Anda di halaman 1dari 11

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DIKAJI DARI TAKSONOMI

SOLO DALAM MATERI FUNGSI EKSPONENSIAL DI SMA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
SRI ASIH AGUSTIN
NIM. F1041151052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DIKAJI DARI TAKSONOMI SOLO
DALAM MATERI FUNGSI EKSPONENSIAL DI SMA

Sri Asih Agustin, Sugiatno, Dede Suratman


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Email: Sriasih.agustin97@gmail.com
Dedesuratman@untan.ac.id

Abstract
The purpose of this research is to explain the conceptual understanding of students refer
to SOLO taxonomy in the material of exponential function at SMA Negeri 3 Pontianak.
The research method used is explorative descriptive method. The subject of the research
are 10 students class of X IPA 6 in SMA Negeri 3 Pontianak. Subject taking was done by
giving a SOLO taxonomy test first and then each of the 2 subjects selected representing
each of the SOLO taxonomy levels was selected. The technique of collection data used are
written tests and interviews. The tools of collection data used are test instrument, interview
guide, voice recorder, and camera. The result of the data analysis of this research showed
that students conceptual understanding of SOLO taxonomy is very low category with a
percentage of 54%. The students conceptual understanding of level 0, level 1, and level 2
is very low category with a percentage of 34%, 44%, and 53%. Meanwhile, level 3 is low
category with a percentage of 59%. Furthermore, level 4 is high category with a percentage
of 81%.

Keywords: Conceptual Understanding, Solo Taxonomy, Exponential Function

PENDAHULUAN
Dalam buku National Council of Teacher bungan antar konsep dalam bentuk bersyarat,
of Mathematics (NCTM) dinyatakan bahwa (4) mengetahui dan me-nerapkan fakta dan
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap definisi, (5) membandingkan dan menginteg-
konsep matematika dapat dilihat dari kemam- rasikan keterkaitan konsep dan prinsip untuk
puan siswa mendefinisikan konsep secara ver- memperluas konsep dan prinsip, (6) mengenal,
bal dan tulisan, membuat contoh dan bukan mengintegra-sikan dan menerapkan berbagai
contoh serta menggunakan simbol-simbol un- tanda, simbol, dan pernyataan menggunakan
tuk mempresentasikan suatu konsep (NCTM, sajian konsep, dan (7) menafsirkan aturan-atu-
2000: 36). Pendapat tentang pe-mahaman kon- ran dan hubungan-hubungan yang melibatkan
septual, juga sejalan dengan para ahli di Na- konsep-konsep dalam lingkup matematika.
tional Assessment of Educational Progress Satu di antara pemahaman konseptual ma-
(2002: 38), yang menyatakan bahwa siswa tematis yang wajib dikuasai siswa adalah materi
dikatakan menunjukkan pemahaman konsep- fungsi eksponensial. Standar isi dari materi ini,
tual matematis ketika mereka memberikan bukti yaitu memuat kompetensi dasar: siswa mampu
bahwa mereka dapat: (1) mengenal, menamai, mengidentifikasi sifat-sifat eksponen, melaku-
dan menunjukkan contoh dan bukan contoh dari kan operasi aljabar yang melibatkan eksponen,
suatu konsep, (2) menggunakan dan meng- serta menggunakan sifat-sifat fungsi eksponen
hubungkan model-model, diagram, manipulatif, dalam memecahkan masalah sederhana yang
dan berbagai representasi konsep, (3) mengi- berkaitan dengan eksponen.
dentifikasi dan menerapkan prinsip-prinsip, ya- Konsep fungsi eksponensial sebelumnya
itu menyatakan valid yang dibangun dari hu- telah dipelajari siswa di tingkat SMP sehingga

1
dapat membantu siswa kelas X SMA semester yang sudah dijelas-kan. Jawaban siswa hanya
satu untuk mencapai pemahaman konseptual ditandai dengan diam dan belum mampu men-
materi fungsi eksponensial. Kurangnya pema- jawab apa yang ditanyakan guru. Sehingga hal
haman konseptual materi fungsi ekspo-nensial ini juga mengin-dikasikan bahwa pemahamam
tentunya akan mempengaruhi bagai-mana siswa konseptual siswa masih rendah.
menerapkan aplikasinya dalam kehidupan se- Kurangnya respon siswa bukan tanpa
hari-hari. alasan. Satu di antara alasan tersebut adalah
Berdasarkan hasil prariset, setelah diada- guru selama ini masih menggunakan tujuan
kan pemberian tes berbentuk essay sebanyak 2 pembelajaran Taksonomi Bloom yang belum
soal kepada 38 siswa untuk mengetahui sejauh menyediakan cara yang sederhana dan kuat
mana pemahaman konseptual siswa terhadap untuk menggambarkan bagaimana hasil belajar
materi fungsi eksponensial. Dari tes yang dibe- siswa dan mengkhususkan respon siswa terha-
rikan diperoleh rata-rata nilai siswa yaitu 73,6. dap masalah. Berangkat dari masalah tersebut
Nilai terendah dan tertinggi dari hasil tes yang maka perlu adanya suatu tujuan pembelajaran
diberikan yaitu 30 dan 100. Dalam jawaban lain yang dapat mengklasifikasikan respon
siswa, sebanyak 26 siswa masih banyak terda- nyata dari siswa.
pat kesalahan dalam menyelesaikan soal antara Biggs dan Collis pada tahun 1982 me-
lain, kesalahan menerapkan sifat bentuk pang- ngembangkan model taksonomi tujuan pem-
kat (masih belum mampu menunjukkan contoh belajaran yang kemudian dikenal dengan
dan bukan contoh dari suatu konsep), kesalahan taksonomi SOLO (The Structured of the
saat menghitung operasi pada bentuk pangkat Observed Learning Outcome). Taksonomi ini
(belum mampu menerapkan dan menyesuaikan dikembangkan dengan alasan menyediakan
ide-ide untuk situasi baru), lupa bentuk pangkat cara yang sederhana dan kuat untuk meng-
suatu bilangan (belum mampu menghubungkan gambarkan bagaimana hasil belajar tumbuh
ide-ide lama dengan ide-ide baru), serta keti- dalam kompleksitas dari permukaan ke dalam
dakmampuan melanjutkan proses penyelesaian pemahaman konseptual. TS dikhususkan pada
(ketidakmampuan menghubungkan suatu mak- respon siswa terhadap masalah. Kemampuan
na dengan hasil). Hal ini mengindikasikan pe- kognitif dapat diartikan sebagai suatu proses
mahaman konseptual siswa materi fungsi eks- berpikir atau kegiatan intelektual seseorang
ponensial masih rendah. Berdasarkan hasil yang tidak dapat secara langsung terlihat dari
wawancara guru matematika kelas X, di mana luar. Kemampuan kognitif yang dapat dilihat
dari hasil wawancara tersebut menaksirkan bah- adalah tingkah laku sebagai akibat terjadinya
wa pemahaman konseptual siswa dalam proses proses berfikir seseorang. Dari tingkah laku
pembelajaran materi fungsi eksponensial masih yang tampak itu dapat ditarik kesimpulan me-
sangat kurang, karena siswa masih belum mam- ngenai kemampuan kognitifnya. Apa yang
pu menunjukkan indikator dari pema-haman terjadi pada seseorang yang sedang belajar tidak
konseptual dan hanya sekedar meng-hapal dapat diketahui secara langsung tanpa orang itu
rumus yang diberikan oleh guru. Padahal yang menampakkan kegiatan yang merupakan
seharusnya terjadi dalam pembelajaran adalah fenomena belajar. Kita tidak dapat melihat
siswa harus memahami konsep materi yang secara langsung proses berpikir yang sedang
akan dipelajari bukan menghapal rumus. terjadi pada seorang siswa yang sedang
Ketidakmampuan siswa dalam memahami dihadapkan pada sejumlah pertanyaan, akan
dan menunjukkan indikator pemahaman kon- tetapi kita dapat mengetahui kemampuan
septual juga dilihat dari respon siswa pada saat kognitifnya dari jenis dan kualitas respon yang
pembelajaran di kelas. Ketika guru menje- diberikan.
laskan, banyak di antara siswa yang masih sulit TS adalah klasifikasi respon nyata dari
bahkan tidak mampu untuk memberikan respon siswa tentang struktur hasil belajar yang
terhadap apa yang mereka terima. Kurangnya diamati. Deskripsi tentang TS terdiri dari lima
respon siswa diantaranya saat guru memberikan tingkat/level yang dapat menggambarkan per-
perta-nyaan tentang materi fungsi eksponensial kembangan kemampuan berpikir siswa dalam

2
memecahkan suatu masalah, yaitu: level (0) adalah penelitian studi kasus. Subjek dalam
Pra-structural, level (1) Unistructural, level (2) penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 6 SMA
Multistructural, level (3) Relational, dan level Negeri 3 Pontianak yang diambil sampel se-
(4) Extended Abstract. banyak 10 siswa dari 35 siswa. Pengambilan
TS dapat digunakan sebagai alat ukur dan subjek dilakukan dengan memberikan tes tak-
alat evaluasi tentang kualitas respon dan ke- sonomi SOLO terlebih dahulu kemudian dipilih
mampuan peserta didik terhadap suatu masalah masing-masing 2 subjek yang mewakili ma-
berdasarkan pada kompleksitas pemahaman. sing-masing level TS. Objek dalam pe-nelitian
Artinya, TS digunakan untuk mengukur kua- ini adalah pemahaman konseptual siswa dikaji
litas jawaban peserta didik terhadap suatu dari TS dalam menyelesaikan soal materi fungsi
masalah berdasarkan pada kompleksitas pema- eksponensial.
haman atau jawaban peserta didik terhadap Alur dalam penelitian ini dimulai dari ta-
masalah yang diberikan. hap persiapan, yaitu melakukan pra riset,
Menurut Collis (1982) penerapan TS untuk menyusun desain penelitian, seminar desain
mengetahui kualitas atau kemampuan siswa penelitian, dan melakukan revisi desain pe-
sangat tepat, karena TS merupakan alat yang nelitian berdasarkan hasil seminar. Selanjutnya
mudah dan sederhana untuk menentukan level membuat kisi-kisi soal, membuat tes tertulis
respon siswa terhadap suatu permasalahan. mengenai kajian TS dan pemahaman kon-
Selain itu kegunaan TS adalah untuk menyusun septual beserta alternatif jawaban, membuat
butir soal dan untuk interpretasi respon siswa rubrik penskoran dan pedoman wawancara. Tes
sangat nyata. Dalam tulisan lain Collis juga yang telah dirancang bertujuan untuk membagi
berpendapat bahwa pendekatan model respon siswa tiap level TS dan mendeskripsikan pema-
dari TS sangat berguna bagi pendidik dan haman konseptual siswa.
peneliti untuk mendeskripsikan level pe- Langkah selanjutnya adalah tes tersebut
mahaman siswa yang berkaitan dengan soal- diuji coba secara terbatas untuk menvalidasi
soal yang harus diselesaikan. Sehingga TS kelogisan tes yang telah dibuat. Setelah itu
menjadi alasan NCTM (2000) mengemukakan dilakukan validasi terhadap tes kajian TS dan
“student’s responses reflected different levels of pemahaman konseptual oleh satu orang dosen
understanding”. Respon siswa dapat berbeda- matematika FKIP Untan dan satu orang guru
beda sesuai dengan tingkat pemahaman. matematika tingkat SMA. Hal tersebut dila-
Berdasarkan paparan masalah sebelumnya, kukan sebagai langkah untuk menilai apakah tes
maka perlu adanya suatu penilaian yang dapat tersebut valid atau tidak. Jika tidak valid, maka
menunjukkan pemahaman konseptual siswa akan dilakukan revisi. Setelah divalidasi, tes
dengan tepat. Hal ini dilakukan dalam upaya tersebut diuji cobakan kepada siswa SMA
untuk meningkatkan dan mengetahui lebih spe- Negeri 2 Pontianak. Langkah selanjutnya ada-
sifik pemahaman konseptual siswa yang lah melakukan penelitian terhadap siswa SMA
merupakan satu diantara bagian penting pem- Negeri 3 Pontianak. Hasil dari penelitian ini
belajaran matematika di sekolah. diolah yang bertujuan untuk menjelaskan
Dengan adanya permasalahan tersebut pemahaman konseptual siswa dikaji dari TS
pada materi Fungsi Eksponensial, maka peneliti dalam materi fungsi eksponensial di SMA
tertarik untuk mengidentifikasi bagaimana pe- Negeri 3 Pontianak.
mahaman konseptual siswa dikaji dari tak- Teknik pengumpulan data dalam pene-
sonomi SOLO (Structure of Observed Lear- litian ini adalah tes tertulis dan wawancara. Alat
ning Outcomes) pada materi Fungsi Ekspone- pengumpul data dalam penelitian ini, yaitu tes
nsial di Sekolah Menengah Atas. uraian, pedoman wawancara, perekam su-ara,
dan kamera. Adapun tahap-tahap dalam teknik
METODE PENELITIAN analisis data yaitu: (1) memberikan tes, meng-
Metode yang digunakan dalam penelitian analisis jawaban untuk memilih 10 siswa sesuai
ini adalah metode deskriptif yang bersifat dengan level taksonomi SOLO. Indikator peni-
eksploratif. Bentuk penelitian yang digunakan laian dalam menentukan level siswa ber-

3
dasarkan Taksonomi SOLO terbagi dalam 5 lisis terhadap hasil tes dan wawancara yang
level (masing-masing level mewakili 2 siswa), telah dilakukan untuk menarik kesimpulan.
di mana masing-masing level memiliki 4 indi-
kator yang berbeda satu sama lain. Subjek akan HASIL PENELITIAN DAN
dinyatakan berada pada level tertentu ketika PEMBAHASAN
indikator pada level itu terpenuhi secara mak- Hasil
simal atau paling banyak dibandingkan level Setelah memberikan tes tertulis mengenai
lainnya. Indikator penilaian berdasarkan TS pemahaman konseptual kepada 10 siswa, data-
dapat dilihat pada lampiran A; (2) memberikan data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan
tes pemahaman konseptual dan melakukan wa- dianalisis. Jawaban siswa dikoreksi dan diberi-
wancara kepada 10 siswa; (3) memberikan skor kan skor sesuai dengan kriteria penskoran yang
dan menganalisis jawaban siswa ber-dasarkan telah dicantumkan pada pedoman pen-skoran
rubrik penskoran; (4) menyatakan skor tes pe- dan dihitung ketercapaian jawaban masing-
mahaman konseptual siswa dalam bentuk per- masing siswa pada level Taksonomi SOLO.
sentase; (5) melakukan analisis terhadap hasil Berikut disajikan hasil penskoran tes pe-
tes dan wawancara untuk mengetahui bagai- mahaman konseptual dan hasil tes p-emahaman
mana pemahaman konseptual siswa pada ma- konseptual tiap level Taksonomi SOLO.
sing-masing level; (6) menjelaskan hasil ana-

30

25
Jumlah Skor pada Setiap Soal

20

15

10

0
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
Nomor Soal

Gambar 1. Jumlah Skor Siswa pada Setiap Soal

Berdasarkan gambar 1 jumlah skor yang roleh siswa pada soal nomor 4 adalah 26.
diperoleh siswa pada soal nomor 1 adalah 22. Padahal jumlah skor maksimal yang seharusnya
Jumlah skor yang diperoleh siswa pada soal diperoleh siswa pada setiap soal yaitu 40. Hasil
nomor 2 adalah 25. tes pemahaman konseptual tiap level Tak-
Jumlah skor yang diperoleh siswa pada sonomi SOLO dapat disajikan melalui gambar
soal nomor 3 adalah 12. Jumlah skor yang dipe- 2 berikut.

4
90
80

Ketercapaian (%) 70
60
50
40
30
20
10
0
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Level Taksonomi Solo

Gambar 2. Ketercapaian Siswa Tiap Level Taksonomi SOLO pada Tes Pemahaman
Konseptual

Pembahasan kesalahan, namun siswa AIR masih belum


Secara keseluruhan hasil penelitian ini mampu dalam menghubungkan makna dengan
menunjukkan bahwa pemahaman konseptual hasil.
siswa dikaji dari taksonomi SOLO termasuk Kelemahan mereka dalam menyelesaikan
pada kategori sangat rendah dengan persentase soal pemahaman konseptual dikarenakan me-
54%. Namun jika dikaji berdasarkan pema- reka merasa lupa dan akhirnya merasa tidak
haman konseptual masing-masing level tak- paham. Hal ini tampak dari cuplikan hasil
sonomi SOLO, dapat dibahas hal-hal berikut. wawancara dengan siswa berkode FL, seperti
Berdasarkan gambar 2 tampak bahwa pada berikut
siswa level 0, ketercapaian dalam me- P : Oke, kenapa tidak menjawab soal nomor 1?
nyelesaikan soal pemahaman konseptual se- FL : Masih belum menemukan contohnya bu
besar 34%. Hal ini menunjukkan bahwa pe- P : Kenapa tidak menemukan?
mahaman konseptual siswa yang terdiri dari FL : Lupa bu dengan contohnya
empat indikator termasuk dalam kategori sangat P : Bisa mengerjakan soal nomor 2?
rendah. Jawaban dari kedua siswa yang berada FL : Saya coba-coba jak caranya bu. Langsung
pada level 0 berbeda-beda. Siswa FL tidak ke hasilnya yaitu 9.
mampu menjawab semua soal yang diberikan. Siswa FL dan AIR mengatakan bahwa lupa
Pada jawaban, siswa FL tidak mampu me- dengan konsep-konsep eksponen dan merasa
nunjukkan keempat indikator pemahaman kon- tidak paham dengan cara menyelesaikannya.
septual. Bahkan, untuk indikator menunjukkan Bahkan siswa FL menjawab dengan coba-coba
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep dan karena lupa, sedangkan siswa AIR mengatakan
indikator menghubungkan makna dengan hasil, bahwa bisa menjawab soal yang diberikan
siswa FL tidak menuliskan jawaban apapun apabila ingat dengan konsep-konsep eksponen.
pada lembar jawabannya. Sedangkan pada Berdasarkan gambar 2 tampak bahwa pada
jawaban siswa AIR sudah mampu dalam siswa level 1, ketercapaian dalam me-
menunjukkan contoh dan bukan contoh dari nyelesaikan soal pemahaman konseptual se-
suatu konsep, menerapkan dan menyesuaikan besar 44%. Hal ini menunjukkan bahwa
ide-ide untuk situasi baru tetapi masih banyak pemahaman konseptual siswa yang terdiri dari
kesalahan, mampu menghubungkan ide-ide empat indikator termasuk dalam kategori sangat
lama dengan ide-ide baru tetapi masih banyak rendah. Jawaban dari kedua siswa yang berada

5
pada level 1 juga berbeda-beda. Pada indikator nyelesaikan soal pemahaman konseptual se-
1 siswa GO dan ZAA sudah mampu me- besar 53%. Hal ini menunjukkan bahwa pe-
nunjukkan contoh dan bukan contoh tetapi mahaman konseptual siswa yang terdiri dari
masih belum mampu menuliskan syarat dari empat indikator termasuk dalam kategori sangat
contoh yang telah ditunjukkan. Pada indikator rendah. Jawaban dari kedua siswa yang berada
2, siswa GO dan ZAA sudah mampu ke tahap pada level 2 berbeda-beda. Siswa SRK tidak
menerapkan dan menyesuaikan ide-ide untuk mampu menjawab soal pada indikator 3. Bah-
situasi baru tetapi masih banyak kesalahan. kan, untuk indikator 2 siswa SRK tidak mampu
Kesalahan siswa level 1 ini dikarenakan keti- menerapkan dan menyesuaikan ide-ide untuk
dakmampuan menerapkan sifat-sifat ekspo-nen situasi baru. Sedangkan pada jawaban siswa FD
ke dalam soal persamaan eksponensial. Pada sudah mampu menunjukkan semua indikator
indikator 3, siswa ZAA tidak menuliskan pemahaman konseptual tetapi masih banyak
jawaban apapun dalam lembar jawabannya yang harus dilengkapi dari jawaban. Pada
sedangkan siswa GO hanya menuliskan jawa- jawabannya, siswa FD belum mampu menulis-
ban tetapi tidak mampu menyelesaikan. Pada kan syarat dari contoh persamaan eksponensial
indikator 4 terjadi sebaliknya, siswa GO tidak yang ditunjukkan serta kurang teliti dalam
menuliskan jawaban apapun dalam lembar menyimpulkan jawabannya dalam menyelesai-
jawabannya, sedangkan siswa ZAA sudah kan soal indikator 3.
mampu menyelesaikan soal dengan tepat. Ke- Kelemahan mereka dalam menyelesaikan
mampuan siswa yang berada pada level 1 ini soal pemahaman konseptual dikarenakan
dikarenakan mereka mengaku kesulitan me- mereka merasa lupa, kurang belajar, dan belum
nyelesaikan soal karena tidak paham dan lupa. paham. Hal ini tampak dari cuplikan hasil
Hal ini tampak dari cuplikan hasil wawancara wawancara dengan siswa berkode FD, seperti
dengan siswa berkode GO, seperti berikut ini. berikut ini.
P : Dari keempat soal yang mana yang paling P : Nah menurut Dave ni Dave tidak bisa
sulit? menyelesaikan beberapa soal itu karena
GO : Nomor 2,3, dan 4 bu apa?
P : Kenapa? FD : Kurang belajar.
GO :Gak paham bu harus mengerjakannya P : Selain kurang belajar ada lagi?
gimana FD : Saya merasa belum paham bu.
P : Nomor 1 bisa ya? Siswa FD dan SRK mengatakan bahwa
GO : Bisa sedikit-sedikit. mereka merasa lupa, belum paham, dan merasa
P : Kenapa? kurang belajar pada materi persamaan dan per-
GO : Lupa. Saya banyak lupa bu tidaksamaan eksponensial. Ketika diminta men-
Siswa GO dan ZAA mengatakan bahwa jelaskan cara pengerjaan soal subjek FD bisa
mereka lupa dan tidak paham dalam me- menjelaskan dengan benar dan sistematis. Na-
nyelesaikan soal yang diberikan. Bahkan siswa mun ada ketidaktelitian dari subjek FD dalam
GO mengaku kesulitan dengan nomor 2,3, dan menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa SRK
4. Dari cara pengerjaan, subjek GO masih be- juga mengatakan tidak terbiasa untuk latihan
lum mampu untuk menerapkan sifat-sifat soal di rumah.
eksponen ke langkah penyelesaian. Alasannya, Berdasarkan gambar 2 tampak bahwa pada
subjek GO tidak paham dengan apa yang harus siswa level 3, ketercapaian dalam me-
dilakukan untuk menyelesaikan soal yang nyelesaikan soal pemahaman konseptual se-
diberikan. Sedangkan menurut siswa ZAA soal besar 59%. Hal ini menunjukkan bahwa pe-
yang paling sulit adalah nomor 3. Siswa ZAA mahaman konseptual siswa yang terdiri dari
kesulitan menyelesaikan soal yang diberikan empat indikator termasuk dalam kategori ren-
karena merasa lupa dan tidak pernah menye- dah. Jawaban dari kedua siswa yang berada
lesaikan soal yang diberikan sebelumnya. pada level 3 berbeda-beda. Pada indikator 3,
Berdasarkan gambar 2 tampak bahwa pada siswa DA hanya mampu menuliskan soal kem-
siswa level 2, ketercapaian dalam me- bali pada lembar jawabannya tetapi untuk

6
indikator 1,2, dan 4 siswa DA sudah mampu Jawaban dari kedua siswa yang berada pada
menunjukkan indikator pemahaman konseptual level 4 ini hampir sama. Pada masing-masing
tetapi masih belum tepat. Pada jawaban siswa indikator, siswa LMC dan TY sudah mampu
DA juga belum mampu melanjutkan proses pe- menunjukkan pemahaman konseptual dengan
nyelesaian. Sedangkan siswa TAP sudah ham- baik. Hanya saja, pada jawaban siswa LMC dan
pir mampu menunjukkan keempat indi-kator TY ini belum lengkap dalam menuliskan syarat
dengan baik namun kurang teliti dalam me- yang harus dipenuhi pada contoh persamaan
nyelesaikan soal yang diberikan. pada indi- eksponensial yang telah ditunjukkan dan juga
kator 1 siswa TAP belum mampu menuliskan pada indikator 3 siswa LMC dan TY belum
syarat dari contoh persamaan eksponensial yang mampu melanjutkan proses penyelesaian.
telah ditunjukkan. Ketidakmampuan mereka dalam melanjut-
Kelemahan mereka dalam menyelesaikan kan proses menyelesaikan beberapa soal pema-
soal pemahaman konseptual dikarenakan me- haman konseptual dikarenakan mereka hanya
reka merasa lupa dan tidak paham. Hal ini tam- mengingat sedikit dari konsep eskponen dan
pak dari cuplikan hasil wawancara dengan sis- tidak paham dengan maksud soalnya. Hal ini
wa berkode TAP, seperti berikut ini. tampak dari cuplikan hasil wawancara dengan
P : Dari keempat soal yang mana yang paling siswa berkode LMC, seperti berikut ini.
sulit? P : Kenapa?
TAP : Sebenarnya sih kalau ingat tadak susah LMC : Karena gak paham bu. Dan juga gak
bu. Kalu lupa pasti sulit hehe. Kaya soal paham dengan maksud soalnya.
nomor 1 ni bu. Ha ini lupa dengan syarat- P : Masih ingat konsep-konsep eksponen?
syaratnya. Tapi yang paling sulit tu nomor 4 LMC : Sedikit-sedikit.
bu. Karena tadak kepikir ke logaritma. Leteh Siswa LMC dan TY mengaku kesulitan
nyarinya. untuk menjawab soal nomor 3 karena tidak
Siswa TAP mengatakan bahwa bisa me- paham cara pengerjaan dan maksud soal. Selain
nyelesaikan soal yang diberikan apabila ingat nomor 3, siswa LMC dan TY mengatakan bisa
dengan konsep-konsep eksponen. Menurut menjawab soal dengan baik. Subjek LMC juga
TAP soal yang paling sulit nomor 4, tetapi bisa membedakan cara penyelesaian persamaan
subjek TAP mampu menyelesaikan soal dengan dan pertidaksamaan eksponensial. Pada hasil
baik dan tepat. Ketika ditanya mengenai per- wawancara, siswa LMC mengaku bingung de-
samaan dan pertidaksamaan eksponen subjek ngan soal pada nomor 4, tetapi setelah dilihat
TAP juga bisa membedakan contoh soal dari proses penyelesaian, jawaban siswa LMC
persamaan dan pertidaksamaan eksponen. Be- sudah mampu menunjukkan indikator meng-
gitu juga dengan siswa DA, siswa DA kesulitan hubungkan ide-ide lama dengan ide-ide baru
menjawab soal nomor 3 karena tidak paham dengan baik. Ketika siswa TY ditanya apakah
dengan soal dan cara pengerjaan yang akan sudah yakin dengan jawaban yang diberikan
dilakukan. Ketika ditanya apakah selain nomor selain nomor 3, siswa TY menjawab belum
4 bisa, subjek DA juga menjawab tidak paham yakin karena masih bingung. Tetapi siswa TY
dengan soal dan cara pengerjaan. Tetapi ketika ini juga sudah mampu membedakan soal
ditanya cara menyelesaikan nomor 2 subjek DA persamaan dan pertidaksamaan eksponensial.
bisa menjelaskan tetapi masih belum tepat Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa
alasan-alasan yang diberikan. Dan subjek DA semakin tinggi level taksonomi SOLO semakin
bisa membedakan persamaan dan per- tinggi ketercapaian pemahaman konseptual
tidaksamaan eksponensial. siswa. Namun pada hasil tes pe-mahaman
Berdasarkan gambar 2 tampak bahwa pada konseptual, jawaban siswa yang be-rada pada
siswa level 4, ketercapaian dalam me- level yang sama berbeda-beda. Pada hasil tes,
nyelesaikan soal pemahaman konseptual se- yang hanya dapat dikategorikan pema-haman
besar 81%. Hal ini menunjukkan bahwa pe- konseptual tinggi yaitu siswa pada level 4
mahaman konseptual siswa yang terdiri dari (extended abstract). Menurut Khamim Thohari,
empat indikator termasuk dalam kategori tinggi. pada tingkat ini peserta didik dapat memberikan

7
beberapa kemungkinan konklusi. Artinya, butir mereka mengerjakan pada masing-masing level
soal yang diberikan kepada peserta didik perkembangan kognitif.
memberikan peluang kepada pe-serta didik Berdasarkan hasil tes yang diberikan,
untuk memahami soal dan menggeneralisasi kesepuluh siswa yang menyelesaikan soal pe-
beberapa kemungkinan pe-nyelesaian dari butir mahaman konseptual tidak ada yang mencapai
soal yang diberikan. Peserta didik pada tingkat pemahaman konseptual dengan baik. Seperti
ini berpikir secara konseptual dan dapat yang sudah dijelaskan menurut NAEP bahwa
melakukan generalisasi. Rincian respon yang siswa dikatakan menunjukkan pemahaman
dibangun pada suatu pola structural dapat konseptual dengan baik ketika mereka mem-
terintegrasi pada suatu struktur lain. Artinya, berikan bukti bahwa mereka mampu: (1) me-
pada tingkat extended abstract peserta didik nunjukkan contoh dan bukan contoh dari su-atu
mampu memberikan beberapa solusi terhadap konsep; (2) menerapkan dan menyesuaikan ide-
suatu masalah serta memberikan suatu ide untuk situasi baru; (3) menghubungkan
penjelasan antar solusi, bahkan peserta didik makna dengan hasil; (4) menghubungkan ide-
mampu membangun struktur baru dari solusi- ide lama dengan ide-ide baru. Siswa yang
solusi tersebut. berada pada level tertinggi yaitu level 4 ex-
Biggs dan Collis mengatakan Taksonomi tended abstract hanya mampu menunjukkan
SOLO memberikan peluang pada siswa untuk tiga indikator dari 4 indikator pemahaman
selalu berpikir alternatif (kemampuan pada konseptual yang telah ditentukan. Siswa pada
level multistruktural), membandingkan antara level ini masih belum mampu menunjukkan
suatu alternatif dengan alternatif yang lain indikator menghubungkan makna dengan hasil.
(kemampuan pada level relasional), serta Berdasarkan hasil wawancara, ketidak-
memberikan peluang pada siswa untuk mampu tercapaian siswa dalam menunjukkan pe-
memberikan sesuatu yang baru dan berbeda dari mahaman konseptual dengan baik dikarenakan
biasanya (kemampuan pada level extended siswa masih belum paham dengan konsep-
abstract). Artinya, taksonomi ini disamping konsep dasar pada materi fungsi eksponensial,
mengakomodasi tujuan langsung juga mampu tidak paham dengan soal, kurang belajar, tidak
mengakomodasi tujuan secara tidak langsung pernah mengalami atau berhadapan dengan soal
pembelajaran matematika dan menuntut siswa yang serupa, bahkan banyak di antara siswa
pada kemampuan kognitif tingkat tinggi. Pada yang mengaku lupa dengan konsep-konsep ma-
penelitian Hari Wibawa (2017), pemahaman teri fungsi eksponensial. Hal ini menyiratkan
konseptual siswa yang memperoleh skor di atas bahwa pembelajaran matematika yang dialami
KKM telah mencapai level multistruktural dan siswa selama ini kurang bermakna. NCTM
siswa yang memperoleh skor di bawah KKM (2000) menyebutkan bahwa “Pembelajaran
hanya mencapai pada level unistruktural saja. matematika yang efektif perlu pemahaman apa
Laisouw (2012) melaporkan bahwa respon dari yang siswa ketahui, perlu pelajari, kemudian
dua siswa dengan minat belajar matematika tantangan dan dukungan terhadap mereka untuk
tinggi berada pada level extended abstract, dua mempelajarinya dengan baik.”. Belajar ma-
siswa dengan minat belajar matematika sedang tematika akan berhasil tidak hanya dengan
berada pada level yang berbeda, satu berada memahami konsep tetapi harus mahir meng-
pada level relasional, dan siswa lain berada gunakan keterampilan matematika dan mampu
pada level multistruktural. Respon dari dua memberikan alasan secara sistematis. Dalam
siswa dengan minat belajar matematika rendah hal ini, pembelajaran akan menjadi bermakna
juga berbeda, satu pada level multistruktural, jika siswa diminta mengembangkan metode,
sedang yang lain pada kategori unistruktural. cara, atau pendekatan yang berbeda dalam men-
Hawkins dan Hedberg (2009) mengindikasikan jawab permasalahan yang diberikan dan bukan
bahwa siswa mengerjakan tugas pada level berorientasi pada jawaban akhir. Tujuan utama-
yang berbeda, bahkan ketika beberapa siswa nya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
berhasil menyelesaikan masalah yang sama, lebih menekankan pada cara bagaimana sampai
pada suatu jawaban.

8
Lebih lanjut, Marzano (1992: 16) me- ini yaitu: (1) bagi guru, penelitian ini dapat
nyatakan bahwa dalam pembelajaran siswa ha- menjadi rujukan untuk membantu guru dalam
rus memiliki sikap dan perilaku belajar yang merancang sistem pembelajaran untuk me-
kondusif serta memanfaatkan keterampilan ber- ningkatkan pemahaman konseptual siswa; (2)
pikir, untuk selanjutnya tugas pertama siswa bagi siswa diharapkan dapat memanfaatkan
dalam belajar yaitu siswa mengumpulkan dan potensi pemahaman konseptualnya secara mak-
mengintegrasikan pengetahuan baru, di mana simal dalam menyelesaikan masalah ma-
siswa harus mengasimilasikan pengetahuan tematika; (3) bagi peneliti lain yang ingin me-
baru dan keahliannya dengan apa yang telah di- lanjutkan penelitian ini disarankan untuk dapat
ketahui. Proses belajar tidak sekedar meng-ha- memberikan perlakuan untuk me-ningkatkan
fal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, pemahaman konseptual siswa (4) gunakan
namun berusaha menghubungkan konsep-kon- waktu secara maksimal untuk melakukan tes
sep tersebut untuk menghasilkan pe-mahaman yaitu waktu ketika siswa mengeluarkan
yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari kemampuan terbaiknya untuk me-ngerjakan
akan dipahami secara baik dan tidak mudah soal tes tersebut.
dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi be-
lajar bermakna maka guru harus selalu berusaha DAFTAR RUJUKAN
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang Biggs J., & Collis, K.F. (1982). Evaluating
telah dimiliki siswa dan mampu me-madukan- theQuality of Learning. The SOLO
nya dengan pengetahuan baru yang akan diajar- Taxonomy. New York: Academic Press.
kan. Bila tidak dilakukan usaha untuk memadu- Hawkins, W & Hedberg, J.G. (1986).
kan pengetahuan baru dengan konsep-konsep Evaluating LOGO: Use of the SOLO
relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif Taxonomy. Australian Journal of
siswa, maka pengetahuan baru tersebut cen- Educational Technology, 2(2), 105-109.
derung akan dipelajari secara hafalan. Retrieved from
Guru dalam pembelajarannya di kelas http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet2/
tidak mengaitkan dengan skema yang telah Laisouw, R. (2012). Profil Siswa dalam
dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan Memecahakan Masalah Aljabar
kesempatan untuk menemukan kembali dan Berdasarkan Taksonomi SOLO Ditinjau
mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. dari Minat Belajar Matematika. Tesis.
Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa Surakarta: UNS.
dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran Marzano, R.J. (1992). A Different Kind of
di kelas penting dilakukan agar pembelajaran Classroom, Teaching with Dimensions of
bermakna. Berdasarkan pendapat di atas, pem- Learning. Alexandria: ASCD.
belajaran matematika di kelas ditekankan pada NAEP. (2002). Mathematics Framework for the
keterkaitan antara konseo-konsep ma-tematika 2003 National Assessment of Educational
dengan pengalaman siswa sehari-hari. Progress. Washington, DC: National
Assessment of Educational Progress.
SIMPULAN DAN SARAN NCTM. (2000). Principles and Standards for
Simpulan School Mathematics. USA: The National
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- Council of Teachers Mathematics, Inc.
bahasan, secara umum dapat disimpulkan bah- Thohari, Khamim. (2012). Mengukur Kualitas
wa pemahaman konseptual siswa dikaji dari Pembelajaran Matematika dengan
taksonomi SOLO termasuk pada kategori sa- Gabungan Taksonomi Bloom dan
ngat rendah dengan persentase 54%. Taksonomi SOLO. Jurnal Pendidikan,
Retrieved from
Saran http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dok
Beberapa saran yang diajukan peneliti umen/SOLO.pdf.
berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian

Anda mungkin juga menyukai