Anda di halaman 1dari 7

JPGMI, Vol. 2, No.

1 2016 Hal [54-60] ISSN : 2477-1848

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN


PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN
Yunni Arnidha
Prodi PGSD STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jl. Makam KH. Ghalib No 112 Pringsewu Lampung
Telp (0729) 21359
E-mail : yunniarnidha@stkipmpringsewu-lamping.ac.id

ABSTRAK
Pemahaman merupakam aspek yang sangat mendasar dalam belajar. Untuk memahami
materi secara mendalam diperlukan peguasaan pengetahuan konseptual dan pengetahuan
prosedural. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh
melalui tes dan wawancara. Untuk menjamin keabsahan data menggunakan triangulasi
teknik. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada siswa yang mampu mencapai
semua indikator kemampuan pengetahuan konseptual dan prosedural. Dibuktikan dengan
siswa hanya mampu memenuhi 2 indikator yang ditunjukkan siswa dengan cara menyatakan
ulang sebuah konsep dan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum mampu menguasai konsep-konsep yang
berhubungan dengan pecahan, sehingga siswa belum mampu menyelesaikan soal pecahan
dengan konsep yang baik dan tepat. Siswa juga hanya mampu memenuhi 2 indikator
kemampuan prosedural. Kemampuan prosedural ditunjukkan dengan siswa mampu
mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus
serupa dan dapat membuktikan kebenarannya. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang
menekankan pada kemampuan konseptual dan prosedural dalam menyelesaikan
permasalahan matematika.

Kata kunci: konseptual, prosedural, pecahan

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Banyak
perhatian khusus yang diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan, khususnya
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan yang dimaksud adalah
mampu bersaing dalam kehidupan baik dari segi kualitas maupu kuantitas juga kepribadian
yang positif.

Menurut DEPDIKNAS (2004) pembelajaran di SD betujuan untuk: 1) melatih cara berpikir


dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, 3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4) mengembangkan kemampuan

54
JPGMI, Vol. 2, No. 1 2016 Hal [54-60] ISSN : 2477-1848

menyampaikan informasi datau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan


lisan, catatan, grafik, peta, dan diagram.

Pada mata pelajaran matematika khususnya materi pecahan masih banyak siswa yang belum
mampu menyelesaikan soal pecahan dengan tepat. Siswa merasa kesulitan pada materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa atau pecahan campuran
berpenyebut tidak sama. Biasanya yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan pecahan adalah
dengan cara mengalikan penyebut–penyebut agar penyebutnya sama. Hal ini dirasakan oleh
siswa masih sangat sulit, karena dengan cara ini hasil penyebutnya didapatkan bilangan yang
relatif besar sehingga siswa akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyelesaian
akhirnya. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas
V SD Negeri 2 Pringsewu Utara pada pokok bahasan pecahan masih rendah. siswa tidak
sistematis dalam menuliskan jawaban dikarenakan tidak memahami konsep pada materi dan
tidak mampu memberikan jawaban secara tepat dengan menggunakan konsep serta prosedur
yang sesuai untuk menyelesaikan soal yang diberikan pada pokok bahasan pecahan.

Menurut Anderson & Krathwohl dalam Suwarto (2013:7) bahwa dimensi pengetahuan terdiri
dari empat jenis, yaitu 1) pengetahuan faktual, 2) pengetahuan konseptual, 3) pengetahuan
prosedural, 4) pengetahuan metakognitif. Pengetahuan konseptual yang tidak didukung oleh
pengetahuan prosedural akan mengakibatkan siswa mempunyai intuisi yang baik tentang
suatu konsep tetapi tidak mampu dalam menyelesaikan suatu masalah. Sebaliknya,
pengetahuan prosedural yang tidak didukung oleh pengetahuan konseptual akan
mengakibatkan siswa mahir memanipulasi simbol-simbol tetapi tidak memahami dan
mengetahui makna dari simbol tersebut. Dengan menguasai pengetahuan konseptual dan
prosedural maka siswa akan mencapai pemahaman yang mendalam tentang apa yang
dipelajari.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: bagaimana kemampuan pengetahuan konseptual dan
pengetahuan prosedural siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah pada pokok
bahasan pecahan.

55
JPGMI, Vol. 2, No. 1 2016 Hal [54-60] ISSN : 2477-1848

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian tersebut, maka peneliti penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pengetahuan konseptual dan pengetahuan
prosedural siswa sekolah dasar pada pokok bahasan pecahan.

2. LANDASAN TEORI
Konsep bilangan pecahan sebenarnya sudah dialami anak sebelum sekolah. Seorang anak
mengambil setengah bagian makanan yang disediakan, atau mengamati ibunya membagi
sebutir telur rebus dengan membelahnya menjadi dua bagian yang relative sama dan anak
menganggap bahwa kedua bagian itu sama. Setiap bagian merupakan bagian setengah dari
sebutir telor rebus itu. Pecahan yang dipelajari di Sekolah dasar (SD), sebetulnya merupakan
bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b merupakan

bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Menurut widdiharto (2008) konsep adalah makna
atau arti suatu ungkapan untuk menandai konsep tersebut. Pemaknaan diartikan sebagai
aturan untuk membedakan yang termasuk konsep, yaitu yang memenuhi aturan, atau yang
tidak termasuk konsep karena tidak sesuai aturan atau definisinya.

Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang memiliki banyak keterhubungan antara


potongan-potongan informasi berupa fakta, keterampilan, konsep dan prinsip yang dapat
dipandang sebagai suatu jaringan pengetahuan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Menurut Suratman (2011) ketika siswa telah memperoleh pemahaman
konseptual dalam bidang matematika, mereka dapat melihat hubungan antara konsep dan
prosedur sehingga dapat memberikan argumen untuk menjelaskan mengapa beberapa fakta
merupakan akibat dari fakta yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di SD harus
dapat mendorong siswa untuk dapat memahami konsep matematika yang menjadi dasar bagi
penerapan konsep pada jenjang berikutnya.

Suwarto (2013:9-10) menyatakan bahwa pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan


meliput skema-skema, model-model, mental atau teori eksplisit dan implisit dalam model-
model psikologi kognitif yang berbeda. Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan
seseorang mengenai bagaimana pokok bahasan tertentu diatur dan disusun sehingga berkaitan
dengan suatu cara yang lebih sistematis. Indikator yang harus dicapai dalam memenuhi
kemampuan pengetahuan konseptual adalah menyatakan ulang sebuah konsep,

56
JPGMI, Vol. 2, No. 1 2016 Hal [54-60] ISSN : 2477-1848

mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan non-contoh


dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan,
dan memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah.

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Pengetahuan


prosedural sering mengambil bentuk dari suatu serangkaian langkah-langkah yang diikuti.
Kemahiran prosedural mengacu pada pengetahuan tentang kapan dan bagaimana
menggunakannya secara tepat, dan keterampilan dalam menampilkannya secara fleksibel,
akurat, dan efisien. Pada pembelajaran di kelas dalam pokok bahasan pecahan siswa dapat
menyelesaikan soal perkalian atau pecahan dengan benar tanpa mengetahui mengapa
menggunakan prosedur seperti itu. Pengetahuan prosedural mencakup pemahaman mekanikal
dimana siswa dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan
sederhana, pemahaman induktif dimana siswa dapat mencobakan sesuatu dalam kasus
sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa dan pemahaman rasional
dengan siswa dapat indikator yang membuktikan kebenaran sesuatu

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pemahaman konseptual dan
prosedural siswa SD kelas V Negeri 2 Pringsewu Utara pada pokok bahasan pecahan.
Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini berbentuk kualitatif deskriptif. Dari teknik
pengumpulan data, untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik
pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data. Untuk memudahkan
penelitian, peneliti menggunakan triangulasi teknik yaitu, teknik pengumpulan data untuk
memberikan hasil data yang diperoleh dengan teknik yang berbeda dari sumber yang sama.
Dalam hal ini teknik soal tes dan teknik wawancara.

4. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data yang ditemukan sebagian besar siswa belum mampu mencapai
semua indikator-indikator kemampuan konseptual dan prosedural. Kemampuan pengetahuan
konseptual merupakan pengetahuan yang memiliki banyak keterhubungan antara obyek
matematika sebagai jaringan pengetahuan yang memuat keterkaitan antara satu dengan
lainnya. Sedangkan pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang langkah-langkah

57
JPGMI, Vol. 2, No. 1 2016 Hal [54-60] ISSN : 2477-1848

untuk mengidentifikasi obyek matematika, algoritma dan definisi. Analisis kemampuan


konseptual dan prosedural siswa didasarkan pada hasil tes dan wawancara yang dilakukan
dengan subjek penelitian. Subjek penelitian merupakan siswa yang mengalami kesulitan
mengerjakan soal tes yaitu siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan. Berikut
pembahasan dari kemampuan pengetahuan konseptual dan kemampuan prosedural
pengatahuan siswa:

1. Kemampuan pengetahuan Konseptual


Tabel 1.
Data Hasil Analisis Kemampuan Pengetahuan Konseptual
Tingkat Kemampuan Pengetahuan Konseptual
NO Subjek
I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 I.7
1. AK √ - √ - √ - -
2. WF √ - √ - √ - -

Subjek AK hanya mampu mencapai indikator 1 kemampuan pengetahuan konseptual, hal ini
meliputi kemampuan subjek untuk mengingat ulang konsep pecahan dan mampu mngerjakan
soal no 2 dengan benar. AK juga mampu menyebutkan konsep pecahan dengan baik. AK juga
mampu mencapai indikator ke 5 yaitu mengembangkan syarat perlu yaitu konsep KPK dalam
soal tes no 3. Untuk subjek WF mampu mengulang dan mengingat kembali konsep KPK. WF
juga mampu mencapai indikator 3 yaitu mampu membuat satu bentuk contoh pecahan.
Selanjutnya subjek WF juga mampu mencapai indikator 5 ditunjukkan dengan mampu
menerapkan dan mengembangkan konsep pecahan.

2. Kemampuan Pengetahuan Prosedural


Tabel 2.
Data Hasil Analisis Kemampuan Pengetahuan Prosedural
Tingkat Kemampuan Pengetahuan Prosedural
No Subjek
I.1 I.2 I.3
1. AK - √ √
2. WF - √ √

Subjek AK hanya mampu mencapai indikator 2 kemampuan prosedural, hal ini meliputi
kemampuan subjek mampu mencobakan dan menerapkan konsep pecahan dengan benar.

58
JPGMI, Vol. 2, No. 1 2016 Hal [54-60] ISSN : 2477-1848

Subjek AK juga mampu mencapai indikator 3 kemampuan prosedural dibuktikan AK mampu


menyelesaikan soal no 1 dengan benar, serta mampu menjelaskan langkah-langkah
mengerjakan soal nomor 1 dengan benar. Subjek WF juga hanya mampu mencapai indikator
2 kemampuan pengetahuan prosedural dibuktikan WF juga mampu mencobakan dan
menerapkap konsep pecahan pada soal no 3.

Dengan demikian berdasarkan pembahasan dan penjelasan di atas, subjek AK dan WF belum
ada yang mampu mencapai semua indikator-indikator kemampuan konseptual dan prosedural.
Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian belum memiliki kemampuan pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural. Kemampuan pengetahuan konseptual dan prosedural
merupakan aspek yang penting dan saling terkait penggunaannya untuk menyelesaikan soal-
soal matematika.
Pengetahuan konseptual yang tidak didukung oleh pengetahuan prosedural akan
mengakibatkan siswa memiliki intuisi yang baik tentang suatu konsep tetapi tidak mampu
menyelesaikan suatu masalah. Di lain pihak, pengetahuan prosedural yang tidak didukung
oleh pengetahuan konseptual akan menyebabkan siswa dapat memberikan jawaban dari soal
tetapi tidak memahami apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, siswa dituntut memiliki
kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural yang baik agar dapat memahami apa
yang mereka pelajari secara mendalam.

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada siswa yang mampu mencapai semua
indikator kemampuan pengetahuan konseptual dan prosedural. Siswa hanya mampu mencapai
indikator 1 dan indikator 5 pada kemampuan pengetahuan konseptual. Kemampuan ini
ditunjukkan siswa dengan cara menyatakan ulang sebuah konsep dan mengembangkan syarat
perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum
mampu menguasai konsep-konsep yang berhubungan dengan konsep pecahan, sehingga siswa
belum mampu menyelesaikan permasalahan soal pecahan dengan konsep yang baik dan tepat.
Untuk siswa dengan kemampuan prosedural hanya mampu memenuhi indikator 2 dan
indikator 3. Kemampuan prosedural pada ditunjukkan dengan siswa mampu mencobakan
sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa dan
dapat membuktikan kebenarannya.

59
JPGMI, Vol. 2, No. 1 2016 Hal [54-60] ISSN : 2477-1848

5.2 Saran
Dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru lebih memperhatikan kemampuan konseptual
dan prosedural siswa dalam menyelesaikan soal matematika guna meningkatkan hasil studi
siswa. Guru dapat menganalisis kemampuan konseptual dan prosedural secara berkala kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan prosedural dalam
menyelesaikan permasalahan matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suratman. D. (2011). Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural Materi
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Cakrawala
Kependidikan.Vol 9, No 2. Untan.ac.id
Suwarto. (2013). Dimensi Pengetahuan. Jakarta: PT Kanisius.
Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar (Anggota IKAPI)
Widdiharto, Rachmadi. (2008). Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif
Proses Remidinya. Paket fasilitasi pemberdayaan KKG/MGMP Matematika:
http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/22-diagnosis-kesulitan-belajar-matematika-smp-
Rachmad.pdf.

60

Anda mungkin juga menyukai