Anda di halaman 1dari 9

Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika

Vol. 1, No. 2, Januari 2021. Hal 48-56.

Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Alat Peraga


Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA
Alfan Arlansyah Sembiring1, Marhami2, dan Iryana Muhammad3
1.2.3
Program studi Pendidikan Matematika, Uiversitas Malikussaleh

correspondance:
2
marhami@unimal.ac.id

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Direct Instruction
dengan berbantuan alat peraga terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi matriks
di kelas XI SMAN 1 Lhokseumawe. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen
dengan menggunakan desain penelitian Post-test Only Control Grup Desain. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lhokseumawe, dengan sampel
dipilih dua kelas dari sebelas kelas yang tersedia secara purposive sampling. Pengambilan data
dalam penelitian menggunakan tes kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh skor rataan kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran direct
instruction dengan berbantuan alat peraga sebesar 20,12, lebih tinggi daripada siswa yang
menerapkan pembelajaran biasa sebesar 13,61. Dari hasil uji Mann-Whitney U-Test didapati
nilai Asmp. Sig, (2-tailed) yaitu 0.000 < α (α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran direct instruction berbantuan alat peraga berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.

Kata kunci: alat peraga, kemampuan berpikir kritis, model direct instruction

ABSTRACT. This study aims to determine the effect of the direct instruction model assisted
by learning prop to students' critical thinking skills on matrix material in XI class of SMAN 1
Lhokseumawe. This was a quasi- experimental study using post-test only control design group.
The population in this study were all students of XI class of SMAN 1 Lhokseumawe, with a
sample of two classes selected from the eleven available classes by purposive sampling.
Retrieval of data in research using tests of critical thinking skill. Based on the results of the
analysis showed that the average score of the experimental class applying the direct instruction
learning assisted by learning prop of 20.12, higher than students who applied ordinary learning
of 13.61. From the results of the Mann-Whitney U-Test, were found. Sig, (2-tailed) is 0.000 <α
(α = 0.05). It showed that the direct instruction learning with learning prop influences students'
critical thinking skills.

Keywords: Learning prop, Critical Thinking Ability, Direct Instruction Model

Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 Januari 2021. | 48


Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA

PENDAHULUAN
Pendidikan tidak terlepas dari peran seorang guru. Guru yang berkualitas dan
profesional akan menghasilkan murid-murid yang berkualitas pula. Dari zaman ke zaman, guru
selalu berperan aktif dalam membimbing peserta didik-nya. Mengacu kepada Permendikbud
Nomor 70 tahun 2013, sekolah wajib menerapkan kurikulum terbaru atau yang kita sebut
kurikulum 2013, peran seorang guru hanya sebagai fasilitator pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Maka dari itu, guru harus memiliki sikap fleksibel dan open minded agar pada
saat mengontrol kelas dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Sikap
yang demikian dalam proses pembelajaran dapat memberikan respons yang menyenangkan,
sehingga semua materi dapat tersampaikan secara efektif dan tepat sasaran. Mengingat pada
kurikulum 2013 yang dimana siswalah yang sangat berperan aktif saat proses belajar mengajar
berlangsung. Sehingga yang harus diperhatikan oleh seorang guru yaitu bagaimana trik-trik
agar tujuan pembelajaran lebih mengembangkan potensi peserta didik, akan tetapi suasana
kelas masih tetap terkendali walaupun menggunakan sistem student center.
Tujuan dalam pembelajaran matematika adalah siswa dituntut memiliki kemampuan
berpikir kritis. Untuk mencapai salah satu tujuan pembelajaran tersebut menurut NCTM (Putri,
2018:795) menyatakan bahwa prinsip pembelajaran matematika hendaknya diawali dengan
menghadapkan siswa pada masalah kontekstual sehingga siswa sadar akan perlunya belajar
matematika dan siswa tertantang untuk menyelesaikan masalah kontekstual tersebut. Siswa
memerlukan kemampuan berpikir kritis matematis dalam menyelesaikan masalah kontekstual
yang diberikan.
Pertiwi (2018:822) mengemukakan bahwa berpikir kritis matematis merupakan
modal dasar untuk menganalisis argumen dan memunculkan ide serta gagasan terhadap tiap
makna untuk mengembangkan pola pikir secara logis. Selain itu, menurut Fisher (Ahmatika,
2016:395), berpikir kritis menuntut adanya usaha, rasa peduli terhadap keakurasian,
kemauan, dan sikap tidak mudah menyerah ketika menghadapi tugas yang sulit. Demikian
pula, dari orang yang berpikir kritis ini diperlukan adanya suatu sikap keterbukaan terhadap
ide-ide baru. Memang hal itu bukan sesuatu hal yang mudah, namun harus dan tetap
dilaksanakan dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir. Berdasarkan uraian di atas,
dapat kita simpulkan bahwasanya siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat
meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu materi ajar. Rasa ingin tahu yang besar
dapat menghasilkan ide serta gagasan baru, yang membantu siswa dalam memahami materi
lebih lanjut. Cara mengaitkan suatu ide dengan ide yang lain sehingga siswa memeroleh cara
berpikir yang lebih luas. Dengan demikian, pengembangan kemampuan berpikir kritis
merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan dan perlu dilatih pada siswa mulai dari
jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah.
Untuk melihat efektivitas penerapan kurikulum K13 pada proses pembelajaran,
peneliti telah melakukan observasi langsung di sekolah yang diteliti. Kondisi sekolah yang
sudah baik menjadi daya tarik tersendiri terhadap semangat dan keaktifan belajar siswa. Dari
segi fasilitas pendukung dan lainnya, sekolah sudah tergolong baik. Dalam proses
pembelajarannya guru sudah bersikap sedemikian rupa agar siswa tetap aktif di dalam kelas.
Namun, masih terdapat beberapa siswa yang terkesan monoton terhadap penyampaian guru
tanpa ada rasa ingin tahu lebih bahkan ada siswa yang tidak memiliki rasa ingin tahu
terhadap materi yang sedang diajarkan. Beberapa siswa baik siswa laki-laki maupun siswa
perempuan terkesan pasif dan menunggu gurunya menjelaskan materi tersebut. Murid-murid
Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 2021 | 49
Alfan Arlansyah Sembiring, Marhami, Iryana Muhammad

seperti itu, biasanya akan tertinggal dari segi pemahaman dan hasil belajarnya dan pada
akhirnya harus mengulang dengan cara remedial atau sejenisnya. Selain itu, salah satu
kendala yang dihadapi oleh siswa adalah sulitnya mengikatkan suatu materi ajar dengan
materi yang lain. Sebagai contoh, pada saat menemukan permasalahan atau soal yang sedikit
berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru, siswa menganggap itu adalah
persoalan yang baru atau susah, dan tidak serta-merta menunjukkan sikap rasa ingin tahu
lebih, dalam memecahkan permasalahan yang berbeda, dimana siswa dituntut harus
memahami masalah dengan kritis terlebih dahulu sebelum menanyakannya kepada guru mata
pelajaran bersangkutan.
Model pembelajaran langsung atau bisa kita sebut direct instruction yang berbasis
saintifik menjadi ciri khas K13 pada sekolah tang diteliti sudah berjalan dengan sangat baik.
Model pembelajaran langsung atau direct instruction, merupakan model pembelajaran yang
fleksibel dalam penerapannya, dikarenakan guru bebas mengatur alur pembelajaran di kelas
sesuai yang diinginkan. Model ini juga menekankan proses pembelajaran terstruktur dan
bertingkat berdasarkan kesukaran dari materi yang ingin diajarkan. Shoimin (2014:64-65)
menyebutkan langkah-langkah pada model pembelajaran direct instruction yaiu diantaranya
(1) fase orientasi/menyampaikan tujuan, (2) fase presentasi/demonstrasi, (3) fase latihan
terbimbing, (4) fase mengecek pemahaman memberikan umpan balik, dan (5) fase latihan
mandiri.
Dari sudut pandang materi ajar, peneliti mengamati pada materi matriks pada sub bab
materi Operasi Hitung Matriks. Pada sub bab tersebut, didapati beberapa siswa yang hanya
berpegangan pada konsep yang guru dan buku ajarkan tanpa adanya perluasan penyelesaian
persoalan yang ada. Sebagai contoh, siswa kurang bisa mengaitkan penyelesaian matriks
dengan materi sebelumnya, yaitu penyelesaian persamaan linear. Padahal, hasil yang
diperoleh dengan menggunakan cara penyelesaian matriks sama dengan hasil yang diperoleh
dengan cara penyelesaian persamaan linear. Siswa kurang mampu mengembangkan serta
mengaitkan ide. Hal itu menandakan bahwasanya masih terdapat siswa yang belum mampu
berpikir secara kritis dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang saling berkaitan. Adapun
contoh hasil jawaban siswa yang peneliti temukan yaitu sebagai berikut,

Gambar 1. Contoh Permasalahan yang Ditemukan oleh Peneliti


Dari permasalahan di atas, terdapat tiga buah matriks yaitu matriks A, matriks B dan
matriks C, yang ditanyakan adalah matriks manakah yang dapat diselesaikan. Siswa
menjawab matriks B dan jawaban tersebut sudah benar, akan tetapi siswa salah melakukan

50 | Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 Januari 2021.


Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA

perhitungannya atau dapat kita artikan siswa lupa bagaimana penyelesaian operasi matriks
tersebut.
Dalam proses pembelajaran penggunaan alat peraga berfungsi sebagai media
pendukung proses pembelajaran agar siswa lebih aktif, lebih tertarik, dan diharapkan
meningkatkan daya ingat siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan alat peraga
diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah sebagaimana yang telah diuraikan. Menurut
Ruseffendi (Arifin 2019:6) ada beberapa fungsi alat peraga, yaitu:
1) dengan adanya alat peraga, siswa akan lebih banyak mengikuti pembelajaran dengan
gembira, sehingga minat dalam mempelajari semakin besar. Siswa senang, terangsang,
kemudian tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran,
2) dengan disajikan konsep abstrak dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-
tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti,
3) siswa akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-benda
yang ada disekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat,
4) konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model
dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide
baru dan relasi-relasi baru.
Penggunaan alat peraga diharapkan mampu menarik minat siswa untuk belajar dengan
semangat dan membantu siswa untuk mengingat materi dalam jangka waktu yang lama.
Penggunaan alat peraga juga bertujuan untuk menambah wawasan guru tentang aneka alat
peraga yang bisa diaplikasikan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model direct
instruction berbantuan alat peraga berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pada materi matriks di kelas XI SMA.

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian Non-
equivalent Post- test Only Control Grup Desain. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Lhokseumawe dengan sampel yang terdiri dari dua
kelompok yang akan dipilih secara purposive sampling yaitu satu kelompok kelas
eksperimen dan satu kelompok kelas kontrol. Dengan cara membandingkan post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain quasi
experiment atau eksperimen semu. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum
memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikaitkan ilmiah mengikuti
peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2017:123).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terbagi menjadi empat tahap yaitu, tahap
pertama yang disebut tahap persiapan sebelum melakukan penelitian dengan menyusul semua
perangkat pembelajaran dan kerangka penelitian. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan model
pembelajaran direct instruction berbantuan alat peraga (dengan pendekatan saintifik) pada
kelas eksperimen dan pembelajaran saintifik terhadap kelas kontrol. Tahap ketiga yaitu tahap
analisis data, membandingkan hasil post-test kelas kontrol dan post-test kelas eksperimen.
Tahap keempat yaitu tahap penarikan kesimpulan sebagai hasi dari penelitian.

Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 2021 | 51


Alfan Arlansyah Sembiring, Marhami, Iryana Muhammad

Untuk melihat pengaruh yang diperoleh dari kedua kelas, peneliti melakukan olah
data terhadap hasil uji tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang berupa post-test.
Data hasil post-test kemudian dibandingkan dengan cara uji-t jika data tersebut berdistribusi
normal, dan uji non-parametrik jika data berdistribusi tidak normal. Data yang diperoleh dari
selisih antara hasil post-test siswa dan akan di uji dengan menggunkan SPSS versi 18.
Adapun dalam penelitiannya, peneliti menggunakan indikator kemampuan berpikir
kritis yang mengadopsi dari pendapat Facione (Karim, 2015:95) sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek Indikator

Memahami masalah yang ditujukan dengan menulis


Interpretasi diketahui maupun yang ditanyakan soal dengan tepat.
Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-
Analisis pernyataan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal
yang ditunjukkan dengan membuat model matematika
dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat.
Evaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan
soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan.
Inverensi Membuat kesimpulan dengan tepat.

Untuk memudahkan memperoleh data kemampuan berpikir kritis, dalam penilaian-nya


peneliti menggunakan tabel pedoman perskoran siswa yang dimodifikasi dari Facione &
Ismaimuza (Karim, 2015:96).

Tabel 2. Pedoman Pensekoran Kemampuan Berpikir Kritis


Indikator Keterangan Skor
Interpretasi Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan. 0
Menulis yang diketahui dan yang ditanyakan dengan tidak 1
tepat.
Menuliskan yang diketahui saja dengan tepat atau yang 2
ditanyakan saja dengan tepat.
Menulis yang diketahui dari soal dengan tepat tetapi 3
kurang lengkap.
Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan 4
tepat dan lengkap.
Analisis Tidak membuat model matematika dari soal yang 0
diberikan.
Membuat model matematika dari soal yang diberikan 1
tetapi tidak tepat.
Membuat model matematika dari soal yang diberikan 2
dengan tepat tanpa memberi penjelasan.
Membuat model matematika dari soal yang diberikan 3
dengan tepat tetapi ada kesalahan dalam penjelasan.
52 | Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 Januari 2021.
Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA

Membuat model matematika dari soal yang diberikan 4


dengan tepat dan memberi penjelasan yang benar dan
lengkap.
Evaluasi Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan soal. 0
Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak lengkap 1
dalam menyelesaikan soal.
Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan 2
soal, tetapi tidak lengkap atau menggunakan strategi yang
tidak tepat, tetapi lengkap dalam menyelesaikan soal.
Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan 3
soal, lengkap tetapi melakukan kesalahan dalam
perhitungan atau penjelasan.
Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan 4
soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan/
penjelasan.
Inferensi Tidak membuat kesimpulan. 0
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan tidak sesuai 1
dengan konteks soal.
Membuat kesimpulan yang tidak tepat meskipun 2
disesuaikan dengan konteks soal.
Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks 3
tetapi tidak lengkap.
Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks 4
soal dan lengkap.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


Hasil dari penelitian diperoleh berdasarkan analisis data post-test yang diperoleh dari
tes soal kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Tes diberikan kepada 56 siswa yang
terdiri atas 25 siswa pada kelas eksperimen dan 31 siswa pada kelas kontrol.

Tabel 3. Data Skor Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


Kelas n x¯ S %
Eksperimen 25 20,12 3,283 0,83
Kontrol 31 13,61 4,326 0,56

Berdasarkan tabel 3 di atas, diperoleh skor rata-rata post-test kemampuan berpikir


kritis matematis siswa pada kelas eksperimen yaitu 20,12 dan pada kelas kontrol 13,61, data
tersebut diperoleh dari skor maksimum ideal 24. Rata-rata post-test kelas eksperimen
dan kontrol mengalami perbedaan, terdapat peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh
oleh kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih
tinggi daripada kelas kontrol.

Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 2021 | 53


Alfan Arlansyah Sembiring, Marhami, Iryana Muhammad

Gambar 2. Diagram Perbandingan Rataan Skor Post-test


Dari gambar 2 dapat kita lihat bahwasanya, nilai post-test kemampuan kelas
eksperimen atau bisa disebut juga kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran direct
instruction dengan bantuan alat peraga pada materi matriks, memperlihatkan hasil nilai rata-
rata kelas sebesar 20,12, yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol 13,61 yang diterapkan
pembelajaran saintifik. Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan skor rata-
rata nilai post-test setelah proses pembelajaran berlangsung
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran direct instruction dengan bantuan alat peraga pada
materi matriks, maka dilakukanlah pengujian hipotesis dari hasil penelitian. Sebelum
melakukan pengujian hipotesis hasil penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
sebagai acuan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan
independent sample t-test atau tidak. Awal dari uji prasyarat yaitu melakukan uji normalitas
dan jika diperoleh data yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan dan uji
homogenitas. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Shapiro-Wilk.
Adapun kriteria dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: Jika nilai Sig. (p-value) <
α (α = 0,05), maka H0 ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka H0 diterima.
Adapun hasil rangkuman uji normalitas data post-test disajikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 4. Data Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Shapiro-Wilk
Kelas Kesimpulan
Statistik Df Sig
Eksperime 0,237 25 0.015 H0 ditolak
nKontrol 0,174 31 0.017 H0 ditolak

Dari Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikan kelas eksperimen 0.015 dan
kelas kontrol 0.017, jadi diketahui kedua kelas tersebut memiliki nilai Sig. < α = 0,05
sehingga H0 ditolak artinya sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Hipotesis
pada penelitian ini adalah model pembelajaran direct instruction yang dikombinasikan
dengan alat peraga akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa
dalam memahami materi matriks kelas XI SMA. Untuk mengambil keputusan apakah
hipotesis penelitian diterima atau ditolak, adapun hipotesis yang diuji adalah:
54 | Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 Januari 2021.
Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA

H0 : 𝜂 1 = 𝜂 2 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis


matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran direct instruction dengan
bantuan alat peraga pada materi matriks di kelas XI SMA
Ha : 𝜂 1 ≠ 𝜂 2 Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran direct instruction dengan
bantuan alat peraga pada materi matriks di kelas XI SMA
Adapun kriteria pengujian yaitu:
Jika nilai Sig (p-value) < α (α = 0,05), maka H0 ditolak
Jika nilai Sig (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka H0 diterima

Tabel 4. Data Hasil Uji Non-Paramertik


Statistik Nilai Keterangan Kesimpulan
Mann-whitney U 97.500
H0 ditolak Ha diterima
Asymp.sig (2-tailed) 0.000

Dari hasil uji Mann-Whitney U-Test di atas dapat dilihat bahwasanya nilai Asymp. Sig.
(2 tailed) yaitu 0.000 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima,
yaitu kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
direct instruction dengan bantuan alat peraga tidak sama secara signifikan dengan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran saintifik.
Dengan demikian terbukti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa model direct instruction
(dengan pendekatan saintifik) berbantuan alat peraga memiliki pengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis siswa daripada siswa hanya mendapatkan pembelajaran
saintifik saja.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwasanya
kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan pembelajaran direct instruction dan
berbantuan alat peraga memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas. Hal
tersebut dapat dilihat dari perhitungan uji parametrik yang menunjukan Asymp. Sig. (2 tailed)
yaitu 0.000 < α = 0,05. Selain itu, pada perhitungan nilai perbandingan rataan skor post-test
kemampuan berpikir kritis matematis siswa diperoleh hasil bahwasanya, nilai kelas
eksperimen yang di berikan perlakuan model pembelajaran direct instruction dengan
berbantuan alat peraga sebesar 20,12, lebih tinggi dari pada nilai yang diperoleh kelas kontrol
yaitu sebesar 13,61.
Hasil yang diperoleh peneliti, merupakan hasil yang sejalan dengan penelitian yang
diteliti oleh Sidik dan Winata (2016) yang menyatakan bahwa model pembelajaran direct
instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, hasil penelitian ini
dapat menjadi bukti bahwasanya model pembelajaran direct instruction terbukti dapat
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Model pembelajaran direct instruction juga merupakan model pembelajaran yang
sudah umum digunakan oleh guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe. Walaupun demikian, guru
sering kali monoton terhadap penyampaian materi tanpa adanya variasi dengan media atau
Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 2021 | 55
Alfan Arlansyah Sembiring, Marhami, Iryana Muhammad

alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu, peneliti
berinisiatif meningkatkan model direct instruction dengan alat peraga yang sudah dibuat
sendiri oleh peneliti jauh hari sebelum melakukan penelitian. Peneliti juga menitikberatkan
pada pemahaman materi dalam jangka panjang. Oleh karenanya peneliti mengingat model
pembelajaran dan alat peraga dengan sentuhan warna yang diharapkan dapat membantu
siswa dalam mengingat materi. Alasan penggunaan warna juga bertujuan memfokuskan
visual siswa agar lebih antusias dalam penyampaian guru.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dengan model pembelajaran direct instruction yang dikombinasikan dengan
alat peraga pada materi matriks berpengaruh terhadap siswa, dari pada pembelajaran yang
diajarkan dengan model pembelajaran saintifik biasa

REFERENSI
Ahmatika, D. 2016. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pendekatan
Inquiry/Discovery. Jurnal Euclid, Volume 3 No.1: 394-403.
Arifin, M. A. 2019. Pendayaguna Alat Peraga dalam Menunjang Minat Belajar Siswa Kelas
V di SD Negeri Purbaya 02 Tahun Ajaran 2018/2019. Skipsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Arikunto, S. 2017. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Febriana, F. 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI MI Al-Hanafiyah Wringin
Pitu Mojowarno Jombang pada Materi Letak-letak Negara Asia Tenggara Melalui Metode
Discovery. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Permendikbud Nomor 70, Tahun 2013, Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
Pertiwi, W. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik SMK pada
Materi Matriks. Jurnal Pendidikan Tambusai. 2 (4) : 793-801.
Putri, A. 2018. Profil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Kelas VIII Materi
Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Pendidikan Tabulasi. 2 (4) : 793-801.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
Sidik, M. I. dan Winata, H. 2016. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Direct Instruction. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. 1 (1) :
49-60.

56 | Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1 No.2 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai