Kata kunci : creative problem solving, kemampuan berpikir tingkat tinggi, sistem
peredaran darah manusia
1
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017
pembelajaran yang tepat selama proses belajar statistik digunakan untuk menguji hipotesis
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adapun penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan
model pembelajaran yang mampu statistik parametrik yaitu uji-t.
mengakomodasikan tujuan tersebut adalah
model Discovery Learning (DL) dan model HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran Creative Problem Solving Hasil penelitian berupa nilai posttest
(CPS). kemampuan berpikir tingkat tinggi disajikan
Menurut Zainab (2012) model pada Tabel 1.
pembelajaran CPS dapat membuat siswa lebih
aktif dan kreatif dalam menciptakan solusi dari Tabel 1. Data Hasil Kemampuan Berpikir Tingkat
suatu masalah yang ditemukan. Purwati (2015) Tinggi Siswa
Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas
juga menyatakan model pembelajaran CPS Kontrol
memberikan kesempatan siswa untuk terlibat Jumlah Siswa 30 30
langsung dan berperan aktif dalam Nilai rata-rata 84,23 79,90
pembelajaran IPA secara kreatif karena SB 6,83 7,53
merupakan salah satu model pembelajaran Nilai tertinggi 97 97
Nilai terendah 73 57
berbasis pemecahan masalah yang
memusatkan pembelajaran pada kemampuan
Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan
pemecahan masalah siswa secara kreatif.
bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir
Berdasarkan hasil penelitian yang
tingkat tinggi kelas model CPS memperoleh
dilakukan Suyitno (2006) menyatakan bahwa
nilai rata-rata 84,23.
model CPS dipandang sebagai model
pembelajaran yang mampu meningkatkan
Hasil Uji Hipotesis
kemampuan siswa dalam berpikir tinggi.
Hasil uji normalitas data kemapuan
Walaupun demikian pengaruh penerapan
berpikir tingkat tinggi diperoleh bahwa
model pembelajaran CPS pada pembelajaran
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada
IPA terhadap kemampuan berpikir tingkat
kelas ekperimen 0,19< 0,05 dan pada kelas
tinggi siswa di SMP ternyata masih belum
kontrol 0,08< 0,05 . Data tersebut
diteliti. Penelitian yang banyak dilakukan
menunjukkan bahwa data dari kelas
selama ini masih mengkaji pengaruh
eksperimen maupun data dari kelas kontrol
penerapan CPS terhadap hasil belajar dan
berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas
pengaruh penerapan CPS terhadap kemampuan
data posttest kemampuan berpikir tingkat
berpikir kritis siswa SMP. Manusia. tinggi diperoleh 0,78 > 0,05 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data posttest
METODE kemampuan berpikir itngkat tinggi peserta
Metode yang digunakan adalah metode didik tersebut homogen, sehingga peserta didik
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian berasal dari populasi yang sama.
yang digunakan adalah Quasi Experimental Setelah dilakukan uji prasyarat
Design. Penelitian dilakukan untuk dilanjutkan dengan uji-t untuk melihat
mengetahui pengaruh penerapan model pengaruh model creative problem solving
pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan berppikir tingkat tinggi.
(CPS) pada kelas eksperimen, dan model Hasil perhitungan uji-t data posttest
Discovery Learning (DL) pada kelas kontrol kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dilihat pada Tabel 2.
siswa.
Penelitian dilakukan di SMP kota Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir
Malang. Rancangan penelitian dilakukan Tingkat Tinggi Siswa
dengan menggunakan posttest-only control Signifikansi Kesimpulan
Eksperimen
group design instrumen penelitian adalah tes
0,02 Ada Perbedaan
uraian sejumlah 10 soal yang telah diuji Kontrol
validitas dan uji reabilitas. Data yang
didapatkan berupa nilai posstest kemampuan Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
berpikir tingkat tinggi. Analisis data yang bahwa nilai signifikansi hasil uji hipotesis data
digunakan adalah analisis deskriptif dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
analisis statistik. Analisis deskriptif digunakan sebesar 0,02< 0,05 maka H0 ditolak, sehingga
untuk menggambarkan kondisi kemampuan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
berpikir tingkat tinggi siswa sebelum dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang
sesudah pembelajaran, sedangkan analisis
2
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017
dibelajarkan dengan model CPS dengan siswa untuk merumuskan permasalahan. Siswa
yang dibelajarkan dengan model DL pada menganalisis, merumuskan serta mengevaluasi
materi sistem peredaran darah manusia. guna memperoleh fakta terkait materi. Siswa
Hal ini didukung dengan ketercapaian menganalisis objek yang telah diamati untuk
dari indikator kemampuan berpikir tingkat menemukan fakta. Selain menemukan siswa
tinggi yaitu ranah kognitif C4, C5, dan C6 juga menyeleksi informasi yang diperoleh
sebagaimana pada Gambar 1. sehingga siswa mampu menentukan tujuan
atau sasaran pembelajaran sebagai acuan
Gambar 3. Data Ketercapaian Indikator Kemampuan ketercapaian tahap ini.
Tahap Penemuan fakta (Fact finding)
Persentase (%) pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh
95
data dengan mengevaluasi dengan
90 menghubungkan informasi yang diperoleh
85 untuk menyeleksi fakta yang sesuai dengan
permasalahan. Pada kegiatan pembelajaran
80
EKSPERIMEN siswa menentukan fakta darah yang diperoleh
75 dari pengamatan demonstrasi. Informasi yang
KONTROL
70 harus diketahui leh siswa berupa latar belakang
65 permasalahan, penyebab, akibat dan fakta
kemampuan Berpikir
dengan memposisikan diri terlibat dalam suatu
C4 C5 C6 Tingkat TinggiI
permasalahan. kemudian siswa
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa membandingkan berbagai pendapat untuk
difokuskan sebagai pokok permasalahan.
Setelah siswa saling bertukar pendapat
Pembahasan
informasi yang telah terkumpul diseleksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sesuai dengan permasalahan. Perbedaan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang
dengan model DL, pada CPS tahap
belajar menggunakan model creative problem
menemukan fakta siswa mampu menguasai
solving lebih tinggi daripada siswa yang
ranah kognitif menguraikan (C4) dan
belajar menggunakan model discovery
memeriksa (C5) yang dicapai melalui kegiatan
learning. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penemuan fakta. Sedangkan pada DL siswa
rata-rata nilai kemampuan awal peserta didik
meguasai ranah menemukan makna tersirat
dan hasil rata-rata nilai posttest kemampuan
dari bimbingan guru dan pendekatan fenomena
pemecahan masalah peserta didik.
oleh guru.
Penerapan model CPS memberikan pengaruh
Tahap Penemuan permasalahan (Problem
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
finding) pada tahapan ini siswa harus mampu
siswa dikarenakan memiliki perbedaan dalam
mengklarifikasi permasalahan dari data yang
proses pembelajaran yang dilaksanakan.
terkumpul untuk menemukan permasalahan.
Kegiatan CPS mampu mengeksplor siswa
permasalahan ditentukan oleh siswa dengan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir
menelaah kembali data yang dimiliki. Pada
tingkat tinggi dengan penyelesaian masalah.
tahap ini siswa harus mampu memfokuskan
Perbedaan model CPS dengan model DL yang
permasalahan dan mengetahui permasalahan
sering digunakan pada pembelajaran dijelaskan
yang perlu diselesaikan. Pada CPS siswa
secara rinci pada tahapan model CPS berikut.
menguasai ranah kognitif merumuskan (C6)
Tahap Menemukan objek (Objective
dan menemukan makna tersirat (C4) dari
finding) pada model CPS selalu melibatkan
kegiatan penemuan masalah, sedangkan pada
siswa dalam kegiatan mengamati objek dan
DL siswa merumuskan permasalahan berdasar
menemukan fakta. Kemampuan menganalisa
pertanyaan yang direkayasa guru.
berbagai permasalahan harus dapat
Tahap Penemuan Ide( Idea finding) pada
dikembangkan siswa secara bertahap.
tahap ini siswa difasilitasi dengan video,
Sehingga pada akhirnya mampu memecahkan
demonstrasi ataupun gambar-gambar yang
permasalahan yang tersulit dan mencapai
memapu membantu siswa dalam menemukan
keterampilan berfikir tingkat tinggi (Rosalina,
permasalahan sesuai objek. Siswa dikonstruk
2008). Kemampuan berpikir tingkat tinggi
untuk menganalisis dan menemukan gagasan
pada tahap ini dilakukan dengan membimbing
sebagai data atau informasi. Menurut Amalia
siswa untuk menyampaikan pendapatnya dan
(2012) ketika siswa dihadapkan pada situasi
saling bertukar pendapat terkait hasil dari
pertanyaan, siswa dapat melakukan
pengamatannya, kemudian siswa dibimbing
keterampilan memecahkan masalah, untuk
3
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017
memilih dan mengembangkan tanggapannya. (C5) dan merancang atau membuat solusi
Tidak hanya dengan cara menghapal , (C6). Dengan membiasakan siswa belajar
keterampilan memecahkan masalah akan dalam model problem solving maka siswa
memperluas proses berpikir. Pada tahap ini akan memperluas kemampuan berpikir tingkat
CPS memberikan kesempatan siswa untuk tinggi yang dimiliki. Kondisi ini akan mampu
menguasai ranah mengorganisasi (C4) gagasan melatih siswa dan meningkatkan kemampuan
dan mengkritk (C5) untuk menemukan siswa untuk selalu berpikir kritis dan kreatif
gagasan yang berpotensi menjadi sebuah dalam menghadapi permasalahan dalam
solusi. berbagai konteks, dan siswa akan mampu
Tahap Penemuan solusi (Solution berpikir pada tahap yang lebih tinggi lagi.
finding). Pada tahap ini siswa diberikan
pertanyaan problem solving sebagai bentuk PENUTUP
hasil dari penggabungan gagasan dan ide. Pada A. Kesimpulan
tahapan ini siswa harus mamau memutuskan Berdasarkan hasil penelitian dan
ide gagasan yang berpotensi dan tepat untuk pembahasan dapat disimpulkan bahwa,
dijadikan sebagai solusi permasalahan. penerapan model CPS memberikan pengaruh
Sehingga pada akhirnya mampu memecahkan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
permasalahan yang tersulit dan mencapai siswa kelas VIII SMP. Pengaruh diketahui dari
keterampilan berfikir tingkat tinggi secarakritis hasil nilai rata-rata posttest kemampuan
dan kreatif. Pada tahap ini CPS memberikan berpikir tingkat tinggi.
kesempatan siswa untuk mengolah gagasan
menjadi sebuah solusi permasalahan yang B. Saran
terbaik, sehingga siswa mampu meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian diharapkan
kemampuannya dan menguasai ranah kognitif model CPS dapat diimplementasikan dalam
mengkritik (C5) dan merumuskan solusi (C6). pembelajaran IPA mengingat adanya pengaruh
Sedangkan pada DL penarikan kesimpulan dari penerapan model CPS terhadap
yang mengembangkan ranah kognitif kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
merumuskan kesimpulan (C6). terutama pada materi sistem peredaran darah
Tahap Penerimaan (Acceptance finding) manusia.
Pada tahapan ini siswa melaksanakan tindakan
yang direncannakan sebagai bentuk DAFTAR RUJUKAN
implementasi dari solusi yang ditentukan.
Siswa difasislitasi LKS dan yang mampu Alma, Buchari, dkk. 2010. Guru Profesional
mengembangkan keterampilan siswa dalam Menguasai Metode dan Terampil
mengcipta, seperti mencipta poster, mind map Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta.
dan karya lainnya yang menggunakan
wawasan dan keterampilan yang dimilikinya. Amilia, R. 2012. Analisis Tingkat Pemahaman
Pada tahapan terakhir CPS siswa memiliki KonsepFisiska dan Kemampuan
kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang Berpikir Kritis padaPembelajaran
telah diterima sebagai hasil pembelajaran dengan Model pada pembelajaran.
dengan merancang (C4) dan 4(2):8-9
mencipta/memproduksi karya (C6). Pada DL
proses pembelajaran berakhir dengan Arikunto. 2015. Dasar-dasar Evaluasi
penguatan dari guru dan siswa hanya Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
memeriksa (C5) pemahaman dan penguasaan
materi yang dicapai setelah opembelajaran. Arikunto. 2013. Metode dan Manajemen
Pentingnya siswa mengembangkan Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
kemampuan pemecahan masalah selain
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat Bachtiar. 2010. Model Pembelajaran dan
tinggi, siswa juga akan meningkatkan Pengembangannya. Bandung: Angkasa
kemampuan pemahaman yang sangat Cipta.
membantu dalam pelajaran IPA. Model CPS
akan membantu siswa dalam meningkatkan Creswell, John W. 2012. Educational
kemampuan berpikir kritis dan kreatif selain research:planing, conducting, and
itu pada tahapan CPS juga siswa dituntut untuk evaluating quantive research. United
mandiri karena dalam proses pemecahan Stated of America : Pearson, (online)
masalah siswa harus mampu menganalisis (http://www.onlinecef.net), diakses 26
masalah yang ditemukan (C4), mengevaluasi oktober 2016.
4
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017