Anda di halaman 1dari 8

Jurnal

MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA MATERI
BANGUN RUANG SISI DATAR

Elfira Rahmadani
Pendidikan Matematika, Universitas Asahan
Email : elfira.rahmadani3@gmail.com

Abstract
This research is Classroom Action Research (PTK) which aims to know the improvement of
learning result of building flat side room through Articulation learning model in class VIII
Private MTs Al Washliyah Meranti amounted to 33 people. Articulation learning model is a
model of learning that makes students become active and courage to express their opinions,
where students are formed into pairs of groups that each student in the group has the task of
interviewing his group friends about the newly discussed material, so as to improve students'
ability in learning mathematics especially in solving problems. This research was conducted
for two cycles. Before giving the action (pretest) 8 students (24,24%) have reached learning
mastery. In cycle I obtained 24 students (72,73%) have reached mastery learn. In cycle II, 29
students (87.88%) have achieved learning mastery. It is proved that there is an increase of
students' learning comprehension of VIII class MTs Swasta Al Washliyah Meranti through
Articulation model from cycle I (72,73%) to cycle II (87.88%) as much as 15,15%.
Keywords: Articulation Learning Model, Mathematics Learning Outcomes

Abstrak
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar bangun ruang sisi datar melalui model pembelajaran Artikulasi pada
kelas VIII MTs Swasta Al Washliyah Meranti berjumlah 33 orang. Model pembelajaran
Artikulasi adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan berani
mengutarakan pendapatnya, dimana siswa dibentuk menjadi kelompok berpasangan yang
masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran matematika khususnya dalam memecahkan masalah. Penelitian ini
dilkukan sebanyak dua siklus. Sebelum pemberian tindakan (pretest) 8 siswa (24,24%) telah
mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus I diperoleh 24 siswa (72,73%) telah mencapai
ketuntasan belajar. Pada siklus II diperoleh 29 siswa (87.88%) telah mencapai ketuntasan
belajar. Terbukti terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa kelas VIII MTs Swasta Al
Washliyah Meranti melalui model pembelajaran Artikulasi dari siklus I (72,73%) ke siklus II
(87.88%) sebanyak 15,15%.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Artikulasi, Hasil Belajar Matematika

149
Jurnal
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

Setiap manusia memiliki (2003:1) bahwa berhasil tidaknya


potensi kemampuan dalam derajat pencapaian tujuan pendidikan banyak
yang berbeda-beda dan dalam bidang bergantung kepada bagaimana proses
yang berbeda pula. Potensi seperti ini belajar yang dialami oleh siswa
yang perlu dipupuk sejak dini agar sebagai peserta didik. Dalam proses
dapat diwujudkan, untuk itu perlu belajar mengajar diperlukan suatu
kekuatan pendorong baik dari luar keterampilan atau keahlian tertentu
maupun dari dalam individu sendiri. oleh guru untuk menyampaikan materi
Perlu diciptakan kondisi lingkungan pelajaran, karena tiap-tiap siswa
yang dapat memupuk daya kreatif memiliki tingkat pemahaman yang
individu. tidak sama. Guru dapat menentukan
metode mengajar yang sesuai dengan
Seperti yang diungkapkan materi pelajaran, sehingga siswa dapat
Azhar Arsyad (2007:1) bahwa belajar mengerti dengan jelas materi yang
merupakan suatu proses yang diberikan, dengan demikian maka akan
kompleks yang terjadi pada diri setiap tercapai suatu keberhasilan dalam
orang sepanjang hidupnya. Proses pendidikan.
belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara sesorang dengan Matematika merupakan salah
lingkungannya. Oleh karena itu, satu diantara mata pelajaran yang
belajar dapat terjadi kapan saja dan diajarkan disekolah-sekolah dengan
dimana saja. Lingkungan dalam hal ini frekuensi jam pelajaran yang lebih
mancakup baik lingkungan kecil banyak dibanding dengan mata
(keluarga, sekolah) maupun ling- pelajaran yang lainnya dengan per-
kungan yang besar (masyarakat, bandingan 3 : 2. Tetapi banyak siswa
kebudayaan). yang merasa tidak mampu dalam
mempelajari matematika, karena
Keberhasilan dan pendidikan matematika dianggap pelajaran yang
tidaklah lepas dari kegiatan proses sulit.
belajar mengajar. Benyamin Bloom
(dalam Rosdiana A.Bakar.2009:90) Pada saat proses kegiatan
mengklasifikasikan hasil belajar secara belajar mengajar kebanyakan siwa
garis besar menjadi tiga kategori ranah lebih bersifat pasif, enggan, takut atau
antara lain kognitif berkenaan dengan malu untuk mengemukakan pen-
hasil belajar intelektual, afektif dapatnya. Begitu juga metode
berkenaan dengan sikap, psikomotor pembelajaran yang kurang bervariasi,
berkenaan dengan sikap. Sejalan membuat siswa menjadi bosan.
dengan yang diungkapkan Slameto Keadaan semacam ini dapat

150
Jurnal
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

mengganggu kelancaran pembelajaran memahami materi pelajaran setelah


dan hasil belajar siswa itu sendiri. proses pembelajaran berlangsung.

Hal ini sesuai dengan observasi Joyce dan Well (dalam


awal yang peneliti lakukan tentang Rusma.2012:133) berpendapat bahwa
pembelajaran matematika di MTs model pembelajaran adalah suatu
Alwashliyah Meranti, diperoleh 3 rencana atau pola yang dapat
penyebab kurangnya minat siswa digunakan untuk membentuk kuri-
kepada pelajaran Matematika. kulum (rencana pembelajaran jangka
Pertama, sebagian guru masih panjang), merancang bahan-bahan
menggunakan pembelajaran kon- pembelajaran, dan membimbing
vensional (metode ceramah) dimana pembelajaran di kelas atau yang lain.
pembelajaran berpusat pada guru.
Dalam hal ini model artikulasi
Kedua, ada kecenderungan siswa
dianggap sangat tepat jika diterapkan
mengerjakan soal dengan satu cara.
Dan yang ketiga siswa lebih cenderung dalam meningkatkan kemampuan
lemah dalam menyelesaikan soal-soal siswa dalam memecahkan masalah.
matematika yang sedikit berbeda dari Karena dengan model artikulasi siswa
sebelumnya akibat siswa jauh akan lebih aktif dalam pembelajaran
ketinggalan. dimana siswa dibentuk menjadi
kelompok kecil yang masing-masing
Siswa merasa jenuh dengan siswa dalam kelompok tersebut
pembelajaran yang monoton dan mempunyai tugas mewawancarai
kurang bervariasi, siswa merasa teman kelompoknya tentang materi
kesulitan untuk memahami materi yang baru dibahas, sehingga dapat
tersebut dikarenakan materi tersebut meningkatkan kemampuan siswa
bersifat abstrak. dalam pembelajaran matematika
khususnya dalam memecahkan
Berdasarkan hasil diatas perlu masalah.
adanya perhatian serius untuk mencari
proses pembelajaran yang lebih baik, Win Wenger, Ph. D.
agar mencapai nilai yang diinginkan. (2004:107) mengemukakan bahwa
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan prinsip artikulasi: semakin banyak
suatu model pembelajaran yang tepat, anda mengungkapkan atau meng-
menarik dan harus efektif sehingga artikulasikan persepsi anda, semakin
siswa dapat aktif dalam kegiatan tajam anda memahami persepsi itu dan
pembelajaran dan siswa dapat persepsi-persepsi terkait lainnya.
Model pembelajaran artikulasi adalah

151
Jurnal
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

model pembelajaran yang yang METODE


membuat siswa menjadi aktif dan
Penelitian ini menggunakan
berani mengutarakan pendapatnya,
sehingga akan lebih mampu untuk model Penelitian Tindakan Kelas
menyerap materi pelajaran dengan (PTK) yang meliputi:
baik. Model pembelajaran artikulasi “(a) perencanaan (planning), (b)
merupakan model yang prosesnya aksi/tindakan (acting), (c) observasi
seperti pesan berantai, artinya apa (observing) dan (d) refleksi
(reflecting).
yang disampaikan guru kepada
seorang siswa meneruskan Kegiatan belajar ini dilakukan
menjelaskan kepada siswa yang lain dengan dua siklus, yaitu siklus I dan
(pasangannya). siklus II yang setiap siklusnya terdiri
dari dua pertemuan. Data yang
Berdasarkan uraian di atas,
diperoleh dari hasil penelitian ini
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: Meningkatkan selanjutnya dianalisa untuk
Hasil Belajar Siswa Melalui Model mengetahui peningkatan penguasaan
Pembelajaran Artikulasi Pada Materi siswa dalam belajar materi bangun
Bangun Ruang Sisi Datar di kelas VIII ruang sisi datar serta bagaimana proses
MTs Alwashliyah Meranti T.A pembelajaran melalui penerapan
model pembelajaran Artikulasi.
2012/2013.

152
Jurnal
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini akan dilak- kompetensi dasar dalam bangun ruang


sanakan di MTs Alwashliyah Meranti, sisi datar. Berdasarkan hasil belajar
yang berlokasi di Jln. Perintis siswa pada tes awal dari 33 siswa,
Kemerdekaan No.346 Meranti Kab. diperoleh 8 siswa (24,24%) telah
Asahan. Subyek dalam penelitian ini mencapai ketuntasan belajar dan 25
adalah siswa kelas VIII yang siswa (75,76%) belum mencapai
berjumlah 30 siswa. ketuntasan belajar seperti yang telah
Data penelitian dikumpulkan ditentukan.
baik lewat instrument pengumpulan Setelah pemberian tindakan
data, observasi maupun lewat data pada siklus I dengan menggunakan
dokumentasi. model pembelajaran Artikulasi siswa
diberi tes hasil belajar I. Adapun hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN tes setelah melakukan tindakan pada
Penelitian ini dimulai dari siklus I terlihat meningkat dari tes
pemberian tes awal yang berfungsi awal, karena diperoleh 24 siswa
untuk mengukur kemampuan dasar (72,73%) telah mencapai tetuntasan
yang dimiliki oleh siswa pada belajar dan 9 siswa (27,27%) belum

153
Jurnal
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

mencapai ketuntasan belajar. pada siklus I dapat dilihat pada tabel


Persentase ketuntasan belajar siswa berikut:
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I
Persentase Tingkat Banyak Persentase
NO
Ketuntasan Ketuntasan Siswa Jumlah Siswa
1 < 65 Tidak Tuntas 9 27,27%
2 ≥ 65 Tuntas 24 72,73%
Jumlah 33 100%

Dalam hal ini dapat dilihat Pada akhir siklus II diberikan


bahwa telah terjadi peningkatan hasil Tes Hasil Belajar II, untuk mengetahui
belajar siswa dari tes awal (24,24%) ke apakah masih ada kesulitan belajar
siklus I (72,73%) sebanyak 48,49%. yang dialami siswa dalam mempelajari
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I materi bangun ruang sisi datar setelah
tersebut, maka pemberian tindakan tindakan II. Diperoleh 29 siswa
dilanjutkan pada siklus II. (87.88%) telah mencapai ketuntasan
Belum tercapainya ketuntasan belajar belajar dan 4 siswa (12,12%) belum
klasikal disebabkan karena siswa memenuhi syarat ketuntasan yang
belum semua yang dapat menguasai diharapkan. Dalam hal ini dapat dilihat
konsep sehingga masih beberapa yang bahwa telah terjadi peningkatan
dapat menemukan jawaban dari ketuntasan belajar siswa dari siklus I
permasalahannya sendiri dalam (72,73%) ke siklus II (87.88%)
penyelesaian soal-soal yang diberikan sebanyak 15,15%. Persentase
berdasarkan pengalaman-pengalaman ketuntasan belajar siswa pada siklus II
belajar yang telah dimiliki masing- dapat dilihat pada tabel berikut:
masing siswa.
Tabel 2 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
Persentase Tingkat Banyak Persentase
NO
Ketuntasan Ketuntasan Siswa Jumlah Siswa
1 < 65 Tidak Tuntas 4 12,12%
2 ≥ 65 Tuntas 29 87.88%
Jumlah 33 100%

Dengan pengujian hipotesis hipotesis alternative (Ha) diterima


menggunakan uji t terlihat bahwa sedangkan hipotesis nol ditolak. Hasil

154
Jurnal
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

pengujian hipotesis diperoleh thitung > belajaran Artikulasi pada materi


ttabel atau 6,754 > 2,037 pada taraf α = bangun ruang sisi datar di siklus
0,05. Sehingga terbukti bahwa ada I penelitian ini berada pada
peningkatan hasil belajar siswa dengan kategori SEDANG dan siklus II
menggunakan model pembelajaran berada pada kategori BAIK.
Artikulasi pada materi bangun ruang 2. Pengelolaan pembelajaran oleh
sisi datar di kelas VIII MTs Swasta Al peneliti di kelas VIII MTs
Washliyah Meranti. Hal ini sesuai Alwashliyah Meranti Tahun
dengan teori model pembelajaran Ajaran 2012/2013 dengan
Artikulasi merupakan model yang menggunakan model pem-
prosesnya seperti pesan berantai, belajaran Artikulasi pada materi
artinya apa yang telah diberikan guru, bangun ruang sisi datar di siklus
seorang siswa wajib meneruskan I dan siklus II penelitian ini
menjelaskannya pada siswa lain berada pada kategori BAIK.
(pasangan kelompoknya), sehingga 3. Hasil belajar siswa kelas VIII
semakin banyak siswa meng- MTs Alwashliyah Meranti
ungkapkan atau meng-artikulasikan Tahun Ajaran 2012/2013 pada
persepsinya, semakin tajam siswa materi bangun ruang sisi datar
memahami persepsi itu dan persepsi- mengalami peningkatan di-
persepsi terkait lainnya. banding Tahun Ajaran
2011/2012 setelah menggunakan
SIMPULAN model pembelajaran Artikulasi.
Berdasarkan hasil dan saran
pembahasan penelitian, maka Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh kesimpulan bahwa model ini, peneliti memberikan beberapa
pembelajaran Artikulasi secara saran yaitu sebagai berikut:
signifikan dapat meningkatkan hasil 1. Sebaiknya sebelum pengajaran
belajar siswa dengan menggunakan pada materi baru dilakukan
model pembelajaran Artikulasi pada terlebih dahulu tes awal agar
materi bangun ruang sisi datar di kelas mengetahui batasan dari
VIII MTs Swasta Al Washliyah pemahaman siswa.
Meranti, dan dapat dilihat dari 2. Pembelajaran dengan
kesimpulan sebagai berikut: menggunakan model
1. Aktivitas siswa kelas VIII MTs pembelajaran Artikulasi dapat
Alwashliyah Meranti Tahun meningkatkan hasil belajar siswa
Ajaran 2012/2013 dengan karena memotivasi siswa dan
menggunakan model pem- melatih siswa untuk berpikir dan

155
Jurnal
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 2, Maret 2018, hlm. 149 – 156


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

belajar aktif, untuk itu


pembelajaran ini dapat
digunakan oleh guru dalam
pelajaran matematika.

DAFTAR RUJUKAN

A.Bakar, Rosdiana. 2009. Pendidikan Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-


Suatu Pengantar. Bandung: faktor yang mempengaruhinya.
Citapustaka Media Perintis Jakarta: Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2007. Media Winger, Win. 2004. Beyond Teaching
Pembelajaran. Jakarta: PT. & Learning: memadukan
RajaGrafindo Persada quantum teaching & learning.
Rusma. 2012. Model-model Bandung: Penerbit Nuansa
Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers

156

Anda mungkin juga menyukai