id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini akan disajikan deskripsi data berdasarkan data yang
diperoleh dalam penelitian. Deskripsi data yang akan disajikan meliputi mean
(M), modus (Mo), standar deviasi (SD), nilai maksimum, nilai minimum dan
distribusi frekuensi.
a. Data Kemampuan Awal
Data kemampuan awal siswa yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah data prestasi belajar dan kreativitas siswa sebelum dilaksanakan
eksperimentasi. Data kemampuan awal prestasi belajar matematika siswa
diperoleh dari nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) dan kreativitas siswa
diperoleh dari angket kreativitas yang diberikan kepada siswa sebelum
dilaksanakan eksperimen.
Berdasarkan data kemampuan awal dari siswa kelas eksperimen satu
(kelas MURDER berbasis mind mapping) dan kelas eksperimen kedua
(kelas MURDER) diperoleh deskripsi data prestasi belajar matematika dan
kreativitas siswa sebagai berikut.
79
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
eksperimen 2 yaitu 66, 72 > 64, 90. Rerata skor kreativitas siswa
eksperimen 1 lebih baik dari pada skor kreativitas siswa kelas eksperimen 2
yaitu 101, 83 > 100, 97. Modus nilai prestasi belajar dan kreativitas siswa
eksperimen 1 sebesar 60 dan 99, sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 66
dan 109. Median nilai prestasi belajar dan kreativitas siswa eksperimen 1
sebesar 60 dan 101, sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 66 dan 100, 5.
Nilai maksimum pada nilai prestasi belajar dan Skor maksimum pada
kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 100 dan 132, sedangkan siswa
eksperimen 2 sebesar 96 dan 129. Nilai minimum pada nilai prestasi belajar
dan Skor minimum pada kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 40 dan 70,
sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 32 dan 65. Standar deviasi pada nilai
prestasi belajar dan kreativitas siswa eksperimen 1 sebesar 17, 22 dan 12,
98, sedangkan siswa eksperimen 2 sebesar 13, 34 dan 13, 62. Perhitungan
data kemampuan awal siswa selengkapnya terdapat pada Lampiran 13.3.
b. Data Penelitian
Data penelitian merupakan data hasil penelitian berupa nilai tes
prestasi belajar matematika, nilai kemampuan spasial dan skor angket
kreativitas siswa yang diperoleh setelah diberikan pembelajaran dengan
masing-masing model pembelajaran.
Berdasarkan data penelitian dari siswa kelas eksperimen satu (kelas
MURDER berbasis mind mapping) dan kelas eksperimen kedua (kelas
MURDER) diperoleh deskripsi data prestasi belajar matematika,
kemampuan spasial dan kreativitas siswa sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
b. Data Penelitian
1) Uji Normalitas Multivariat
Rangkuman hasil uji normalitas dari data penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.6 berikut.
Rangkuman analisis variansi multivariat dua jalan sel tak sama penelitian
ini disajikan dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Variansi Multivariat Dua Jalan Sel Tak Sama
Data Penelitian
Sumber Keputusan
SSCP dk 𝐹𝑜𝑏𝑠 Fα
Variasi Uji
359,128 453,68 𝐻 0𝐴
Faktor A [ ] 1 3,8 3,00 ditolak
453,68 573,135
5875,04 5954,91 𝐻0𝐵
Faktor B [ ] 2 22,23 2,37 ditolak
5954,91 6040,07
335,418 423,218 𝐻0𝐴𝐵
Interaksi [ ] 2 2,157 2,37 diterima
423,218 746,808
16476,07 429,43
Galat [ ] 165
429,43 22145,07
16476,07 429,432
Total [ ] 170
429,432 47227,96
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan sel tak sama
menggunakan statistik uji Wilk’s diketahui bahwa pada model pembelajaran dan
kemampuan spasial, 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 , akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠 ∈ 𝐷𝐾, sedangkan interaksi
diantara dua variabel bebas diperoleh 𝐹𝑜𝑏𝑠 ≤ Fα, akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠 𝐷𝐾. Jadi, dapat
disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% H0A dan H0B ditolak sedangkan H0AB
diterima.
Artinya bahwa :
a. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika dan kreativitas antara
siswa yang menggunakan model pembelajaran MURDER berbasis mind
mapping dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
MURDER
b. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika dan kreativitas antara
siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi, sedang dan rendah.
c. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan
spasial pada prestasi dan kreativitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
4. Uji Lanjut
Berdasarkan hasil uji hipotesis telah dihasilkan penolakan H0A dan H0B.
Karena yang ditolak H0A dan H0B, maka uji lanjut yang digunakan adalah uji
univariat dua jalan sel tak sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
efek pada masing-masing variabel terikat yaitu prestasi belajar dan kreativitas
siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat pada Lampiran 16.1,
rangkuman hasil uji ANAVA dua jalan data prestasi belajar tampak seperti
Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji ANAVA Dua Jalan Data Prestasi
Keputusan
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Uji
Faktor A 359,13 1 359,128 3,59 3,89 H0 diterima
Faktor B 4989,06 2 2494,53 24,98 3,05 H0 ditolak
Interaksi 375,65 2 187,82 1,88 3,05 H0 diterima
Galat 16476,075 165 99,85
Total 22199,9 170
Rangkuman hasil uji ANAVA dua jalan data prestasi belajar tampak
seperti Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji ANAVA Dua Jalan Data Kreativitas
Keputusan
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Uji
Faktor A 5573,135 1 573,135 4,27 3,89 H0 ditolak
Faktor B 5129,23 2 2564,61 19,11 3,05 H0 ditolak
Interaksi 723,66 2 361,83 2,69 3,05 H0 diterima
Galat 22145,09 165 134,21
Total 28571,09 170
Berdasarkan hasil analisis variansi univariat dua jalur sel tak sama, untuk
taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa: 1) tidak terdapat perbedaan
efek antara model pembelajaran pada prestasi belajar, tetapi terdapat perbedaan
efek pada kreativitas siswa. 2) terdapat perbedaan efek antara kemampuan
spasial pada prestasi belajar matematika dan kreativitas. 3) tidak terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian mencoba menguraikan keterkaitan hasil
penelitian dengan hipotesis penelitian, teori-teori, atau penelitian yang relevan, agar
diperoleh simpulan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembahasan
penelitian ini disajikan sebagai berikut.
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan dengan sel tak
sama diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝐴 = 3,8 lebih besar daripada 𝐹𝛼 = 3,000,
sehingga 𝐻0𝐴 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan efek model
pembelajaran terhadap prestasi belajar dan kreativitas. Untuk mengetahui
perbedaan rerata maka perlu dilakukan uji lanjut yaitu menggunakan uji
univariat dua jalan dengan sel tak sama.
a. Uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama data prestasi belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama dengan
data prestasi belajar siswa menghasilkan bahwa 𝐹𝐴 = 3,596 lebih kecil
daripada 𝐹𝛼 = 3,898, sehingga 𝐻0𝐴 untuk data prestasi diterima. Hal ini
berarti tidak ada perbedaan efek antara model pembelajaran pada prestasi
belajar. Ini berarti model pembelajaran MURDER berbasis mind mapping
sama baiknya dengan model pembelajaran MURDER.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa siswa yang diberikan model pembelajaran MURDER berbasis mind
mapping memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
commit to user
diberikan model pembelajaran MURDER. Hal tersebut dikarenakan pada
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyebutkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah. Penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian berdasarkan Harmony (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa kelas VII SMPN 9 Kota Jambi memiliki kemampuan spasial
yang tinggi dan memberikan sumbangan besar terhadap hasil belajar siswa.
Kemampuan spasial tinggi siswa lebih mudah memvisualisasikan geometri
sehingga prestasi belajar siswa dengan kemampuan spasial tinggi
memperoleh prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa
yang memiliki kemampuan spasial tinggi mempunyai tingkat pemahaman
yang tinggi terhadap penguasaan bangun ruang.
Selaian itu, ketika proses pembelajaran siswa dengan kemampuan
spasial tinggi akan lebih mudah dalam membayangkan dan
menvisualisasikan soal-soal yang berkaitan dengan bangun ruang walaupun
soal tidak disertai dengan gambarnya. Akan tetapi, untuk siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah kesulitan dalam
mengerjakan soal bangun ruang yang tidak diketahui gambarnya. Akibatnya
prestasi belajar siswa dengan kemampuan sedang dan rendah cenderung
lebih rendah daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.2 = 𝜇1.3, terlihat
bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 < 𝐹𝛼 yaitu 4,133 < 6,102. Artinya, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kemampuan spasial sedang dan kemampuan spasial
rendah terhadap prestasi belajar. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang memberikan efek yang sama dengan
kemampuan spasial rendah terhadap prestasi belajar.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
commit
menyebutkan bahwa siswa yangtomemiliki
user kemampuan spasial sedang
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id
belum tentu memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kemampuan spasial rendah. Berdasarkan hasil uji lanjut dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang
memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah cenderung sama untuk menguasai
materi-materi bangun ruang. Kemungkinan yang lain adalah model
pembelajaran yang digunakan dapat memotivasi siswa dengan kemampuan
spasial sedang dan rendah memiliki prestasi belajar yang sama baiknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Faradhila, Sujad, dan Kuswardi
(2013) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial
tinggi menghasilkan prestasi belajar belajar yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah, sedangkan siswa
yang memiliki kemampuan spasial sedang memiliki prestasi belajar yang
sama baiknya dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
b. Uji hipotesis univariat dua jalan dengan sel tak sama data kreativitas
Berdasarkan uji hipotesis univariat dua jalan sel tak sama dengan data
prestasi belajar siswa menghasilkan bahwa 𝐹𝐵 = 19,11 lebih besar
daripada 𝐹𝛼 = 3,05, sehingga 𝐻0𝐵 untuk data kreativitas ditolak. Untuk
melihat kreativitas manakah yang memberikan pengaruh yang lebih baik
secara signifikan, maka selanjutnya dilakukan uji komparasi ganda pada
masing-masing kemampuan spasial. Uji yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Scheffe’.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.1 = 𝜇1.2, terlihat
bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 yaitu 18,98 > 6, 102. Artinya, terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan spasial tinggi dan kemampuan spasial sedang
terhadap kreativitas. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki kemampuan
spasial tinggi mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang. Berdasarkan hasil uji komparasi
ganda untuk 𝜇1.1 = 𝜇1.3 , terlihat bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 > 𝐹𝛼 yaitu 47,56 > 6, 102.
commit to user
Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan spasial
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id
tinggi dan kemampuan spasial rendah terhadap kreativitas. Ini berarti bahwa
siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas yang
lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyebutkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi
mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang dan rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa
yang memiliki kemampuan spasial yang tinggi, siswa tersebut akan
memiliki ide-ide yang kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang berhubungan dengan bangun ruang.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda untuk 𝜇1.2 = 𝜇1.3, terlihat
bahwa 𝐹𝑜𝑏𝑠 < 𝐹𝛼 yaitu 3,57 < 6, 102. Artinya, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kemampuan spasial sedang dan kemampuan spasial
rendah terhadap kreativitas. Ini berarti bahwa siswa yang memiliki
kemampuan spasial sedang memberikan efek yang sama dengan
kemampuan spasial rendah terhadap kreativitas. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan spasial sedang memiliki kreativitas yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah. Hal tersebut
dikarenakan faktor lingkungan belajar siswa, di mana pada kegiatan belajar
mengajar siswa saling bekerja sama satu sama lain dengan anggota
kelompoknya, sehingga siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang
dan rendah memiliki kreativitas yang sama. Selain itu, bisa juga dipengaruhi
oleh kecerdasan yang lain. Dimungkinkan siswa yang memiliki kemampuan
spasial sedang dan rendah memiliki intelegensi lainnya yang lebih tinggi
daripada kemampuan spasial. Hal tersebut mengakibatkan siswa dengan
kemampuan spasial sedang dan siswa yang memiliki kemampuan spasial
rendah memiliki kreativitas yang sama.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan dengan sel tak
commit to user
sama diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝐴𝐵 = 2,16 lebih kecil daripada 𝐹𝛼 = 3,000,
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id
sehingga 𝐻0𝐴𝐵 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan spasial terhadap prestasi belajar dan kreativitas.
Berdasarkan hasil uji hipotesis univariat dua sel tak sama data prestasi dan
kreativitas diperoleh nilai statistik uji 𝐹𝐴𝐵 < 𝐹𝛼 , sehingga 𝐻0𝐴𝐵 diterima. Hal
ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
spasial terhadap prestasi belajar dan kreativitas. Untuk itu, simpulan yang
digunakan untuk melihat keterkaitan pada setiap model pembelajaran dengan
kemampuan spasial mengikuti pada hipotesis satu dan hipotesis dua.
a. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER berbasis mind
mapping, siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial
sedang dan rendah, serta siswa yang memilik kemampuan spasial sedang
memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa yang memiliki
kemampuan spasial rendah.
b. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER, siswa dengan
kemampuan spasial tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah, serta
siswa yang memilik kemampuan spasial sedang memiliki prestasi belajar
yang sama dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
c. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER berbasis mind
mapping, siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang
dan rendah, serta siswa yang memilik kemampuan spasial sedang memiliki
kreativitas yang sama dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial
rendah.
d. Pada model pembelajaran kooperatif tipe MURDER, siswa dengan
kemampuan spasial tinggi mempunyai kreativitas yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki kemampuan spasial sedang dan rendah, serta siswa
yang memilik kemampuan spasial sedang memiliki kreativitas yang sama
dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id
mind mapping mempunyai kreativitas yang lebih baik dari siswa yang
dikenai model pembelajaran MURDER.
c. Siwa yang memiliki kemampuan spasial rendah, siswa yang dikenai model
pembelajaran MURDER berbasis mind mapping mempunyai prestasi
belajar yang sama dengan siswa yang dikenai model pembelajaran
MURDER. Siswa yang dikenai model pembelajaran MURDER berbasis
mind mapping mempunyai kreativitas yang lebih baik dari siswa yang
dikenai model pembelajaran MURDER.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa kesamaan dengan
hipotesis dan hasil penelitian, akan tetapi terdapat perbedaan dengan hipotesis
penelitian yaitu pada hasil penelitian ini siswa yang memiliki kemampuan
spasial tinggi, sedang dan rendah, siswa yang dikenai model pembelajaran
MURDER berbasis mind mapping mempunyai prestasi yang sama dengan
siswa yang dikenai model pembelajaran MURDER. Hipotesis penelitian ini
siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi, sedang dan rendah, siswa yang
dikenai model pembelajaran MURDER berbasis mind mapping mempunyai
prestasi yang lebih baik daripada siswa yang dikenai model pembelajaran
MURDER.
C. Keterbatasan Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan terdapat beberapa hal yang menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Waktu pelaksanaan yang ditargetkan dalam proses pembelajaran terkadang
tidak sesuai dengan kenyataan, antara lain waktu pelaksanaan eksperimen yang
singkat dan sering terpotong adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
sekolah, sehingga mengakibatkan pembelajaran yang tidak maksimal.
2. Beberapa jadwal pelajaran matematika dilakukan pada waktu siang hari
sehingga kondisi otak dan fisik peserta didik tidak sebaik jika belajar pada
waktu pagi hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id
commit to user