Veryliana Purnamasari
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang
Email : verylianapurnamasari@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah siswa sulit untuk memecahkan masalah
dapat dilihat dari kondisi siswa terlalu pasif terhadap pembelajaran yang sedang
berlangsung. Self concept dalam diri siswa juga masih kurang. Siswa yang belum
paham ketika proses belajar berlangsung, tidak mau berusaha bertanya kepada
siswa lain yang sudah paham ataupun tidak mau bertanya kepada guru. Dapat
disimpulkan bahwa masalah yang tampak yaitu kemampuan memecahkan masalah
siswa rendah dan self concept siswa kurang baik. Permasalahan yang dapat diungkap
dalam penelitian ini adalah (1) apakah siswa dapat mencapai ketuntasan minimal
dengan nilai ˃ 74 dan 80 siswa mencapai tuntas belajar dengan penerapan CPS
pada kelas V SDN 6 Tanjungrejo? (2) apakah siswa dapat mencapai kriteria baik
dengan nilai ˃ 79 aspek self concept siswa dengan penerapan model CPS pada kelas V
SDN 6 Tanjungrejo? (3) apakah ada perbedaan hasil belajar dengan penerapan
model CPS dengan metode ceramah untuk dapat memecahkan masalah? Jenis
penelitian kuantitatif dengan teknik sampling jenuh serta desain posttest-only control
design. Hasil analisis data setelah penerapan model CPS dapat disimpulkan yaitu (1)
ketuntasan belajar siswa terbukti dengan tuntasnya 23 siswa dan 2 siswa tidak
tuntas atau jika dibuat persentase 92% siswa tuntas belajar dan 8% siswa tidak
tuntas belajar. Analisis ttest diperoleh thitung (6,80 ) ˃ ttabel (1,711) maka H0 ditolak dan
Ha diterima. (2) Siswa mencapai kriteria baik pada aspek self concept karena
dibuktikan dengan tuntasnya 21 siswa dan 4 siswa tidak tuntas atau jika dibuat
persentase 84% siswa tuntas belajar dan 16% siswa tidak tuntas belajar. Analisis t test
diperoleh thitung (4,076 ) ˃ ttabel (1,711) maka H0 ditolak dan Ha diterima. (3) Hasil
belajar dapat dibuktikan dengan menerapkan model CPS (87,36) dan menerapkan
metode ceramah (79,70). Perbedaan model CPS dengan metode ceramah melalui
analisis ttest diperoleh thitung (2,76 ) ˃ ttabel (2,021) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Kata kunci: memecahkan masalah, self concept, model CPS
56
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016
57
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016
Matematika, IPA, dan IPS adalah mata diperoleh individu setelah proses
pelajaran matematika menunjukkan belajar berlangsung, yang dapat
hasil yang kurang dari KKM yaitu memberikan perubahan tingkah laku
67,08. Hasil Ulangan Tengah Semester baik pengetahuan, pemahaman, sikap
(UTS) menunjukkan bahwa dari 25 dan keterampilan siswa sehingga
siswa, hanya ada 8 siswa yang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
mencapai nilai ≥ 75 (sama dengan Sebagaimana yang dikemukakan oleh
KKM atau di atas KKM). Siswa yang Hamalik (dalam Hapriani, 2012: 5)
nilainya masih di bawah KKM hasil belajar adalah “Perubahan
berjumlah 17 orang. Berdasarkan tingkah laku subyek yang meliputi
masalah yang ada, maka penulis kemampuan kognitif, afektif, dan
mengkaji masalah tersebut dengan psikomotor dalam situasi tertentu
judul “Penerapan Model CPS (Creative berkat pengalamannya berulang-
Problem Solving) pada self concept dan ulang”. Menurut Sudjana (dalam
Kemampuan Memecahkan Masalah Hapriani, 2012: 5) hasil belajar adalah
Soal Cerita Matematika Materi kemampuan yang dimiliki siswa
Pecahan Siswa Kelas V SDN setelah ia menerima pengalaman
Tanjungrejo”. belajarnya. Dari dua pengertian di atas
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
mengetahui siswa dapat atau tidak adalah suatu kemampuan atau
mencapai kriteria ketuntasan minimal keterampilan yang dimiliki oleh siswa
dengan nilai ˃ 74 dan 80 siswa setelah siswa tersebut mengalami
mencapai tuntas belajar dengan aktivitas belajar.
penerapan CPS untuk dapat Self Concept
memecahkan masalah soal cerita Konsep diri dapat didefinisikan
matematika materi pecahan pada kelas secara umum sebagai keyakinan,
V SDN 6 Tanjungrejo, untuk pandangan atau penilaian seseorang
mengetahui self concept siswa dapat terhadap dirinya. Hal ini tidak jauh
atau tidak mencapai kriteria baik ˃ 79 beda dengan pendapat Hurlock (1993)
dengan penerapan model CPS untuk bahwa konsep diri adalah gambaran
dapat memecahkan masalah soal cerita yang dimiliki seseorang tentang
matematika materi pecahan pada kelas dirinya. Selain itu Brooks (Rakhmat,
V SDN 6 Tanjungrejo dan untuk 2004 : 99) mendefinisikan bahwa
mengetahui ada atau tidak perbedaan konsep diri sebagai “those physical,
hasil belajar siswa dari penerapan social, and psychological perception of
model CPS dengan metode ceramah ourselves that we have derived from
dan penugasan untuk dapat experiences and our interaction with
memecahkan masalah soal cerita others”. Jadi konsep diri merupakan
matematika materi pecahan. pandangan dan perasaan tentang diri
sendiri yang bersifat fisiologi, sosial
B. LANDASAN TEORI dan fisik atau merupakan persepsi
Hasil belajar fisik, sosial dan fisiologis terhadap diri
Dalam penelitian yang dilakukan individu yang didapatkan oleh
oleh Hapriani (2012: 5), hasil belajar individu dari pengalaman dan
merupakan kemampuan yang interaksi dengan orang lain.
58
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016
59
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016
Tabel 1
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Individu Pretest dan Posttest
Hasil Belajar
Jumlah siswa KKM
Pretest Posttest
Tidak
25 75 Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
Tuntas
60
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016
8 17 23 2
Persentase 32% 68% 92% 8%
Sumber: hasil pretest dan posttest siswa SDN 6 Tanjungrejo
61
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016
atau kriterianya baik dan tuntas dalam Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
self concept yang sesuai dengan mata sebesar 79,70 dan rata-rata hasil belajar
pelajaran matematika. Berdasarkan kelas eksprimen sebesar 87,36. Penulis
data posttest self concept siswa kelas melakukan uji hipotesis pada
eksperimen didapatkan thitung sebesar penelitian ini menggunakan uji t dua
4,076 dan ttabel sebesar 1,711. Maka pihak dan diperoleh thitung sebesar 2,76
pada kelas eksperimen didapatkan pada taraf nyata 𝛂 = 5% dan derajat
thitung ˃ ttabel atau 4,076 ˃ 1,711, jadi H0 kebebasan n + n – 2 = 46 dengan ttabel
ditolak dan Ha diterima. Jadi siswa sebesar 2,021. Data hasil perhitungan
tuntas dalam self concept karena siswa menunjukkan bahwa thitung ˃ ttabel atau
mampu mencapai nilai ˃ 79 dengan 2,76 ˃ 2,021 maka H0 ditolak dan Ha
kriteria baik melalui penerapan model diterima atau dapat dikatakan ada
CPS untuk dapat memecahkan soal perbedaan hasil belajar menggunakan
cerita matematika materi pecahan model CPS dengan metode ceramah
siswa kelas V SDN 6 Tanjungrejo. untuk memecahkan masalah soal
Penulis setelah menganalisis cerita materi pecahan. Hipotesis yang
ketuntasan belajar dan ketuntasan self menyatakan bahwa ada perbedaan
concept siswa, selanjutnya hasil belajar menggunakan model CPS
menganalisis hasil belajar kemampuan dengan metode ceramah untuk
memecahkan masalah melalui data memecahkan masalah soal cerita
nilai posttest. Analisis nilai posttest materi pecahan itu relevan dengan
diperoleh dari hasil belajar yang dikemukakan oleh Hapriani
kemampuan memecahkan masalah (2012) bahwa hasil belajar siswa
kelas eksperimen kategori sangat baik dengan model pembelajaran CPS lebih
sebesar 76% dengan jumlah siswa tinggi (87,36) dari pembelajaran
sebanyak 19 orang. Kategori baik konvensional atau ceramah (79,70).
sebesar 16% dengan jumlah siswa
sebanyak 4 orang. Kategori cukup E. PENUTUP
sebesar 4% dengan jumlah siswa Simpulan
sebanyak 1 orang. Kategori kurang Berdasarkan hasil penelitian dan
sebesar 4% dengan jumlah siswa pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebanyak 1 orang. bahwa (1) ketuntasan belajar siswa
Kemampuan pemecahan masalah terbukti dengan tuntasnya 23 siswa
pada kelas kontrol cenderung lebih dan 2 siswa tidak tuntas atau jika
rendah. Hal ini juga dapat dilihat pada dibuat persentase 92% siswa tuntas
hasil analisis nilai posttest yang belajar dan 8% siswa tidak tuntas
didapatkan yaitu kategori sangat baik belajar. Selain itu analisis ttest diperoleh
sebesar 30,43% dengan jumlah siswa thitung sebesar 6,80 sedangkan ttabel
sebanyak 7 orang. Kategori baik dengan taraf signifikansi 5% sebesar
sebesar 43,48% dengan jumlah siswa 1,711, karena thitung ˃ ttabel yakni 6,80 ˃
sebanyak 10 orang. Kategori cukup 1,711 maka sesuai rumusan hipotesis
sebesar 21,74% dengan jumlah siswa yang diajukan H0 ditolak dan Ha
sebanyak 5 orang. Kategori sangat diterima yakni siswa mencapai
kurang sebesar 4,35% dengan jumlah ketuntasan minimal lebih dari 74 dan
siswa sebanyak 1 orang. 80% siswa mencapai tuntas belajar
62
[ISSN 2406-8691 VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016
64