Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TA’DIB, Vol 21 (2), 2018, (Juli-Desember)

ISSN : 1410-8208 (Print) 2580-2771 (Online)


Tersedia online di http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/takdib/index

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI


MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA SMAN 1 KOTO XI TARUSAN

Tika Afriyani Abstrak: Based on the preliminary studies at SMAN 1 Koto XI


STKIP PGRI Sumatera Barat Tarusan, it was found that the lack of interest and motivation
E-mail: tikaafriyani11@gmail.com caused the students less active in the learning process. In
addition, the teacher’s teaching model and media were not
appropriate, especially within human circulatory system material
that made the student learning outcomes still under the
Minimum Completion Criteria (KKM). This study aims at
figuring out the effectiveness of Discovery Learning Model Plus
Pictures on students’ cognitives at class XI students of SMAN 1
Koto XI Tarusan.This is an experimental research with the
population class XI 2017/2018 academic year. The sampling
method uses purposive sampling; class XI IPA1 as experimental
class, and class XI IPA3 as control class. The instrument used in
cognitive assessment is the final test with multuple choices.
Based on the results of the study, the cognitive results of the
experimental class were 81.05 and the control class was 77.39.
From this study, it can be concluded that the application of the
Discovery Learning learning model plus images influences the
cognitive of class XI students of SMAN 1 Koto XI Tarusan

Kata Kunci: Discovery Learning, Image Media, Cognitive

PENDAHULUAN berinteraksi antara individu dengan

P
embelajaran merupakan suatu sesamanya.
komunikasi antara guru dengan siswa Pada saat proses pembelajaran, guru
yang terjadi secara sengaja atau tidak harus mampu menciptakan kondisi belajar
sengaja untuk memperoleh pengalaman dan yang dapat melibatkan siswa secara aktif baik
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih fisik maupun mental, sehingga siswa dapat
baik, dengan tujuan membelajarkan siswa dan termotivasi dalam pembelajaran. Dalam
memberi arahan sehingga siswa dapat proses pembelajaran kegigihan dan motivasi
termotivasi dalam proses pembelajaran. untuk belajar sangat diperlukan dan
Proses belajar mampu memotivasi siswa menentukan terhadap hasil belajar yang akan
dalam mengembangkan berbagai kemampuan diperoleh. Pembelajaran yang baik adalah
yang dimiliki siswa. Belajar bukan hanya pembelajaran dimana guru harus mampu
dapat memotivasi tetapi lebih luas dari pada memberikan kesempatan kepada siswa untuk
itu, yakni memperoleh pengetahuan. Oleh mengembangkan pola pikir sehingga siswa
karena itu, dalam proses belajar tidak hanya menerima ilmu dari apa yang
menitikberatkan pada pengetahuan dan saling diberikan oleh guru, namun juga mampu
mencari sumber ilmu lainnya. Menurut

99
TA’DIB, Volume 21 Nomor 2, Desember 2018
Sanjaya, (2006:99) guru tidak hanya berperan siswa untuk memahami struktur dan fungsi
sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan organ yang terlibat, proses-proses yang terjadi
sebagai orang yang membimbing dan serta penyakit yang ada pada sistem
memfasilitasi agar siswa mau dan mampu peredaran darah. Dengan metode yang biasa
belajar. digunakan oleh guru ketika proses
Berdasarkan hasil observasi dan pembelajaran berlangsung, maka akan sulit
wawancara penulis dengan guru biologi kelas bagi siswa untuk memahami sruktur organ
XI IPA di SMAN 1 Koto XI Tarusan pada yang terlibat pada materi sistem peredaran
bulan Agustus 2017 diperoleh informasi darah ini. siswa akan sulit untuk
bahwa, siswa masih mengangap materi memahaminya jika siswa hanya
biologi adalah materi yang sulit, karena terdiri mendengarkan dari penjelasan guru saja tanpa
dari konsep-konsep dan proses-proses yang melihat bagaimana struktur dan fungsi organ
harus dipahami. Selama proses pembelajaran serta proses-proses yang terjadi tersebut.
berlangsung terlihat bahwa proses Sehingga siswa kurang memahami materi dan
pembelajaran masih berlangsung satu arah mengakibatkan banyaknya siswa yang
yaitu dari guru ke siswa, dengan kata lain mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
proses pembelajaran masih berpusat pada Minimum (KKM). KKM yang telah
guru sehingga siswa dalam belajar hanya ditetapkan di SMAN 1 Koto XI Tarusan
bersifat menerima saja, dan interaksi guru untuk KD sistem peredaran darah adalah 80.
dengan siswa, siswa dengan siswa serta Mengatasi permasalahan tersebut, maka
dengan lingkungan masih kurang terlihat. dituntut keaktifan guru dalam menggunakan
Dalam proses pembelajaran, ketika guru model pembelajaran yang tepat sehingga
memberikan tugas dalam kelompok, kurang dalam proses pembelajaran siswa menjadi
terlihat adanya kerja sama diantara kelompok, aktif, termotivasi, serta minat dan hasil
hanya beberapa siswa yang membuat tugas belajarnya meningkat. Salah satu model
yaitu hanya siswa yang berkemampuan pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa
tinggi. Hal ini disebabkan karena dalam dan kreativitas siswa adalah model
pembentukan kelompok tidak secara pembelajaran Discovery Learning.
heterogen. Guru kurang menggunakan media Model pembelajaran Discovery Learning
pembelajaran yang bervariasi, media yang adalah model pembelajaran yang lebih
biasa digunakan guru adalah berupa buku menekankan pada ditemukannya konsep atau
paket. Hal ini akan mengakibatkan siswa prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
kurang terarah dalam memahami materi dan Masalah yang diberikan kepada siswa sebuah
kurangnya keterampilan siswa dalam proses permasalahan yang direkayasa oleh guru.
pembelajaran, yang tentunya nanti akan Selain itu penggunaan Discovery Learning
berdampak pada hasil belajar siswa. Salah ingin mengubah kondisi belajar yang pasif
satu hasil belajar siswa yang tidak optimal menjadi aktif dan kreatif, mengubah
yang masih rendah adalah pada materi sistem pembelajaran yang teacher oriented ke
peredaran darah. student oriented, mengubah modus expository
Materi sistem peredaran darah siswa hanya menerima informasi secara
merupakan materi yang kompleks, dimana keseluruhan dari guru ke modus discovery
pada materi sistem peredaran darah menuntut

100
TA’DIB, Volume 21 Nomor 2, Desember 2018
siswa menemukan informasi sendiri ulangan harian siswa. Sehingga diperoleh
(Kemendikbud, 2014: 42). sampel kelas XI IPA1 sebagai kelas
Model pembelajaran Discovery Learning eksperimen dan kelas XI IPA3 sebagai kelas
pada materi sistem peredaran darah dapat kontrol, Instrumen yang penulis gunakan
dibantu dengan berbagai media. Salah satu dalam penelitian ini untuk ranah afektif
media yang dapat digunakan adalah media adalah berupa lembar observasi yang
gambar. Gambar dapat mengatasi batasan bertujuan untuk melihat sikap dan minat
ruang dan waktu karena tidak semua benda, siswa. Untuk ranah kognitif adalah dalam
objek atau peristiwa yang dapat dibawa ke bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan
kelas dan tidak selalu anak-anak bisa dibawa yang disediakan. Untuk ranah psikomotor
ke objek atau peristiwa tersebut. Siswa blangko penilaian dan rubrik.
mengalami kesulitan untuk memahami proses
sistem peredaran darah, oleh karena itu media HASIL DAN PEMBAHASAN
gambar ini nantinya dapat mengarahkan siswa Berdasarkan hasil penelitian tentang
untuk lebih memahami dengan mudah materi penerapan model pembelajaran discovery
sistem peredaran darah karena mereka dapat learning disertai media gambar terhadap
mengamatinya langsung melalui gambar- kognitif siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Koto
gambar. XI Tarusan, Maka dapat diperoleh Data yang
Berdasarkan latar belakang masalah di dari hasil penelitian pada ranah kognitif yaitu
atas penulis telah melakukan penelitian melalui tes akhir berupa soal objektif. Hasil
tentang “Penerapan Model Pembelajaran belajar siswa pada ranah kognitif kelas
Discovery Learning Disertai Media Gambar eksperimen dan kelas kontrol darah dapat
Terhadap Kognitif Siswa Kelas XI IPA di dilihat pada Gambar 1.
SMAN 1 Koto XI Tarusan”.

100
METODE PENELITIAN 90 81.05
77.39
Penelitian ini adalah penelitian
Nilai Rata-Rata Kognitif

80
eksperimen. Penelitian ini telah dilaksanakan 70
60
pada bulan November 2017 kelas XI IPA di 50 Eksperimen
SMAN 1 Koto XI Tarusan Tahun Pelajaran 40
2017/2018. Dalam penelitian eksperimen ini 30 Kontrol
20
digunakan dua kelas sampel yaitu kelas 10
eksperimen dan kelas kontrol. Rancangan 0
yang digunakan adalah Randomized Control XI IPA1 XI IPA3
Group Postest Only Design. Kelas Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Gambar 1. Grafik Perbedaan Hasil
siswa kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
yang terdaftar pada tahun pelajaran Kontrol
2017/2018 dengan jumlah keseluruhan adalah Penilaian pada ranah kognitif dilakukan
6 kelas. Penentuan sampel dilakukan dengan pada akhir penelitian yang diambil dari tes
teknik purposive sampling dengan akhir penelitian, dengan jumlah soal 46 dalam
mempertimbangkan nilai rata-rata, nilai bentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil

101
TA’DIB, Volume 21 Nomor 2, Desember 2018
penelitian yang diperoleh, hasil belajar siswa beberapa kelompok. Pengelompokkannya
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas dibagi secara heterogen yaitu siswa dibagi
kontrol. Hal ini menunjukan model berdasarkan kemampuan akademik. Siswa
pembelajaran Discovery Learning disertai yang berkemampuan lebih akan membantu
media gambar memiliki dampak positif siswa yang kurang mampu dalam belajar
terhadap hasil belajar biologi siswa, dampak sehingga dengan kelompok heterogen ini
positif tersebut dapat dilihat dari nilai rata- akan menciptakan kompetisi sehat di kelas.
rata pada kelas eksperimen adalah 81,05 Lie (2010:43) menyatakan bahwa:
sedangkan kelas kontrol 77,39. pertama, kelompok heterogen memberikan
Berdasarkan hasil dari analisis data tes kesempatan untuk saling mengajar (peer
akhir didapat rata-rata hasil belajar biologi tutoring) dan saling mendukung. Kedua,
siswa kedua kelas sampel menunjukkan kelompok ini meningkatkan relasi dan
perbedaan. Pada kelas eksperimen (XI IPA.1) interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender.
jumlah siswa yang mengikuti tes akhir Terakhir, kelompok heterogen memudahkan
sebanyak 35 orang, yang mencapai KKM pengelolaan kelas karena dengan adanya satu
sebanyak 22 orang siswa dengan presentase orang yang berkemampuan akademis tinggi,
ketuntasan 62,86%. dan siswa yang tidak guru mendapatkan asisten untuk setiap tiga
mencapai KKM sebanyak 13 orang siswa orang. Selain itu pembelajaran discovery
dengan persentase ketuntasan 37,14%. learning ini siswa dituntut untuk menemukan
Sedangkan untuk kelas kontrol (XI IPA.3) dan memecahkan masalah sendiri
jumlah siswa yang mengikuti tes akhir berdasarkan apa yang mereka amati, sehingga
sebanyak 35 orang siswa yang mencapai dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan
KKM sebanyak 17 orang siswa dengan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang
presentase ketuntasan 48,57%, yang tidak kurang dipahami siswa melalui pertanyaan-
mencapai KKM sebanyak 18 orang siswa pertanyaan yang mereka buat.
dengan persentase ketuntasan 51,43%. Pada kelas eksperimen ini setiap siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas membuat pertanyaan yang relevan dengan
eksperimen yaitu sebesar 62,86%. dengan tujuan pembelajaran. Dengan membuat
menggunakan Model Pembelajaran Discovery pertanyaan ini dapat membantu semua siswa
Learning Disertai Media Gambar berarti terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
siswa telah berhasil menguasai materi yang membuat siswa berani dalam mengeluarkan
dipelajari. Sesuai dengan pendapat Djamarah pendapatnya dan mengemukakan hasil
(2010:107) apabila bahan pelajaran minimal penemuan yang telah mereka temukan, selain
60% dengan 75% dikuasai oleh siswa sudah itu siswa juga bertanggung jawab
bisa dikatakan baik. memecahkan permasalahan dalam
Tingginya nilai rata-rata ranah kognitif kelompoknya, seperti siswa mampu
pada eksperimen disebabkan karena pada menganalisis gambar dan membuat
kelas eksperimen dengan menggunakan pertanyaan serta menjawab pertanyaan yang
model pembelajaran Discovery Learning telah dianalisis tersebut melalui media
disertai media gambar membuat siswa aktif gambar yang diamati. Kesulitan dalam
dan bersemangat. Dalam model pembelajaran menemukan permasalahan hal ini karena
discovery learning siswa dibagi ke dalam siswa telah terbiasa dengan metode ceramah.

102
TA’DIB, Volume 21 Nomor 2, Desember 2018
Sebagaimana pendapat Sugono (2011:76), dengan anak didik dan antara anak didik
yaitu keterlibatan aktif dengan objek-objek sesamanya serta antara anak didik dengan
pembelajaran dapat mendorong motivasi lingkungannya.
siswa untuk dapat berfikir, menganalisa, Pada kelas kontrol proses
menyimpulkan dan menemukan pemahaman pembelajarannya menggunakan metode
konsep baru dan mengintegrasikannya dengan diskusi kelompok dan tanya jawab. Dengan
konsep yang sudah mereka ketahui metode diskusi dan tanya jawab ini siswa
sebelumnya. hanya berdiskusi dalam kelompok yang
Kelas eksperimen menggunakan media homogennya. Pada kelas kontrol kebanyakan
gambar. Penggunaan media gambar pada siswa jarang dan tidak berani bertanya kepada
materi sistem peredaran darah siswa lebih guru meskipun ada materi yang tidak
termotivasi untuk belajar dan lebih mudah diapahaminya. Kelemahan pembelajaran
memahami materi yang dijelaskan guru, dikelas kontrol yaitu siswa kurang aktif,
karena media gambar adalah media yang hanya siswa yang berkemampuan tinggi saja
paling umum dipakai, dia merupakan bahasa yang berkeinginan untuk belajar serius,
yang umum, yang dapat mengerti dan interaksi siswa dengan guru kurang, siswa
dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, hanya memperhatiakan guru. Pada saat
pepatah cina mengatakan bahwa sebuah berdiskusi tidak adanya saling bekerja sama
gambar berbicara lebih banyak dari pada dengan anggota kelompok, sehingga proses
seribu kata (Sadiman, 2012:29-33). Hal ini pembelajaran kurang terlaksana dengan baik.
didukung dengan pendapat Lufri (2007:112) Menurut Lie (2010:34) keberhasilan suatu
bahwa tanpa media, penyajian materi kelompok juga bergantung pada kesediaan
pelajaran menjadi kurang menarik, bahkan para anggotanya untuk saling mendengarkan
materi menjadi sulit diapahami dan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
membosankan. pendapat mereka.
Rendahnya hasil belajar siswa ranah Zalfendi (2011:189-190) menyatakan
kognitif pada kelas kontrol disebabkan karena kelemahan Discovery Learning sebagai
kurangnya minat dan motivasi siswa dalam berikut:
proses pembelajaran, sehingga kebanyakan a. Pada siswa harus ada kesiapan dan
siswa tidak aktif Pada saat guru menjelaskan kematangan mental untuk cara belajar
pelajaran tidak semua siswa yang ini.
mendengarkan penjelasan guru di depan b. Bila kelas terlalu besar penggunaan
kelas. Di samping itu siswa kurang teknik ini akan kurang berhasil.
bersemangat dalam belajar dan cenderung c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa
menerima informasi dari guru saja sehingga dengan perencanaan dan pengajaran
interaksi antara guru dan siswa kurang. Pada tradisional mungkin akan sangat kecewa
saat guru bertanya, hanya beberapa siswa bila diganti dengan teknik penemuan.
yang mampu menjawab pertanyaan dari guru d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat
dan pada umumnya siswa yang sama. bahwa proses mental ini terlalu
Menurut Lufri (2007:1) untuk mencapai hasil mementingkan proses pengertian saja,
belajar yang optimal perlu adanya interaksi kurang memperhatikan perkembangan/
edukatif, artinya interaksi ini antara guru

103
TA’DIB, Volume 21 Nomor 2, Desember 2018
pejmbentukkan sikap dan keterampilan REFERENSI
siswa. Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
e. Teknik ini mungkin tidak memberikan Jakarta: PT. Rineka Cipta.
sikap untuk berfikir secara kreatif. Kemendikbud. 2014. Model Pembelajaran
Penemuan (Discovery Learning).
KESIMPULAN Kementrian Pendidikan dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Kebudayaan. Jakarta.
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Lie, Anita. 2010. Cooperative Leraning.
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Jakarta: PT. Grasindo.
Learning Disertai Media Gambar Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi.
Berpengaruh Terhadap Kognitif Siswa Kelas Padang: UNP Press.
XI IPA di SMAN 1 Koto XI Tarusan tahun Sugono, Muhammad. 2011. Belajar Dengan
pelajaran 2017/2018. Pendekatan Pailkem. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Sadiman. 2012. Media Pendidikan. Jakarta:
PT. Raja Gravindo Persada

Article Metadata:
Afriyani. T. (2018). The Effect of Discovery Learning Model with Image Media on Students’
Cognitive at SMAN 1 Koto XI Tarusan, Ta’dib, 21 (2), 99-104.
http://dx.doi.org/10.31958/jt.v21i2.1048
Keywords: Discovery Learning, Image Media, Cognitive
Coresponding author: Tika Afriyani, STKIP PGRI Sumatera Barat, tikaafriyani11@gmail.com

104
TA’DIB, Volume 21 Nomor 2, Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai