Anda di halaman 1dari 9

[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

PENERAPAN MODEL CPS (CREATIVE PROBLEM SOLVING) TERHADAP SELF


CONCEPT DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA KELAS V

Veryliana Purnamasari
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang
Email : verylianapurnamasari@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah siswa sulit untuk memecahkan masalah
dapat dilihat dari kondisi siswa terlalu pasif terhadap pembelajaran yang sedang
berlangsung. Self concept dalam diri siswa juga masih kurang. Siswa yang belum
paham ketika proses belajar berlangsung, tidak mau berusaha bertanya kepada
siswa lain yang sudah paham ataupun tidak mau bertanya kepada guru. Dapat
disimpulkan bahwa masalah yang tampak yaitu kemampuan memecahkan masalah
siswa rendah dan self concept siswa kurang baik. Permasalahan yang dapat diungkap
dalam penelitian ini adalah (1) apakah siswa dapat mencapai ketuntasan minimal
dengan nilai ˃ 74 dan 80 siswa mencapai tuntas belajar dengan penerapan CPS
pada kelas V SDN 6 Tanjungrejo? (2) apakah siswa dapat mencapai kriteria baik
dengan nilai ˃ 79 aspek self concept siswa dengan penerapan model CPS pada kelas V
SDN 6 Tanjungrejo? (3) apakah ada perbedaan hasil belajar dengan penerapan
model CPS dengan metode ceramah untuk dapat memecahkan masalah? Jenis
penelitian kuantitatif dengan teknik sampling jenuh serta desain posttest-only control
design. Hasil analisis data setelah penerapan model CPS dapat disimpulkan yaitu (1)
ketuntasan belajar siswa terbukti dengan tuntasnya 23 siswa dan 2 siswa tidak
tuntas atau jika dibuat persentase 92% siswa tuntas belajar dan 8% siswa tidak
tuntas belajar. Analisis ttest diperoleh thitung (6,80 ) ˃ ttabel (1,711) maka H0 ditolak dan
Ha diterima. (2) Siswa mencapai kriteria baik pada aspek self concept karena
dibuktikan dengan tuntasnya 21 siswa dan 4 siswa tidak tuntas atau jika dibuat
persentase 84% siswa tuntas belajar dan 16% siswa tidak tuntas belajar. Analisis t test
diperoleh thitung (4,076 ) ˃ ttabel (1,711) maka H0 ditolak dan Ha diterima. (3) Hasil
belajar dapat dibuktikan dengan menerapkan model CPS (87,36) dan menerapkan
metode ceramah (79,70). Perbedaan model CPS dengan metode ceramah melalui
analisis ttest diperoleh thitung (2,76 ) ˃ ttabel (2,021) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Kata kunci: memecahkan masalah, self concept, model CPS

56
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

A. PENDAHULUAN soal cerita matematika ke dalam


simbol matematika. Banyak siswa
Pendidikan adalah usaha sadar yang kurang teliti pada saat
dan terencana untuk mewujudkan mengerjakan tugas. Siswa yang belum
suasana belajar dan proses paham ketika proses belajar
pembelajaran agar peserta didik secara berlangsung, siswa tidak mau
aktif mengembangkan potensi dirinya berusaha bertanya kepada siswa lain
untuk memiliki kekuatan spiritual yang sudah paham ataupun tidak mau
keagamaan, pengendalian diri, bertanya kepada guru. Self concept
kepribadian, kecerdasan, akhlak siswa juga masih sangat kurang. Hal
mulia, serta keterampilan yang tersebut terlihat dari keyakinan pada
diperlukan dirinya, masyarakat, diri sendiri yang kurang. Selain itu
bangsa dan Negara (Sisdiknas No 20 siswa juga ketika mengerjakan tugas
Tahun 2003). dari guru mengumpulkannya ada
Jannah (2011: 11) mengatakan yang tidak tepat waktu. Dapat
“banyak kalangan yang menganggap disimpulkan bahwa masalah yang
ilmu eksak itu sulit khususnya pada tampak yaitu kemampuan
pelajaran matematika”. Ilmu eksak memecahkan masalah siswa rendah
dianggap sulit karena menyajikan dan self concept siswa kurang baik.
beragam angka, simbol, dan rumus Maka masalah tersebut sejalan dengan
yang membuat otak susah untuk apa yang akan diteliti oleh penulis
memahaminya. Tetapi jika ilmu eksak mengenai kemampuan memecahkan
ini dipelajari dengan tekun maka masalah dan self concept siswa yang
anggapan-anggapan negatif tentang kurang baik. Self concept siswa yang
matematika itu sulit, lama kelamaan kurang baik akan diteliti oleh penulis
akan hilang. Jadi, akan ada anggapan dengan cara memberikan angket self
bahwa matematika itu mudah jika kita concept yang harus diisi oleh guru dan
mau belajar dengan tekun dan tidak siswa.
ada kata sulit lagi untuk mata Hasil dari angket yang telah diisi
pelajaran matematika. oleh siswa dan guru bila dirata-rata
Berdasarkan wawancara pada nilainya 68,2. Rata-rata nilai aspek self
tanggal 19 Desember 2015 dengan concept siswa ternyata hasilnya cukup
guru kelas V SDN 6 Tanjungrejo yaitu saat pretest tetapi penulis ingin
Bu Sumiyati, siswa masih kesulitan membuat nilai self concept siswa lebih
memahami kalimat matematika dalam baik lagi melalui posttest.
memecahkan masalah soal cerita pada Berdasarkan hasil dokumentasi pada
materi pecahan. Guru ketika mengajar tanggal 19 Desember 2015, ditemukan
menggunakan metode ceramah dan fakta bahwa kemampuan siswa kelas
penugasan sehingga siswa cenderung V SDN 6 Tanjungrejo dalam mata
bosan dengan pembelajaran. Siswa pelajaran matematika masih tergolong
sulit memahami kalimat matematika jauh dari Kriteria Ketuntasan
dalam memecahkan masalah soal Minimum (KKM) yang telah
cerita pada materi pecahan misalnya ditetapkan sekolah yaitu 75. Hasil UTS
guru memberikan soal cerita pecahan terendah dari lima mata pelajaran
yang mengharuskan siswa mengubah yaitu Bahasa Indonesia, PKn,

57
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

Matematika, IPA, dan IPS adalah mata diperoleh individu setelah proses
pelajaran matematika menunjukkan belajar berlangsung, yang dapat
hasil yang kurang dari KKM yaitu memberikan perubahan tingkah laku
67,08. Hasil Ulangan Tengah Semester baik pengetahuan, pemahaman, sikap
(UTS) menunjukkan bahwa dari 25 dan keterampilan siswa sehingga
siswa, hanya ada 8 siswa yang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
mencapai nilai ≥ 75 (sama dengan Sebagaimana yang dikemukakan oleh
KKM atau di atas KKM). Siswa yang Hamalik (dalam Hapriani, 2012: 5)
nilainya masih di bawah KKM hasil belajar adalah “Perubahan
berjumlah 17 orang. Berdasarkan tingkah laku subyek yang meliputi
masalah yang ada, maka penulis kemampuan kognitif, afektif, dan
mengkaji masalah tersebut dengan psikomotor dalam situasi tertentu
judul “Penerapan Model CPS (Creative berkat pengalamannya berulang-
Problem Solving) pada self concept dan ulang”. Menurut Sudjana (dalam
Kemampuan Memecahkan Masalah Hapriani, 2012: 5) hasil belajar adalah
Soal Cerita Matematika Materi kemampuan yang dimiliki siswa
Pecahan Siswa Kelas V SDN setelah ia menerima pengalaman
Tanjungrejo”. belajarnya. Dari dua pengertian di atas
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
mengetahui siswa dapat atau tidak adalah suatu kemampuan atau
mencapai kriteria ketuntasan minimal keterampilan yang dimiliki oleh siswa
dengan nilai ˃ 74 dan 80 siswa setelah siswa tersebut mengalami
mencapai tuntas belajar dengan aktivitas belajar.
penerapan CPS untuk dapat Self Concept
memecahkan masalah soal cerita Konsep diri dapat didefinisikan
matematika materi pecahan pada kelas secara umum sebagai keyakinan,
V SDN 6 Tanjungrejo, untuk pandangan atau penilaian seseorang
mengetahui self concept siswa dapat terhadap dirinya. Hal ini tidak jauh
atau tidak mencapai kriteria baik ˃ 79 beda dengan pendapat Hurlock (1993)
dengan penerapan model CPS untuk bahwa konsep diri adalah gambaran
dapat memecahkan masalah soal cerita yang dimiliki seseorang tentang
matematika materi pecahan pada kelas dirinya. Selain itu Brooks (Rakhmat,
V SDN 6 Tanjungrejo dan untuk 2004 : 99) mendefinisikan bahwa
mengetahui ada atau tidak perbedaan konsep diri sebagai “those physical,
hasil belajar siswa dari penerapan social, and psychological perception of
model CPS dengan metode ceramah ourselves that we have derived from
dan penugasan untuk dapat experiences and our interaction with
memecahkan masalah soal cerita others”. Jadi konsep diri merupakan
matematika materi pecahan. pandangan dan perasaan tentang diri
sendiri yang bersifat fisiologi, sosial
B. LANDASAN TEORI dan fisik atau merupakan persepsi
Hasil belajar fisik, sosial dan fisiologis terhadap diri
Dalam penelitian yang dilakukan individu yang didapatkan oleh
oleh Hapriani (2012: 5), hasil belajar individu dari pengalaman dan
merupakan kemampuan yang interaksi dengan orang lain.

58
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

Hamachek (1995) juga menegaskan sampai menemukan penyelesaian


bahwa konsep diri dan prestasi dari masalah tersebut.
sekolah saling berkaitan antara satu Teori yang paling sesuai sebagai
dengan yang lainnya.Konsep diri pendukung model CPS adalah teori
terdiri dari tiga komponen yaitu: self kognitivistik Brunner. Brunner
worth (or self-esteem), self image dan ideal berpendapat bahwa proses belajar
self. akan berjalan dengan baik dan kreatif
Model CPS jika guru memberi kesempatan kepada
Menurut Bakharuddin (dalam siswa untuk menemukan suatu aturan
Shoimin, 2014: 56) mengemukakan (konsep, teori, dan sebagainya)
bahwa CPS merupakan variasi dari melalui contoh-contoh yang
pembelajaran dengan pemecahan menggambarkan (mewakili) aturan
masalah melalui teknik sistematik yang menjadi sumbernya. Kelebihan
dalam mengorganisasikan gagasan belajar menemukan yang telah
kreatif untuk menyelesaikan suatu dikemukakan oleh Brunner yaitu
permasalahan. Model CPS adalah menimbulkan rasa ingin tahu pada
suatu model pembelajaran yang siswa sehingga dapat memotivasi
melakukan pemusatan pada untuk menemukan jawaban-jawaban.
pengajaran dan keterampilan Pemecahan masalah dalam
pemecahan yang diikuti dengan matematika
penguatan keterampilan. Menurut Menurut Dewey (dalam Slameto,
Shoimin (2014: 57) langkah-langkah 2010: 145) langkah-langkah dalam
model CPS pemecahan masalah adalah sebagai
a. Klarifikasi masalah meliputi berikut: kesadaran akan adanya
pemberian penjelasan kepada masalah, merumuskan masalah,
siswa tentang masalah yang mencari data dan merumuskan
diajukan agar siswa dapat hipotesis-hipotesis, menguji hipotesis-
memahami tentang penyelesaian hipotesis itu dan kemudian menerima
seperti apa yang diharapkan. hipotesis yang benar. Tetapi
b. Pengungkapan pendapat yaitu pemecahan masalah itu tidak selalu
pada tahap ini siswa dibebaskan mengikuti urutan yang teratur,
untuk mengungkapkan pendapat melainkan dapat meloncat-loncat
tentang berbagai macam strategi antara macam-macam langkah
penyelesaian masalah. tersebut, lebih-lebih apabila orang
c. Evaluasi dan pemilihan yaitu berusaha memecahkan masalah-
setiap kelompok mendiskusikan masalah yang kompleks.
pendapat-pendapat atau strategi- Hipotesis
strategi mana yang cocok untuk Menurut Sugiyono (2010: 96)
menyelesaikan masalah. hipotesis adalah jawaban sementara
d. Implementasi yaitu siswa terhadap rumusan masalah penelitian,
menentukan strategi mana yang di mana rumusan masalah penelitian
dapat diambil untuk telah dinyatakan dalam bentuk
menyelesaikan masalah. kalimat pertanyaan. Adapun
Kemudian menerapkannya hipotesisnya adalah sebagai berikut.

59
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

Ha1 : Siswa dapat mencapai ceramah untuk dapat


ketuntasan minimal dengan memecahkan masalah soal
nilai ˃ 74 dan 80 siswa cerita matematika materi
mencapai tuntas belajar pecahan.
dengan penerapan CPS Ho3 : Tidak ada perbedaan hasil
untuk dapat memecahkan belajar siswa dari penerapan
masalah soal cerita model CPS dengan metode
matematika materi pecahan ceramah untuk dapat
pada kelas V SDN 6 memecahkan masalah soal
Tanjungrejo. cerita matematika materi
Ho1 : Siswa tidak dapat mencapai pecahan.
ketuntasan minimal dengan
nilai ˃ 74 dan 80% siswa C. METODE PENELITIAN
tidak dapat mencapai tuntas Metode penelitin yang
belajar dengan penerapan digunakan peneliti yaitu
CPS untuk dapat menggunakan metode penelitian
memecahkan masalah soal eksperimen dengan bentuk True-
cerita matematika materi Experimental Design. Tempat penelitian
pecahan pada kelas V SDN 6 dilakukan di SDN Tanjungrejo Kudus.
Tanjungrejo. Waktu penelitian yaitu tanggal 4 s/d
Ha2 : Siswa dapat mencapai 27 April 2016 pada semester genap
kriteria baik dengan nilai ˃ tahun ajaran 2015/2016. Variabel
79 self concept siswa dengan bebas (X) adalah model pembelajaran
penerapan model CPS untuk CPS. Dan variabel terikat (Y) adalah
dapat memecahkan masalah self concept dan kemampuan
soal cerita matematika memecahkan masalah soal cerita
materi pecahan pada kelas V materi pecahan. Populasi dalam
SDN 6 Tanjungrejo. penelitian ini yaitu seluruh siswa SDN
Ho2 : Siswa tidak dapat mencapai 1 Tanjungrejo dan SDN 6 Tanjungrejo
kriteria baik dengan nilai ˃ Kudus. Sampel yang diambil hanya
79 self concept siswa dengan kelas V dengan teknik pengambilan
penerapan model CPS untuk sampel jenuh dengan jumlah 23 dan 25
dapat memecahkan masalah siswa.
soal cerita matematika
materi pecahan pada kelas V D. HASIL PENELITIAN DAN
SDN 6 Tanjungrejo. PEMBAHASAN
Ha3 : Ada perbedaan hasil Hasil penelitian
belajar siswa dari penerapan 1. Ketuntasan belajar siswa
model CPS dengan metode

Tabel 1
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Individu Pretest dan Posttest
Hasil Belajar
Jumlah siswa KKM
Pretest Posttest
Tidak
25 75 Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
Tuntas

60
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

8 17 23 2
Persentase 32% 68% 92% 8%
Sumber: hasil pretest dan posttest siswa SDN 6 Tanjungrejo

2. Posttes aspek self concept siswa


Tabel 2
Hasil Analisis Posttest self concept Siswa
Kelas Kriteria Kriteria
Baik Cukup
Eksperimen 84% 16%
Sumber: Hasil Posttest Aspek self concept Siswa SDN 6 Tanjungrejo

3. Hasil analisis kemampuan pemecahan masalah siswa


Tabel 3
Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Kriteria

Sangat Kurang Cukup Baik Sangat Baik


Kurang
Eksperimen 0% 4% 4% 16% 76%
Kontrol 4,35% 0% 21,74% 43,48% 30,43%
Sumber: Hasil Penelitian di SDN Tanjungrejo Jekulo Kudus

Pembahasan penulis.Jadi siswa dapat mencapai


Berdasarkan hasil posttest ketuntasan minimal ˃ 74 dan 80%
ketuntasan belajar siswa SDN 6 siswa mencapai tuntas belajar dengan
Tanjungrejo, 23 siswa tuntas belajar penerapan model CPS untuk dapat
dan 2 siswa tidak tuntas belajar. memecahkan masalah soal cerita
Kemudian dari data tersebut penulis matematika materi pecahan pada kelas
mencari ketuntasan belajar siswa V SDN 6 Tanjungrejo.
menggunakan uji t. Didapatkan thitung Setelah menganalisis hasil
sebesar 6,80 dengan ttabel sebesar 1,711. ketuntasan belajar siswa, selanjutnya
Dapat disimpulkan bahwa thitung ˃ penulis menganalisis hasil ketuntasan
ttabel, maka H0 ditolak dan Ha self concept siswa. Analisis nilai posttest
diterima.Selanjutnya penulis mencari self concept siswa kelas eksperimen
ketuntasan belajar kelompok mencapai kategori baik sebesar 84% dengan
80% dikatakan tuntas menggunakan jumlah siswa sebanyak 21 orang dan
rumus yaitu siswa yang tuntas belajar kategori cukup sebesar 16% dengan
dibagi dengan jumlah siswa dikalikan jumlah siswa sebanyak 4 orang.
100%. Didapatkan ketuntasan belajar Penulis menggunakan uji satu pihak
kelompok sebesar 92%. Maka dari itu yaitu pihak kanan dengan rumus uji t.
ketuntasan belajar kelompok siswa Diharapkan dengan menggunakan
dikatakan tuntas karena mencapai 92% rumus uji t siswa mampu mencapai
di atas 80% yang dibuat oleh nilai 80 untuk dapat dikatakan baik

61
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

atau kriterianya baik dan tuntas dalam Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
self concept yang sesuai dengan mata sebesar 79,70 dan rata-rata hasil belajar
pelajaran matematika. Berdasarkan kelas eksprimen sebesar 87,36. Penulis
data posttest self concept siswa kelas melakukan uji hipotesis pada
eksperimen didapatkan thitung sebesar penelitian ini menggunakan uji t dua
4,076 dan ttabel sebesar 1,711. Maka pihak dan diperoleh thitung sebesar 2,76
pada kelas eksperimen didapatkan pada taraf nyata 𝛂 = 5% dan derajat
thitung ˃ ttabel atau 4,076 ˃ 1,711, jadi H0 kebebasan n + n – 2 = 46 dengan ttabel
ditolak dan Ha diterima. Jadi siswa sebesar 2,021. Data hasil perhitungan
tuntas dalam self concept karena siswa menunjukkan bahwa thitung ˃ ttabel atau
mampu mencapai nilai ˃ 79 dengan 2,76 ˃ 2,021 maka H0 ditolak dan Ha
kriteria baik melalui penerapan model diterima atau dapat dikatakan ada
CPS untuk dapat memecahkan soal perbedaan hasil belajar menggunakan
cerita matematika materi pecahan model CPS dengan metode ceramah
siswa kelas V SDN 6 Tanjungrejo. untuk memecahkan masalah soal
Penulis setelah menganalisis cerita materi pecahan. Hipotesis yang
ketuntasan belajar dan ketuntasan self menyatakan bahwa ada perbedaan
concept siswa, selanjutnya hasil belajar menggunakan model CPS
menganalisis hasil belajar kemampuan dengan metode ceramah untuk
memecahkan masalah melalui data memecahkan masalah soal cerita
nilai posttest. Analisis nilai posttest materi pecahan itu relevan dengan
diperoleh dari hasil belajar yang dikemukakan oleh Hapriani
kemampuan memecahkan masalah (2012) bahwa hasil belajar siswa
kelas eksperimen kategori sangat baik dengan model pembelajaran CPS lebih
sebesar 76% dengan jumlah siswa tinggi (87,36) dari pembelajaran
sebanyak 19 orang. Kategori baik konvensional atau ceramah (79,70).
sebesar 16% dengan jumlah siswa
sebanyak 4 orang. Kategori cukup E. PENUTUP
sebesar 4% dengan jumlah siswa Simpulan
sebanyak 1 orang. Kategori kurang Berdasarkan hasil penelitian dan
sebesar 4% dengan jumlah siswa pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebanyak 1 orang. bahwa (1) ketuntasan belajar siswa
Kemampuan pemecahan masalah terbukti dengan tuntasnya 23 siswa
pada kelas kontrol cenderung lebih dan 2 siswa tidak tuntas atau jika
rendah. Hal ini juga dapat dilihat pada dibuat persentase 92% siswa tuntas
hasil analisis nilai posttest yang belajar dan 8% siswa tidak tuntas
didapatkan yaitu kategori sangat baik belajar. Selain itu analisis ttest diperoleh
sebesar 30,43% dengan jumlah siswa thitung sebesar 6,80 sedangkan ttabel
sebanyak 7 orang. Kategori baik dengan taraf signifikansi 5% sebesar
sebesar 43,48% dengan jumlah siswa 1,711, karena thitung ˃ ttabel yakni 6,80 ˃
sebanyak 10 orang. Kategori cukup 1,711 maka sesuai rumusan hipotesis
sebesar 21,74% dengan jumlah siswa yang diajukan H0 ditolak dan Ha
sebanyak 5 orang. Kategori sangat diterima yakni siswa mencapai
kurang sebesar 4,35% dengan jumlah ketuntasan minimal lebih dari 74 dan
siswa sebanyak 1 orang. 80% siswa mencapai tuntas belajar

62
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

dengan menerapkan model CPS untuk diharapkan guru mampu menerapkan


dapat memecahkan masalah pada pembelajaran dengan pemecahan
siswa kelas V SDN 6 Tanjungrejo. (2) masalah yang kreatif mungkin dan
siswa mencapai kriteria baik pada self tentunya menciptakan suasana belajar
concept karena dibuktikan dengan yang menyenangkan. Sedangkan bagi
tuntasnya 21 siswa dan 4 siswa tidak peneliti selanjutnya agar dapat
tuntas atau jika dibuat persentase 84% menindak lanjuti penelitian ini ketika
siswa tuntas belajar dan 16% siswa pertama kali menerapkam model CPS,
tidak tuntas belajar. Selain itu analisis guru sebaiknya bisa mengelola kelas
ttest diperoleh thitung sebesar 4,076 dengan baik karena respon siswa
sedangkan ttabel dengan taraf pertama kali saat penerapan model
signifikansi 5% sebesar 1,711, karena CPS kurang begitu memperhatikan
thitung ˃ ttabel yakni 4,076 ˃ 1,711 maka dan sebaiknya guru memberikan
sesuai dengan rumusan hipotesis yang perhatian lebih kepada siswa melalui
diajukan H0 ditolak dan Ha diterima pendekatan individu atau klasikal.
yakni siswa dapat mencapai kriteria
baik dengan nilai ˃ 79 self concept siswa DAFTAR RUJUKAN
dengan penerapan CPS untuk dapat
memecahkan masalah pada siswa Arikunto, Suharsimi. 2013.
kelas V SDN 6 Tanjungrejo. (3) hasil Dasar-dasar Evaluasi
belajar dapat dibuktikan dengan rata- Pendidikan. Jakarta: Bumi
rata posttest kelas ekperimen yang Aksara.
menerapkan model CPS adalah 87,36
_______. Suharsimi. 2013.
dan rata-rata posttest kelas kontrol
Prosedur Penulisan Suatu
yang menerapkan metode ceramah
Pendekatan Praktik. Jakarta:
adalah 79,70. Perbedaan model CPS
PT Rineka Cipta.
dengan metode ceramah melalui
analisis ttest diperoleh thitung sebesar Daryanto dan Suryatri Darmiatun.
2,76 sedangkan ttabel dengan taraf 2013. Implementasi Pendidikan
signifikansi 5% sebesar 2,021, karena Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
thitung ˃ ttabel yakni 2,76 ˃ 2,021 maka Gava Media.
sesuai rumusan hipotesis yang
diajukan H0 ditolak dan Ha diterima Hamachek, D. (1995). Self-concept and
yakni ada perbedaan hasil belajar school achievement: Interaction
siswa dari penerapan model CPS dynamics and a tool for assessing
dengan metode ceramah untuk dapat the self-concept component.
memecahkan masalah soal cerita Journal of Counseling &
matematika materi pecahan. Development, 73(4), 419-425.
Saran
Dari hasil penelitian, maka Hapriani, Ni Kadek. 2012. Pengaruh
saran yang dapat diajukan yaitu Model Pembelajaran CPS (Creative
pembelajaran menggunakan model Problem Soving) Berbantuan LKS
CPS baik untuk mengoptimalkan Terhadap Motivasi Dan Hasil
kemampuan pemecahan masalah dan Belajar TIK Siswa Kelas X SMA
self concept siswa dalam pembelajaran, Karya Wisata Singaraja Tahun
Ajaran 2011/2012.
63
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

http://pti.undiksha.ac.id/karma Sudharta, Nurwidi Antari. 2014.


pati/vol1no2/2.pdf, diakses pada Pengelolaan Karakter Kejujuran dan
tanggal 20 November 2015. Kerja Keras Dalam Pembelajaran
Matematika Kontekstual Di Sekolah
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Dasar Negeri
Pengajaran dan Pembelajaran. Kusumodilagan.http://eprints.um
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. s.ac.id/31445/12/B. Naskah
Publikasi Ilmiah.pdf, diakses
Hurlock, E. B. 1994. Psikologi pada tanggal 21 Desember 2015.
Perkembangan (Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan). Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Edisi V. Jakarta: Erlangga. Bandung: PT Tarsito Bandung

Jannah, Raodatul. 2011. Membuat Anak Sugiyono. 2010. Metode Penulisan


Cinta Matematika dan Eksak Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Lainnya. Banguntapan Jogjakarta: Kualitatif, dan R&D. Bandung:
DIVA Press. Alfabeta

Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. ________. 2014. Statistika untuk


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Penulisan. Bandung: Alfabeta.
Offset.
Suprijono, Agus. 2014. Cooperative
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pembelajaran Inovatif dalam Pelajar.
Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media. Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Siregar, Eveline. 2014. Teori Belajar dan Nasional. Jakarta: Kemendiknas.
Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Winarni, Endang Setyo dan Sri
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Harmini. 2012. Matematika Untuk
yang Mempengaruhinya. Jakarta: PGSD. Bandung: PT Remaja
Rineka Cipta. Rosdakarya.

64

Anda mungkin juga menyukai