Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, dan

mengembangkan daya pikir manusia. Pembelajaran matematika adalah kegiatan

guru dalam membelajarkan materi matematika terhadap siswa. Dalam kegiatan

pembelajaran matematika, materi matematika tentu menjadi salah satu hal yang

tidak dapat dipisahkan. Terdapat cabang-cabang materi matematika yang

diajarkan antara lain bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, serta statistika

dan peluang.

Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (selanjutnya disingkat

SMP)/Madrasah Tsanawiyah (selanjutnya disingkat MTs) cakupan materi

bilangan antara lain operasi bilangan bulat, operasi bilangan pecahan,

perbandingan, operasi bilangan berpangkat, bilangan bentuk akar, pola barisan

bilangan, barisan dan deret, serta aritmetika sosial. Cakupan materi aljabar antara

lain bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, himpunan,

relasi dan fungsi, persamaan garis lurus, dan sistem persamaan linear dua variabel.

Cakupan materi geometri dan pengukuran antara lain garis dan sudut, segitiga dan

segi empat, teorema phytagoras, lingkaran, bangun ruang sisi datar,

kesebangunan dan kekoongruenan, serta bangun ruang sisi lengkung. Selanjutnya

cakupan materi statistika dan peluang antara lain penyajian data dalam bentuk
2

tabel dan diagram (diagram batang, diagram garis, atau diagram lingkaran),

ukuran pemusatan data, titik/ruang sampel, dan peluang.

Berdasarkan data Daya Serap Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran

2017/2018 di Kabupaten Lampung Tengah, persentase penguasaan kemampuan

yang diuji pada mata pelajaran matematika adalah materi Bilangan 35,18%,

Geometri dan Pengukuran 35,47%, Statistika dan Peluang 36,54%, dan Aljabar

37,20%. Persentase daya serap terendah terjadi pada materi bilangan. Hal ini

menunjukkan bahwa belum berhasilnya pembelajaran pada materi bilangan.

Cakupan materi bilangan dilakukan pada pembelajaran kelas VII semester

ganjil dan kelas IX semester genap. Atas dasar pertimbangan waktu pelaksanaan

penelitian yang dilakukan di semester genap dan berdekatan dengan pelaksaan

ujian nasional, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian pada

penguasaan materi bilangan d ikelas VII dan di kelas IX. Berdasarkan alasan

tersebut, penelitian dilakukan pada materi yang memiliki persentase daya serap

terendah setelah materi bilangan, yaitu materi geometri dan pengukuran.

Rendahnya penguasaan materi geometri dan pengukuran seperti yang

dikemukakan di atas terjadi juga di SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji. Persentase

penguasaan materi soal pada ujian nasional yang tidak mampu mencapai 50%

yaitu hanya sebesar 34,72%. Data ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa

dalam geometri dan pengukuran belum baik, salah satunya pada materi lingkaran.

Oleh sebab itu, agar penguasaan materi lingkaran menjadi lebih baik perlu

diketahui alasan yang menyebabkan rendahnya belajar materi lingkaran.

Beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa pada materi

lingkaran adalah memahami unsur, keliling, dan luas lingkaran. Dengan


3

menguasai kompetensi tersebut, diharapkan siswa dapat menentukan unsur dan

bagian-bagian lingkaran serta dapat menyelesaikan permasalahan terkait keliling

dan luas lingkaran.

Materi lingkaran sangat berperan pada bidang studi matematika kelas IX

dan jenjang selanjutnya. Apabila siswa tidak dapat menguasai materi lingkaran

pada kelas VIII dengan baik, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam

menguasai materi yang menempatkan materi lingkaran sebagai pengetahuan

awalnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu guru matematika

yang mengajar di SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji melalui wawancara, guru tersebut

mengatakan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII masih mengalami kesulitan

belajar materi lingkaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji kompetensi materi

tersebut. Guru mengatakan bahwa rendahnya hasil belajar yang dialami siswa

dalam proses mengajarnya disebabkan oleh kurangnya rasa ingin tahu siswa dan

kurangnya pemahaman konsep siswa pada materi lingkaran. Hal ini tidak sesuai

dengan harapan guru yang selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas

pengetahuan siswa sehingga berdampak terhadap baiknya hasil belajar. Padahal

guru telah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan

memvariasikan metode pembelajaran. Namun, dalam proses pembelajaran guru

belum memvariasikan bahan ajar.

Rendahnya hasil belajar berdasarkan nilai rata-rata uji kompetensi materi

Lingkaran berupa soal essay pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 di

kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji dapat dilihat pada tabel berikut.
4

TABEL 1
DATA NILAI RATA-RATA ULANGAN HARIAN KELAS VIII
SMP NEGERI 2 ANAK RATU AJI TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Kelas Nilai rata-rata


VIII A 57,6
VIII B 61,7
VIII C 65,4
Sumber: Guru Matematika kelas VIII

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa kendala belum

berhasilnya penguasaan materi lingkaran yaitu kesulitan siswa dalam memahami

konsep materi lingkaran. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penting

yang harus dimiliki siswa. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengertian

bahwa materi-materi yang diajarakan kepada siswa tidak hanya sebagai hafalan.

Pemahaman konsep pada materi lingkaran merupakan kemampuan dasar untuk

berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan lingkaran.

Sejalan dengan hal tersebut, penelitian Novitasari dan Leonard (2017:765)

menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu faktor yang

menunjang ketuntasan hasil belajar. Hal ini sangat logis karena dalam

menyelesaikan persoalan lingkaran siswa harus mempunyai pemahaman konsep

lingkaran agar dapat menyelesaikan persoalan atau permasalahan tersebut dengan

mudah. Hasil belajar matematika akan lebih maksimal jika pemahaman konsep

matematis berjalan dengan baik.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematis adalah kemampuan yang harus dikuasai siswa

dalam pembelajaran matematika. Dalam upaya meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep siswa di atas guru dituntut untuk melakukan perubahan dalam
5

proses pembelajaran matematika di kelas. Seperti yang dikemukakan pada

wawancara sebelumnya, bahwa selama ini guru belum memvariasikan metode

dengan bahan ajar yang mendorong siswa untuk berperan aktif. Oleh sebab itu,

guru bertugas untuk menghadirkan metode pembelajaran dengan

mengorganisasikan materi lingkaran yang kemudian dikembangkan ke dalam

bahan ajar agar mendorong siswa menjadi aktif dan mandiri sehingga dapat

menyerap dan mengingat lebih lama terhadap apa yang dipelajarinya.

Salah satu metode yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan

pemahaman siswa dalam proses pembelajaran adalah metode penemuan

terbimbing. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing merupakan salah

satu cara untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan konsep

dan rumus atau semacamnya dengan bimbingan guru. Hal ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan Meiriza (2012:11) menyatakan bahwa pemahaman

konsep matematis siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih

baik. Penelitian Suharto (2017:98) menyimpulkan bahwa metode penemuan

terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi

lingkaran.

Dalam penggunaan metode penemuan terbimbing, guru perlu

menggunakan bahan ajar yang akan membantu siswa untuk menemukan konsep

dari materi lingkaran. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah Lembar

Kerja Siswa (selanjutnya disingkat LKS). Fungsi LKS ditujukan untuk memandu

siswa dalam menemukan konsep materi yang dipelajari. Meskipun demikian,

siswa tetap memerlukan bimbingan dan tuntunan agar dapat menemukan dan

mengkonstruksi pengetahuan secara tepat.


6

Berdasarkan hal tersebut LKS dengan metode penemuan terbimbing cocok

diterapkan dalam proses belajar siswa SMP. Dengan memvaraiasikan bahan ajar

LKS menggunakan metode penemuan terbimbing diharapkan siswa menjadi aktif

dan mandiri sehingga dapat memahami dan mengingat lebih lama tentang materi

lingkaran yang dipelajarinya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Susilo (2012:67) yang menyimpulkan bahwa bahan ajar matematika

berbentuk LKS pada materi lingkaran yang dikembangkan dengan metode

penemuan terbimbing untuk siswa SMP kelas VIII semester genap memiliki

kualitas yang baik dilihat dari kriteria validitas dan efektivitas. Oleh sebab itu,

penelitian ini dilakukan menggunakan LKS yang telah dikembangkan oleh Susilo.

Berdasarkan uraian diatas akan dilakukan penelitian untuk melihat ada

atau tidaknya pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk LKS

dengan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep lingkaran

siswa SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun pelajaran 2018/2019.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Apakah hasil belajar siswa pada materi lingkaran dipengaruhi kemampuan

pemahaman konsep lingkaran?

2. Apakah dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep lingkaran?

3. Apakah penggunaan bahan ajar matematika berupa LKS dengan metode

penemuan terbimbing dapat membantu dalam proses pembelajaran?


7

4. Adakah pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk LKS

dengan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep

lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun pelajaran

2018/2019?

I.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka perlu adanya

pembatasan masalah agar yang dikaji dapat lebih fokus dan terarah. Pembatasan

masalahnya adalah “Adakah pengaruh penggunaan bahan ajar matematika

berbentuk LKS dengan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman

konsep lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun pelajaran

2018/2019”.

I.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh penggunaan bahan ajar

matematika berbentuk LKS dengan metode penemuan terbimbing terhadap

pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji

tahun pelajaran 2018/2019?”.

I.5 Tujuan Penelitian


8

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengaruh penggunaan bahan ajar

matematika berbentuk LKS dengan metode penemuan terbimbing terhadap

pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji

tahun pelajaran 2018/2019.

I.6 Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

pendidikan matematika yang berkaitan dengan menggunakan bahan ajar

berupa LKS melalui metode penemuan terbimbing dan hubungannya

dengan kemampuan pemahaman konsep siswa.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Siswa

Pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berupa LKS

melalui metode penemuan terbimbing diharapkan dapat berpengaruh baik

terhadap pemahaman konsep siswa sehingga memengaruhi hasil belajar

siswa.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi baru dalam

pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji menggunakan

bahan ajar berupa LKS melalui metode penemuan terbimbing pada materi

lingkaran kelas VIII semester genap.

c. Bagi Sekolah
9

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah

terutama dalam pembelajaran matematika.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menambah ilmu dan menjadi bahan rujukan

penelitian yang berkaitan tentang pengaruh pembelajaran matematika

menggunakan bahan ajar berupa LKS melalui metode penemuan terbimbing

terhadap pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII semester genap.


10

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

Dalam sub bab ini akan dipaparkan beberapa teori oleh para ahli yang

berhubungan dengan variabel-variabel penelitian. Teori-teori tersebut menyangkut

beberapa komponen diantaranya mengenai kemampuan pemahaman konsep

lingkaran, bahan ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan metode penemuan

terbimbing.

2.1.1 Pemahaman Konsep Lingkaran

Pada dasarnya proses pembelajaran adalah kegiatan berpikir untuk

memperoleh pemahaman bukan sekedar hafalan. Pemahaman adalah perangkat

standar suatu program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat

mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan

(Yulaelawaty dalam Wena, 2012:67). Pemahaman atau comprehension dapat

diartikan kemampuan menguasai sesuatu melalui pikiran (Sardiman, 2016:42).

Pemahaman merupakan suatu proses atau cara mengartikan suatu objek serta fakta

yang diketahuinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki (Hendriana, Rohaeti

dan Sumarmo, 2018:5). Pada pemahaman siswa tidak hanya dituntut untuk

mengetahui, mengingat, atau menghafal suatu objek serta fakta, melainkan

dituntut memiliki perilaku yang menunjukkan kemampuan siswa dalam

menangkap makna atau arti dari suatu objek yang dipelajari.


11

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman

adalah kemampuan siswa untuk menguasai kompetensi bukan sekadar tahu tetapi

juga dapat menangkap makna dan memanfaatkan kompetensi yang telah

dipahami, serta mampu mengemukakan kembali ilmu yang diperoleh berdasarkan

pemahamannya. Pemahaman dasar pada proses pembelajaran adalah konsep.

Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan siswa dapat

mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa dan mampu memberikan

contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut (Hamzah dan Muhlisrarini,

2014:131). Konsep adalah materi pembelajaran dalam bentuk definisi/batasan atau

pengertian dari suatu obyek, baik yang bersifat abstrak maupun konkret (Trianto,

2012:189). Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan konsep merupakan ide

atau pengertian yang bersifat abstrak dari suatu obyek atau peristiwa yang konkret

yang digunakan untuk mengklasifikasikan objek.

Dari pengertian pemahaman dan konsep dapat diambil pengertian bahwa

pemahaman konsep merupakan kemampuan memahami ide abstrak untuk

mengklasifikasikan kelompok benda tertentu, kemampuan untuk memberikan

contoh dan bukan contoh dari suatu ide abstrak, dan mampu mengemukakan

kembali ilmu yang diperolehnya. Setiap bidang studi membutuhkan pemahaman

konsep, termasuk matematika.

Mengacu pada silabus bidang studi matematika Kurikulum 2013, salah satu

materi SMP kelas VIII semester genap adalah materi lingkaran. Didalamnya

terdapat submateri yaitu mengenai lingkaran beserta unsur-unsurnya, keliling dan

luas lingkaran, serta garis singgung lingkaran. Penelitian ini hanya akan dilakukan

pada materi lingkaran beserta unsur-unsurnya, keliling dan luas lingkaran.


12

Kompetensi dasar, materi pokok, dan kegiatan pembelajaran yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

TABEL 2
KOMPETENSI DASAR, MATERI POKOK, DAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN PADA MATERI LINGKARAN

Kompetensi dasar Materi Pokok Kegiatan pembelajaran


3.7 Menurunkan  Unsur-unsur  Mencermati gambar yang
rumus untuk Lingkaran berkaitan dengan unsur-
menentukan unsur lingkaran.
keliling dan luas  Keliling dan
daerah lingkaran  Menjelaskan gambar yang
yang luas merupakan unsur-unsur
dihubungkan lingkaran dan yang bukan.
lingkaran.
dengan masalah  Menyimpulkan konsep
kontekstual. dari masing-masing unsur
lingkaran.
4.7 Menyelesaikan  Melakukan percobaan
masalah untuk menemukan rumus
kontekstual yang keliling dan luas lingkaran.
berkaitan dengan
 Menyelesaikan masalah
keliling lingkaran
kontekstual yang berkaitan
dan luas lingkaran.
dengan keliling dan luas
lingkaran.

Penjelasan materi lingkaran menurut Susilo (2012:1-27) adalah sebagai

berikut.

Pengertian Lingkaran

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap

suatu titik tertentu. Jarak yang sama tersebut disebut jari-jari lingkaran dan titik

tertentu disebut pusat lingkaran.


13

Unsur-Unsur Lingkaran

Perhatikan gambar dibawah ini:

GAMBAR 1: LINGKARAN DAN UNSUR-UNSURNYA

1. Titik O disebut titik pusat lingkaran

´ , OB
2. OA ´ ,OC
´ , dan OD
´ disebut jari-jari lingkaran, yaitu garis yang

menghubungkan titik pusat lingkaran dan titik pada keliling lingkaran

´ disebut garis tengah atau diameter, yaitu ruas garis yang menghubungkan
3. AB

dua titik pada keliling lingkaran dan melalui pusat lingkaran.

´ disebut tali busur, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada
4. AC

keliling lingkaran.

´ ⊥ tali busur BD
5. OE ´ dan OF
´ ⊥ tali busur AC
´ disebut apotema, yaitu jarak

terpendek antara tali busur dan pusat lingkaran.

6. Garis lengkung AC, BC, dan AB disebut busur lingkaran, yaitu bagian dari

keliling lingkaran.

´ danOC
7. Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari, OB ´ serta busur BC disebut

juring atau sektor.

´ dan busurnya disebut tembereng.


8. Daerah yang dibatasi oleh tali busur AC
14

Keliling dan Luas Lingkaran

1. Menentukan pendekatan nilai π (phi)

keliling
π=
Diameter

22
π=3,14 atau
7

2. Menghitung Keliling Lingkaran

keliling( K )
Jika π= , sehingga K=πd. Karena panjang diameter adalah 2 ×
Diameter (d )

jari-jari atau d=2r, maka K=2 πr. Jadi didapat rumus keliling lingkaran(K)

dengan diameter (d) atau jari-jari (r) adalah.

K=πd atau K =2 πr

3. Menghitung Luas Lingkaran

Membuktikan rumus luas lingkaran dapat menggunakan pendekatan persegi

panjang yaitu dengan mempartisi lingkaran, kemudian disusun kembali menjadi

sebuah persegi panjang seperti gambar berikut.

GAMBAR 2: MENCARI LUAS LINGKARAN DENGAN


PENDEKATAN PERSEGI PANJANG

1 2
Sehingga luas lingkaran= Luas persegi panjang = p ×l= 2 πr × r=π r
2

Atau
15

1 1 1 2
Luas lingkaran= Luas persegi panjang = p ×l= πd × d= π d
2 2 4

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa luas lingkaran L dengan jari-jari r atau

2 1 2
diameter d adalah L=π r atau L= π d .
4

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep

lingkaran adalah kemampuan memahami ide abstrak yang berkaitan dengan

materi lingkaran sehingga mampu mengklasifikasikan, memberikan contoh dan

bukan contoh, mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya, serta dapat

melakukan prosedur perhitungan yang tepat yang berkaitan dengan materi

lingkaran.

Penilaian terhadap pemahaman konsep matematis siswa dicantumkan

dalam beberapa indikator. Indikator adalah sebuah ukuran dari suatu kondisi tidak

langsung yang sudah atau telah terjadi. Sedangkan menurut KBBI, indikator

diartikan sebagai sesuatu yang menjadi petunjuk atau keterangan. Indikator

pemahaman konsep matematis siswa materi lingkaran merupakan sebuah ukuran

yang menjadi petunjuk tingkat keberhasilan pemahaman konsep matematis siswa

terhadap materi lingkaran.

Indikator pemahaman konsep matematis siswa dikemukan oleh Sanjaya

dalam Hendriana, Rohaeti, dan Sumarmo (2018:7) sebagai berikut.

a) Mampu menerangkan secara verbal mengenai konsep yang


dipelajarinya.
b) Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara
serta mengetahui perbedaan dan kesamaannya.
c) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi
atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut.
d) Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur.
e) Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang
dipelajari.
16

f) Mampu menerapkan konsep secara algoritma.


g) Mampu mengembangkan konsep yang dipelajari.
Sedangkan indikator pemahaman konsep menurut Wardhani dalam

Priyambodo (2016:12) adalah sebagai berikut.

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.


2. Mengklasifikasikan sebuah objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya.
3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
4. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

Berdasarkan indikator pemahaman konsep di atas, indikator pemahaman

konsep lingkaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.

3. Mengklasifikasikan objek–objek berdasarkan dipenui atau tidaknya

persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

4. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

5. Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang

dipelajari.

2.1.2 Bahan Ajar

Salah satu komponen yang harus ada dalam pembelajaran adalah bahan ajar.

Bahan ajar adalah bahan/material/sumber belajar yang mengandung substansi

kemampuan tertentu yang akan dicapai oleh siswa (Trianto, 2012:188). Bahan ajar

disebut juga materi ajar. Didalamnya memuat hal-hal yang menjadi isi proses

pembelajaran yang akan dikuasai oleh siswa (Ngalimun dan Fauzani, 2015:43).

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

adalah komponen penting karena merupakan isi dalam proses pembelajaran.


17

Bahan ajar atau materi ajar mempunyai beberapa karakteristik. Secara rinci

Ngalimun dan Fauzani (2015:43) mengemukakan karakteristik materi ajar sebagai

berikut.

1) Bersifat hal-hal yang dapat diamati (fakta).


2) Bermuatan nilai-nilai atau norma.
3) Berupa konsep.
4) Problematis.
5) Berupa ingatan atau hapalan.
6) Bermuatan keterampilan.

Depdiknas (2008:6) mengemukakan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai

berikut.

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam


proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa.
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya adalah

buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, transparansi yang berisi

pesan yang akan disampaikan, film slide, foto, gambar, dan lain sebagainya

(Sanjaya, 2011:176). Salah satu dari sekian banyak bahan ajar tersebut yang

sering digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).

2.1.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah salah satu bahan ajar cetak yang berisi kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan oleh siswa. LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang

dirancang dengan bahasa yang mudah dipahami dan berisi materi serta latihan
18

serta disajikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dengan tujuan agar siswa

paham dengan apa yang dipelajari (Aminah, 2018:69).

LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan

penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2010:222). Kegiatan yang ada

didalam LKS dapat berisi latihan untuk mengembangkan aspek kognitif maupun

semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

LKS digunakan dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu dengan

menyesuaikan RPP yang dibuat. Oleh sebab itu, LKS seharusnya dirancang

sendiri oleh guru dengan memperhatikan langka-langkah penyusunan dan struktur

LKS yang terdiri dari enam komponen, yaitu: (a) judul; (b) petunjuk belajar; (c)

kompetensi yang akan dicapai; (d) informasi pendukung; (e) tugas-tugas dan

langkah-langkah kerja; dan (f) penilaian (Depdiknas, 2008:23-24). LKS yang

dibuat harus memuat kegiatan dalam menanamkan konsep juga memuat latihan-

latihan sebagai aplikasi dari ilmu yang diperoleh. Pembelajaran dalam LKS dapat

menerapkan metode penemuan terbimbing.

Aminah (2018:69) menyatakan sebagai berikut.

LKS merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai penunjang dalam


pembelajaran, dimana LKS terdiri atas komponen-komponen yang
disusun sesuai denga sistematika yang ada. Dengan adanya LKS siswa
juga merasa terpancing untuk belajar mandiri, dan diharapkan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan kemandirian dalam belajar, serta
menimbulkan rasa percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, dalam
setiap proses pembelajaran yang diikuti. Pemanfaatan LKS pada tahap
pemahaman berarti LKS dimanfaatkan agar siswa mengerti dengan baik
terhadap apa yang dipelajari.

Prastowo dalam Aminah (2018:70) mengemukakan mengenai pentingnya

LKS ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.

1. Fungsi LKS
Fungsi LKS ada empat sebagai berikut:
19

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik,


namun lebih mengaktifkan peserta didik.
b. Sebagai bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
memahami materi yang diberikan.
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
d. Memudahkan pelaksanaan pengpelajaran kepada peserta didik.
2. Tujuan penyusunan LKS.
Ada empat poin yang menjadi tujuan penting penyusunan LKS
sebagai berikut:
a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan.
b. Menyajikan tugas-tugas untuk meningkatkan penguasaan peserta
didik terhadap materi yang diberikan.
c. Melatih kemandirian peserta didik.
d. Memudahkan pendidik dalam meberikan tugas kepada peserta
didik.
3. Kegunaan LKS bagi Kegiatan Pembelajaran
LKS memiliki banyak kegunaan dalam kegiatan pembelajaran. Bagi
pendidik dengan menggunakan LKS dapat memancing peserta didik
agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas.

Pemanfaatan LKS dengan menggunakan metode penemuan terbimbing

dimanfaatkan agar proses pembelajaran mekankan pada keaktifan siswa karena

materi tidak secara langsung dituliskan. Akan tetapi terlebih dahulu menghadirkan

suatu permasalahan, dan dari permasalahan itu siswa diberikan bimbingan oleh

guru untuk menemukan prakiraan, lalu menyimpulkannya. Dengan pembelajaran

ini diharapkan siswa mengerti dengan baik terhadap apa yang dipelajari dan

mampu mengomunikasikan ide/gagasannya secara lisan dan tertulis.

2.1.4 Metode Penemuan Terbimbing

A. Metode Penemuan

Metode pembelajaran adalah komponen yang sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Metode merupakan suatu cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam


20

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya,

2011:147).

Banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Namun, tidak

ada satu metode yang lebih baik dari metode lainnya. Metode disebut baik

manakala sesuai dengan karakteristik siswa, sesuai dengan tujuan atau kompetensi

yang ingin dicapai, dan sesuai dengan materi yang akan dikembangkan dalam

pembelajaran (Supriadie dan Darmawan, 2012:135).

Pada metode penemuan adalah satu dari sekian banyak metode yang dapat

digunakan. Penemuan merupakan terjemahan dari discovery. Discovery adalah

proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau

prinsip. Proses mental tersebut adalah: mengamati, mencerna, mengerti,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat

kesimpulan (Roestiyah, 2008:20).

Metode penemuan adalah suatu cara mengajar dengan melibatkan

keaktifan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi,

seminar, membaca sendiri, dan mencoba sendiri. Metode discovery merupakan

komponen dan praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang

memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri,

mencari sendiri dan reflektif.

Metode penemuan, terdapat dua macam penemuan, yaitu metode

penemuan murni dan metode penemuan terbimbing. Pada metode penemuan

murni, masalah yang akan ditemukan semata-mata ditentukan oleh siswa. Begitu

pula jalan penemuannya. Metode ini dianggap kurang tepat untuk siswa sekolah

atau menengah. Oleh karena itu munculah suatu metode yang dikenal dengan
21

nama metode penemuan terbimbing, sebagai suatu metode mengajar yang

bermanfaat untuk pembelajaran matematika. Di dalam metode ini siswa didorong

untuk berfikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum, berdasarkan

bahan yang difasilitasi oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing

tergantung pada kemampuanya dan pada materi yang sedang dipelajari.

B. Metode Penemuan Terbimbing

Pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing merupakan

suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menemukan rumus atau

teorema, sedangkan guru bertugas memberikan bimbingan kepada siswa yang

mengalami kesulitan (Susilo, 2012:26).

Bimbingan yang dimaksud adalah memberikan bantuan yang diberikan

guru agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa

arahan prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa

dilibatkan secara optimal berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Jika siswa

secara aktif terlibat dalam menemukan suatu konsep atau prinsip, maka siswa

akan memahami konsep lebih baik, serta daya ingatnya akan lebih lama, dan

mampu mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks (Aminah, 2018:68).

Metode penemuan terbimbing juga memiliki kelebihan dan kelemahan.

Hamzah dan Muhlisrarini (2014:270) menyatakan kelebihan dan kelemahan

metode pemuan sebagai berikut.

Kelebihan metode penemuan:


a. Membantu siswa mengembangkan dan memperbanyak persediaanya
dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
b. Pengetahuan diperoleh dari metode ini sifatnya sangat pribadi dan
mungkin merupakan pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti
pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.
22

c. Metode penemuan membangkitkan gairah belajar para siswa.


d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuannya.
e. Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya seingga lebih merasa
terlibat dan bermotivasi dalam belajar.
f. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan diri pada siswa.
g. Berpusat pada siswa.
h. Membantu siswa menuju skeptisme yang sehat untuk menemukan
kebenaran akhir yang mutlak.
Kelemahan metode penemuan:
a. Siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya
mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal baru yang
abstrak.
b. Kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
c. Mungkin mengecewakan guru atau siswa yang terbiasa dengan
perencanaan dan pengpelajaran secara tradisional.
d. Dipandang terlalu mementingkan dalam memperoleh pengertian dan
kurang memerhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
e. Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-
ide mungkin tidak ada.
f. Tidak memberikan kesempatan untuk berpikir kreatif, jika pengertian-
pengertian yang ditemukan sudah diseleksi oleh guru.

Susilo (2012:26) mengemukakan langkah-langkah metode penemuan

terbimbing sebagai berikut.

Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat ditempuh


dengan beberapa langkah, yaitu: (1) memberikan permasalahan dan data
yang dibutuhkan, (2) dari data yang diberikan guru, siswa menyusun,
memproses, mengorganisir dan menganalisis data tersebut untuk
menyelesaikan masalah, (3) guru membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok, (4) mempresentasikan hasil kegiatan, dan (5)
menyimpulkan hasil yang telah ditemukan.

Adapun langkah-langkah metode penemuan terbimbing menurut

Purwatiningsi (2013:6) sebagai berikut.

1. Orientasi siswa pada masalah.


2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
4. Menyajikan/mempresentasikan hasil kegiatan.
5. Mengevaluasi keberhasilan belajar siswa.
23

Secara rinci langkah-langkah metode penemuan terbimbing dikemukakan

Fitrah, Amri, dan Lefrida (2015:201) sebagai berikut.

Pada langkah pertama, guru merumuskan masalah yang diberikan


kepada siswa dan kemudian siswa diminta untuk berpikir bagaimana
cara menyelesaikan masalah yang diberikan. Perumusan dilakukan
harus jelas dengan menghindari pernyataan-pernyataan yang dapat
mengakibatkan kesalahan penafsiran bagi para siswa sehingga arah
yang ditempuh siswa tidak salah. Pada langkah kedua, siswa
menganalisis data yang diberikan oleh guru dengan mengubah premis-
premis ke dalam model matematika. Guru dapat memberikan
bimbingan sejauh yang diperlukan saja agar siswa dapat melangkah ke
arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS.
Pada langkah ketiga, siswa menyusun konjektur dari hasil analisis yang
dilakukan. Siswa menyusun konjektur dalam tabel kebenaran
berdasarkan hasil analisis data yang diperolehnya. Tahap akhir dalam
metode ini adalah membuat kesimpulan yang sah dari argumentasi yang
diberikan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, langkah-langkah metode

penemuan terbimbing yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Kegiatan awal

Pada kegiatan awal guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan

pembelajaran. Kagiatan yang dilakukan guru antara lain menyampaikan gambaran

umum dari materi yang akan dipelajari, memotivasi siswa, dan membagi kelas

menjadi beberapa kelompok yang heterogen.

2. Kegiatan inti.

Pada kegiatan inti, meliputi stimulasi, identifikasi masalah, pengumpulan

data, pengolahan data, dan mengomunikasikan.

a) Langkah stimulasi, dimulai dari guru memberi pertanyaan untuk

menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini bertujuan untuk mendorong,

membimbing dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.


24

b) Pada tahap mengidentifikasi masalah, guru memberikan kesempatan siswa

untuk membuat suatu pernyataan sesuai dengan masalah yang ada pada

langkah stimulasi. Siswa diarahkan untuk membuat hipotesis dengan

menyampaikan pendapatnya mengenai materi.

c) Pada tahap pengumpulan dan pengolahan data, siswa mencari informasi

melalui diskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan dalam LKS. Selama siswa berdiskusi, guru berkeliling untuk

memerhatikan kegiatan siswa dan memberikan bimbingan seperlunya

kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa berdiskusi menuliskan

jawaban dari permasalahan yang ada di LKS.

d) Pada tahap mengomunikasikan, guru meminta seorang siswa sebagai

perwakilan kelompok untuk mengomunikasikan hasil diskusi didepan kelas.

Guru meminta siswa yang lain memberikan tanggapan atas hasil presentasi

dari temannya. Guru juga menunjuk siswa yang dinilai kurang aktif dan

siswa yang berkemampuan rendah untuk bertanya dan memberikan

pendapat kepada kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. Jika

siswa yang ditunjuk tidak mengajukan pertanyaan, guru akan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kecil sebagai stimulasi agar siswa dapat mengajukan

pertanyaan. Setelah selesai presentasi di depan kelas, guru memberikan

penguatan tentang penemuan konsep yang disajikan saat itu sehingga bagi

yang awalnya mengalami kekeliruan atau kesalahan konsep dari siswa

segera diluruskan. Untuk memantapkan pemahaman konsep siswa, guru

menginstruksikan pada semua siswa untuk mengerjakan latihan soal secara

individu yang tersedia di LKS.


25

3. Penutup

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep atau rumus yang telah

dipelajari. Guru menyampaikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang

akan di pelajari pada pertemuan selanjutnya. Hal ini agar memudahkan siswa

dalam proses pembelajaran. Kemudian setelah itu penilti menutup pembelajaran

dengan mengucapkan salam.

2.2 Kerangka Berpikir

Belajar metematika merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

penyelesaian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang sederhana yang

selanjutnya membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit. Sehingga

dalam belajar matematika harus dilakukan secara hierarkis. Belajar matematika

pada tahap yang lebih tinggi, harus didasarkan pada tahap belajar yang lebih

rendah. Oleh sebab itu pemahaman konsep dari suatu materi yang rendah sangat

diperlukan untuk bekal memahami konsep materi yang lebih tinggi. Salah satu

materi yang menjadi dasar adalah materi lingkaran.

Materi lingkaran sangat berperan pada mata pelajaran matematika kelas IX

dan jenjang selanjutnya. Apabila siswa tidak dapat menguasai materi lingkaran

pada kelas VIII dengan baik, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam

menguasai materi yang menempatkan materi lingkaran sebagai pengetahuan

awalnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada materi

lingkaran belum berhasil.


26

Kondisi ini muncul pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji

pada tahun pelajaran 2018/2019. Kendala belum berhasilnya penguasaan materi

lingkaran disekolah tersebut yaitu kesulitan siswa dalam memahami konsep

materi lingkaran. Kemampuan pemahaman konsep pada materi lingkaran

merupakan kemampuan dasar untuk berfikir, untuk belajar aturan-aturan dan

akhirnya dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan

lingkaran.

Untuk mencapai indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

dalam pembelajaran, guru perlu memahami secara detail materi pelajaran. Untuk

memudahkan guru dalam menyajikan materi dalam proses pembelajaran dan

memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya, guru perlu mengorganisasikan

materi tersebut yang kemudian dikembangkan ke dalam bahan ajar. Salah satu

alternatif bahan ajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam

pembelajaran adalah LKS. Dengan menggunakan LKS diharapkan siswa benar-

benar aktif dan mandiri sehingga dapat menyerap dan mengingat lebih lama

terhadap apa yang dipelajarinya.

Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dengan

penggunaan bahan ajar berupa LKS proses pembelajaran harus dikemas dengan

metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode

penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing merupakan metode yang

menuntut siswa untuk menemukan namun masih dalam bimbingan guru. Metode

ini adalah suatu cara mengajar dengan melibatkan keaktifan siswa dalam proses

kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca, dan

mencoba. Dengan proses penemuan, siswa diharapkan tidak hanya sekedar


27

menghafal tetapi juga memahami materi yang dipelajarinya. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar berbentuk LKS dengan metode

penemuan terbimbing merupakan salah satu cara pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep lingkaran siswa. Maka bagan dari

penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.

Bahan ajar berbentuk LKS


dengan metode penemuan
terbimbing Pemahaman konsep
(X) lingkaran siswa
(Y)

(
( GAMBAR 3: DESAIN PENELITIAN

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan dalah adanya

pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk LKS dengan metode

penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep lingkaran siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun pelajaran 2018/2019.

Hipotesis uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk LKS

dengan metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman

konsep lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun
28

pelajaran 2018/2019.
Ha : Ada pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk LKS dengan

metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep

lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun pelajaran

2018/2019.
29

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

jenis Quasi Experimental Design yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu

variabel terikat. Variabel bebasnya adalah bahan ajar berbentuk LKS dengan

metode pembelajaran penemuan terbimbing sedangkan variabel terikatnya adalah

kemampuan pemahaman konsep matematis.

Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar berbentuk

LKS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan

treatmen yang dilakukan dikelas eksperimen. Kelas lain yang ada dalam

penelitian ini disebut kelas kontrol. Kelas kontrol adalah kelas yang tidak

mendapat perlakuan (dalam hal ini adalah pembelajar yang tidak menggunakan

bahan ajar berbentuk LKS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing).

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen Nonequivalent Control

Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group

design, hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2017:79). Desain penelitian

Nonequivalent Control Group Design adalah sebagai berikut.

O1 X O2
30

O3 O4
GAMBAR 4: NONEQUIVALENT CONTROL GROUP DESIGN

Keterangan:
X : Perlakuan berupa pembelajaran menggunakan bahan ajar
berbentuk LKS dengan metode penemuan terbimbing
O1 dan O3 : Hasil observasi dengan pretest
O2 dan O4 : Hasil observasi dengan posttest

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai populasi, sampel, dan teknik

sampling.

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

memunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017:80). Populasi dari

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji

Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019 yang memiliki empat kelas dengan

jumlah siswa yang terdapat pada tabel 3.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji

Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019 diperoleh data sebagai berikut.

TABEL 3
JUMLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 ANAK RATU AJI
LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2018/2019
No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII A 32
2 VIII B 31
31

3 VIII C 31
4 VIII D 19
Sumber: TU SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

sebuah populasi (Sugiyono, 2017:81). Dalam penelitian ini sampel dari populasi

yang telah ditetapkan adalah dua kelas yang terpilih berdasarkan pertimbangan

tertentu. Selanjutnya dua kelas tersebut dijadikan kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan perlakuan sedangkan kelas

kontrol yaitu kelas yang tidak diberikan perlakuan.

3.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Pengambilan sampel

pada penelitian ini menggunakan teknik Sampling Purposive. Teknik tersebut

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2017:85). Pertimbangan tertentu tersebut adalah kelas yang tersedia untuk

dilakukan penelitian adalah kelas VIII B dan VIII C. Selanjutnya untuk

menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan secara random dan

terpilih kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

kontrol.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengukur variabel penelitian yang diamati. Instrumen dalam penelitian kuantitatif


32

dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner

(Sugiyono, 2017:222). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

tes tertulis yang berbentuk uraian. Tes uraian yang diberikan berkaitan dengan

lingkaran sebanyak 10 soal. Tes ini diberikan kepada siswa secara individual.

Tes yang akan dilakukan yaitu melalui tes awal (pretest) dan test akhir

(posttest). Tes awal dilakukan untuk mengetahui apakah pemahaman siswa

terhadap materi lingkaran sebelum dilakukan pembahasan materi atau

pembelajaran dikelas. Sedangkan tes akhir dilakukuan agar peneliti mengetahui

bagaimana hasil belajar siswa sebagai bentuk pemahaman matematis siswa setelah

diberi perlakuan dengan menggunakan bahan ajar berbentuk LKS dengan metode

penemuan terbimbing.

3.3.1 Definisi konseptual

Pemahaman konsep matematis materi lingkaran adalah kemampuan

memahami arti atau konsep yang berkaitan dengan materi lingkaran sehingga

mampu mengklasifikasikan, memberikan contoh dan bukan contoh,

mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya, serta dapat melakukan prosedur

perhitungan yang tepat yang berkaitan dengan materi lingkaran.

3.3.2 Definisi operasional


33

Pemahaman konsep lingkaran pada penelitian ini yaitu skor yang diperoleh

dari soal-soal uraian yang berkaitan dengan materi lingkaran. Skor tersebut dapat

dilihat pada instrumen penskoran pemahaman konsep matematis yang terdapat

dalam penelitian ini. Instrumen yang akan dibuat berdasarkan indikator-indikator

pemahaman konsep yang akan digunakan pada penelitian ini. Indikator-indikator

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang di pelajari.

3. Mengklasifikasikan objek–objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya

persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

4. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.

5. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

Menurut Arikunto (2013:267) untuk menentukan skor pada soal uraian yang

disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep matematis dapat dilakukan

dengan pemberian angka relatif pada jawaban. Adapun pedoman penskoran

pemahaman konsep matematis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan

dengan kunci jawaban yang telah kita susun.

2. Membubuhkan skor disebelah kiri setiap jawaban. Ini dilakukan dinomor

soal.

3. Menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal dan

terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian.

Berdasarkan pedoman tersebut maka akan mempermudah penskoran

secara keseluruhan. Penskoran ini dilakukan dengan cara membandingkan


34

jawaban siswa dengan jawaban lengkap yang dikehendaki dan sudah ditentukan

oleh guru.

3.3.3 Kisi-Kisi Intrumen Kemampuan Pemahaman Konsep Lingkaran

Instrumen dalam penelitian ini merupakan tes tertulis yang berbentuk

uraian. Sebelum membuat soal, hal yang perlu dilakukan yaitu membuat kisi-kisi

soal uji coba pretest dan posttest. Kisi-kisi tersebut dibuat berdasarkan

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang digunakan di SMP Negeri 2 Anak

Ratu Aji, serta menggunakan indikator pemahaman konsep lingkaran. Sebagai

keperluan uji coba digunakan 10 butir soal. Untuk mengetahui pemahaman

konsep materi lingkaran dikelas eksperimen dan kelas kontrol akan digunakan

butir soal yang telah diuji validitas, realiabilitas, taraf kesukaran, dan daya

pembeda. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 4.

3.4 Pengujian Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan merupakan perangkat tes yang

berkualitas, oleh sebab itu perlu dilakukan uji coba instrumen kepada siswa di luar

sampel yang telah memperoleh pelajaran sesuai dengan materi penelitian yaitu

lingkaran. Butir soal yang akan diuji cobakan sebanyak lima butir soal untuk

kemampuan pemahaman konsep matematis. Selanjutnya syarat yang harus

dipenuhi agar instrumen dapat dikatakan baik yaitu dengan melakukan uji validasi

isi, taraf kesukaran, daya pembeda, dan uji reliabilitas instrumen.


35

3.4.1 Uji Validitas Isi

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen yang valid adalah sebuah

instrumen yang dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat

(Arikunto, 2013:211).

Untuk validitas instrumen yang digunakan berbentuk tes, dalam penelitian

ini pengujian yang digunakan adalah validitas isi. Suatu instrumen dapat

dikatakan valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah

merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur

(Budiyono, 2015:38). Validitas isi dari tes kemampuan pemahaman konsep

matematis lingkaran dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang

terkandung dalam tes kemampuan pemahaman konsep matematis lingkaran

dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

Budiyono (2015:39) mengemukakan bahwa untuk menilai apakah suatu

instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yaitu melalui expert judgment

(penilaian yang dilakukan oleh para pakar atau para ahli). Dalam penelitian ini

dipilih tiga pakar sebagai validator di antaranya: Venty Meilasari, S.Pd., M.Pd.,

Nurmei Ningsih, S.Pd., M.Pd., dan Karsoni Bherta Dinata, S.Pd., M.Pd. untuk

menilai instrumen yang telah dibuat.

Butir instrumen dikatakan valid menurut validitas isi jika validator setuju

dengan semua kriteria yang ditentukan. Kriteria yang dimaksud meliputi:

kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi, kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi

pemahaman konsep matematis, kesesuaian kisi-kisi dengan materi kelas VIII,

tidak terdapat rumusan kata yang berlebihan, soal bebas dari pernyataan ang
36

bersifat ganda, soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa

indonesia, menggunakan bahasa yang komunikatif, dan tidak menggunakan

bahasa yang berlaku didaerah setempat.

3.4.2 Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran yaitu untuk menghitung nilai banyaknya subyek peserta tes

yang mengerjakan jawaban dengan benar. Jika banyak subjek peserta tes yang

menjawab benar maka taraf kesukaran tes tersebut baik dan sebaliknya. Budiyono

(2015:99) menyatakan, “Tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi

banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh

peserta tes”.

Budiyono (2015:117) mengemukakan untuk menghitung tingkat kesukaran

tes uraian dirumuskan sebagai berikut.


P=
Smaks

Keterangan:
P : indeks tingkat kesulitan butir soal
Ś : rerata untuk skor butir soal
Smaks : skor maksimum untuk butir soal

Soal ang digunakan adalah soal yang memiliki indeks kesukaran dala

interval 0,3 ≤ P ≤ 0,7.

3.4.3 Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui

jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut

(testi yang menjawab salah). Budiyono (2015:102) menyatakan, “Daya beda suatu
37

butir soal dapat dipakai untuk membedakan siswa yang pandai dan tidak pandai.

Sebagai tolak ukur pandai atau tidak pandai adalah skor total dari sekumpulan

butir yang dianalisis”.

Untuk menghitung indeks daya pembeda menggunakan rumus korelasi

product moment dari Karl Pearson. Hal ini dikemukakan oleh Budiyono

(2015:118) sebagai berikut :

n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
D=
2 2
√ ( n∑ X −(∑ X ) )( n ∑ Y −(∑ Y ) )
2 2

Keterangan :
D : indeks daya pembeda
n : banyaknya subyek yang dikenai tes
X : skor untuk butir ke-i
Y : total skor

Dalam penelitian ini butir soal yang digunakan adalah butir soal yang

memiliki nilai D ≥ 0,3 dan jika D < 0,3 maka butir soal tersebut tidak digunakan.

3.4.4 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah salah satu uji untuk menentukan sebuah instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen

tersebut sudah baik (Arikunto, 2013:221). Dengan kata lain, sebuah tes disebut

reliabel jika seseoran diuji dengan tes yang sama dalam beberapa kali, maka akan

menghasilkan skor yang sama.

Dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha. Jika instrumen yang tidak

dikotomus (misalnya pada angket atau tes uraian), maka dapat menggunakan

rumus Alpha (Budiyono, 2015:55). Rumus Alpha yang digunakan (Arikunto,

2013:239) sebagai berikut.


38

2
k ∑ σb
r 11 = (
( k−1)
1− )(
σt2 )
Keterangan:
r 11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
∑σ b : jumlah variansi butir
σ t2 : varians total

Kemudian rumus untuk mencari varian total menurut Arikunto (2013:227)

menggunakan rumus sebagai berikut:


2
2 (∑ X )
2
∑X − n
σ t=
n−1

Keterangan:

σ 2t: varians sekor total


2
∑ X : jumlah kuadrat skor total
n : banyaknya peserta tes

Kriteria uji reliabilitas adalah hasil perhitungan r11 (rhitung) dibandingkan

dengan ttabel product moment dengan taraf signifikan 5% jika rhitung > rtabel maka tes

tersebur reliabel atau konsisten.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan tes uraian pada pretest dan posttest. Waktu pengerjaan soal

selama 90 menit. Pelaksanaan pemberian tes tertulis diawasi oleh guru mitra dan

peneliti. Soal pretest dan posttest yang digunakan adalah soal-soal yang valid dan

telah diuji cobakan terlebih dahulu dengan jenis soal yang sama.

3.6 Teknik Analisis Data


39

Analisis data akhir dilakukan untuk mengetahui kondisi akhir antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Analisis digunakan untuk menarik kesimpulan yang

merupakan jawaban dari permasalahan yang diajukan.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui besarnya

peningkatan (gain) pemahaman konsep matematis siswa terhadap materi

lingkaran. Menurut Hake dalam Sundayana (2016:151) besarnya peningkatan

dapat dihitung dengan rumus gain normalized (gain ternormalisasi) yang

dirumuskan sebagai berikut:

skor p ostest −skor pretest


Gain ternomalisasi( g)=
Skor ideal−skor pretest

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji statistik parametrik dengan

meggunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t). Sebelum melakukan uji-t maka hal

yang akan dilakukan sebelumnya yaitu dengan melakukan uji normalitas dan

homogenitas selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis.

3.6.1 Uji Prasyarat Analisis

Sebelum menguji hipotesis, dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat analisis

dengan tujuan untuk mengetahui data yang diperoleh merupakan data yang

berdistribusi normal dan homogen.

A. Uji Normalitas

Untuk menguji hipotesis, digunakan rumus statistik yang hanya berlaku jika

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu, terlebih

dahulu uji normalitas menggunakan rumus Liliefor’s.


40

Budiyono (2015:170) menyatakan pada metode Liliefors, setiap data X i

diubah menjadi bilangan baku z i dengan transformasi sebagai berikut.

1. Hipotesis

Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2. Taraf signifikan α =0,05 atau 5%

3. Statistik Uji

L=|F ( z i )−S(Z i)|

dengan:

L : Koefisien Lilifors dari pengamatan

F ( z i ) : P ( Z ≤ z i ) ; Z N (0,1)

S( Z i) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh z i

xi −x́
z i=
s

Keterangan:
z i : Bilangan baku
x i : Skor ke-i
x́ : Rataan
s : Standar deviasi

4. Daerah kritik

DK ={L │ L> Lα ;n } yang didapat dari tabel lilifors pada tingkat signifikansi

dan derajan kebebasan n (dengan n adalah ukuran sampel)

5. Keputusan uji

Ho ditolak jika L ∈ DK atau Ho diterima jika L ∉ DK

6. Kesimpulan

a. Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika Ho diterima


41

b. Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal jika Ho ditolak

B. Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas dua kelompok digunakan uji kesamaan dua

varian. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua data tersebut homogen.

Syarat uji homogenitas adalah kedua data tersebut bersdistribusi normal.

Sugiyono (2017:197) menyatakan jika hipotesis yang akan diuji berdasarkan n

yang tidak sama, untuk mengetahui varians kedua sampel homogen atau tidak,

maka perlu diuji homogenitas variansnya terlebih dahulu dengan menggunakan

uji F.

Uji F yang digunakan (Sugiyono, 2017:197) sebagai berikut.

varian terbesar
Fhitung =
varianterkecil

Untuk menguji apakah kedua varians tersebut homogen atau tidak maka

Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan α =5 % dengan dk pembilang ¿ ( n a−1 )

dan dk penyebut ¿ ( n b−1 ).

Keterangan:

n a : Banyaknya data varians terbesar

n b : Banyaknya data varians terkecil

Hipotesis yang akan dibuktikan adalah.

H0 : tidak terdapat perbedaan varians kelas eksperimen dan kelas kontrol


(homogen)
Ha : terdapat perbedaan varians kelas eksperimen dan kelas kontrol (tidak
homogen)

Sedangkan hipotesis statistik yang akan dibuktikan adalah.

H0 : σ 2ekperimen=σ 2kontrol(kedua sampel mempunyai varians yang sama)


Ha : σ 2ekperimen ≠ σ 2kontrol(kedua sampel mempunyai varians yang berbeda)
42

Kriteria uji:

Diterima H0 jika Fhitung ≤Ftabel


Ditolak H0 jika Fhitung ¿Ftabel.

3.6.2 Uji Hipotesis

Setelah data diketahui berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan

kedua sampel mempunyai varians yang sama (homogen), maka selanjutnya

dilakukan uji hipotesis. Analisis yang akan digunakan adalah uji t-test separated

varian karena n1 =n2dan varian homogen (Sugiyono, 2017:197).

Langkah-langkah dalam melakukan uji hipotesis:

1. Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk

lembar kerja siswa (LKS) dengan metode penemuan terbimbing

terhadap kemampuan pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Anak Ratu Aji Tahun Pelajaran

2018/2019.
Ha : Ada pengaruh pengaruh penggunaan bahan ajar matematika

berbentuk lembar kerja siswa (LKS) dengan metode penemuan

terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep lingkaran siswa

kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Anak Ratu Aji

Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. Hipotesis statistiknya menggunakan uji pihak kanan

H 0 :μ 1 ≤ μ2
43

H a : μ1> μ 2

Sugiyono (2017:164)

3. Taraf signifikansi α =0,05

x 1−x 2
t=
4. Statistika yang digunakan s 21 s22
√ +
n1 n2

Keterangan:

t : t-test
x́ 1 : rata-rata N-Gain kelompok eksperimen
x́ 2 : rata-rata N-Gain kelompok kontrol
n1 : jumlah anggota kelompok eksperimen
n2 : jumlah anggota kelompok kontrol
s21 : varians kelompok eksperimen
s22 : varians kelompok kontrol

(Sugiyono, 2017:197)

5. Kriteria uji:

Jika t hitung ≤ t tabel maka H o diterima

Jika t hitung > t tabel maka H o ditolak

6. Kesimpulan

a. Jika Ho ditolak maka ada pengaruh penggunaan bahan ajar matematika

berbentuk lembar kerja siswa (LKS) dengan metode penemuan terbimbing

terhadap kemampuan pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Anak Ratu Aji Tahun Pelajaran

2018/2019.

b. Jika Ho diterima maka tidak ada pengaruh penggunaan bahan ajar

matematika berbentuk lembar kerja siswa (LKS) dengan metode

penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep lingkaran


44

siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Anak Ratu Aji

Tahun Pelajaran 2018/2019.


45

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di SMP

Negeri 2 Anak Ratu Aji pada kelas VIII B dan VIII C. Penelitian ini diawali

dengan adanya pengujian instrumen pemahaman konsep lingkaran dengan

menggunakan validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.

Selanjutnya dilakukan pretest pada populasi penelitian. Pelaksanaan penelitian

dengan diberikannya perlakuan pada pembelajaran dengan menggunakan bahan

ajar matematika berbentuk LKS dengan metode penemuan terbimbing dan

diakhiri dengan pemberian posttest. Data yang didapatkan dari hasil penelitian

kemudian dianalisis untuk pengujian hipotesis.

4.1.1 Tahap Persiapan

a. Uji Validitas

Sebelum dilakukan pengukuran pemahaman konsep lingkaran pada sampel

penelitian, terlebih dahulu dilakukan validitas instrumen melalui validitas isi yang

dilakukan oleh 3 dosen STKIP Muhammadiyah Kotabumi untuk menilai

instrumen yang telah dibuat. Validasi ini dilakukan oleh Bapak Karsoni Berta

Dinata, S.Pd., M.Pd., Ibu Venty Meilasari, S.Pd., M.Pd., dan Ibu Nur Mei
46

Ningsih, S.Pd., M.Pd. Tujuan validitas isi adalah untuk menilai apakah butir soal

telah sesuai atau cocok dengan semua kriteria yang ditentukan.

Hasil validitas isi instrumen pemahaman konsep lingkaran menunjukkan

bahwa instrumen yang digunakan untuk ujicoba dalam penelitian berupa soal

uraian sebanyak 10 butir mengenai materi lingkaran. Berdasarkan validasi yang

telah dilakukan, ada beberapa hal yang harus dibenahi yaitu tentang bahasa yang

digunakan, penskoran, dan kesesuaian soal dengan indikator. Validasi dilakukan

hingga soal dinyatakan terpenuhi dan layak untuk diuji cobakan. Lembar validasi

instrumen pemaahaman konsep lingkatan terdapat pada lampiran 9 halaman 118.

Setelah instrumen pemahaman konsep lingkaran layak diuji cobakan,

selanjutnya instrumen diuji cobakan pada sampel diluar populasi, yaitu siswa

kelas IX C SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji pada jam ke-3 dan ke-4 yang diikuti 28

siswa. Berdasarkan uji coba instrumen pemahaman konsep lingkaran tersebut

akan dianalisis menggunakan taraf kesukaran, uji daya pembeda, dan reliabilitas.

b. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang.

Dalam penelitian ini soal yang digunakan adalah soal yang mempunyai tingkat

kesukaran yang memadai jika 0,3 ≤ P ≤ 0,7. P adalah indeks kesukaran.

TABEL 4
TARAF KESUKARAN INSTRUMEN UJI COBA

Kriteria Nomor Soal Jumlah Keterangan


0,00 ≤ P< 0,30 6,8,10 3 Sulit
0,30 ≤ P ≤ 0,70 1,2,3,5,7,9 6 Sedang
P>0,7 4 1 Mudah
47

Berdasarkan Tabel 4, diperoleh bahwa dari 10 item soal terdapat 4 item soal

yang tidak layak digunakan, dengan nomor 4, 6, 8 dan 10. Perhitungan tingkat

kesukaran instrumen pemahaman konsep lingkaran selengkapnya terdapat pada

lampiran 10 halaman 124.

c. Daya Pembeda

Suatu butir soal memiliki daya pembeda yang baik jika kelompok siswa

pandai menjawab benar butir soal lebih banyak dari pada kelompok siswa yang

tidak pandai. Dalam penelitian ini butir soal yang digunakan adalah butir soal

yang memiliki nilai D≥ 0,3 dan jika D < 0,3 maka dikatakan butir soal tidak

digunakan. Berdasarkan perhitungan daya pembeda instrumen uji coba, maka

rangkuman daya pembeda instrumen uji coba dapat dilihat pada tabel 5 sebagai

berikut. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 11 halaman 126.

TABEL 5
DAYA PEMBEDA INSTRUMEN UJI COBA

Kriteria Nomor Soal Keterangan


D¿ 0,3 - Tidak Baik
D≥ 0,3 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 Baik

d. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung

koefisien reliabilitas menggunakan Alpha. Berdasarkan indeks kesukaran dan


48

daya pembeda yang ditetapkan dari 10 butir soal terdapat 6 butir yang layak

digunakan yaitu soal nomor 1, 2, 3, 5, 7, dan 9.

. Untuk mengukur pemahaman konsep lingkaran di kelas kontrol dan kelas

eksperimen hanya akan digunakan 5 soal yaitu 1, 3, 5, 7, dan 9 yang telah

memenuhi indikator pemahaman konsep dan memiliki daya pembeda lebih besar

dibandingkan soal nomor 2. Dari 5 buti soal yang diambil, selanjutnya di uji

reliabilitas dan menghasilkan koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,553.

Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 12 halaman 129.

4.1.2 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pemberian pretest pada tanggal 23

Maret 2019 dengan waktu 90 menit. Selanjutnya dilakukan proses pembelajaran

menggunakan LKS dengan metode penemuan terbimbing pada materi lingkaran

pada tanggal 25 Maret 2019 sampai 6 April 2019. Penyampaian materi dilakukan

sebanyak 4 kali dengan alokasi waktu 45 menit per jam. Pada tanggal 8 – 13 April

2019 kegiatan belajar mengajar di kelas VII dan VIII diliburkan karena kegiatan

USBN. Pada tanggal 15 April 2019 dilakukan postest dikelas eksperimen dan

kelas kontrol. Rincian pelaksanaan penelitian tertulis sebagai berikut.

TABEL 6
RINCIAN PELAKSANAAN KELAS EKSPERIMEN

Pertemuan
Hari, Tanggal Materi
ke-
1 Sabtu, 23 Maret 2019 Pretest
Lingkaran dan unsur-
2 Rabu, 27 Maret 2019
unsurnya
49

Tabel 6 (Lanjutan...)

Pertemuan
Hari, Tanggal Materi
ke-
3 Lingkaran dan unsur-
Sabtu, 30 Maret 2019
unsurnya
Keliling lingkaran
4 Rabu, 3 April 2019
Luas lingkaran
5 Sabtu, 6 April 2019

6 Senin, 15 April 2019 Posttest

Pertemuan pertama pelaksanaan penelitian diawali pemberian tes awal

(pretest) sebelum diberikan pembelajaran tentang lingkaran. Soal pretest yang

diberikan sebanyak 5 soal dan berbentuk uraian. Waktu yang diberikan untuk

mengerjakan soal pretest adalah 90 menit. Dari hasil pretest diketahui bahwa

pemahaman konsep lingkaran siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol masih

rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dalam menjawab soal pretest. Sebagian

banyak siswa tidak memahami prosedur yang harus digunakan, belum mampu

menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, dan belum mampu

mengklasifikasikan objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang

membentuk konsep tersebut. Hal ini menunjukkan belum tercapainya indikator-

indikator pemahaman konsep pada siswa.

Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan

materi lingkaran dan unsur-unsurnya. Siswa di kelas eksperimen dibagi menjadi 8

kelompok yang dipilih berdasarkan hasil pretest untuk membuat kelompok yang

bersifat heterogen. Pada kegiatan awal atau tahap pendahuluan, penelitian diawali

dengan memberi salam, mengajak peserta didik untuk merapikan kelas dan

penampilan mereka, mengajak peserta didik untuk mengawali kegiatan dengan


50

berdoa, memeriksa kehadiran peserta didik, meminta peserta didik

mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan, menyampaikan

kompetensi yang akan dicapai, memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat

atau pentingnya materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, dan

memberikan informasi kepada siswa bahwa akan dilaksanakan pembelajaran

menggunakan LKS dengan metode penemuan terbimbing.

Pada kegiatan inti, setelah pembagian kelompok diberikan LKS kepada

masing-masing kelompok. Pada LKS tersebut masing-masing kelompok akan

menemukan konsep lingkaran dan unsur-unsurnya dengan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada di LKS dengan metode penemuan terbimbing. Guru

memberikan stimulasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS, lalu siswa

mengidentifikasi masalah. Selanjutnya siswa mengumpulkan data dan mengolah

data menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selama siswa

berdiskusi, guru berkeliling untuk memerhatikan kegiatan siswa dan memberikan

bimbingan seperlunya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah

menemukan konsep lingkaran dan unsur-unsurnya, guru meminta seorang siswa

sebagai perwakilan kelompok untuk mengomunikasikan hasil diskusi di depan

kelas dan siswa yang lain memberikan tanggapan atas hasil presentasi dari

temannya. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan konsep atau rumus yang telah dipelajari, guru menyampaikan

kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan di pelajari pada pertemuan

selanjutnya, guru dan siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran, dan guru

mengucapkan salam.
51

Pada pertemuan ketiga prosedur pembelajaran sama dengan prosedur

pebelajaran pertemuan kedua. Materi yang dibahas adalah lanjutan dari materi

sebelumnya mengenai unsur-unsur lingkaran. Sebelum mengakhiri pembelajaran,

guru memberikan latihan secara individu untuk memantapkan pemahaman konsep

lingkaran siswa dengan soal yang terdapat pada LKS.

Pada pertemuan keempat prosedur pembelajaran pada tahap pendahuluan

sama dengan pertemuan sebelumnya. Materi yang akan dipelajari pada pertemuan

ini mengenai keliling lingkaran. Pada kegiatan inti, masing-masing kelompok

akan menemukan konsep keliling lingkaran dengan melakukan percobaan dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS dengan metode penemuan

terbimbing. Guru memberikan stimulasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang ada

di LKS, lalu siswa mengidentifikasi masalah. Selanjutnya siswa mengumpulkan

data dan mengolah data menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Selama siswa berdiskusi, guru berkeliling untuk memerhatikan kegiatan siswa dan

memberikan bimbingan seperlunya kepada kelompok yang mengalami kesulitan.

Setelah menemukan konsep keliling lingkaran, guru meminta seorang siswa

sebagai perwakilan kelompok untuk mengomunikasikan hasil diskusi di depan

kelas dan siswa yang lain memberikan tanggapan atas hasil presentasi dari

temannya.

Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan latihan secara

individu untuk memantapkan pemahaman konsep lingkaran siswa dengan soal

yang terdapat pada LKS. Berdasarkan jawaban dari latihan yang diberikan terlihat

bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang bersifat

kontekstual. Oleh sebab itu, guru memberikan pekerjaan rumah berupa soal
52

kontekstual. Hal ini bertujuan agar siswa terlatih menyelesaikan permasalahan

kontekstual dan mampu menyajikan permasalahan konstekstual kedalam

representasi matematis. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru membimbing

siswa untuk menyimpulkan konsep atau rumus yang telah dipelajari, guru

menyampaikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan di pelajari pada

pertemuan selanjutnya, guru dan siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran,

dan guru mengucapkan salam.

Pada pertemuan kelima prosedur pembelajaran pada tahap pendahuluan

sama dengan pertemuan sebelumnya. Materi yang akan dipelajari pada pertemuan

ini mengenai luas lingkaran. Pada kegiatan inti, masing-masing kelompok akan

menemukan konsep keliling lingkaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang ada di LKS dengan metode penemuan terbimbing. Guru memberikan

stimulasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS, lalu siswa

mengidentifikasi masalah. Selanjutnya siswa mengumpulkan data dan mengolah

data menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selama siswa

berdiskusi, guru berkeliling untuk memerhatikan kegiatan siswa dan memberikan

bimbingan seperlunya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah

menemukan konsep luas lingkaran, guru meminta seorang siswa sebagai

perwakilan kelompok untuk mengomunikasikan hasil diskusi di depan kelas dan

siswa yang lain memberikan tanggapan atas hasil presentasi dari temannya.

Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan latihan secara

individu untuk memantapkan pemahaman konsep lingkaran siswa dengan soal

yang terdapat pada LKS. Berdasarkan jawaban dari latihan yang diberikan terlihat

bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang bersifat


53

kontekstual. Oleh sebab itu, guru memberikan pekerjaan rumah berupa soal

kontekstual. Hal ini bertujuan agar siswa terlatih menyelesaikan permasalahan

kontekstual dan mampu menyajikan permasalahan konstekstual kedalam

representasi matematis. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru membimbing

siswa untuk menyimpulkan konsep atau rumus yang telah dipelajari, guru

menyampaikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan di pelajari pada

pertemuan selanjutnya, guru dan siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran,

dan guru mengucapkan salam.

Pertemuan keenam merupakan pertemuan terakhir. Pada pertemuan ini

dilakukan pemberian posttest dengan soal berbentuk uraian sebanyak 5 butir soal.

Pelaksanaan posttest dilaksanakan pada tanggal 15 April 2019.

4.1.3 Data Hasil Penelitian

a. Data Pretest Pemahaman Konsep Lingkaran

Sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan bahan ajar berbentuk LKS

dengan metode penemuan terbimbing terlebih dahulu diberikan pretest. Berikut

adalah hasil pretest yang dilakukan dikelas kontrol. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 136.

TABEL 7
DATA TES AWAL (PRETEST)

Nilai Frekuensi
11,0-16,5 3
16,6-22,1 12
22,2-27,7 3
27,8-33,3 8
33,4-38,9 3
Tabel 7 (Lanjutan...)
54

Nilai Frekuensi
39,0-44,5 0
44,6-50,1 2
Jumlah 31
Rata-rata 24,9

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pretest kelas kontrol

adalah 24,9. Nilai tersebut masih tergolong rendah. Hal serupa juga terjadi dikelas

eksperimen. Rata-rata nilai pretest yang diperoleh di kelas eksperimen adalah

21,3. Berikut adalah hasil pretest dikelas eksperimen. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 137.

TABEL 8
DATA TES AWAL (PRETEST)

Nilai Frekuensi
11,0-15,6 6
15,7-20,3 8
20,4-25,0 10
25,1-29,7 4
29,8-34,4 0
34,5-39,1 1
39,2-43,8 0
43,9-48,5 2
Jumlah 31
Rata-rata 21,3

Berdasarkan hasil pretest dikelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh

bahwa pemahaman konsep lingkaran sebelum diberikan pembelajaran lingkaran

masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dalam lembar jawaban siswa. Dalam

menjawab soal ada siswa yang belum bisa mengklasifikasikan objek-objek

berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep,

sebagian banyak siswa belum mampu menyatakan permasalahan kedalam bentuk

representasi matematis, dan belum mampu mengaplikasikan konsep atau

algoritma ke pemecahan masalah. Akibatnya ada beberapa soal yang tidak


55

dijawab oleh sebagian banyak siswa, tetapi ada juga siswa yang menjawab namun

kurang tepat.

b. Data Posttest Pemahaman Konsep Lingkaran

Setelah dilakukan pembelajaran dengan materi lingkaran diberikan postest

untuk melihat peningkatan pemahaman konsep lingkaraan di kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Berikut adalah data hasil tes di kelas kontrol setelah

mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan bahan ajar berbentuk LKS

dengan metode penemuan terbimbing. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 19 halaman 138.

TABEL 9
DATA TES AKHIR (POSTTEST)

Nilai Frekuensi
27,8-37,9 5
38,0-48,1 4
48,2-58,3 7
58,4-68,5 2
68,6-78,7 8
78,8-88,9 3
89,0-99,1 2
Jumlah 31
Rata-rata 60,9

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-

rata dari hasil pretest ke posttest dikelas kontrol. Rata-rata nilai posttest kelas

kontrol adalah 60,9. Nilai terendah dikelas kontrol adalah 27,8 dan belum ada

siswa yang mendapat nilai 100. Hal ini menunjukkan masih adanya indikator

pemahaman konsep lingkaran yang belum tercapai. Berdasarkan lembar jawaban

posttest ada sebagian siswa yang belum mampu menyatakan permasalahan


56

kedalam bentuk representasi matematis dan kesulitan dalam mengaplikasikan

konsep atau algoritma kepemecahan masalah. Hasil berbeda ditunjukkan dari nilai

postest di kelas eksperimen.

Berikut adalah data hasil postest kelas eksperimen setelah mendapatkan

pembelajaran menggunakan bahan ajar berbentuk LKS dengan metode penemuan

terbimbing. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman

139.

TABEL 10
DATA TES AKHIR (POSTTEST)

Nilai Frekuensi
41,3-49,6 1
49,7-58,0 5
58,1-66,4 2
66,5-74,8 9
74,9-83,2 0
83,3-91,6 8
91,7-100 6
Jumlah 31
Rata-rata 76,2

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-

rata pemahaman konsep lingkaran dari pretest ke postest dikelas eksperimen.

Nilai rata-rata yang diperoleh dikelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol. Nilai terendah dikelas eksperimen adalah 44,4 dan nilai tertinggi adalah

100. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian indikator pemahaman konsep

lingkaran pada siswa dikelas ekperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.

Meskipun demikian, ada peningkatan yang baik pada pemahaman konsep

lingkaran siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah

adanya perlakuan. Selanjutnya untuk melihat besarnya peningkatan pemahaman


57

konsep lingkaran siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol perlu dicari nilai N-

Gain.

4.1.4 Data N-Gain

N-Gain atau gain ternomalisasi digunakan untuk melihat peningkatan

pemahaman konsep lingkaran siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran.

Setelah diperoleh nilai N-Gain perlu dilakukan uji prasyarat dan uji hipotesis

untuk melihat adakah pengaruh penggunaan bahan ajar berbentuk LKS dengan

metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep lingkaran siswa SMP

Negeri 2 Anak Ratu Aji. Perhitungan data N-Gain selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 16 dan 17 halaman 134-135.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua sampel berasal dari

populasi yang bedistribusi normal atau tidak. Analisis statistik yang digunakan

untuk menghitung normalitas digunakan uji Lilliefor’s dengan hipotesis:

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Dengan kriteria uji : Lhitung < Ltabel maka Ho diterima atau data sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal selain itu Ho ditolak. Berdasarkan

perhitungan uji Lilliefor’s diperoleh hasil sebagai berikut.

TABEL 11
RANGKUMAN UJI NORMALITAS NILAI N-GAIN
Kelas Jumlah Siswa Lhitung Ltable
Eksperimen 31 0,118 0,159
58

Kontrol 31 0,129 0,159

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen memiliki

Lhitung =0,118 < Ltabel =0,159 dan nilai kelas kontrol Lhitung =0,129< Ltabel =0,159 .

Hal ini berarti menunjukan bahwa kedua tes tersebut Lhitung < Ltabel baik digunakan

untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dengan demikian, H 0 diterima

yang berarti kedua sampel yang dipilih berdistribusi normal. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20 dan 21 halaman 140-141.

b. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya perlu dilakukan uji

homogenitas. Uji homogenitas dilakukan terhadap nilai N-Gain dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Diperoleh varian data N-Gain kelas eksperimen

sebesar 0,034 dan varian di kelas kontrol sebesar 0,047.

Hipotesis yang akan dibuktikan adalah:

H 0 : tidak terdapat perbedaan varian kelas eksperimen dengan varian kelas kontrol

H a : terdapat perbedaan varian kelas eksperimen dengan varian kelas kontrol

TABEL 12
RANGKUMAN UJI HOMOGENITAS NILAI N-GAIN
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Banyak sampel 31 31
Rata-rata 0,719 0,516
Simpangan baku 0,185 0,216
Tabel 12 (Lanjutan...)
Varian 0,034 0,047
Fhitung 1,363
FLtable 1,840
59

Pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan menggunakan tabel F didapat

F (0,05) (30,30) =1,840. Kriteria uji H 0 apabila F hitung < F tabel maka H 0 diterima

(homogen). Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa F hitung =1,363. Karena

F hitung < F tabel maka dari kedua tes dinyatakan H 0 diterima (homogen). Perhitungan

selengkapnya terdapat pada lampiran 22 dan 23 halaman 142-143.

c. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat dilakukan dan terbukti data berdistribusi normal dan

homogen, maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji t) satu pihak.

Hipotesis yang akan dibuktikan adalah sebagai berikut.

H 0 : Tidak ada pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk

lembar kerja siswa (LKS) dengan metode penemuan terbimbing terhadap

kemampuan pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Anak Ratu Aji Tahun Pelajaran 2018/2019.


Ha : Ada pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk lembar

kerja siswa (LKS) dengan metode penemuan terbimbing terhadap

kemampuan pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Anak Ratu Aji Tahun Pelajaran 2018/2019.

Hipotesis statistiknya yaitu:

H 0 :μ 1 ≤ μ2

H a : μ1> μ 2
60

Kriteria pengujian terima Ho jika t hitung ≤ t tabel dan sebaliknya tolak Ho jika

t hitung > t tabel. Berdasarkan hasil perhitungan data N-Gain dapat dilihat pada Tabel

13 berikut. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan 25

halaman 144-145.

TABEL 13
RANGKUMAN PERHITUNGAN UJI t

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Banyak Sampel 31 31
Rata-Rata 0,719 0,516
Simpangan Baku (S) 0,185 0,216
Varian (S2) 0,034 0,047
Taraf signifikan 0,05
ttabel 2,660
thitung 3,980

Dari Tabel 13 terlihat bahwa t hitung > t tabel, sehingga Ho ditolak. Hal ini

berarti ada pengaruh penggunaan bahan ajar matematika berbentuk lembar kerja

siswa (LKS) dengan metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan

pemahaman konsep lingkaran siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Anak Ratu Aji Tahun Pelajaran 2018/2019.

4.1.5 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh

perlakuan. Perlakuan tersebut berupa pembelajaran menggunakan bahan ajar

berbentuk LKS dengan metode penemuan terbimbing. Perlakuan hanya diberikan

pada kelas eksperimen dan menyediakan kelas kontrol sebagai pembanding.

Sebelum tes dilakukan, terlebih dahulu dilakukan sebuah proses validasi

instrumen untuk mengetahui apakah tes ini layak digunakan pada siswa atau tidak.
61

Validasi ini dilakukan melalui validitas isi oleh expert judgment. Setelah

dilakukan pengujian validitas, hasil yang diperoleh adalah semua soal valid.

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha dan diperoleh

nilai r11 = 0,553. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa test ini reliabel

sehingga bisa digunakan sebagai alat pengumpul data.

Setelah menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan pretest

untuk melihat pemahaman konsep lingkaran siswa sebelum diberikan

pembelajaran tentang materi lingkaran. Kemudian diberikan perlakuan di kelas

eksperimen berupa pembelajaran menggunakan bahan ajar berbentuk LKS dengan

metode penemuan terbimbing dan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan

tanpa menggunakan bahan ajar berupa LKS.

Pembelajaran menggunakan bahan ajar berbentuk LKS dengan metode

penemuan terbimbing materi lingkaran dilaksanakan dikelas eksperimen yang

berjumlah 31 siswa. Dalam pembelajaran dibentuk kelompok yang beranggotakan

3 dan 4 siswa. Setelah diberikan perlakuan, selanjutnya dilakukan posttest dikelas

eksperimen dan kelas kontrol. Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep

lingkaran siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan, dicari nilai gain dari hasil

pretest dan posttest di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan nilai N-Gain siswa, menunjukkan adanya perbedaan

peningkatan pemahaman konsep lingkaran siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Setelah perlakuan pada kelas eksperimen, diperoleh rata-rata nilai N-Gain

siswa adalah 0,719 dengan peningkatan tertinggi 1 dan terendah 0,4. Sedangkan

pada kelas kontrol, diperoleh rata-rata nilai N-Gain siswa adalah 0,516 dengan

peningkatan tertinggi 0,9 dan terendah 0,2. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
62

peningkatan pemahaman konsep lingkaran siswa yang mendapat perlakuan lebih

tinggi.

Salah satu yang menyebabkan rata-rata kedua kelas berbeda adalah bahan

ajar yang digunakan. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata lebih tinggi salah satu

penyebabnya adalah penggunaan bahan ajar berbentuk LKS dengan metode

penemuan terbimbing yang memberikan siswa kesempatan untuk menemukan

sendiri pemahaman mengenai lingkaran. LKS yang digunakan memiliki kriteria

aspek kontruksi, teknik penyajian materi, dan mendorong keingintahuan siswa

yang sangat baik. Hal ini sesuai dengan lembar evaluasi bahan ajar LKS yang

dinilai oleh ahli media, ahli materi, dan ahli guru (lampiran 26-28 halaman 146-

149).

LKS yang digunakan dilengkapi dengan beberapa pertanyaan dan percobaan

yang membimbing siswa dalam menemukan konsep lingkaran. Pertanyaan yang

diajukan dalam LKS menuntut siswa untuk mampu menyatakan ulang sebuah

konsep, memberikan contoh mengenai konsep lingkaran, dan mengklasifikasikan

objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk

konsep lingkaran. Dalam proses menjawab pertanyaan dan melakukan percobaan

tersebut terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok yang menunjukkan adanya

rasa ingin tahu siswa terhadap konsep lingkaran. Selain itu, didalam LKS juga

terdapat beberapa soal evaluasi untuk memperkuat pemahaman siswa mengenai

konsep lingkaran. Soal yang terdapat di dalam LKS menuntut siswa mampu

mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah mengenai

lingkaran dan mampu menyajikan konsep lingkaran dalam bentuk representasi

matematis.
63

Berbeda halnya dengan kelas kontrol yang diajarkan tanpa menggunakan

bahan ajar LKS dengan metode penemuan terbimbing. Pada pembelajaran ini,

siswa difasiitasi dengan buku siswa. Selain itu, dalam proses pembelajaran tidak

dibentuk kelompok sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Akibatnya saat siswa

mengalami kesulitan dalam menemukan konsep lingkaran, siswa tidak ada teman

untuk bertanya dan sebagian banyak siswa cenderung malu untuk bertanya kepada

guru. Siswa juga belum terbiasa dengan permasalahan kontekstual. Dari lembar

jawaban posttest di kelas kontrol terlihat bahwa banyak siswa yang salah

menjawab soal yang bersifat kontekstual. Siswa mengalami kesulitan dalam

menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Oleh sebab itu, memvariasikan

metode menggunakan bahan ajar LKS dalam proses pembelajaran dapat menjadi

salah satu solusi guru dalam meningkatkan pemahaman konsep lingkaran siswa.

Terdapat beberapa hambatan pada awal penggunaan bahan ajar LKS dengan

metode penemuan terbimbing, antara lain siswa terlihat belum terbiasa dengan

adanya LKS yang berisi pertanyaan dan percobaan untuk menemukan konsep

lingkaran. Hal itu menyebabkan proses pengerjaan LKS cukup menyita waktu

pembelajaran. Oleh karenanya, peneliti lebih banyak memberikan arahan-arahan

verbal. Namun pada pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai terbiasa dengan

pembelajaran menggunakan bahan ajar LKS dengan metode penemuan

terbimbing, sehingga arahan-arahan verbal dalam pengerjaan LKS berkurang.

Hambatan lain yang dialami siswa yaitu kesulitan siswa dalam menjawab

soal yang bersifat kontekstual yeng terdapat pada LKS. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban siswa yang belum mampu menyajikan konsep dalam bentuk representasi
64

matematis. Oleh sebab itu, diakhir pembelajaran siswa diberikan pekerjaan rumah

mengenai soal lingkaran yang bersifat kontekstual.

Dalam penelitian ini terdapat juga kelemahan yang menyebabkan belum

maksimalnya peningkatan pemahaman konsep lingkaran siswa kelas eksperimen,

antara lain kurang meratanya perhatian guru ke kelompok yang disebabkan

banyaknya jumlah kelompok dalam kelas. Oleh sebab itu, terdapat siswa dalam

kelompok yang sibuk mengobrol dengan temannya dan malu bertanya dengan

guru. Selain itu, waktu penelitian yang berdekatan dengan waktu ujian juga

menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Padatnya kegiatan kelas IX dalam

mempersiapan menghadapi ujian nasional menyebabkan proses kegiatan belajar

mengajar di kelas VII dan VIII diliburkan. Akibatnya posttest dilakukan 1

minggu setelah proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan terdapat siswa yang

lupa terhadap materi lingkaran. Meskipun demikian berdasarkan nilai N-Gain,

peningkatan pemahaman konsep lingkaran siswa di kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini, diperoleh

thitung = 3,980 dan ttabel = 2,660, sehingga dapat diartikan thitung¿ ttabel atau 3,980 ¿

2,660 maka dalam hal ini H0 ditolak atau dengan kata lain Ha diterima atau ada

pengaruh penggunaan bahan ajar berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan

metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep lingkaran kelas VIII

SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun pelajaran 2018/2019.


65

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII di SMP

Negeri 2 Anak Ratu Aji dengan materi lingkaran selama 4 kali tatap muka.

Menunjukkan bahwa hasil perhitungan menggunakan uji t yang dilakukan dengan

dk = 60 dengan taraf signifikan 5%, diperoleh thitung ¿ 3,980dan ttabel¿ 2,660,

sehingga didapat thitung ¿ ttabel. Oleh sebab itu H o ditolak artinya ada pengaruh

penggunaan bahan ajar berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) materi lingkaran

dengan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematis

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji tahun pelajaran 2018/2019.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat diberikan

yaitu sebagai berikut.

1. Ketika akan menggunakan metode penemuan terbimbing, guru harus

memilih materi yang cocok dengan metode tersebut dan sebaiknya metode

ini dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak.

2. Sekolah diharapkan mampu menyediakan referensi yang lebih banyak bagi

para siswa sehingga diharapka siswa tidak hanya belajar dari hasil yang

disampaikan oleh guru di kelas.


66

Anda mungkin juga menyukai