kan bahwa penguasaan konsep siswa yang (hipotesis) atas permasalahan yang ada pada
belajar dengan inkuiri terbimbing lebih tinggi. soal. Hipotesis tersebut diuji dengan analisa
M. Fayakun & P. Joko - Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Kontekstual 57

hasil perhitungan dengan cara yang mereka hal tersebut, saran diberikan kepada pendidik
pahami. Siswa memberikan alasan untuk men- untuk menggunakan model CTL dengan me-
dukung hipotesis sesuai dengan hasil perhitun- tode POE dalam pembelajaran fisika. Selain
gan yang mereka peroleh. Proses siswa dalam itu, kurikulum 2013 dengan pendekatan sain-
menyelesaikan soal telah membuktikan bahwa tifik sangat mengharuskan siswa aktif dalam
pembelajaran menggunakan model kontekstu- pembelajaran dan menemukan konsep secara
al (CTL) dengan metode POE berhasil melatih mandiri dengan pendidik hanya sebagai fasili-
kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka. Ha- tator maka model CTL dengan metode POE ini
sil ini sesuai dengan pendapatnya King yang sangat tepat diterapkan untuk kurikulum 2013.
menyatakan bahwa kesuksesan siswa mela-
tih kemampuan berpikir tingkat tinggi bergan- Daftar Pustaka
tung pada kemampuan siswa untuk menerap-
kan, mereorganisasi atau mengatur kembali, Desi Nur Anisa. (2013). Pengaruh Model Pembelaja-
dan membubuhi pengetahuan mereka dalam ran POE dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi
keadaan dimana siswa tersebut berpikir sesuai Belajar Siswa pada Materi Asam, Basa, dan
Garam kelas VII SMP N 1 Jaten. Jurnal Pen-
dengan keadaan yang real (konteks yang ada)
didikan Kimia Vol. 2 No.2 Universitas Sebe-
(King, 1997). Tingkatan berpikir siswa pada le- las Maret.
vel menganalisis, mengevaluasi, dan mengk- Hake, Richard R. (2007). Design-Based Research
reasi dianggap sebagai kemampuan berpikir in Physics Education Research. : NSF Grant
tingkat tinggi. Kesuksesan siswa dalam melatih DUE.
kemampuan berpikir tingkat tinggi berpenga- Johnson, Elaine . (2007). Contextual Teaching and
ruh kepada keberhasilan belajar siswa. Perla- Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar-Men-
kuan perlu diberikan kepada siswa untuk men- gajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung:
gubah pola berpikir, melihat masalah secara Mizan Learning Center.
King, FJ. (1997). Higher Order Thinking Skills : As-
utuh, mampu memecahkan masalah kemudian
sesment and Evaluation. Educational Ser-
mengkonkretkan pengetahuan yang abstrak vice Program.
karena hal tersebut menjadi hal penting yang Kurniawati, Wartono, Daintoro. (2013). Pengaruh
perlu dimiliki oleh siswa. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi
Peer Instruction Terhadap Penguasaan Kon-
Penutup sep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Pendidikan Fisika, Pascasarjana, Universi-
Berdasarkan hasil analisis data skor tas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan Fisika
posttest kelas eksperimen dan kontrol, dipero- Indonesia, 10: 36-46.
Krathwohl, David Richard.(2000). Overview Revis-
leh sig (1-tailed) 0,002 <sig.α 0,05 dan N-gain
ing Bloom’s Taxonomy. Wilson Company.
kelas eksperimen 0,371 dalam kategori se- Lewy. (2009). Pengembangan Soal untuk Mengu-
dang lebih besar daripada N-gain kelas kont- kur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Po-
rol 0,270 dalam kategori rendah. Hasil analisis kok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pem- Kelas IX Akselerasi SMP XAVERIUS Maria
belajaran fisika menggunakan model konteks- Pelembang. Jurnal Pendidikan Matematika
tual (CTL) dengan metode POE berpengaruh Volume 3 No.2.
positif dan mampu meningkatkan kemampuan Martin, Michael . (2012). TIMSS 2011 International
berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hal terse- Results in Science. USA and Netherlands:
TIMSS & PIRLS International Study Center
but maka model kontekstual (CTL) dengan
and IEA
metode POE lebih efektif dalam pencapaian Meltzer, David E. (2002). Journal: The Relationship
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada Between Mathematics Preparation and Con-
materi fluida statis. Perlakuan yang diberikan di ceptual Learning Gain in Physics : A Pos-
kelas eksperimen berupa pembelajaran fisika sible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest
menggunkan model CTL dengan metode POE Score. Am.J.Phy 70 (12) Desember. Ameri-
telah memberikan dampak yang positif terha- can Association of Physics Teachers. De-
dap kemampuan berpikir tingkat tinggis siswa. partement of Physics and Astronomy, Lowa
Selain itu, model CTL dengan metode POE ini State University.
Meyer, Kartina A. (2003). Face to Face Versus
juga telah meningkatkan kemampuan siswa
Theaded Discussion : The Role of Time and
dalam berpikir tingkat tinggi. Pengaruh dan Higher Order Thinking. Journal of Asynchro-
peningkatan didukung pula oleh proses pem- nous Learning Network Volume 7.
belajaran yang telah berhasil melatih kemam- Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Pendidikan den-
puan berpikir tingkat tinggi siswa. Berdasarkan gan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
58 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 49-58

Rosdakarya. Fisika Indonesia, 10 (2) : 104-116.


Pohl, Michel. (2000). Learning to Think, Thinking to Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Band-
Learn. Thinking Education. ung: Alfabeta.
Rosana, Dadan. (2013). Implementasi Kurikulum Suparno, Paul. (2007). Metodologi Pembelajaran
2013 di Sekolah Seluruh Indonesia. Disam- Fisika Konstruktivisme dan Menyenangkan.
paikan pada Kuliah Umum Pendidikan Fisika Yogyakarta: USD
UIN Sunan Kalijaga. Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Ja-
Siswanto, Kaniawati, I., & Suhandi, A. (2014). karta : Erlangga
Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit Tirtarahardja, Umar & La Sulo. (2005). Pengantar
Argumen Menggunakan Metode Saintifik un- Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
tuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Cipta.
Keterampilan Beragumentasi Siswa. STKIP Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran
Taman Siswa Sumbawa. Jurnal Pendidkan Inovatif dan Progresif. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai