Abstract: This research used two models of learning they were methods
personalized system of instruction (PSI) and the conventional learning models.
This paper about contains a study on the comparison of mathematical concept
understanding ability improvement among students who get a personalized
system of instruction (PSI) methods with the conventional learning models. The
results of this research, that increased the ability of understanding the
mathematical concepts among students who get the personalized system of
instruction methods learning is better than students who get conventional
learning models. The attitudes of students about personalized system of
instruction methods learning a positive indicated attitude and good
interpretation.
Keywords: personalized system of instruction methods, conventional
models,mathematical concepts
Abstrak: Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yang berbeda
yakni metode pembelajaran personalized system of instruction (PSI) dan model
pembelajaran konvensional. Tulisan ini memuat kajian tentang perbandingan
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang
mendapatkan metode personalized system of instruction (PSI) dengan model
pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang
mendapatkan metode pembelajaran personalized system of instruction lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran
konvensional. Sikap siswa terhadap metode pembelajaran personalized system of
instruction menunjukan sikap positif dan berinterpretasi baik.
78
Melinda Putri Mubarika, Perbandingan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Yang Mendapatkan Metode Pembelajaran PSI dengan Konvensional
79
Pasundan Journal of Mathematics Education (PJME), Tahun 4, Nomor 1, November 2014, hlm 78-84
Hasil penelitian ini meliputi tes 17,951. Nilai rata-rata kedua kelas tampak
kemampuan awal, tes akhir, dan angket ada perbedaan, rata-rata hasil posttest kelas
Adapun hasilnya sebagai berikut: eksperimen lebih besar jika dibandingkan
dengan kelas kontrol. Dan selisihnya adalah
Analisis Data Tes Awal sebesar 2,73.
Tes awal dilakukan untuk mengetahui Perhitungan uji normalitas data pada
kemampuan awal siswa sebelum diberikan kedua kelompok siswa tersebut dengan
menggunakan Uji Chi-Kuadrat ( ). Dari
2
pembelajaran. Setelah data yang diperlukan
dalam penelitian ini lengkap, selanjutnya perhitungan diperoleh hasil kedua kelompok
peneliti melakukan pengolahan data tes awal. siswa berdistribusi normal. Perhitungan
Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh dilanjutkan pada pengujian homogenitas dua
hasil sebagai berikut: varians. Uji homogenitas data tes akhir untuk
Tabel 1 kedua kelas dihitung dengan menggunakan
Deskripsi data tes awal uji-F. Dari hasil perhitungan diperoleh
Jumlah Deviasi Fhitung = 0,623 < Ftabel = 1,672 maka kedua
Kelas Rerata
Siswa Standar variansnya homogen.
PSI 44 12,14 3,40 Setelah dilakukan uji statistik dan kedua
Konvensional 41 9,78 5,04 variansnya homogen sehingga uji statistik
selanjutnya adalah uji t. Dari data hasil
Perhitungan normalitas tes awal perhitungan diperoleh, nilai deviasi standar
dilakukan dengan menggunakan Uji Chi- gabungan (dsg) yaitu 1,47, sehingga nilai
kuadrat. Dari hasil perhitungan bahwa ada thitung adalah 8,27 dengan taraf signifikansi
salah satu kelompok yang tidak berdistribusi sebesar 5% dan derajat kebebasan (db) = 83,
normal, maka langkah selanjutnya adalah Uji sehingga diperoleh ttabel = 1,993. Hal ini
Mann Whitney. Setelah dilakukan menunjukkan bahwa thitung = 8,27 > ttabel =
perhitungan dan didapat nilai zhitung = 1,63. 1,993, sehingga berada pada daerah
Dengan menggunakan taraf signifikansi penolakan Ho. Sehingga diperoleh
sebesar 5% sehingga diperoleh nilai ztabel = kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman
1,96. Karena nilai zhitung = 1,63 ˂ ztabel = 1,96 konsep matematis siswa yang mendapatkan
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. metode Personalized System of Instruction
Sehingga kesimpulannya adalah tidak (PSI) lebih baik dibandingkan siswa yang
terdapat perbedaan kemampuan awal mendapatkan model pembelajaran
pemahaman konsep matematis yang konvensional.
signifikan antara siswa yang mendapatkan Untuk mengetahui perbedaan
metode pembelajaran Personalized System of peningkatan kemampuan pemahaman konsep
Instruction dengan siswa yang mendapatkan matematis kedua kelompok siswa yang
model pembelajaran Konvensional. diteliti, sehingga hasil dari tes awal dan tes
Analisis Data Tes Akhir akhir dari kedua kelas dihitung gainnya. Dari
Berikut deskripsi data penelitian hasil tes hasil perhitungan diperoleh:
akhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Tabel 3
Deskripsi Data Hasil Tes Akhir Deskripsi Data Gain
Jumlah Deviasi Rata-rata Deviasi
Kelas Rerata Kelas
Siswa Standar Gain Standar
PSI 44 20,681 1,950 PSI 0,71 0,15
Konvensional 41 17,951 2,469 Konvensional 0,55 0,19
Keterangan: Skor ideal = 24
Perhitungan dilanjutkan pada uji
Dari tabel 2 diperoleh nilai rata-rata normalitas data pada kedua kelas tersebut
kelas eksperimen 20,681 dan kelas kontrol dengan menggunakan Uji Chi-Kuadrat. Dari
80
Melinda Putri Mubarika, Perbandingan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Yang Mendapatkan Metode Pembelajaran PSI dengan Konvensional
dibandingkan dengan siswa yang diberikan tersebut ditunjukan dari hasil jawaban
model pembelajaran konvensional, meskipun angket skala sikap yang menyatakan
masih terdapat beberapa siswa yang belum sangat setuju dan setuju dari komponen
memenuhi standar kriteria ketuntasan belajar sikap siswa terhadap pembelajaran
matematis. Personalized System of Instruction dengan
pernyataan yang positif. Perilaku yang
Respon Siswa terhadap Pembelajaran PSI menunjukan kesenangan siswa terhadap
Untuk mengetahui respon siswa maka pembelajaran Personalized System of
dilakukan penyebaran angket. Hasil analisis Instruction terlihat dari pengamatan
angket pada semua aspek yang diteliti peneliti terhadap aktivitas siswa pada saat
diperoleh skor maksimum sebesar 3300 dan pembelajaran berlangsung, siswa begitu
skor minimum sebesar 660 dengan jumlah antusias, partisipatif, komunikatif baik dan
skor total sebesar 2640. Adapun dari hasil lebih percaya diri itu pada saat diskusi
analisis data angket disajikan dalam tabel 5 kelompok maupun diskusi antar
berikut ini: kelompok.
Tabel 5 4. Dari hasil analisis posttest diperoleh
Skala Tanggapan Interpretasi Respon Siswa bahwa kemampuan pemahaman konsep
Skor Interpretasi matematis siswa yang mendapatkan
660-1187 Sangat Kurang metode pembelajaran Personalized System
1188-1715 Kurang of Instruction sudah baik, dan memenuhi
1716-2243 Cukup kriteria ketuntasan belajar siswa dengan
2244-2771 Baik prosentase mencapai 86% meskipun
2770-3299 Sangat Baik masih ada sebagian siswa yang belum
Dengan jumlah skor total sebesar 2640 memenuhi kriteria ketuntasan minimum
sehingga terletak pada kriteria 2244-2771. (KKM).
Hal ini menunjukkan respon siswa secara
keseluruhan proses pembelajaran SARAN
berinterpretasi baik. Berdasarkan temuan penelitian yang
penulis lakukan, penulis memberikan saran-
KESIMPULAN saran sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian dan 1. Model pembelajaran Personalized System
pembahasan secara keseluruhan, maka dapat of Instruction menggunakan pendekatan
ditarik simpulan sebagai berikut: instruksi mandiri (personal), sehingga
1. Kemampuan pemahaman konsep kepada guru disarankan agar
matematis siswa yang mendapatkan mengimplementasikan metode
metode pembelajaran Personalized System pembelajaran Personalized System of
of Instruction lebih baik dibandingkan Instruction melalui berbagai pendekatan
dengan siswa yang mendapatkan model pada pembelajaran matematika yang
pembelajaran konvensional. memungkinkan penggunaannya karena
2. Tingkat pencapaian materi siswa yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan
mendapatkan model pembelajaran pemahaman konsep matematis siswa dan
Personalized System of Instruction (PSI) disarankan juga untuk memperbanyak
sudah baik, meskipun masih ada beberapa memberikan soal-soal pemahaman konsep
siswa yang belum memenuhi kriteria matematis kepada siswa.
ketuntasan minimal belajar. 2. Kepada siswa disarankan untuk
3. VIII-I sebagai kelas eksperimen terhadap memperbanyak latihan soal-soal
pembelajaran matematika dengan pemahaman konsep sehingga kemampuan
menggunakan metode pembelajaran pemahaman konsep matematisnya dapat
Personalized System of Instruction meningkat dan setelah metode
menunjukkan interpretasi baik. Hal pembelajaran ini diterapkan, siswa
82
Melinda Putri Mubarika, Perbandingan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Yang Mendapatkan Metode Pembelajaran PSI dengan Konvensional
disarankan untuk lebih aktif dan lebih SMP Melalui pembelajaran personal
percaya diri dalam proses pembelajaran. (individu) dengan Strategi React”.
3. Pembelajaran matematika dengan Jurnal Forum Kependidikan.
menggunakan metode pembelajaran Fitriani, A. (2009). Perbandingan prestasi
Personalized System of Instruction (PSI) belajar antara siswa yang mendapatkan
dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran klasikal dan pembelajaran
pembelajaran yang perlu dipertimbangkan Personalized system of instruction.
oleh guru, mengingat kemampuan proses Skripsi pada program studi Pendidikan
pemahaman konsep matematis siswa yang Matematika STKIP-Garut: tidak
mendapatkan metode pembelajaran diterbitkan.
Personalized System of Instruction (PSI) Hamalik, O. (2010). Proses Belajar
lebih baik dibandingkan siswa yang Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
mendapatkan model pembelajaran Isjoni. (2010). Cooperative Learning
konvensional pada pembelajaran Mengembangkan Kemampuan Belajar
matematika. Berkelompok. Bandung: Alfabeta
4. Bagi peneliti selanjutnya agar penelitian Pujiati, I. 2008. Peningkatan Motivasi dan
menggunakan metode pembelajaran Ketuntasan Belajar Matematika melalui
Personalized System of Instruction (PSI) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
tidak hanya berfokus pada kemampuan Khazanah Pendidikan: Jurnal Ilmiah
pemahaman konsep matematis saja, tetapi Kependidikan, Vol. I, No.1
pada kemampuan matematis yang lainnya, (Rahmalia, 2008:6) mengemukakan bahwa
seperti: kemampuan komunikasi, “Konsep-konsep merupakan dasar untuk
kemampuan pemecahan masalah, berfikir, untuk belajar aturan-aturan dan
kemampuan penalaran, kemampuan akhirnya untuk memecahkan masalah”
koneksi, kemampuan berfikir kritis dan Ruseffendi. (2006). Pengantar Kepada
kreatif serta bukan hanya terfokus pada Membantu Guru Mengembangkan
kemampuan matematisnya saja tetapi Kompetensi Dalam Pengajaran
harus memenuhi kriteria ketuntasan Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
belajar. Bandung: Tarsito.
5. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran
siswa kelas VIII di SMP Negeri 51 Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung tahun ajaran 2013/2014, Jakarta: Kencana.
sehingga memungkinkan untuk dilakukan Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses
penelitian lain mengenai pembelajaran Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
matematika dengan menggunakan metode Rosdakarya.
pembelajaran Personalized System of Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Instruction (PSI). Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi
Faruki. RA, (2011). Perbedaan peningkatan matematik: Apa, Mengapa, dan
kemampuan pemahaman konsep Bagaimana Dikembangkan Pada
matematis antara siswa yang Peserta Didik. Bandung: Jurusan
memperoleh model pembelajaran Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.
transaktif dengan tutor sebaya Suryadi, D. dkk. (2008). Bahan ajar
transaktif. Skripsi STKIP Garut: tidak Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
diterbitkan. (PLPG) Bahan Diklat Matematika SMP.
Fauziah, A. (2010). “Peningkatan Bandung: UPI. Tersedia: http://dasar
Kemampuan Pemahaman dan teori.blogspot.com/2011/10/pembelajara
Pemecahan Masalah Matematika Siswa
83
Pasundan Journal of Mathematics Education (PJME), Tahun 4, Nomor 1, November 2014, hlm 78-84
n-matematika-konvensionl.html [5 Juni
2013]
Wardhani, Sri. (2010). Teknik
Pengembangan Instrumen Penelitian
Hasil Belajar Matematika di SMP/MTs.
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika: Yogyakarta.
84