Anda di halaman 1dari 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini akan disajikan deskripsi data berdasarkan data yang
diperoleh dalam penelitian. Deskripsi data yang akan disajikan meliputi mean
(M), modus (Mo), standar deviasi (SD), nilai maksimum, nilai minimum dan
distribusi frekuensi.
a. Data Kemampuan Awal
Data kemampuan awal siswa yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah data prestasi belajar dan kreativitas siswa sebelum dilaksanakan
eksperimentasi. Data kemampuan awal prestasi belajar matematika siswa
diperoleh dari nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) dan kreativitas siswa
diperoleh dari angket kreativitas yang diberikan kepada siswa sebelum
dilaksanakan eksperimen.
Berdasarkan data kemampuan awal dari siswa kelas eksperimen satu
(kelas MURDER berbasis mind mapping) dan kelas eksperimen kedua
(kelas MURDER) diperoleh deskripsi data prestasi belajar matematika dan
kreativitas siswa sebagai berikut.

Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Awal


Eksperimen 1 Eksperimen 2
Nilai Skor Nilai Skor
prestasi Kreativitas prestasi Kreativitas
Mean 66,72 101,83 64,90 100,97
Modus 60 99 66 109
Median 60 101 66 100,5
Maksimum 100 132 96 129
Minimum 40 70 32 65
Standar Deviasi 17,22 12,98 13,34 13,2

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa rerata nilai prestasi


belajar siswa eksperimencommit
1 lebihto baik
user daripada prestasi belajar siswa

79
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

eksperimen 2 yaitu 66, 72 > 64, 90. Rerata skor kreativitas siswa
eksperimen 1 lebih baik dari pada skor kreativitas siswa kelas eksperimen 2
yaitu 101, 83 > 100, 97. Modus nilai prestasi belajar dan kreativitas siswa
eksperimen 1 sebesar 60 dan 99, sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 66
dan 109. Median nilai prestasi belajar dan kreativitas siswa eksperimen 1
sebesar 60 dan 101, sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 66 dan 100, 5.
Nilai maksimum pada nilai prestasi belajar dan Skor maksimum pada
kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 100 dan 132, sedangkan siswa
eksperimen 2 sebesar 96 dan 129. Nilai minimum pada nilai prestasi belajar
dan Skor minimum pada kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 40 dan 70,
sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 32 dan 65. Standar deviasi pada nilai
prestasi belajar dan kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 17, 22 dan 12,
98, sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 13, 34 dan 13, 62. Perhitungan
data kemampuan awal siswa selengkapnya terdapat pada Lampiran 13.3.
b. Data Penelitian
Data penelitian merupakan data hasil penelitian berupa nilai tes
prestasi belajar matematika, nilai kemampuan spasial dan skor angket
kreativitas siswa yang diperoleh setelah diberikan pembelajaran dengan
masing-masing model pembelajaran.
Berdasarkan data penelitian dari siswa kelas eksperimen satu (kelas
MURDER berbasis mind mapping) dan kelas eksperimen kedua (kelas
MURDER) diperoleh deskripsi data prestasi belajar matematika,
kemampuan spasial dan kreativitas siswa sebagai berikut.

Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian


Eksperimen 1 Eksperimen 2
Nilai Skor Nilai Nilai Skor Nilai
prestasi Kreativitas Spasial prestasi Kreativitas Spasial
Mean 70, 506 109, 228 68, 144 66, 09 103, 761 64, 54
Modus 76 113 72 68 90 80
Median 72 113 68 68 102 36
Maksimum 96 139 88 92 139 80
Minimum 48 80 40 40 77 36
commit to user
Standar Deviasi 10, 904 12, 86 11, 077 12, 16 13, 27 9, 06
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa rerata nilai prestasi


belajar siswa eksperimen 1 lebih baik daripada prestasi belajar siswa
eksperimen 2 yaitu 70, 506 > 66, 09. Rerata skor kreativitas siswa
eksperimen 1 lebih baik dari pada skor kreativitas siswa kelas eksperimen 2
yaitu 109, 228 > 103, 761. Rerata nilai spasial siswa eksperimen 1 lebih
baik dari pada nilai spasial siswa eksperimen 2 yaitu 68, 144 > 64, 54.
Modus nilai prestasi belajar, kreativitas dan kemampuan spasial siswa
eksperimen 1 sebesar 76, 113 dan 72 sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar
68, 90 dan 72. Median nilai prestasi belajar, kreativitas dan kemampuan
spasial siswa eksperimen 1 sebesar 72, 113 dan 68, sedangkan siswa
eksperimen 2 sebesar 68, 102 dan 64.
Nilai maksimum pada nilai prestasi belajar, kemampuan spasial dan
skor maksimum pada kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 196, 88 dan
139, sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 92, 80 dan 139 . Nilai minimum
pada nilai prestasi belajar, kemampuan spasial dan skor minimum pada
kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 48, 40 dan 80, sedangkan siswa
eksperimen 2 sebesar 40, 36 dan 77. Standar deviasi pada nilai prestasi
belajar, kreativitas dan kemampuan spasial siswa eksperimen 1 sebesar 10,
904, 12, 86 dan 11, 077 sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 12, 159, 13,
27 dan 9, 06. Perhitungan data kemampuan akhir siswa selengkapnya
terdapat pada Lampiran 14.2.
2. Hasil Uji Persyaratan Analisis
a. Data Kemampuan Awal
1) Uji Normalitas Multivariat Kemampuan Awal
Rangkuman hasil uji normalitas multivariat dari nilai kemampuan
awal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Uji Normalitas Multivariat Data Kemampuan Awal

Kelompok N 𝑑𝑗2 ≤ 𝜒0.05


2
Keputusan Uji
Eksperimen I 83 96, 38 % H0 diterima
Eksperimen II commit to92,
88 user04 % H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh persentase nilai 𝑑𝑗2 lebih dari 50


% pada 𝑑𝑗 2 ≤ χ2 (0,5;𝑝) dengan χ2 (0,5;2) = 5.991, hal ini berakibat H0

diterima. Jadi, dapat disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% semua


kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.2 dan
Lampiran 13.3.
2) Uji Homogenitas Variansi-Kovariansi Populasi Data Kemampuan Awal
Rangkuman hasil uji homogenitas variansi-kovariansi dari nilai
kemampuan awal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Variansi Populasi Data Kemampuan Awal


2 2 Keputusan
Asal data Si W 𝜒𝑜𝑏𝑠 𝜒0.05;3
Uji
296,544 99,1478
Eksperimen I [ ]
99,1478 168,605 H0
3,0588 3,039 7,815
178,015 46,82 diterima
Eksperimen II [ ]
46,82 185,49

Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh 𝜒 2 𝑜𝑏𝑠 = 3,039. Karena 𝜒 2 𝑜𝑏𝑠 ≤


2
𝜒 2 (0,05:3) maka 𝜒𝑜𝑏𝑠  𝐷𝐾 sehingga dapat disimpulkan untuk taraf
signifikansi 5% semua populasi memiliki matriks variansi kovariansi
yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
13.4.
3) Uji Keseimbangan (Uji Beda Rerata)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
(eksperimen satu dan eksperimen dua) mempunyai perbedaan rata-rata
prestasi belajar matematika dan kreativitas apa tidak. Rangkuman
analisis uji beda rerata pada data kemampuan awal siswa disajikan
dalam Tabel 4.5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Uji Keseimbangan


Eksperimen W S 𝑇2 𝐹𝑜𝑏𝑠
1 24316, 63 8130,12 0,621 1,2347
[ ]
8130,12 13825,64 [ 235,526 72,21265]
24316, 63 8130,12
] 72,21265 177,2994
2
[
8130,12 13825,64

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh statistik uji 𝐹𝑜𝑏𝑠 = 1.2347. Karena


𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 𝐹0.05;2,169} = {𝐹|𝐹 > 3.00} akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠  𝐷𝐾. Jadi,
dapat disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% kedua populasi memiliki
kemampuan awal yang sama atau dalam keadaan seimbang. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.5.

b. Data Penelitian
1) Uji Normalitas Multivariat
Rangkuman hasil uji normalitas dari data penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4. 6 Uji Normalitas Multivariat Data Penelitian


Kelompok N 𝑑𝑗2 ≤ 𝜒0.05
2
Keputusan Uji
Eksperimen I 83 97,59 % H0 diterima
Eksperimen II 88 97,72 % H0 diterima
Spasial Tinggi 70 97,14% H0 diterima
Spasial Sedang 43 95,35% H0 diterima
Spasial Rendah 58 98,27% H0 diterima

Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh presentase nilai 𝑑𝑗 2 lebih dari 50


% pada 𝑑𝑗 2 ≤ χ2 (0,5;𝑝) dengan χ2 (0,5;2) = 5.991, hal ini berakibat H0

diterima. Jadi, dapat disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% semua


kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
multivariat. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
14.4.

2) Uji Homogenitas Variansi-Kovariansi Populasi


Rangkuman hasil uji normalitas dari data penelitian dapat dilihat
commit to user
pada Tabel 4.7 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Variansi-Kovariansi Data Penelitian


2 2 Keputusan
Asal data 𝑺𝒊 W 𝜒𝑜𝑏𝑠 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Uji
118,91 70,59
[ ]
Model 70,59 165,49 5,72 5,65 7,815 H0 diterima
Pembelajaran 147,85 11,17
[ ]
11,17 176,29
80,22 13,35
[ ]
13,35 128,74
Kemampuan 138,082 29,77
[ ] 3,97 3,89 12,592 H0 diterima
Spasial 29,77 180,64
101,019 −16,246
[ ]
−16,246 179,038

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh 𝜒 2 𝑜𝑏𝑠 ≤ 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝜒 2 𝑜𝑏𝑠

 𝐷𝐾, sehingga dapat disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% semua


populasi memiliki matriks variansi kovariansi yang homogen.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.5.
3. Hasil Uji Hipotesis
Statistik uji yang digunakan dalam menghitung uji hipotesis multivariat
dua jalan sel tak sama adalah statistik uji Wilk’s. Rangkuman rerata nilai prestasi
siswa dan skor kreativitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8 Rangkuman Rerata Nilai Prestasi Siswa


Model Kemampuan Spasial Rerata
Pembelajaran Tinggi Sedang Rendah Marginal
MURDER Berbasis
76,39 69,88 61,28 70,51
Mind Mapping
MURDER 73,79 62,92 61,81 66,09
Rerata Marginal 75,31 65,67 61,58

Tabel 4.9 Rangkuman Rerata Skor Kreativitas


Kemampuan Spasial Rerata
Model Pembelajaran
Tinggi Sedang Rendah Marginal
MURDER Berbasis
116,3 108,2 98,24 109,23
Mind Mapping
MURDER 109,9 101,03 100,45 103,76
Rerata Marginal 113,6 103,90 99,5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Rangkuman analisis variansi multivariat dua jalan sel tak sama penelitian
ini disajikan dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Variansi Multivariat Dua Jalan Sel Tak Sama
Data Penelitian
Sumber Keputusan
SSCP dk 𝐹𝑜𝑏𝑠 Fα
Variasi Uji
359,128 453,68 𝐻 0𝐴
Faktor A [ ] 1 3,8 3,00 ditolak
453,68 573,135
5875,04 5954,91 𝐻0𝐵
Faktor B [ ] 2 22,23 2,37 ditolak
5954,91 6040,07
335,418 423,218 𝐻0𝐴𝐵
Interaksi [ ] 2 2,157 2,37 diterima
423,218 746,808
16476,07 429,43
Galat [ ] 165
429,43 22145,07
16476,07 429,432
Total [ ] 170
429,432 47227,96

Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan sel tak sama
menggunakan statistik uji Wilk’s diketahui bahwa pada model pembelajaran dan
kemampuan spasial, 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 , akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠 ∈ 𝐷𝐾, sedangkan interaksi
diantara dua variabel bebas diperoleh 𝐹𝑜𝑏𝑠 ≤ Fα, akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠  𝐷𝐾. Jadi, dapat
disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% H0A dan H0B ditolak sedangkan H0AB
diterima.
Artinya bahwa :
a. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika dan kreativitas antara
siswa yang menggunakan model pembelajaran MURDER berbasis mind
mapping dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
MURDER
b. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika dan kreativitas antara
siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi, sedang dan rendah.
c. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan
spasial pada prestasi dan kreativitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

4. Uji Lanjut
Berdasarkan hasil uji hipotesis telah dihasilkan penolakan H0A dan H0B.
Karena yang ditolak H0A dan H0B, maka uji lanjut yang digunakan adalah uji
univariat dua jalan sel tak sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
efek pada masing-masing variabel terikat yaitu prestasi belajar dan kreativitas
siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat pada Lampiran 16.1,
rangkuman hasil uji ANAVA dua jalan data prestasi belajar tampak seperti
Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji ANAVA Dua Jalan Data Prestasi
Keputusan
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Uji
Faktor A 359,13 1 359,128 3,59 3,89 H0 diterima
Faktor B 4989,06 2 2494,53 24,98 3,05 H0 ditolak
Interaksi 375,65 2 187,82 1,88 3,05 H0 diterima
Galat 16476,075 165 99,85
Total 22199,9 170

Rangkuman hasil uji ANAVA dua jalan data prestasi belajar tampak
seperti Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji ANAVA Dua Jalan Data Kreativitas
Keputusan
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Uji
Faktor A 5573,135 1 573,135 4,27 3,89 H0 ditolak
Faktor B 5129,23 2 2564,61 19,11 3,05 H0 ditolak
Interaksi 723,66 2 361,83 2,69 3,05 H0 diterima
Galat 22145,09 165 134,21
Total 28571,09 170

Berdasarkan hasil analisis variansi univariat dua jalur sel tak sama, untuk
taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa: 1) tidak terdapat perbedaan
efek antara model pembelajaran pada prestasi belajar, tetapi terdapat perbedaan
efek pada kreativitas siswa. 2) terdapat perbedaan efek antara kemampuan
spasial pada prestasi belajar matematika dan kreativitas. 3) tidak terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan spasial pada prestasi


belajar dan kreativitas.
Setelah diperoleh hasil uji univariat, maka dilakukan uji komparasi ganda.
Pada penelitian ini, uji komparasi ganda yang digunakan adalah metode
Scheffe’. Jika H0 ditolak pada taraf signifikansi 5%, maka perlu dilakukan uji
komparasi ganda dengan hasil pengujian sebagai berikut.
a. Uji Komparasi Ganda Antar Baris (Model Pembelajaran)
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama
diperoleh keputusan bahwa hipotesis H0A untuk variabel terikat kreativitas
saja yang ditolak, sehingga pengujian komparasi ganda hanya dilakukan
pada variabel kreativitas. Akan tetapi, karena variabel pada model
pembelajaran hanya mempunyai dua variabel yaitu model pembelajaran
MURDER berbasis mind mapping dengan model pembelajaran MURDER,
maka tidak dilakukan uji komparasi ganda antar baris. Simpulan dapat
dilihat pada rerata marginalnya pada Tabel 4.9.
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa rerata marginal pada
model pembelajaran MURDER berbasis mind mapping (a1) memiliki
kreativitas yang lebih besar daripada model pembelajaran MURDER (a2)
artinya kelompok dengan model pembelajaran pembelajaran MURDER
berbasis mind mapping mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada
kelompok dengan model pembelajaran MURDER.
Pada variabel terikat prestasi belajar, karena tidak ada perbedaan
rerata prestasi belajar antara model pembelajaran, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar matematika pada model pembelajaran MURDER
berbasis mind mapping dengan model pembelajaran MURDER tidak
mempunyai perbedaan prestasi belajar yang signifikan.
b. Uji Komparasi Ganda Antar Kolom (Kemampuan Spasial)
Berdasarkan hasil perhitungan univariat dua jalur dengan sel tak sama,
hipotesis H0B untuk variabel terikat prestasi dan kreativitas ditolak, maka
perlu dilakukan uji komparasi ganda pada masing-masing variabel terikat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

1) Uji Komparasi Ganda Antar Kolom Data Prestasi Belajar


Rangkuman uji komparasi ganda antar kolom dapat dilihat pada
Tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13 Rangkuman Komparasi Rerata Antar Kolom Data


Prestasi Belajar
No H0 Fobs Fα Simpulan
1 𝜇1.1 = 𝜇1.2 24,789 H0 ditolak
2 𝜇1.1 = 𝜇1.3 59,864 6,102 H0 ditolak
3 𝜇1.2 = 𝜇1.3 4,133 H0 diterima

Berdasarkan rangkuman pada Tabel 4.13 maka diperoleh


simpulan bahwa:
a) Terdapat perbedaan rerata prestasi belajar antara siswa yang
memiliki kemampuan spasial tinggi dengan siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang. Dengan melihat rerata marginalnya,
disimpulkan siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai
prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan
kemampuan spasial sedang
b) Terdapat perbedaan rerata prestasi antara siswa yang memiliki
kemampuan spasial tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
spasial rendah. Dengan melihat rerata marginalnya, disimpulkan
siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika lebih baik daripada siswa dengan kemampuan spasial
rendah.
c) Tidak terdapat perbedaan rerata prestasi belajar antara siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang dengan siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah. Dengan melihat rerata marginalnya,
disimpulkan siswa dengan kemampuan spasial sedang mempunyai
prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan kemampuan
spasial rendah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

2) Uji Komparasi Ganda Antar Kolom Data Kreativitas


Rangkuman uji komparasi ganda antar kolom dapat dilihat pada
Tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4.14 Rangkuman Komparasi Rerata Antar Kolom Data


Kreativitas
No H0 Fobs Fα Simpulan
1 𝜇2.1 = 𝜇2.2 18,978 H0 ditolak
2 𝜇2.1 = 𝜇2.3 47,558 6,102 H0 ditolak
3 𝜇2.2 = 𝜇2.3 3,573 H0 diterima

Berdasarkan rangkuman pada Tabel 4.14 maka diperoleh


simpulan bahwa:
a) Terdapat perbedaan rerata kreativitas siswa yang memiliki
kemampuan spasial tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
spasial sedang. Dengan melihat rerata marginalnya, disimpulkan
siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas
yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan spasial sedang.
b) Terdapat perbedaan rerata kreativitas antara siswa yang memiliki
kemampuan spasial tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
spasial rendah. Dengan melihat rerata marginalnya, disimpulkan
siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan spasial rendah.
c) Tidak terdapat perbedaan rerata prestasi belajar antara siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang dengan siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah. Dengan melihat rerata marginalnya,
disimpulkan siswa dengan kemampuan spasial sedang memiliki
kreativitas yang sama dengan siswa yang memiliki kemampuan
spasial rendah.
Karena tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
spasial pada variabel terikat prestasi belajar dan kreativitas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

1) Pada model pembelajaran manapun, prestasi belajar dan kreativitas siswa


dengan kemampuan spasial tinggi lebih baik dari pada kemampuan spasial
sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar dan kreativitas siswa dengan
kemampuan spasial sedang lebih daripada rendah.
2) Pada kemampuan spasial manapun, prestasi belajar dan kreativitas model
pembelajaran MURDER berbasis Mind Mapping lebih baik dari pada
pembelajaran MURDER.

B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian mencoba menguraikan keterkaitan hasil
penelitian dengan hipotesis penelitian, teori-teori, atau penelitian yang relevan, agar
diperoleh simpulan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembahasan
penelitian ini disajikan sebagai berikut.
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan dengan sel tak
sama diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝐴 = 3,8 lebih besar daripada 𝐹𝛼 = 3,000,
sehingga 𝐻0𝐴 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan efek model
pembelajaran terhadap prestasi belajar dan kreativitas. Untuk mengetahui
perbedaan rerata maka perlu dilakukan uji lanjut yaitu menggunakan uji
univariat dua jalan dengan sel tak sama.
a. Uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama data prestasi belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama dengan
data prestasi belajar siswa menghasilkan bahwa 𝐹𝐴 = 3,596 lebih kecil
daripada 𝐹𝛼 = 3,898, sehingga 𝐻0𝐴 untuk data prestasi diterima. Hal ini
berarti tidak ada perbedaan efek antara model pembelajaran pada prestasi
belajar. Ini berarti model pembelajaran MURDER berbasis mind mapping
sama baiknya dengan model pembelajaran MURDER.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa siswa yang diberikan model pembelajaran MURDER berbasis mind
mapping memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
commit to user
diberikan model pembelajaran MURDER. Hal tersebut dikarenakan pada
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

proses pembelajaran antara kedua model pembelajaran tersebut hampir


sama. Langkah-langkah pembelajaran MURDER berbasis mind mapping
dengan model pembelajaran MURDER hampir sama. Perbedaan kedua
model tersebut adalah pada model pembelajaran MURDER berbasis mind
mapping pada akhir pembelajaran atau pada saat satu kompetensi dasar
selesai siswa diminta untuk membuat mind mapping secara berkelompok,
sedangkan pada model pembelajaran MURDER tidak.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini
diantaranya masih ditemukan siswa yang kurang mengembangkan
potensinya ketika diberikan tugas untuk membuat mind mapping. Di
samping itu, waktu kegiatan belajar mengajar untuk penerapan model
pembelajaran MURDER berbasis mind mapping sangat terbatas sehingga
pembuatan mind mapping di sekolah tidak selesai dan digunakan untuk
tugas di rumah. Menurut Santyasa (2008) langkah-langkah Recall, Detect
dan Elaborate mampu memperkuat pembelajaran karena pasangan dyad
harus biasa menjelaskan, memperluas dan mencatat ide yang dipahami
untuk menyelesaikan masalah. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada
kedua model pembelajaran sehingga mengakibatkan prestasi belajar belajar
siswa yang diberikan kedua model pembelajaran tersebut memiliki prestasi
yang sama.
b. Uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama dengan data kreativitas
Berdasarkan hasil uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama dengan
data kreativitas menghasilkan bahwa 𝐹𝐴 = 4,27 lebih besar daripada 𝐹𝛼 =
3,898, sehingga 𝐻0𝐴 untuk data kreativitas ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan efek antara model pembelajaran pada kreativitas. Artinya,
kreativitas pada model pembelajaran MURDER berbasis mind mapping
lebih baik daripada model pembelajaran MURDER. Untuk melihat model
pembelajaran manakah yang memberikan pengaruh kreativitas yang lebih
baik secara signifikan, maka tidak perlu dilakukan uji komparasi pasca
anava. Hal tersebut dikarenakan pada penelitian ini variabel jenis model
commit dua
pembelajaran hanya memiliki to user
jenis, yaitu model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

MURDER berbasis mind mapping dan model pembelajaran MURDER dan


cukup dilihat berdasarkan hasil rerata marginalnya.
Berdasarkan hasil rerata marginal pada model pembelajaran
MURDER berbasis mind mapping (𝑎1 ) memiliki skor kreativitas lebih
besar daripada model pembelajaran MURDER (𝑎2 ) yaitu 109,23 >
103,76. Artinya siswa yang diberikan model pembelajaran MURDER
berbasis mind mapping mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada
siswa yang diberikan model pembelajaran MURDER. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe MURDER berbasis mind mapping mempunyai kreativitas
yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER.
Hal tersebut dikarenakan, dengan adanya mind mapping siswa dapat belajar
sesuai dengan kreativitas menggambar mereka dan siswa dapat belajar
tentang materi yang dipelajari dengan mudah dan menyenangkan. Hal
tersebut sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Afgani
(2008) yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kreativitas dan
koneksi siswa dalam pembelajaran matematika setelah diberi tugas mind
mapping. Selain itu, penelitian menurut Priantini, Atmadja, dan Marhaeni
(2013) menunjukkan bahwa kreativitas siswa terdapat perbedaan yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan mind
mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Penggunaan mind mapping oleh siswa dapat mengasah siswa untuk
menggunakan ide-ide baru. Siswa akan berusaha menggali lebih dalam
kemampuannya untuk menghasilkan gambar mind mapping yang lebih
bagus lagi dari yang sebelumnya. Mind mapping merupakan sebuah
tindakan lanjutan ketika ide dihasilkan dan kemudian disusun untuk dapat
digunakan dengan baik. Dalam menghasilkan ide dibutuhkan imajinasi
siswa untuk menentukan gambar mind mapping yang akan dibuat agar bias
menarik. Imajinasi ini merupakan hal yang efektif untuk mengembangkan
kemampuan kreativitas siswa dalam menyelesaikan berbagai macam soal
commit to user
yang sulit. Imajinasi juga merupakan kekuatan atau proses untuk
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

menghasilkan ide dan dengan menggunakan imajinasi maka siswa dapat


mengembangkan daya pikir. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya
penggabungan mind mapping pada model pembelajaran MURDER akan
memberikan kreativitas yang lebih baik daripada pada model pembelajaran
MURDER.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan dengan sel tak
sama diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝑏 = 22,23 lebih besar daripada 𝐹𝛼 = 3,000,
sehingga 𝐻0𝐴 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan efek kemampuan
spasial terhadap prestasi belajar dan kreativitas. Untuk mengetahui perbedaan
rerata maka perlu dilakukan uji lanjut yaitu menggunakan uji univariat dua jalan
dengan sel tak sama.
a. Uji hipotesis univariat dua jalan dengan sel tak sama data prestasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama dengan
data prestasi belajar siswa menghasilkan bahwa 𝐹𝐵 = 24,98 lebih besar
daripada 𝐹𝛼 = 3,05, sehingga 𝐻0𝐵 untuk data prestasi ditolak. Untuk
melihat prestasi belajar manakah yang memberikan pengaruh yang lebih
baik secara signifikan, maka selanjutnya dilakukan uji komparasi ganda
pada masing-masing kemampuan spasial. Uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Scheffe’.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.1 = 𝜇1.2, terlihat
bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 yaitu 24,789 > 6, 102. Artinya, terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan spasial tinggi dan kemampuan spasial sedang
terhadap prestasi belajar. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki
kemampuan spasial tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang. Berdasarkan
hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.1 = 𝜇1.3 , terlihat bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 yaitu
59,864 > 6,102. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemampuan spasial tinggi dan kemampuan spasial rendah terhadap prestasi
belajar. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyebutkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah. Penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian berdasarkan Harmony (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa kelas VII SMPN 9 Kota Jambi memiliki kemampuan spasial
yang tinggi dan memberikan sumbangan besar terhadap hasil belajar siswa.
Kemampuan spasial tinggi siswa lebih mudah memvisualisasikan geometri
sehingga prestasi belajar siswa dengan kemampuan spasial tinggi
memperoleh prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa
yang memiliki kemampuan spasial tinggi mempunyai tingkat pemahaman
yang tinggi terhadap penguasaan bangun ruang.
Selaian itu, ketika proses pembelajaran siswa dengan kemampuan
spasial tinggi akan lebih mudah dalam membayangkan dan
menvisualisasikan soal-soal yang berkaitan dengan bangun ruang walaupun
soal tidak disertai dengan gambarnya. Akan tetapi, untuk siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah kesulitan dalam
mengerjakan soal bangun ruang yang tidak diketahui gambarnya. Akibatnya
prestasi belajar siswa dengan kemampuan sedang dan rendah cenderung
lebih rendah daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.2 = 𝜇1.3, terlihat
bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 < 𝐹𝛼 yaitu 4,133 < 6,102. Artinya, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kemampuan spasial sedang dan kemampuan spasial
rendah terhadap prestasi belajar. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang memberikan efek yang sama dengan
kemampuan spasial rendah terhadap prestasi belajar.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
commit
menyebutkan bahwa siswa yangtomemiliki
user kemampuan spasial sedang
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

belum tentu memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kemampuan spasial rendah. Berdasarkan hasil uji lanjut dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang
memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah cenderung sama untuk menguasai
materi-materi bangun ruang. Kemungkinan yang lain adalah model
pembelajaran yang digunakan dapat memotivasi siswa dengan kemampuan
spasial sedang dan rendah memiliki prestasi belajar yang sama baiknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Faradhila, Sujad, dan Kuswardi
(2013) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial
tinggi menghasilkan prestasi belajar belajar yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah, sedangkan siswa
yang memiliki kemampuan spasial sedang memiliki prestasi belajar yang
sama baiknya dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
b. Uji hipotesis univariat dua jalan dengan sel tak sama data kreativitas
Berdasarkan uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama dengan data
prestasi belajar siswa menghasilkan bahwa 𝐹𝐵 = 19,11 lebih besar
daripada 𝐹𝛼 = 3,05, sehingga 𝐻0𝐵 untuk data kreativitas ditolak. Untuk
melihat kreativitas manakah yang memberikan pengaruh yang lebih baik
secara signifikan, maka selanjutnya dilakukan uji komparasi ganda pada
masing-masing kemampuan spasial. Uji yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Scheffe’.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.1 = 𝜇1.2, terlihat
bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 yaitu 18,98 > 6, 102. Artinya, terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan spasial tinggi dan kemampuan spasial sedang
terhadap kreativitas. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki kemampuan
spasial tinggi mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang. Berdasarkan hasil uji komparasi
ganda untuk 𝜇1.1 = 𝜇1.3 , terlihat bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 yaitu 47,56 > 6, 102.
commit to user
Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan spasial
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

tinggi dan kemampuan spasial rendah terhadap kreativitas. Ini berarti bahwa
siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas yang
lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyebutkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi
mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa
yang memiliki kemampuan spasial yang tinggi, siswa tersebut akan
memiliki ide-ide yang kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang berhubungan dengan bangun ruang.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.2 = 𝜇1.3, terlihat
bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 < 𝐹𝛼 yaitu 3,57 < 6, 102. Artinya, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kemampuan spasial sedang dan kemampuan spasial
rendah terhadap kreativitas. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang memberikan efek yang sama dengan
kemampuan spasial rendah terhadap kreativitas. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang memiliki kreativitas yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah. Hal tersebut
dikarenakan faktor lingkungan belajar siswa, di mana pada kegiatan belajar
mengajar siswa saling bekerja sama satu sama lain dengan anggota
kelompoknya, sehingga siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang
dan rendah memiliki kreativitas yang sama. Selain itu, bisa juga dipengaruhi
oleh kecerdasan yang lain. Dimungkinkan siswa yang memiliki kemampuan
spasial sedang dan rendah memiliki intelegensi lainnya yang lebih tinggi
daripada kemampuan spasial. Hal tersebut mengakibatkan siswa dengan
kemampuan spasial sedang dan siswa yang memiliki kemampuan spasial
rendah memiliki kreativitas yang sama.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan dengan sel tak
commit to user
sama diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝐴𝐵 = 2,16 lebih kecil daripada 𝐹𝛼 = 3,000,
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

sehingga 𝐻0𝐴𝐵 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan spasial terhadap prestasi belajar dan kreativitas.
Berdasarkan hasil uji hipotesis univariat dua sel tak sama data prestasi dan
kreativitas diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝐴𝐵 < 𝐹𝛼 , sehingga 𝐻0𝐴𝐵 diterima. Hal
ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
spasial terhadap prestasi belajar dan kreativitas. Untuk itu, simpulan yang
digunakan untuk melihat keterkaitan pada setiap model pembelajaran dengan
kemampuan spasial mengikuti pada hipotesis satu dan hipotesis dua.
a. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER berbasis mind
mapping, siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial
sedang dan rendah, serta siswa yang memilik kemampuan spasial sedang
memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah.
b. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER, siswa dengan
kemampuan spasial tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah, serta
siswa yang memilik kemampuan spasial sedang memiliki prestasi belajar
yang sama dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
c. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER berbasis mind
mapping, siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang
dan rendah, serta siswa yang memilik kemampuan spasial sedang memiliki
kreativitas yang sama dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial
rendah.
d. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER, siswa dengan
kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah, serta siswa
yang memilik kemampuan spasial sedang memiliki kreativitas yang sama
dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa kesamaan dengan


hipotesis dan hasil penelitian, akan tetapi terdapat perbedaan dengan hipotesis
penelitian yaitu pada penelitian ini model pembelajaran MURDER berbasis
mind mapping maupun model pembelajaran MURDER, siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang memiliki kreativitas yang sama baiknya dengan
siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah. Hipotesis penelitian pada
model pembelajaran MURDER berbasis mind mapping maupun pada model
pembelajaran MURDER, siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang
memiliki kreativitas yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan
spasial rendah.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan dengan sel tak
sama diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝐴𝐵 = 2,16 lebih kecil daripada 𝐹𝛼 = 3,000,
sehingga 𝐻0𝐴𝐵 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan spasial terhadap prestasi belajar dan kreativitas.
Berdasarkan hasil uji hipotesis univariat dua sel tak sama data prestasi diperoleh
nilai statistik uji uji 𝐹𝐴𝐵 < 𝐹𝛼 , sehingga 𝐻0𝐴𝐵 diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan spasial terhadap
prestasi belajar. Untuk itu, simpulan yang digunakan dalam melihat keterkaitan
pada setiap kemampuan spasial dengan model pembelajaran mengikuti pada
hipotesis satu dan hipotesis dua.
a. Siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi, siswa yang dikenai model
pembelajaran MURDER berbasis mind mapping mempunyai prestasi
belajar yang sama dengan siswa yang dikenai model pembelajaran
MURDER. Siswa yang dikenai model pembelajaran MURDER berbasis
mind mapping mempunyai kreativitas yang lebih baik dari siswa yang
dikenai model pembelajaran MURDER.
b. Siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang, siswa yang dikenai model
pembelajaran MURDER berbasis mind mapping mempunyai prestasi
belajar yang sama dengan siswa yang dikenai model pembelajaran
commit to user
MURDER. Siswa yang dikenai model pembelajaran MURDER berbasis
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

mind mapping mempunyai kreativitas yang lebih baik dari siswa yang
dikenai model pembelajaran MURDER.
c. Siwa yang memiliki kemampuan spasial rendah, siswa yang dikenai model
pembelajaran MURDER berbasis mind mapping mempunyai prestasi
belajar yang sama dengan siswa yang dikenai model pembelajaran
MURDER. Siswa yang dikenai model pembelajaran MURDER berbasis
mind mapping mempunyai kreativitas yang lebih baik dari siswa yang
dikenai model pembelajaran MURDER.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa kesamaan dengan
hipotesis dan hasil penelitian, akan tetapi terdapat perbedaan dengan hipotesis
penelitian yaitu pada hasil penelitian ini siswa yang memiliki kemampuan
spasial tinggi, sedang dan rendah, siswa yang dikenai model pembelajaran
MURDER berbasis mind mapping mempunyai prestasi yang sama dengan
siswa yang dikenai model pembelajaran MURDER. Hipotesis penelitian ini
siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi, sedang dan rendah, siswa yang
dikenai model pembelajaran MURDER berbasis mind mapping mempunyai
prestasi yang lebih baik daripada siswa yang dikenai model pembelajaran
MURDER.

C. Keterbatasan Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan terdapat beberapa hal yang menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Waktu pelaksanaan yang ditargetkan dalam proses pembelajaran terkadang
tidak sesuai dengan kenyataan, antara lain waktu pelaksanaan eksperimen yang
singkat dan sering terpotong adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
sekolah, sehingga mengakibatkan pembelajaran yang tidak maksimal.
2. Beberapa jadwal pelajaran matematika dilakukan pada waktu siang hari
sehingga kondisi otak dan fisik peserta didik tidak sebaik jika belajar pada
waktu pagi hari.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

3. Tidak terdapat data rendahnya kreativitas sebelum dilakukan penelitian. Dalam


latar belakang penelitian ini hanya disebutkan pentingnya kreativitas dalam
pendidikan.
4. Kemungkinan masih adanya ketidakjujuran siswa dalam mengerjakan soal tes
prestasi, angket kreativitas dan tes kemampuan spasial sehingga dapat
mempengaruhi data yang diperoleh peneliti.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai