Anda di halaman 1dari 6

Bimafika, 2016, 8, 25 – 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MURDER (MOOD,


UNDERSTAND, RECALL, DIGEST, EXPAND, REVIEW )
TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MATERI PELUANG
KELAS XI IPS SMA ADVENT MALUKU
1 2
Apongsina Masela , dan Muh. Isnain Marasabessy

1, 2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Darussalam Ambon

Email:

Diterima 02-10-2016 ; diterbitkan 30-11-2016

ABSTRACK

Latar belakang penelitian ini adalah telah banyak Model pembelajaran yang memungkinkan
penerapan pembelajaran matematika agar guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran
Konvensional. Salah satu Model Pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah
Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review).
Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review)
menuntut siswa agar lebih aktif dan pada tahap pembelajarannya guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Pada saat proses pembelajaran Matematika Materi Peluang dengan penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review) pada
siswa kelas XI IPS SMA Advent Maluku., siswa terlibat lebih aktif selama proses pembelajaran, hal ini turut
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang menjadi lebih baik dan Tuntas dalam mencapai KKM. Dari
hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil belajar siswa Materi Peluang dengan menggunakan
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and
Review). Berada pada kualifikasi sedang dengan frekuensi 16 siswa pada persentase 80%, dan kualifikasi
rendah 4 siswa pada persentase 20% telah mencapai ketuntasan belajar.
Keywords: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER, Peluang

PENDAHULUAN pembelajaran di kelas, siswa malas dalam


Menurut Sahertian (2008:1) pendidikan mencari dan menemukan masalah yang
adalah usaha sadar yang sengaja dihadapi. Akibatnya, siswa kesulitan dalam
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang menyelesaikan soal yang diberikan guru.
telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan Selain itu, aktivitas siswa yang terjadi dalam
tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan setiap proses pembelajaran kurang begitu
kualitas sumber daya manusia. Salah satu baik. Di mana, setiap proses pembelajaran
usaha untuk meningkatkan kualitas sumber berlangsung siswa kurang memperhatikan
daya manusia ialah melalui proses guru menjelaskan sehingga ketika guru
pembelajaran di sekolah. memberikan tugas, siswa tersebut kesulitan
Matematika merupakan pengetahuan untuk mengerjakannya.
yang diperlukan manusia dalam memenuhi Salah satu upaya untuk mendorong
kebutuhan hidup karena matematika dapat aktivitas dan memperbiki hasil belajar
memberi bekal kepada siswa untuk matematika siswa terkait dengan materi
menerapkan matematika dalam berbagai Peluang adalah dengan menerapkan model
keperluan juga diperlukan untuk mempelajari pembelajaran kooperatif (cooperative
ilmu dan pengetahuan lainnya. Sampai batas learning). Hal ini sejalan dengan pendapat
tertentu matematika hendaknya dikuasai Nadhifah (2009:13) yang mengatakan bahwa
oleh setiap orang (Kawi, 2014:1). Pembelajaran kooperatif merupakan model
Dalam proses belajar mengajar di pembelajaran yang dapat menimbulkan
sekolah guru lebih aktif dan siswa pasif. terjadinya interaksi antara siswa sehingga
Ratumanan (Titahena, 2007:1) mengatakan siswa lebih mudah menentukan dan
bahwa pembelajaran matematika saat ini memahami konsep-konsep yang sulit apabila
kurang memberikan perhatian pada aktifitas siswa mendiskusikan permasalahan dengan
siswa. Kurang aktifnya siswa dalam proses temannya.
A.Masela et al. / Bimafika, 2016,8, 25 – 30

Menurut Darmika (2014), model Menghitung peningkatan hasil belajar


pembelajaran kooperatif tipe MURDER menggunakan Gain Ternormalisasi
(Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, (Normalized Gain) yaitu dengan menghitung
Review) merupakan salah satu model nilai awal (Pre-test) dan nilai akhir (Post-
pembelajaran kooperatif yang dapat Test)). Melalui langkah ini dapat diketahui
membangun motivasi belajar siswa serta besar peningkatan kemampuan siswa dalam
peningkatan ke dalam dan luasnya menyelesaikan masalah.
pemikiran pada siswa. Model pembelajaran
kooperatif tipe MURDER (Mood, N- Gain =
Understand, Recall, Digest, Expand, Review)
(Marasabessy, 2015:64)
ini juga dapat digunakan untuk
mengembangkan sistem belajar yang efektif
Hasil perhitungan N-Gain kemudian
dan efisien untuk mengaktifkan siswa
diinterpresetasikan dengan menggunakan
dengan merangsang kemampuan berpikir
klasifikasi seperti pada table berikut:
analitis siswa.
Tabel 2. Klasifikasi Gain Ternormalisasi
METODE PENELITIAN
Besarnya N-Gain Klasifikasi
Penelitian ini dilakukan selama dua
minggu, yaitu 10 Mei dilakukan pertemuan g ≥ 0,70 Tinggi
pertama untuk tes awal, 12 Mei pertemuan
kedua proses kegiatan belajar mengajar, 17 0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang
Mei pertemuan ketiga proses kegiatan
belajar mengajar, pertemuan keempat 19 g < 0,30 Rendah
Mei dilakukan tes akhir. Sampel yang (Marasabessy, 2015:64)
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI - IPS yang berjumlah 20 orang dan Analisis aktivitas siswa dalam
diambil secara acak. pembelajaran berdasarkan rencana
Analisis Statistik deskriptif digunakan Pembelajaran. Analisis aktivitas siswa
untuk mendeskripsikan hasil belajar yang dihitung menggunakan:
diperoleh siswa dalam hal hasil belajar
materi peluang dan untuk mengetahui Skor aktivitas =
besarnya penguasaan siswa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Ket:
Menurut Djaali (Marasabessy, 2015:63),
Skor I : Skor Pertemuan I
untuk menghitung skor Pretest dan posttest
Skor II : Skor Pertemuan II
menggunakan rumus:
Penetuan kategori aspek aktivitas siswa
Ni= berdasarkan kriteria berikut:

Keterangan: Tabel 3. Kategori Aktivitas Siswa


Ni : Skor dalam skala 100 Skor rata-rata Kategori
Xi : skor mentah siswa
Yi : Skor mentah Maksimal
Selanjutnya, nilai dari tes hasil belajar 1,0 – 1,4 Sangat tidak baik
yang telah diketahui akan diklasifikasikan
sesuai KKM. 1,5 – 2,4 Tidak baik

Tabel 1. KKM SMA Advent Maluku 2,5 – 3,4 Baik


Kualifikasi Nilai 3,5 – 4,0 Sangat Baik
Tuntas
≥75 (Marasabessy, 2015:64)
Tidak
<75
Tuntas
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Sumber: SMA Advent Maluku)
Untuk melihat kemampuan awal
Kemampuan menyelesaikan masalah
siswa, peneliti memberi pre-test dan hasil
matematika dalam hal ini adalah Peluang
.pre-test dapat dilihat pada tabel berikut.
berupa tes hasil belajar diklasifikasikan
berdasarkan KKM yang telah dtetapkan
sekolah tersebut.

26
A.Masela et al. / Bimafika, 2016,8, 25 – 30

2,5 – 3,4 Baik 14 70


Sangat 6 30
Tabel 4. Rata-Rata Pretest 3,5 – 4,0
Baik
Kelas Rata- Persentasi
Rata (%)
Dari tabel 7 terlihat bahwa 14 siswa
XI-IPS 66.60 35
memperoleh kualifikasi baik atau 70%
memperoleh kualifikasi baik, Sedangkan 6
Setelah proses pembelajaran dilakukan siswa memperoleh kualifikasi sangat baik
sebanyak dua kali pertemuan serta tes hasil atau 30% memperoleh kualifikasi sangat
belajar, maka hasil belajar yang diperoleh baik. hal ini menunjukkan bahwa terjadi
siswa dapat digambarkan pada tabel berikut. peningkatan siswa pada pertemuan kedua.
Tabel 5. Hasil Belajar Kognitif siswa Aktivitas guru di dalam kelas
Kualifi Jumlah Persen menunjukkan bahwa disetiap pertemuan
Nilai guru memulai pembelajaran dengan
kasi Siswa tasi
≥75 Tuntas 20 100 Pendahaluan yang baik sehingga pada
kegiatan inti, siswa mengikuti pembelajaran
<75 Tidak - -
Tuntas dengan semangat. Guru mengarahkan siswa
untuk berdiskusi dalam kelompok yang telah
dibentuk dan kemudian mempresentasikan
Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat
hasil diskusi serta menanggapi hasil diskusi
bahwa pada XI-IPS 20 siswa memperoleh
kelompok lain.
kualifikasi tuntas atau seluruh siswa tuntas
dan tidak ada siswa yang tidak tuntas.
Pelaksanaan pembelajaran dikelas
Setelah tes akhir atau post-test
disesuaikan dengan RPP (Lampiran 1a,b)
diberikan maka untuk menghitung
yang telah dibuat oleh peneliti. Secara
peningkatan hasil belajar menggunakan
umum, Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Gain Ternormalisasi (Normalizied Gain) yaitu
MURDER (Mood, Understand, Recall,
dengan menghitung nilai awal (Pre-test) dan
Digest, Expand, Review) memberi
nilai akhir (Post-Test). Hasil perhitungan N-
kesempatan untuk siswa bekerja sama
Gain kemudian diinterpretasikan dengan
dengan pasangannya, strategi ini di
menggunakan kualifikasi seperti tabel
kembangkan untuk meningkatkan partisipasi
berikut.
siswa di dalam kelas. Dalam hal ini guru
Table 6. Klasifikasi Gain Ternormalisasi sangat berperan penting untuk membimbing
Jumlah Pers siswa melakukan diskusi, sehingga
Besarnya terciptanya suasana belajar yang lebih aktif
Klasifikasi Siswa enta
N-Gain dan menyenangkan melalui tahapan-
si
tahapan yang ada.
- -
g ≥ 0,70 Tinggi Mood berarti suasana hati. Pada
langkah ini, suasana hati siswa dibangun
0,30 ≤ g 16 80
Sedang oleh guru. guru membagikan LKS dengan
≤ 0,70
menanamkan sikap optimisme bahwa
g < 0,30 Rendah 4 20
mereka bisa melaksanakan soal melalui LKS
. dengan baik. Dalam penelitian ini, antusias
Tabel 6 terlihat bahwa tidak ada siswa siswa untuk mendengarkan pengarahan dari
memperoleh kualifikasi tinggi. Sedangkan 16 guru terlihat dari sikap yang ditunjukkan.
siswa memperoleh kualifikasi sedang atau Understand berarti Pemahaman, Pada
80% memperoleh kualifikasi sedang dan 4 langkah ini, guru membagi siswa secara
siswa memperoleh kualifikasi rendah atau berpasangan dengan kemampuan yang
20% kualifikasi rendah. Selanjutnya analisis heterogen dan siswa berdiskusi dengan
aktivitas siswa disajikan dalam tabel berikut. pasangan mengenai jawaban LKS yang
dikerjakan. pasangan-pasangan dalam
Tabel 7. Kriteria Aktivitas Siswa kelompok kemudian membaca dan mencoba
Skor Jumlah Persen memahami tentang hal apa saja yang
Kategori
rata-rata Siswa tasi(%) diketahui dan mencoba menyelesaikan soal
Sangat - - yang diberikan.
1,0 - 1,4 tidak Recall berarti Pengulangan. Pada
baik langkah ini, siswa dapat menerangkan
Tidak - - kepada teman satu kelompok dengan kata-
1,5 – 2,4
baik kata yang dapat dipahami sehingga secara
tidak langsung siswa dapat memahami

27
A.Masela et al. / Bimafika, 2016,8, 25 – 30

materi tersebut. Digest berarti penelaan. KESIMPULAN


Pada langkah ini, saling bertukar ide dan
pendapat mengenai jawaban LKS yang telah Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dikerjaan. di uraikan pada Bab IV, maka dapat di
Expand berarti Pengembangan. simpulkan hal-hal sebagai berikut:
Pada langkah ini, setelah siswa selesai
mengerjakan tugas dan mendapatkan hasil 1. Hasil Belajar Siswa kelas XI - IPS SMA
maka siswa mengaitkan materi yang telah Advent Maluku yang menggunakan
dipelajari dengan konsep lain yang sudah model pembelajaran kooperatif tipe
dipelajari sebelumnya. Review berarti Mood, Understand, Recall, Digest,
Pelajari Kembali. Pada langkah ini, pelajari Expand, Review sangat besar yakni
kembali materi yang sudah dipelajari dan 84,10 karena model pembelajaran
kemudian dipresentasikan. Selanjutnya guru kooperatif tipe Mood, Understand,
mengajak siswa untuk menarik kesimpulan Recall, Digest, Expand, Review
dari apa yang dipelajari. memberi kesempatan kepada siswa
Penghargaan, pada tahap ini siswa untuk berdiskusi dengan pasangan dan
diberi penghargaan verbal (pujian) .Dalam lebih aktif dalam proses belajar
penelitian ini guru memberikan jempol dan mengajar sehingga hasil belajar siswa
bertepuk tangan kepada siswa yang telah meningkat.
mempresentasikan hasil pekerjaan dengan 2. Aktifitas Siswa kelas XI – IPS SMA
benar dan yang menjawab belum benar di Advent Maluku yang menggunakan
berikan penghargaan dengan perhatian tidak model pembelajaran Mood, Understand,
penuh yaitu dengan dengan mengatakan Recall, Digest, Expand, Review lebeih
kepada siswa jawabanmu sebagian besar bnayak siswa yang aktif dan karena
baik masih perlu disempurnakan. model pembelajaran kooperatif tipe
Pada model pembelajaran Mood, Understand, Recall, Digest,
konvensional, siswa belajar dengan kondisi Expand, Review memberi kesempatan
seperti biasa, menurut Herawaty (2003) kepada siswa untuk berdiskusi dengan
model pembelajaran konvensional guru pasangan dan lebih aktif dalam proses
sering mendominasi proses belajar-mengajar belajar mengajar sehingga memberi
sementara siswa menerima materi dan pengaruh terhadap aktifitas siswa.
mencatat apa yang dikatakan guru. Dalam
penelitian ini guru mendominasi proses SARAN
pembelajaran, siswa lebih banyak diam dan
hanya menerima informasi. Setelah Bertolak dari kesimpulan di atas
memberikan materi guru selanjutnya peneliti memberi saran agar:
memberikan contoh soal dan - Mahasiswa Program Studi Pendidikan
mengerjakannya. Dalam penelitian ini terlihat Matematika FKIP UNIDAR yang ingin
bahwa siswa hanya mencatat materi yang melakukan penelitian lebih lanjut agar
disampaikan guru di depan kelas tanpa ada mempelajari terlebih dahulu model
timbal balik, siswa merasa bosan dan sangat pembelajaran kooperatif tipe Mood,
pasif dalam proses pembelajaran. Understand, Recall, Digest, Expand,
Sedangkan pada Model Pembelajaran Review agar ia mampu menjelaskan
Kooperatif Tipe MURDER, guru tidak secara baik kepada guru yang
mendominasi kelas dan hanya mengarahkan membantu dalam penelitian sehingga
siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. dan lancar.
Siswa mengikuti arahan guru sehingga siswa
tidak pasif serta mampu mengkonstruksi
materi yang diterima.
Dari paparan di atas, secara umum DAFTAR PUSTAKA
telah mampu menjawab pertanyaan
penelitian. Hasil penelitian menunjukan [1]. Asriyana dan Yuliana. 2012.
adanya peningkatan hasil belajar siswa dan Produktivitas Perairan. Penerbit Bumi
aktivitas siswa setelah diterapkan model Aksara Jakarta. 278 Hal.
pembelajaran kooperatif tipe MURDER.
MURDER memberikan kontribusi terhadap [2]. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
peningkatan hasil belajar siswa kelas XI-IPS 2007. Analisis Data Kelautan Dan
SMA Advent Maluku. Perikann. 83 Hal

28
A.Masela et al. / Bimafika, 2016,8, 25 – 30

[3]. Bandjar,H.H., T.Subeki dan L.Hutuley. Berbeda di Balai Besar


1988. Kepadatan dan Berbagai Indeks Pengembangan Budidaya Laut
Struktur Jenis Teripang (Holothuria (BBPBL) Lampung. Dalam : Jurnal
spp) di Pantai Kulur Saparua. Dalam : Penelitian Sains Volume 12, Nomor 1
Jurnal Penelitian Perikanan. Balai (D) 12110
Penelitian Perikanan Laut-Jakarta,
No.49 Hal : 99-103. [11]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 1994.
Budidaya Teripang. Penebar
[4]. Dewi, K.H. 2008. Kajian Ekstraksi Swadaya. Jakarta.
Steroid Teripang Pasir (Holothuria
scabra J) Sebagai Sumber [12]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 2004.
Testosteron Alami Disertasi pada Budidaya Teripang. Penebar
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Swadaya. Jakarta.
(Tidak dipublikasikan.
[13]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 2006.
[5]. Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan Budidaya Teripang, Edisi Revisi.
Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara Penerbit Penebar Swadaya-Jakarta.
Yogyakarta. 163 hal. 75 hal.

[6]. Efriyeldi. 1997. Struktur Komunitas [14]. Marganof. 2007. Model Pengendalian
Makrozoobentos & Keterkaitannya Pencemaran Perairan di Danau
dengan Karakteristik Sedimen di Maninjau Sumatera Barat. Tesis
Perairan Muara Sungai Bantan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Tengah, Bengkalis. Tesis (Tidak Dipublikasikan).
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
(Tidak Dipublikasikan), 102 hal. [15]. Nugroho, A. 2006. Bioindikator
Kualitas Air. Penerbit Universitas
[7]. Gultom, C.P.W. 2004.Laju Trisakti Jakarta. 145 hal.
Pertumbuhan dan Beberapa Aspek
Ekologi Teripang Pasir (Holothuria [16]. Padang, A. 2011. Struktur Komunitas
scabra) Dalam Kolam Pembesaran di Diatom Bentik yang Epifit pada Daun
Laut Pulau Kongsi Kepualaun Seribu Lamun. Dalam : Jurnal BIMAFIKA
Jakarta Utara. Skripsi pada Program Fakultas Keguruan dan Ilmu
Studi Ilmu Kelautan Departemen Ilmu Pendidikan Universitas Darussalam,
Teknologi Kelautan Fakultas ISSN: 2086 1869 Volume. 3, No. 1
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Juni 2011. Hal: 225-229
Pertanian Bogor (Tidak
Dpublikasikan), 80 hal.
[17]. Padang, A., E.Lukman., M.Sangadji.
[8]. Hartati, R., Widianingsih dan
2014a. Komposisi Makanan Dalam
D.Pringgenies. 2005. Teknologi
Lambung Teripang. Dalam : Jurnal
Penyediaan Pakan Bagi Teripang
AGRIKAN ISSN: 1979 6072. Fakultas
Putih (Holothuria scabra). Laporan
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Kegiatan Penelitian Hibah Bersaing
Universitas Muhammadiyah, Volume 7
Universitas Diponegoro Semarang.
Edisi 2 Bulan Oktober 2014. Hal : 26-
30
[9]. Hasan, H. 2013. Efek Antiurisemia
Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria
[18]. Padang, A., E.Lukman., M.Sangadji.
scabra) pada Kelinci Jantan
2014b. Pemanfaatan Diatom Bentik
(Oryctolagos cuniculus). Dalam Jurnal
Sebagai Makanan Teripang Dalam
ENTROPI, Volume VIII, Nomor 1,
Rangka Pengembangan Usaha
Februari 2013 Inovasi Penelitian,
Budidaya Teripang. Dalam : Prosiding
Pendidikan dan Pembelajaran
Seminar Nasional Penguatan
hal:481-487
Pembangunan Berbasis Riset
Perguruan Tinggi (SPP-RPT) I 2014,
[10]. Hendri, M.,A.I.Sunaryo dan Vol 1, ISSN : 9-772407-059004. Hal :
R.Y.Pahlevi. 2008. Tingkat Kelulusan 264-270.
Hidup Larva Teripang Pasir
(Holothuria scabra, Jaeger) dengan
[19]. Purwati, P. 2002. Pemulihan Populasi
Perlakuan Pemberian Pakan Alami
Teripang Melalui Fision, Mungkinkah.

29
A.Masela et al. / Bimafika, 2016,8, 25 – 30

Dalam : Oseana ISSN : 0216-1877, Nasional Penguatan Pembangunan


Volume XXVII, Nomor 1, 2002 hal 19- Berbasis Riset Perguruan Tinggi
25 (SNPP-RPT) I 2014 ,
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-
[20]. Rustam, 2006. Pelatihan Budidaya 059004, Hal : 277-282
Laut (COREMAP Fase II Kabupaten
Selayar) Yayasan Mattirotasi Makasar. [22]. Supriharyono. 2000. Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit
[21]. Serang, A.M., S. P. T.Rahantoknam., Djambatan. Jakarta. 118 pp.
P.Tomatala. 2014. Pengaruh Padat
Tebar Terhadap Pertumbuhan Dan [23]. Sutaman, 1993. Petunjuk Praktis
Sintasan Anakan Teripang Holothuria Budidaya Teripang. Penerbit Kanasius
scabra. Dalam : Prosiding Seminar Yogyakarta

30

Anda mungkin juga menyukai