Anda di halaman 1dari 5

SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2

Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017

CPS: INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Dewi Mustikasari[*], Metri Dian Insani, Sugiyanto


Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Malang
*
E-mail: sari_d31@yahoo.com
ABSTRAK : Pembelajaran IPA merupakan cara untuk mempelajari dan
memahami alam secara sistematis dengan pemahaman sains yang dapat dicapai
siswa dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam proses pmbelajaran IPA.
Penelitian ini berujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa dengan menerapkan model pebelajaran creative problem Creative Problem
Solving (CPS) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada ranah
kognitif C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (membuat) pada
Taksonomi Bloom. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu,
dengan instrumen pengukuran berupa posttest kemampuan berpikir tingkat tinggi
setelah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji-t
diperoleh 0,02<0,05 yang menunjukkan bahwa model CPS berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan perbedaan hasil kelas ekperimen
lebih tinggi dari kelas kontrol.

Kata kunci : creative problem solving, kemampuan berpikir tingkat tinggi, sistem
peredaran darah manusia

PENDAHULUAN mengingat, namun konsep IPA harus


Pembelajaran IPA berkaitan dengan menjadikan siswa mengerti, memahami, dan
cara mempelajari dan mencari tahu mengenai menghubungkan keterkaitan antar materi.
alam secara sistematis, sehingga pembelajaran Salah satu materi yang dipelajari pada
IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan kelas VIII semester genap adalah sistem
berupa fakta, konsep, prinsip namun peredaran darah manusia. Karakteristik materi
merupakan suatu proses penemuan dan IPA ini adalah sulit untuk divisualisasikan dan
pengembangan (Trianto, 2011:136-37). mikroskopis. Siswa harus mampu menguasai
Pembelajaran IPA bertujuan untuk materi tersebut secara utuh dan menyeluruh.
mengefektifkan dan mengefisiensikan proses Hasil observasi yang dilakukan pada beberapa
pemahaman sains siswa sehingga memiliki SMP di Kota Malang menunjukkan bahwa
kemampuan kognitif yang baik. siswa mengalami kesulitan belajar pada materi
Masalah yang dihadapi oleh guru dalam sistem peredaran darah manusia karena belum
dunia pendidikan saat ini salah satunya adalah mampu menjelaskan komponen darah, organ
lemahnya proses pembelajaran dalam yang berperan dalam peredaran darah,
mendorong siswa untuk mengembangkan mekanisme peredaran darah dalam tubuh, serta
kemampuan berpikirnya. Pembelajaran gangguan yang terjadi dengan tepat. Sebanyak
konvensional yang masih digunakan dalam 60% siswa memperoleh hasil belajar di bawah
pembelajaran IPA tidak memberi kesempatan KKM dikarenakan siswa cenderung pasif
siswa melatih kemampuan dalam mengolah selama proses pembelajaran IPA.
dan menerapkan informasi yang telah mereka Oleh karena itu perlu adanya upaya
pelajari di kelas untuk diaplikasikan dalam guru untuk menerapkan model pembelajaran
kehidupan sehari-hari. Menurut Hindarto., dkk yang tepat agar siswa aktif terlibat dalam
(2010) menyatakan bahwa hambatan siswa proses menemukan pengetahuannya dan
belajar materi IPA adalah kesulitan dalam mengembangkan seluruh kemampuan
memahami materi, menghubungkan konsep, berpikirnya. Penelitian yang dilakukan Rosalin
dan menerapkan rumus pada pemecahan (2008) menyatakan bahwa kemampuan
masalah. Pembelajaran materi IPA tidak hanya berpikir siswa dapat ditingkatkan dengan
menjadikan siswa sekedar mengatahui atau memberikan perlakuan melalui model

1
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017

pembelajaran yang tepat selama proses belajar statistik digunakan untuk menguji hipotesis
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adapun penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan
model pembelajaran yang mampu statistik parametrik yaitu uji-t.
mengakomodasikan tujuan tersebut adalah
model Discovery Learning (DL) dan model HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran Creative Problem Solving Hasil penelitian berupa nilai posttest
(CPS). kemampuan berpikir tingkat tinggi disajikan
Menurut Zainab (2012) model pada Tabel 1.
pembelajaran CPS dapat membuat siswa lebih
aktif dan kreatif dalam menciptakan solusi dari Tabel 1. Data Hasil Kemampuan Berpikir Tingkat
suatu masalah yang ditemukan. Purwati (2015) Tinggi Siswa
Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas
juga menyatakan model pembelajaran CPS Kontrol
memberikan kesempatan siswa untuk terlibat Jumlah Siswa 30 30
langsung dan berperan aktif dalam Nilai rata-rata 84,23 79,90
pembelajaran IPA secara kreatif karena SB 6,83 7,53
merupakan salah satu model pembelajaran Nilai tertinggi 97 97
Nilai terendah 73 57
berbasis pemecahan masalah yang
memusatkan pembelajaran pada kemampuan
Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan
pemecahan masalah siswa secara kreatif.
bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir
Berdasarkan hasil penelitian yang
tingkat tinggi kelas model CPS memperoleh
dilakukan Suyitno (2006) menyatakan bahwa
nilai rata-rata 84,23.
model CPS dipandang sebagai model
pembelajaran yang mampu meningkatkan
Hasil Uji Hipotesis
kemampuan siswa dalam berpikir tinggi.
Hasil uji normalitas data kemapuan
Walaupun demikian pengaruh penerapan
berpikir tingkat tinggi diperoleh bahwa
model pembelajaran CPS pada pembelajaran
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada
IPA terhadap kemampuan berpikir tingkat
kelas ekperimen 0,19< 0,05 dan pada kelas
tinggi siswa di SMP ternyata masih belum
kontrol 0,08< 0,05 . Data tersebut
diteliti. Penelitian yang banyak dilakukan
menunjukkan bahwa data dari kelas
selama ini masih mengkaji pengaruh
eksperimen maupun data dari kelas kontrol
penerapan CPS terhadap hasil belajar dan
berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas
pengaruh penerapan CPS terhadap kemampuan
data posttest kemampuan berpikir tingkat
berpikir kritis siswa SMP. Manusia. tinggi diperoleh 0,78 > 0,05 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data posttest
METODE kemampuan berpikir itngkat tinggi peserta
Metode yang digunakan adalah metode didik tersebut homogen, sehingga peserta didik
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian berasal dari populasi yang sama.
yang digunakan adalah Quasi Experimental Setelah dilakukan uji prasyarat
Design. Penelitian dilakukan untuk dilanjutkan dengan uji-t untuk melihat
mengetahui pengaruh penerapan model pengaruh model creative problem solving
pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan berppikir tingkat tinggi.
(CPS) pada kelas eksperimen, dan model Hasil perhitungan uji-t data posttest
Discovery Learning (DL) pada kelas kontrol kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dilihat pada Tabel 2.
siswa.
Penelitian dilakukan di SMP kota Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir
Malang. Rancangan penelitian dilakukan Tingkat Tinggi Siswa
dengan menggunakan posttest-only control Signifikansi Kesimpulan
Eksperimen
group design instrumen penelitian adalah tes
0,02 Ada Perbedaan
uraian sejumlah 10 soal yang telah diuji Kontrol
validitas dan uji reabilitas. Data yang
didapatkan berupa nilai posstest kemampuan Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
berpikir tingkat tinggi. Analisis data yang bahwa nilai signifikansi hasil uji hipotesis data
digunakan adalah analisis deskriptif dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
analisis statistik. Analisis deskriptif digunakan sebesar 0,02< 0,05 maka H0 ditolak, sehingga
untuk menggambarkan kondisi kemampuan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
berpikir tingkat tinggi siswa sebelum dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang
sesudah pembelajaran, sedangkan analisis

2
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017

dibelajarkan dengan model CPS dengan siswa untuk merumuskan permasalahan. Siswa
yang dibelajarkan dengan model DL pada menganalisis, merumuskan serta mengevaluasi
materi sistem peredaran darah manusia. guna memperoleh fakta terkait materi. Siswa
Hal ini didukung dengan ketercapaian menganalisis objek yang telah diamati untuk
dari indikator kemampuan berpikir tingkat menemukan fakta. Selain menemukan siswa
tinggi yaitu ranah kognitif C4, C5, dan C6 juga menyeleksi informasi yang diperoleh
sebagaimana pada Gambar 1. sehingga siswa mampu menentukan tujuan
atau sasaran pembelajaran sebagai acuan
Gambar 3. Data Ketercapaian Indikator Kemampuan ketercapaian tahap ini.
Tahap Penemuan fakta (Fact finding)
Persentase (%) pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh
95
data dengan mengevaluasi dengan
90 menghubungkan informasi yang diperoleh
85 untuk menyeleksi fakta yang sesuai dengan
permasalahan. Pada kegiatan pembelajaran
80
EKSPERIMEN siswa menentukan fakta darah yang diperoleh
75 dari pengamatan demonstrasi. Informasi yang
KONTROL
70 harus diketahui leh siswa berupa latar belakang
65 permasalahan, penyebab, akibat dan fakta
kemampuan Berpikir
dengan memposisikan diri terlibat dalam suatu
C4 C5 C6 Tingkat TinggiI
permasalahan. kemudian siswa
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa membandingkan berbagai pendapat untuk
difokuskan sebagai pokok permasalahan.
Setelah siswa saling bertukar pendapat
Pembahasan
informasi yang telah terkumpul diseleksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sesuai dengan permasalahan. Perbedaan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang
dengan model DL, pada CPS tahap
belajar menggunakan model creative problem
menemukan fakta siswa mampu menguasai
solving lebih tinggi daripada siswa yang
ranah kognitif menguraikan (C4) dan
belajar menggunakan model discovery
memeriksa (C5) yang dicapai melalui kegiatan
learning. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penemuan fakta. Sedangkan pada DL siswa
rata-rata nilai kemampuan awal peserta didik
meguasai ranah menemukan makna tersirat
dan hasil rata-rata nilai posttest kemampuan
dari bimbingan guru dan pendekatan fenomena
pemecahan masalah peserta didik.
oleh guru.
Penerapan model CPS memberikan pengaruh
Tahap Penemuan permasalahan (Problem
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
finding) pada tahapan ini siswa harus mampu
siswa dikarenakan memiliki perbedaan dalam
mengklarifikasi permasalahan dari data yang
proses pembelajaran yang dilaksanakan.
terkumpul untuk menemukan permasalahan.
Kegiatan CPS mampu mengeksplor siswa
permasalahan ditentukan oleh siswa dengan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir
menelaah kembali data yang dimiliki. Pada
tingkat tinggi dengan penyelesaian masalah.
tahap ini siswa harus mampu memfokuskan
Perbedaan model CPS dengan model DL yang
permasalahan dan mengetahui permasalahan
sering digunakan pada pembelajaran dijelaskan
yang perlu diselesaikan. Pada CPS siswa
secara rinci pada tahapan model CPS berikut.
menguasai ranah kognitif merumuskan (C6)
Tahap Menemukan objek (Objective
dan menemukan makna tersirat (C4) dari
finding) pada model CPS selalu melibatkan
kegiatan penemuan masalah, sedangkan pada
siswa dalam kegiatan mengamati objek dan
DL siswa merumuskan permasalahan berdasar
menemukan fakta. Kemampuan menganalisa
pertanyaan yang direkayasa guru.
berbagai permasalahan harus dapat
Tahap Penemuan Ide( Idea finding) pada
dikembangkan siswa secara bertahap.
tahap ini siswa difasilitasi dengan video,
Sehingga pada akhirnya mampu memecahkan
demonstrasi ataupun gambar-gambar yang
permasalahan yang tersulit dan mencapai
memapu membantu siswa dalam menemukan
keterampilan berfikir tingkat tinggi (Rosalina,
permasalahan sesuai objek. Siswa dikonstruk
2008). Kemampuan berpikir tingkat tinggi
untuk menganalisis dan menemukan gagasan
pada tahap ini dilakukan dengan membimbing
sebagai data atau informasi. Menurut Amalia
siswa untuk menyampaikan pendapatnya dan
(2012) ketika siswa dihadapkan pada situasi
saling bertukar pendapat terkait hasil dari
pertanyaan, siswa dapat melakukan
pengamatannya, kemudian siswa dibimbing
keterampilan memecahkan masalah, untuk

3
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017

memilih dan mengembangkan tanggapannya. (C5) dan merancang atau membuat solusi
Tidak hanya dengan cara menghapal , (C6). Dengan membiasakan siswa belajar
keterampilan memecahkan masalah akan dalam model problem solving maka siswa
memperluas proses berpikir. Pada tahap ini akan memperluas kemampuan berpikir tingkat
CPS memberikan kesempatan siswa untuk tinggi yang dimiliki. Kondisi ini akan mampu
menguasai ranah mengorganisasi (C4) gagasan melatih siswa dan meningkatkan kemampuan
dan mengkritk (C5) untuk menemukan siswa untuk selalu berpikir kritis dan kreatif
gagasan yang berpotensi menjadi sebuah dalam menghadapi permasalahan dalam
solusi. berbagai konteks, dan siswa akan mampu
Tahap Penemuan solusi (Solution berpikir pada tahap yang lebih tinggi lagi.
finding). Pada tahap ini siswa diberikan
pertanyaan problem solving sebagai bentuk PENUTUP
hasil dari penggabungan gagasan dan ide. Pada A. Kesimpulan
tahapan ini siswa harus mamau memutuskan Berdasarkan hasil penelitian dan
ide gagasan yang berpotensi dan tepat untuk pembahasan dapat disimpulkan bahwa,
dijadikan sebagai solusi permasalahan. penerapan model CPS memberikan pengaruh
Sehingga pada akhirnya mampu memecahkan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
permasalahan yang tersulit dan mencapai siswa kelas VIII SMP. Pengaruh diketahui dari
keterampilan berfikir tingkat tinggi secarakritis hasil nilai rata-rata posttest kemampuan
dan kreatif. Pada tahap ini CPS memberikan berpikir tingkat tinggi.
kesempatan siswa untuk mengolah gagasan
menjadi sebuah solusi permasalahan yang B. Saran
terbaik, sehingga siswa mampu meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian diharapkan
kemampuannya dan menguasai ranah kognitif model CPS dapat diimplementasikan dalam
mengkritik (C5) dan merumuskan solusi (C6). pembelajaran IPA mengingat adanya pengaruh
Sedangkan pada DL penarikan kesimpulan dari penerapan model CPS terhadap
yang mengembangkan ranah kognitif kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
merumuskan kesimpulan (C6). terutama pada materi sistem peredaran darah
Tahap Penerimaan (Acceptance finding) manusia.
Pada tahapan ini siswa melaksanakan tindakan
yang direncannakan sebagai bentuk DAFTAR RUJUKAN
implementasi dari solusi yang ditentukan.
Siswa difasislitasi LKS dan yang mampu Alma, Buchari, dkk. 2010. Guru Profesional
mengembangkan keterampilan siswa dalam Menguasai Metode dan Terampil
mengcipta, seperti mencipta poster, mind map Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta.
dan karya lainnya yang menggunakan
wawasan dan keterampilan yang dimilikinya. Amilia, R. 2012. Analisis Tingkat Pemahaman
Pada tahapan terakhir CPS siswa memiliki KonsepFisiska dan Kemampuan
kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang Berpikir Kritis padaPembelajaran
telah diterima sebagai hasil pembelajaran dengan Model pada pembelajaran.
dengan merancang (C4) dan 4(2):8-9
mencipta/memproduksi karya (C6). Pada DL
proses pembelajaran berakhir dengan Arikunto. 2015. Dasar-dasar Evaluasi
penguatan dari guru dan siswa hanya Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
memeriksa (C5) pemahaman dan penguasaan
materi yang dicapai setelah opembelajaran. Arikunto. 2013. Metode dan Manajemen
Pentingnya siswa mengembangkan Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
kemampuan pemecahan masalah selain
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat Bachtiar. 2010. Model Pembelajaran dan
tinggi, siswa juga akan meningkatkan Pengembangannya. Bandung: Angkasa
kemampuan pemahaman yang sangat Cipta.
membantu dalam pelajaran IPA. Model CPS
akan membantu siswa dalam meningkatkan Creswell, John W. 2012. Educational
kemampuan berpikir kritis dan kreatif selain research:planing, conducting, and
itu pada tahapan CPS juga siswa dituntut untuk evaluating quantive research. United
mandiri karena dalam proses pemecahan Stated of America : Pearson, (online)
masalah siswa harus mampu menganalisis (http://www.onlinecef.net), diakses 26
masalah yang ditemukan (C4), mengevaluasi oktober 2016.

4
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 7 Oktober 2017

Order Thinking Skills) Terhadap Hasil


Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Belajar Kimia Siswa Kelas X. Jurnal
PT. Rineka Cipta. Inovasi Pendidikan Kimia. 1(1):22-23

Duda, Hilarius Jago. 2010. Pembelajaran Kemdikbud. 2012. Peraturan Menteri


Berbasis Praktikum dan Asesmennya Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Pada Konsep Sistem Peredaran Darah Indonesia. Jakarta: Departemen
untuk Meningkatkan Kemampuan Pendidikan dan Kebudayaan.
Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
SMA. Bandung: Universitas Pendidikan Osborn, A.F. 1993. Applied imagination:
Indonesia. Principles and procedures of creative
problem-solving(3rd rev. ed.). Buffalo,
Fahmawati, Yulia., Amin, Mohamad., & Arif, NY: Creative Education Foundation
Hidayat. 2016. Model Instruction untuk Press. (Original work published 1953)
meningkatkan penguasaan konsep ilmu
pengetahuan Alam (IPA). Malang : Purwanti. 2015. Efektifitas Pendekatan
Universitas Negeri Malang. Creative Problem Solving (CPS)
terhadap Kemapuan Penyelesaian
Fatoni, Ahmad., dkk. 2014. Pengaruh Model Masalah Matematika Siswa. 1(1)
Pembelajaran Kooperatif Tipe Creative
Problem Solving (Cps) Berbantuan Riduwan. 2010. Metode Dan Teknik
Kursi Panas Terhadap Hasil Belajar Ips Menyususun Tesis. Bandung :
Siswa Kelas V Sd Gugus Ir. Soekarno. ALFABETA
Padang: Universitas Padang.
Riyana, Cepi. 2011. Komponen-Komponen
Giangreco, Michael F. 1994. Problem-Solving Pembelajaran. Jakarta : Bandung : PT.
Methods to Facilitate Inclusive Karsa Mandiri Persada.
Education. Creativity and Collaborative
learning: A practical guide to Rosalin, Elin. 2008. Guru Dalam
empowering students and teachers. meningkatkan Daya Pikir Siswa.
New York: Cambridge University. Bandung : PT. Karsa Mandiri Persada.

Hindarto., Mosik., & Wijayanti. (2010). Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran


Eksplorasi Kesulitan belajar siswa pada Inovatif Berorientasi Konstruktivis.
pokok bahasan cahaya dan upaya Jakarta: Prestasi Pustaka.
peningkatan hasil belajara melalui
pembelajaran inkuiri terbimbing. Wahjudi. 2015. Penerapan Model Discovery
Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), Learning dalam Pembelajaran IPA
(http://www.upi.edu.ac.id), diakses 22 sebagai upaya Meningkatkan Hasil
Maret 2017. Belajar Kelas IX-I di SMP Negeri 1
Kalianget. Jurnal Lentera. (Online),
Jannah, R., Winarto. 2016. Pengembangan (http://www.e-journal.com), diakses 22
Media Pembelajaran Berbasis Maret 2017.
Komputer Untuk Memvisualisasikan
Konsep Mikroskopis Pada Materi
Sistem Peredaran Darah dan
Pernapasan Manusia. Malang :
Universitas Negeri Malang. 1(2):4

Kadarwati, Sri (2015). High Order Thinhking


Berbasis Pemecahan Masalah Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Berorientasi Pembentukan Karakter
Siswa. Medan: Cakrawala pendidikan.

Handayani, Ririn, dan Sigit Priatmoko. 2015.


Pengaruh Pembelajaran Problem
Solving Berorientasi HOTS (Higher

Anda mungkin juga menyukai