Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Constructive Controversy pada Materi Asam Basa …..87
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan guru, keaktifan siswa dan peningkatan hasil
belajar siswa menggunakan metode Constructive Controversy pada materi asam basa bagi siswa kelas
XI IPA 4 SMA Negeri 3 Gorontalo tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Gorontalo.
Teknik pengumpulan data adalah dengan tes, dan observasi. Analisis data menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode Constructive
Controversy dapat meningkatkan kegiatan guru (dari 70,52% pada siklus I menjadi 86,83% pada siklus
II), keaktifan siswa meningkat (dari 69% pada siklus I menjadi 89% pada siklus II) dan hasil belajar
(pencapaian persentase dimensi pengetahuan meningkat dari 45,16% pada siklus I menjadi 92,86% pada
siklus II; persentase dimensi sikap siswa pada kegiatan diskusi meningkat dari 45,16% menjadi 100%
pada siklus II dan untuk kegiatan praktikum sebesar 67,74% menjadi 100% pada siklus II; persentase
dimensi keterampilan siswa pada kegiatan diskusi sebesar 41,94% menjadi 100% pada siklus II dan
untuk kegiatan praktikum sebesar 64,52% menjadi 100% pada siklus II.
Kata Kunci: Constructive Controversy, Kegiatan Guru, Keaktifan Siswa, Hasil Belajar, Asam Basa.
©2017 by Department of Chemistry, Jurnal Entropi Volume 12, Nomor 1, Februari 2017 (PP. 88-95)
Gorontalo State University - Indonesia Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains
88 JURNAL ENTROPI VOLUME 12 NOMOR 1 FEBRUARI 2017
Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains
pembelajaran, siswa yang tidak aktif selama proses (planning), tindakan (acting), pengamatan
diskusi berlangsung, kurang aktif bertanya jika ada (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan
materi yang belum dimengerti dan masih banyak keempat komponen tersebut dipandang sebagai
lagi contoh-contoh lainnya. Masalah-masalah siklus yang dapat dilihat pada Gambar 1.
tersebut menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Oleh sebab itu sebagai guru harus pandai memilih
metode atau model yang digunakan pada saat proses
pembelajaran. Pemilihan model atau metode Perencanaan Tindakan
pembelajaran menjadi penyelesaian masalah-
masalah berkaitan dengan keberhasilan proses
belajar mengajar. Metode yang tepat mampu Refleksi Pengamatan
menumbuhkan aktifitas siswa di kelas adalah
metode Constructive Controversy. Metode
Constructive Controversy dapat dirumuskan Gambar 1. Desain PTK Model Kurt Lewin
sebagai metode yang tepat untuk mengatasi hasil (Arikunto, 2006)
belajar rendah maupun aktifitas belajar siswa.
Selama pembelajaran siswa akan terlibat aktif untuk Teknik pengumpulan data yang dilakukan
menemukan pemecahan masalah berkaitan materi pada penelitian ini adalah berupa tes, observasi. Tes
yang diajarkan melalui kegiatan diskusi/praktikum digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
kemudian siswa mengemukakan ide/gagasan yang pada dimensi pengetahuan yang berupa soal
mereka temukan pada kegiatan debat. Kegiatan objektif dan esay yang sudah divalidasi khususnya
debat ini mendorong siswa untuk berpartisipasi pada materi asam basa. Observasi dilakukan untuk
aktif sehingga siswa dapat mempertahankan memperoleh data kegiatan guru, keaktifan siswa
perspektif mereka di depan kelompok lain. dan hasil belajar siswa pada dimensi sikap dan
Berdasarkan penelitian sebelumnya, keterampilan. Teknik analisis data dalam penelitian
Constructive Controversy dapat diterapkan dalam ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif
proses pembelajaran kimia. Hasil ini tidak jauh kualitatif. Untuk kegiatan guru dan keaktifan siswa
berbeda dengan hasil penelitian lain, yang juga dianalisis menggunakan rumus: % capaian = skor
menunjukkan hasil positif terhadap partisipasi rata-rata/skor ideal x 100%. Selanjutnya hasil
peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode capaian tersebut dimasukkan kedalam 5 kategori
pembelajaran kolaboratif tipe Constructive predikat. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah
Controversy diharapkan dapat meningkatkan ini:
Tabel 1. Kategori Predikat Untuk Hasil
keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi asam
Pengamatan Kegiatan Guru dan Keaktifan
basa. Siswa
No Interval Kategori
METODE PENELITIAN
1 88-100% Sangat baik
Metode penelitian yang dilakukan adalah 2 75-87% Baik
penelitian tindakan kelas yang menggunakan data 3 62-74% Cukup
pengamatan langsung terhadap jalannya proses 4 49-61% Kurang
5 ≤48% Sangat kurang
pembelajaran di dalam kelas. Subjek penelitian ini
(Lamusu, 2013)
adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3
Untuk menganalisis hasil belajar siswa
Gorontalo yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari
menggunakan penyekoran dan pemberian predikat
21 orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-
yang berbeda yang berdasarkan permendikbud
laki. Data tersebut dianalisis melalui beberapa
2014.
tahapan dalam siklus-siklus tindakan. Konsep
pokok dari penelitian tindakan Kurt dan Lewin
terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan
Aprilia Luawo, Astin Lukum, Hendri Iyabu
Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Constructive Controversy pada Materi Asam Basa …..89
HASIL DAN PEMBAHASAN capaian keaktifan siswa sebesar 69% atau dalam
Hasil Penelitian kategori cukup pada siklus I.
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 4 Untuk hasil belajar siswa dilihat dari 3
SMA Negeri 3 Gorontalo yang dilaksanakan dalam dimensi yaitu: pengetahuan, sikap dan keterampilan
2 siklus, tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, (sesuai dengan permendikbud tahun 2014 tentang
tindakan, observasi dan refleksi. Satu siklus terdiri penilaian hasil belajar). Untuk dimensi pengetahuan
dari tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x pada siklus I dari 31 siswa yang mengikuti tes,
45 menit dengan menggunakan rencana hanya 14 siswa atau 45,16% yang tuntas dan ada 17
pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. siswa atau 54,84% yang tidak tuntas. Pada dimensi
Siklus I sikap ditemukan hanya ada 14 orang atau 45,16%
Perencanaan (Planing) berada pada modus 3,00 atau kriteria baik.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran Sedangkan ada 17 orang siswa berada pada modus
dimulai peneliti terlebih dahulu melakukan berbagai 2,00 atau 54,84% termasuk kriteria cukup.
persiapan dan perencanaan. Adapun rangkaian Sedangkan dalam kegiatan praktikum pada siklus I
perangkat pembelajaran yang disiapkan sebelum ditemukan hanya ada 10 orang siswa berada pada
melaksanakan proses pembelajaran adalah rencana modus 2,00 atau 32,26% dengan kriteria cukup.
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu Sedangkan ada 21 orang siswa yang berada pada
pada sintak metode Constructive Controversy, modus 3,00 atau 67,74% dengan kriteria baik.
bahan ajar yang digunakan pada saat pembelajaran, Untuk dimensi keterampilan ditemukan hanya ada
lembar kerja siswa, lembar observasi kegiatan guru, 13 orang atau 41,94% berada pada capaian optimum
lembar observasi keaktifan siswa. 2,51-3,50 atau kriteria baik. Sedangkan ada 18
Tindakan (Acting) orang siswa atau 58,06% berada pada capaian
Pada tahap ini semua yang sudah optimum 1,51-2,50 atau termasuk kriteria cukup.
dipersiapkan pada tahap perencanaan Sedangkan dalam kegiatan praktikum pada siklus I
diimplementasikan saat proses pelaksanaan ditemukan hanya ada 11 orang siswa atau 35,48%
pembelajaran berlangsung. Tahap pelaksanaan berada pada capaian optimum 1,51-2,50 dengan
tindakan ini dilakukan dengan tujuan dapat kriteria cukup. Sedangkan ada 20 orang siswa atau
meningkatkan keaktifan siswa menggunakan 64,52% yang berada pada capaian optimum 2,51-
metode Constructive Controversy. Adapun 3,50 dengan kriteria baik.
langkah-langkah tindakan sesuai dengan tahapan- Refleksi (Reflecting)
tahapan dalam pembelajaran metode Constructive Berdasarkan data dari hasil yang diperoleh
Controversy. Semua tindakan yang dilakukan oleh dalam proses pembelajaran bahwa kegiatan guru,
peneliti di dalam kelas diobservasi oleh observer keaktifan dan hasil belajar siswa belum mencapai
yaitu guru kimia di SMA Negeri 3 Gorontalo yang indikator kinerja yang telah ditetapkan. Adapun
berjumlah 2 orang. kekurangan-kekurangan pada siklus I untuk
Pengamatan (Observing) kegiatan guru yakni: 1) Menyiapkan ruang, alat
Tahap pengamatan ini dilakukan dengan pembelajaran dan media, 2) Memeriksa kesiapan
tujuan untuk mengamati pelaksanaan tindakan pada siswa, 3) Memberikan motivasi, 4) Membagi
setiap pertemuan dengan menggunakan lembar kelompok secara heterogen, 5) Menjadi fasilitator,
observasi yang sudah disiapkan. Kemudian 6) Merekonseptualisasi masalah yang didiskusikan.
dilakukan evaluasi pada akhir pembelajaran setiap Kekurangan-kekurangan keaktifan siswa pada
siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa. siklus I yakni: 1) Bertanya kepada guru, 2)
Berdasarkan hasil penelitian capaian Menjawab pertanyaan guru, 3) Mengemukakan
kegiatan guru pada siklus I sebesar 70,52% atau pendapat. Hasil refleksi ini menunjukkan masih ada
termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan untuk kekurangan pada saat pelaksanaan pembelajaran
sehingga akan diperbaiki pada siklus II.
90 JURNAL ENTROPI VOLUME 12 NOMOR 1 FEBRUARI 2017
Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I,
adapun kekurangan-kekurangan pada siklus I untuk Gambar 1. Histogram Kegiatan Guru Siklus I dan
kegiatan guru yakni: 1) Menyiapkan ruang, alat Siklus II
pembelajaran dan media, 2) Memeriksa kesiapan
siswa, 3) Memberikan motivasi, 4) Membagi Peningkatan dan perbaikan ini juga
kelompok secara heterogen, 5) Menjadi fasilitator, didukung oleh kinerja guru. Hal ini diperkuat oleh
6) Merekonseptualisasi masalah yang didiskusikan. Lukum (2013) yang mengatakan bahwa kinerja
guru adalah kemampuan dan upaya guru untuk
Sehingga peneliti melakukan refleksi dan perbaikan melakukan tugas belajar optimal dalam
pada siklus II. Tindakan yang dilakukan peneliti perencanaan, pelaksanaan pembelajaran kegiatan,
pada siklus II yaitu : 1) Menyiapkan ruang, alat dan evaluasi hasil belajar. kinerja guru dicapai harus
pembelajaran dan media sebelum pembelajaran didasarkan pada standar kompoten profesional
dimulai, 2) Memeriksa kesiapan siswa dengan selama melakukan tugas guru dalam sekolah.
menyuruh siswa untuk menyimpan buku yang tidak Kekurangan-kekurangan pada siklus I
ada hubungannya dengan kimia saat pelaksanaan untuk keaktifan siswa di kelas yakni: 1) Bertanya
pembelajaran dimulai, 3) Memberikan motivasi kepada guru, 2) Menjawab pertanyaan guru, 3)
dengan pertanyaan yang dapat membuat siswa Mengemukakan pendapat. Selain itu siswa masih
berpikir kritis, 4) Membagi kelompok secara bingung dengan diterapkannya metode
heterogen, 5) Aktif menjadi fasilitator dalam Constructive Controversy dalam pembelajaran
kelompok kecil, 6) Memberikan penghargaan bagi sehingga siswa kurang berpartisipasi dalam
siswa yang berani untuk merekonseptualisasi kegiatan diskusi. Dari pernyataan tersebut maka
masalah yang didiskusikan. peneliti selalu memberikan motivasi dan dorongan
Hal ini diperkuat oleh (Lukum, 2015) kepada siswa agar memiliki minat belajar kimia.
mengemukakan bahwa komponen metode Karena jika siswa sudah memiliki minat untuk
pembelajaran dan skenario pembelajaran pada belajar kimia khususnya pada materi asam basa,
indikator kegiatan pembelajaran dirancang akan secara langsung siswa tersebut akan aktif
membuat peserta didik aktif belajar, sedangkan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
pada komponen penutup yaitu dalam indikator Hal ini diperkuat oleh Vitasari (2013)
membuat rangkuman/simpulan pelajaran, mengemukakan bahwa ada lima indikator keaktifan
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap siswa yaitu: perhatian siswa terhadap penjelasan
kegiatan yang sudah dilaksanakan, memberikan guru, memahami masalah yang diberikan oleh guru,
umpan balik terhadap proses dan hasil belajar. kemampuan siswa mengemukakan pendapat,
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II berdiskusi dengan kelompok, dan
terjadi peningkatan pengelolaan pembelajaran mempresentasikan hasil diskusi.
kegiatan guru yakni dari 70,52% menjadi 86,83% Setelah dilakukan penelitian pada siklus II
pada siklus II atau termasuk pada kategori baik. terjadi peningkatan keaktifan siswa yakni menjadi
Dapat dilihat pada Gambar 1. 89% atau termasuk pada kategori sangat baik. Dapat
dilihat pada Gambar 2.
89%
100 69%
Persentase
Capaian…
86,83%
Persentase Capaian
100 70,52% 50
Kegiatan Guru
0
50 Siklus 1 Siklus 2
0
Siklus 1 Siklus 2
92 JURNAL ENTROPI VOLUME 12 NOMOR 1 FEBRUARI 2017
Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains
Selanjutnya untuk data hasil belajar siswa pada Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus I
dimensi sikap siswa untuk siklus I dalam kegiatan dan Siklus II Pada Dimensi Sikap Untuk
diskusi, ditemukan hanya ada 14 orang atau 45,16% Kegiatan Diskusi
Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada
berada pada modus 3,00 atau kriteria baik.
dimensi sikap untuk kegiatan praktikum dapat
Sedangkan ada 17 orang siswa berada pada modus
dilihat pada Gambar 5.
2,00 atau 54,84% termasuk kriteria cukup.
Sedangkan dalam kegiatan praktikum pada siklus I 100 80,65%
Pada Dimensi…
45,16% 41,94%
Belajar Siswa
yang menampilkan hasil diskusinya dengan juga merupakan salah satu faktor yang
menarik dan dapat menguasai isi presentasinya. mempengaruhi hasil belajar siswa.
Untuk hasil belajar siswa pada dimensi Hal ini sejalan dengan penelitian
keterampilan dalam kegiatan diskusi dapat dilihat (Mustamin, 2010) mengemukakan bahwa faktor-
pada Gambar 6 di bawah ini : faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1)
70,97%
Faktor internal; faktor yang mempengaruhi kegiatan
80
belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
Belajar Siswa Pada
58,06%
Persentase Hasil
41,94% 1,51-2,50
40 29,03% mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor
2,51-3,50
psikologis, antara lain motivasi, perhatian,
20 3,51-4,00
0%
pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. 2)
0%
0 Faktor eksternal; pencapaian tujuan belajar perlu
Siklus I Siklus II diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang
Gambar 6. Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus I kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari
dan Siklus II Pada Dimensi luar siswa. Faktor yang mempengaruhi adalah
Keterampilan Untuk Kegiatan Diskusi mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan
keterampilan, serta pembentukan sikap.
Sedangkan hasil belajar siswa pada dimensi Berdasarkan dari data hasil belajar siswa pada
keterampilan dalam kegiatan praktikum dapat dimensi pengetahuan, sikap dan keterampilan pada
dilihat pada Gambar 7 di bawah ini: siklus II sudah memiliki peningkatan dari kategori
90,32% cukup menjadi sangat baik. Sehingga dapat
Persentase Hasil Belajar
100
Siswa Pada Dimensi
64,52%
(Praktikum)
untuk kegiatan praktikum sebesar 67,74% menjadi Lukum, A. 2013. Evaluation Of Science Learning
100% pada siklus II. Sedangkan untuk dimensi Supervision On Secondary Schools.
keterampilan pada kegiatan diskusi sebesar 41,94% International Journal of Education Vol. 5, No.
4. ISSN 1948-5476
menjadi 100% pada siklus II dan untuk kegiatan
praktikum sebesar 64,52% menjadi 100% pada Lukum, A. 2015. Evaluasi Program Pembelajaran
siklus II. IPA SMP Menggunakan Model Countenance
Stake. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi
Metode Constructive Controversy telah
Pendidikan p-ISSN: 1410-4725.
memberikan hasil yang lebih baik dari pada Mustamin, H. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar
pembelajaran konvensional. Oleh karena itu Matematika Melalui Penerapan Asesmen
hendaknya guru lebih mengembangkan penggunaan Kinerja. Lentera Pendidikan, Vol. 13, 1 juni
metode-metode pembelajaran lainnya dan sesuai 2010: 33-34.
dengan materi yang diajarkan. http://www.uin-alauddin.ac.id/download-03%20M
eningkatkan%20Hasil%20Belajar%20-%20St
DAFTAR PUSTAKA %20Hasmiah%20Mustamin.pdf
Arikunto, S., Suhardjono., Supardi. 2006. Penelitian Nurcahayani, K., Haryono., Dwi N. 2015. Upaya
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Peningkatan Keaktifan Siswa Dan Prestasi
Belajar Dengan Metode Constructive
Bickford, J. 2011. A Comparative Analysis Of Two Controversy Pada Materi Elektrolit Dan
Methods For Guiding Discussions Nonelektrolit Bagi Peserta Didik Kelas X MIA
Surrounding Controversial And Unresolved 2 Semester Genap SMA Batik 2 Surakarta
Topics. Eastern Education Journal, Vol. 40(1) Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
spring 2011 pp. 33-47. Kimia, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015.
http://castle.eiu.edu/edjournal/Spring_2011/G http://download.portalgaruda.org/article.php?a
uiding-discussions-controversial-topics.pdf rticle=332607&val=4061
Lamusu, M. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Vitasari, R., Joharman. dan Suryandari K. 2013.
Cooperative Script Untuk Meningkatkan Hasil Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar
Belajar Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Matematika Melalui Model Probelem Based
SMA Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Learning Siswa Kelas V SD Negeri 5 Kutosari.
Skripsi. Gorontalo: Program Sarjana http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pg
Universitas Negeri Gorontalo. sdkebumen/article/viewFile/2226/1640