Anda di halaman 1dari 4

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERFIKIR OTAK SINERGIS “BOS” PADA POKOK

BAHASAN KUBUS KELAS X SMA NEGERI 1 KEDAMEAN


Akhmad Muslikin
(Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)
akhmad_smart@yahoo.com

Liydia Lia Prayitno


(Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)
akhmad_smart@yahoo.com

Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang
diperoleh melalui proses pendidikan dan kemampuan guru yang kurang dalam membuat strategi pembelajaran
yang baik. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan cara menggunakan pembelajaran
berfikir otak sinergis.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana kemampuan guru menerapkan pembelajaran
berfikir otak sinergis (BOS) pada pokok bahasan kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean. 2) Bagaimana
aktivitas siswa selama penerapan pembelajaran berfikir otak sinergis (BOS) pada pokok bahasan kubus kelas X
SMA Negeri 1 Kedamean. 3) Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran berfikir otak
sinergis (BOS) pada pokok bahasan kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean. 4) Bagaimana respon siswa
dengan diterapkannya pembelajaran berfikir otak sinergis (BOS) pada pokok bahasan kubus kelas X SMA
Negeri 1 Kedamean. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran berfikir otak sinergis (BOS) dalam mengajarkan pada pokok bahasan kubus kelas X SMA Negeri
1 Kedamean, aktivitas siswa dalam pembelajaran berfikir otak sinergis (BOS) pada pokok bahasan kubus kelas
X SMA Negeri 1 Kedamean, hasil belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran berfikir otak sinergis
(BOS) pada pokok bahasan kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean dan respon siswa saat penerapan
pembelajaran berfikir otak sinergis (BOS) pada pokok bahasan kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan desain one shot case. Dalam penelitian
hanya deteliti tentang kemampuan guru, aktivitas siwa, hasil belajar siswa dan respon siswa. Uji coba dilakukan
pada siswa kelas X-IPA 3 SMA Negeri 1 Kedamean. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi
kemampuan guru, lembar observasi aktivitas siswa, tes hasil belajar siswa dan angket respon siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil observasi kemampuan guru sangat baik dan terdapat
peningkatan dari petemuan pertama dengan skor 16 dan hari kedua dengan skor 18. Pada aktivitas siswa
terdapat peningkatan aktifitas siwa yang sangat baik antara pertemuan pertama dan pertemuan kedua sebesar
0,67%. Hasil belajar siswa secara klasikal terpenuhi dengan skor 87,1%. Respon siswa terhadap pembelajaran
berupa respon negative, karena diperoleh skor rata-rata siswa yang menjawab tidak sebanyak 70,5%.

Keyword: Otak Sinergis, Metematika


PEDAHULUAN yang masih tersembunyi. Sehingga dapat
Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan memunculkan kreatifitas dan keaktivan siswa dan
teknologi (IPTEK) saat ini telah memasuki seluruh dapat membentuk karakter siswa yang lebih baik.
sendi kehidupan manusia, salah satu di antaranya Dalam pembelajaran BOS, guru juga harus mampu
adalah dalam dunia pendidikan. Pendidikan saat ini mengelola dan melaksanakan proses pembelajaran
masih jauh dari harapan bangsa Indonesia karena yang menarik sehingga dapat membangkitkan daya
belum mampu berjalan seimbang dengan tuntutan kreativitas belajar siswa.
zaman. Hal ini disebabkan minimnya penguasaan Dalam pendidikan, matematika merupakan
terhadap disiplin ilmu yang diperoleh melalui salah satu pelajaran yang berhubungan dengan
proses pendidikan dan kemampuan guru yang kehidupan sehari-hari seperti menghitung luas
kurang dalam membuat strategi pembelajaran yang bangun ruang. Pada kenyataannya, siswa masih
baik. Strategi pembelajaran yang baik dan tepat kurang menguasai tentang konsep matematika
dapat memperbaiki mutu pendidikan. tersebut. Dengan menggunakan pembelajaran
Pembelajaran merupakan salah satu unsur Berfikir Otak Sinergis (BOS) diharapkan dapat
penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh membantu siswa dalam mengingat rumus-rumus,
suatu sistem pendidikan. Menurut Sunhaji (dalam menyelesaikan soal-soal cerita, menyelesaikan
Ma’ruf, 2007:19) kegiatan pembelajaran adalah soal-soal yang berhubungan dengan bangun ruang,
suatu aktivitas untuk mentransformasikan bahan menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
pelajaran kepada siswa. Berbagai upaya dan matematika dan membantu siswa dalam memahami
strategi dilakukan guru supaya bahan/materi materi pelajaran matematika serta dapat
pelajaran tersebut dapat dengan mudah dicerna memunculkan ide-ide baru agar dapat menjadikan
oleh siswa, yakni tercapainya tujuan pembelajaran siswa lebih kreatif dalam belajar.
yang telah dirumuskan. Tujuan ini merupakan Melihat paparan diatas, penelitian ini ingin
gambaran perilaku yang diharapkan dimiliki oleh menjawab permasalahan, 1) Bagaimana
siswa, setelah mengikuti proses pembelajaran. kemampuan guru menerapkan pembelajaran BOS
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat pada pokok bahasan kubus kelas X SMA Negeri 1
dalam kegiatan pembelajaran akan membuat siswa Kedamean? 2) Bagaimana aktivitas siswa selama
tertarik dan senang mengikuti pelajaran di kelas. penerapan pembelajaran BOS pada pokok bahasan
Jadi kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean? 3)
kegiatan sehari-hari, maka proses pembelajaran Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan
akan menyenangkan, siswa juga akan merasa pembelajaran BOS pada pokok bahasan kubus
tertarik untuk melibatkan diri dan berpartisipasi kelas X SMA Negeri 1 Kedamean? 4) Bagaimana
aktif dalam proses pembelajaran. Melalui situasi respon siswa dengan diterapkannya pembelajaran
tersebut, siswa akan terbiasa untuk mengemukakan BOS pada pokok bahasan kubus kelas X SMA
ide-ide dan pendapatnya, sehingga siswa dapat Negeri 1 Kedamean? Dengan demikian, penelitian
mengembangkan daya kreativitas yang dimilikinya. ini bertujuan 1) Untuk mendeskripsikan
Setiap manusia lahir dengan segala potensi kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran
yang dimiliki termasuk potensi pikiran. Namun BOS dalam mengajarkan pada pokok bahasan
pada proses pembelajaran, penggunaannya masih kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean, 2) Untuk
jauh dari optimal, padahal untuk mencapai hasil mendeskripsikan aktivitas siswa dalam
yang maksimal dalam menguasai konsep pembelajaran BOS pada pokok bahasan kubus
matematika. Syarat yang harus dimiliki siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedamean, 3) Untuk
diantaranya adalah kesiapan belajar, fasilitas, mendeskripsikan hasil belajar siswa dengan
kemampuan dasar matematika dan yang paling diterapkannya pembelajaran BOS pada pokok
penting penggunaan otak yang maksimal. bahasan kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean,
Pembelajaran matematika tidak hanya terbatas 4) Untuk mendeskripsikan respon siswa dengan
pada membaca buku dan mendengar pengajaran diterapkannya pembelajaran BOS pada pokok
atau memberikan latihan matematika. Namun bahasan kubus kelas X SMA Negeri 1 Kedamean.
pembelajaran harus melibatkan pemikiran yang
bekerja secara assosiatif. Otak manusia mempunyai METODE PENELITIAN
kemampuan yang luar biasa, namun manusia itu Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,
baru menggunakan potensi dan kapasitas otaknya karena pada penelitian ini mendeskripsikan
secara sangat terbatas. bagaimana cara menerapkan suatu pembelajaran.
Pembelajaran Berfikir Otak Sinergis (BOS) Dalam pendekatan kualitatif juga digunakan desain
merupakan salah satu sistem pembelajaran yang penelitian yaitu one shot case (Arikunto,
menggunakan otak kiri dan otak kanan yang mana 2010:124). Data yang digunakan dalam penelitian
untuk membuka seluruh potensi dan kapasitas otak ini data kemampuan guru, aktivitas siswa, hasil
belajar siswa, dan respon siswa. Sumber data Kemudian dari data ketuntasan belajar siswa
didapatkan dari guru dan siswa yang dilakukan tersebut dihitung presentase ketuntasan belajar
ditempat. Pengumpulan data pada penelitian ini secara klasikal. Bila ≥ 85% siswa dalam kelas
menggunakan 3 jenis metode yaitu metode tersebut tuntas, maka ketuntasan belajar secara
observasi, tes, dan metode angket. Metode klasikal tercapai. Untuk memperoleh data respon
observasi digunakan untuk mengetahui siswa, pengamat memberikan angket respon siswa
kemampuan guru dan aktivitas siswa. Tes yang diisi oleh siswa setelah mengikuti proses
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. pembelajaran. Respon siswa dikategorikan positif
Sedangkan metode angket digunakan untuk apabila skor rata-rata siswa memilih jawaban ya ≥
mengetahui respon siswa. Menurut Sugiyono 80%. Dan respon siswa dikategorikan negatif
(2011:244) analisis data adalah proses mencari dan apabila skor rata-rata siswa memilih jawaban tidak
menyusun secara sistematis data yang diperoleh < 80%.
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data HASIL PENELITIAN
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, hasil penelitian ini dipaparkan dalam dua
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, sajian. Sajian pertama disebut temuan penelittian
memilih mana yang penting dan yang akan dan sajian kedua pembahasan.
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang TEMUAN PENELITIAN
lain. Untuk mendapatkan data kemampuan guru Hasil penelitian ini akan dibahas sesuai dengan
dalam proses pembelajaran, pengamat melakukan urutan yaitu kemampuan guru, aktivitas siswa,
pengamatan dengan menggunakan lembar hasil belajar siswa dan respon siswa.
observasi kegiatan guru dan mengamati saat proses Pertama kemampuan guru, dalam penelitian
pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh kemampuan guru diperoleh skor pada pertemuan I
dianalisis dengan cara menjumlahkan skor setiap sebesar 16. Maka aktivitas guru tersebut berada
aspek yang diamati saat guru dalam proses pada kriteria 15 ≤ KG ≤ 18 dengan kategori sangat
pembelajaran. Jumlah skor maksimum yang dapat baik. Sehingga pada pertemuan pertama
dicapai adalah 18 yang dibagi menjadi 4 kriteria kemampuan guru sangat baik dalam proses
kemampuan guru. pembelajaran. Pada pertemuan ke II kemampuan
1) kemampuan guru dikategorikan kurang guru mendapat skor sebesar 18, maka kemampuan
baik, jika skor 1 – 4. guru tersebut berada pada kriteria 15 < KG ≤ 18
2) kemampuan guru dikategorikan cukup baik, dengan kategori sangat baik. Sehingga pada
jika skor 5 – 9. pertemuan kedua kemampuan guru sangat baik
3) kemampuan guru dikategorikan baik, jika dalam proses pembelajaran.
skor 10 – 14. Kedua aktivitas belajar siswa. Berdasarkan
4) kemampuan guru dikategorikan sangat baik, hasil analisis aktivitas siswa pada pertemuan
jika skor 15 – 18. pertama selama proses pembelajaran berfikir otak
Data aktivitas siswa dalam proses sinergis pada materi kubus didapatkan bahwa
pembelajaran diperoleh dari lembar pengamatan presentase aktivitas siswa yaitu 96,67%. Pada
aktivitas yang diamati oleh pengamat selama pertemuan pertama pembelajaran masih bersifat
proses pembelajaran. Aktivitas siswa dikategorikan pasif, karena siswa hanya mendengarkan
aktif apabila siswa dari awal sampai akhir proses penjelasan guru dan mencatat materi saja. Hal ini
pembelajaran mengikuti dengan baik, jumlah ditunjukkan presentase pada point siswa
persentase aktivitas yang dilakukan siswa yang mendengar penjelasan guru sebesar 24% dan
relevan dengan kegiatan pembelajaran lebih tinggi presentase pada point siswa mencatat materi
daripada yang tidak relevan dengan kegiatan sebesar 16%. Maka pembelajaran berfikir otak
pembelajaran. Data tes yang dihasilkan setelah sinergis pada pertemuan pertama siswa dalam
proses pembelajaran dianalisis untuk proses pembelajaran cukup aktif. Pertemuann
mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa. kedua selama proses pembelajaran berfikir otak
Standar ketuntasan untuk mata pelajaran sinergis pada materi kubus didapatkan bahwa
matematika yang digunakan di SMA Negeri 1 presentase aktivitas siswa yaitu 97,34%. Dengan
Kedamean adalah sebagai berikut: hal ini, dapat terlihat bahwa presentase kegiatan
1. Siswa dikatakan tuntas (T), jika skor ≥ 75: siswa meningkat 0,67%. Pada pertemuan ini
Tuntas (T) aktifitas siswa meningkat, dimana siswa sudah
2. Siswa dikatakan tidak tuntas (TT), jika dapat menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil
skor < 75: Tidak Tuntas (TT) pekerjaannnya, membahas dan memberikan
taanggapan pada temannya. Dan tidak terfokus
hanya pada guru tetapi siswa mulai bisa belajar dan
menemokan konsep sendiri. Sehingga KESIMPULAN
pembelajaran berfikir otak sinergis pada pertemuan Berdasarkan hasil analisis dan
kedua kegiatan siswa efektif. pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan,
maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai
Ketiga hasil belajar siswa. Dari data skor hasil berikut:
ujian tes siswa diperoleh 4 siswa yang tidak tuntas 1. Kemampuan guru dalam penerapan
dan 27 siswa yang tuntas. Siswa yang tidak tuntas pembelajaran Berfikir Otak Sinergis sangat
disebabkan beberapa faktor yaitu kurang baik.
memperhatikan penjelasan guru, kurang ada 2. Selama penerapan pembelajaran Berfikir Otak
kemauan dalam belajar matematika dan kurang Sinergis aktifitas siswa menjadi sangat aktif.
adanya komunikasi dengan teman-temannya saat 3. Hasil belajar dalam penerapan pembelajaran
diskusi kelompok. Maka siswa tuntas secara Berfikir Otak Sinergis pada materi kubus
individual sebanyak 27 siswa. Dari data diperoleh dikatakan tuntas secara klasikal.
ketuntasan klasikal sebesar 87,1%, maka dapat 4. Penerapan pembelajaran Berfikir Otak Sinergis
disimpulkan bahwa terpenuhi kriteria ketuntasan mendapat respon negatif dari siswa.
secara klasikal.
SARAN
Keempat respon siswa. Bahwa dalam proses Dari hasil penelitian ini telah dihasilkan
pembelajaran guru mendapat respon siswa yang alternatif pembelajaran matematika dengan
menjawab ya sebesar 70,5%. Maka dapat menggunakan pembelajaran Berfikir Otak Sinergis
disimpulkan respon siswa masuk dalam kategori pada materi kubus. Agar diperoleh alternatif
negatif. pembelajaran yang efektif, perlu dilakukan uji coba
alternatif pembelajaran pada kelas dan sekolah lain
PEMBAHASAN yang mempunyai karakteristik yang sama/setara
Dari data temuan penelitian diatas diperoleh dengan kelas eksperimen.
pembahasan mengenai kemampuan guru, aktivitas
siswa, hasil belajar siswa dan respon siswa sebagai
berikut.
Dari pertemuan I dan II pada kemampuan guru
diperoleh rata-rata skor sebesar 17. Berdasarkan
teknik analisis data sebelumnya, kemampuan guru
berada pada interval skor 15≤ KG ≤ 18. Maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dari
pertemuan pertama dan kedua dikategorikan sangat
baik. Dari pertemuan pertama dan kedua pada
aktivitas siswa. Siswa mengalami perubahan
aktivitas belajar, dimana pada pertemuan pertama
siswa hanya mendengar dan mencatat saja tetapi
pada pertemuan kedua siswa mulai aktif dalam
belajar, dimana siswa sudah dapat menarik
kesimpulan, mempresentasikan hasil
pekerjaannnya, membahas dan memberikan
taanggapan pada temannya. Hal ini juga bisa dilihat
dari skor pertemuan pertama sebesar 96,67% dan
meningkat pada pertemuan kedua menjadi sebesar
97,34%. Sehingga pembelajaran berfikir otak
sinergis pada pertemuan kedua kegiatan siswa
efektif. Hasil belajar siswa diperoleh ketuntasan
siswa secara individual sebanyak 27 siswa.
Ketuntasan klasikal sebesar 87,1%. Maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa tuntas
secara individual dan terpenuhi krteria ketuntasan
secara klasikal. Respon siswa selama proses
pembelajaran diperoleh skor rata-rata siswa yang
menjawab ya sebesar 70,5%. Maka respon siswa
pada pembelajaran Berfikir Otak Sinergis
dikataegorikan negatif.

Anda mungkin juga menyukai