Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Skor Angket Kemandirian Belajar
Data tentang kemandirian belajar diperoleh dari angket
kemandirian belajar, selanjutnya data dikelompokkan dalam tiga kategori
´ gab) dan standar deviasi gabungan ( S gab
berdasarkan rata-rata gabungan (❑
´ gab= 60,4 dan S gab= 16. Adapun
). Dari hasil perhitungan diperoleh ❑
penentuan kategori kemandirian belajar dapat di lihat pada tabel 4.1
sebagai berikut.
Tabel 4.1
Penentuan Kategori Kemandirian Belajar
Kategori Nilai
Tinggi x > 68,40
Sedang 52,40 ¿ x ¿ 68.40
Rendah x < 52,40

Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan untuk skor dari 68,40


dikategorikan kemandirian belajar tinggi, untuk skor 52,40 sampai
dengan 68,40 dikategorikan kemandirian belajar sedang, dan untuk skor
kurang dari 52,40 dikategorikan kemandirian belajar rendah. Berdasarkan
kategori ini untuk kelas eksperimen 1 dan eksperimen dua dapat dilihat
pada tabel 4.2 sebahai berikut.
Tabel 4.2
Jumlah Siswa Dengan kategori
Kategori Eksperimen 1 Kesperimen 2
Tinggi 10 siswa 7 siswa
sedang 10 siswa 10 siswa
Rendah 9 siswa 12 siswa
Jumlah 29 siswa 29 siswa

2. Deskripsi Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

74
75

Berikut ini deskripsi data tes kemampuan komunikasi matematis


yang disajikan berdasarkan rancangan design factorial 2 x 3 untuk di
analisis menggunakan analisis variandi dua jalan dengan sel tak sama.
a. Deskripsi Data Hasil Post-Test Siswa Berdasarkan Kategori Model
Pembelajaran
Berikut ini disajikan rangkuman deskripsi data dan hasil
post-test siswa berdasarkan kategori model pembelajaran yaitu
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Creative
Problem Solving (CPS). (data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran E-1)
Tabel 4.3
Deskripsi Data Hasil
Post-Test Siswa Pada Kategori Model Pembelajaran
Model Pembelajaran N X min X max X́
Problem Based Learning 29 50 100 70,07
Creative Problem Solving 29 50 100 66,97

Dari Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang


diperoleh siswa dengan model pembelajaran PBL yaitu 70
sedangkan siswa dengan model CPS memperoleh nilai rata-rata
yaitu 67.
b. Deskripsi data hasil post-test siswa berdasarkan kategori model
pembelajaran dan kemandirian belajar
Berikut ini disajikan data hasil post-test siswa berdasarkan
kategori model pembelajaran dan kemandirian belajar (data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E-2)

Tabel 4.4
76

Deskripsi Data Hasil Post-Test Siswa Pada Kategori Model


Pembelajaran dan Kemandirian Belajar
Kompone Kemandirian Belajar
MP
n Tinggi Sedang Rendah
N 10 10 9
x min 80 63 50
PBL x max 100 70 60
x́ 87,60 66,50 54,56
S 7,38 3,03 3,64
N 7 10 12
x min 80 65 50
CPS x max 100 73 58
x́ 89,29 68,70 52,50
S 6,73 3,06 2,50

Dari Tabel 4.4, pada model pembelajaran PBL nilai rata-rata


siswa dengan kategori kemandirian belajar tinggi yaitu 87,6
sedangkan untuk sedang dan rendah yaitu 66,22 dan 53,88. Pada
model CPS nilai rata-rata siswa dengan kategori kemandirian belajar
tinggi yaitu 89,29 sedangkan untuk sedang dan rendah yaitu 68,7 dan
51,7.
B. Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakuan uji
keseimbangan dengan menggunakan data ulangan harian. Uji
keseimbangan dilakukan untuk melihat apakah kedua kelas memiliki
kemampuan awal yang sama dan layak untuk dibandingkan. Uji
prasyarat yang digunakan dalam rangka uji keseimbangan adalah uji
normalitas dan uji homogenitas. Sebelum dilakukan uji keseimbangan
kedua sampel di uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji
homogenitas dengan uji F.

a. Uji Normalitas
77

Hasil uji normalitas data ulangan harian kelas eksperimen 1 dan


kelas eksperimen 2 dapat dilihat secara lengkap pada lampiran D.3.
Adapun hasil rangkuman uji normalitas tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Kelas N Lobs Ltabel Keputusan Uji Kesimpulan
Eksperimen 1 29 0,092 0.161 H 0 diterima Normal
Eksperimen 2 29 0,0811 0,161 H 0diterima Normal
Dari tabel 4.5 terlihat L
bahwa obs kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 kurang dari Ltabel berarti pada taraf signifikan 5% H 0
kedua kelas diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas data ulangan harian kelas eksperimen 1
dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat secara lengkap pada lampiran
D.3. Adapun hasil rangkuman uji normalitas tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.6 sebagai berikut
. Tabel 4.6
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Kelas Lobs Ltabel Keputusan Uji Kesimpulan
Eksperimen 1dan 2 1,69 1,84 H 0 diterima homogen
Dari tabel 4.6 terlihat bahwa Lobs kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 kurang dari Ltabel berarti pada taraf signifikan 5% H 0
kedua kelas diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
variansi kedua populasi dalah sama (homogen).
Selanjutnya dilakukan uji keseimbangan untuk menguji
kesamaan rerata siswa pada kedua kelas sebelum diberikan
perlakuan berbeda. Berdasarkan hasil analisis uji t diperoleh nilai
F hitung = -0,81 dengan nilai F 0,5;56 = 2,0006, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua kelas tersebut memiliki kesamaan rerata. (perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.3).
78

2. Uji Prasyarat
Sebelum data post-test siswa tersebut diuji dengan anava dua jalan
sel tak sama, data tersebut terlebih dahulu diuji prasyarat anava yaitu uji
normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan sebanyak 5 kali
yaitu uji normalitas hasil post-test berdasarkan baris dan kolom.
Berdasarkan baris yaitu pada model pembelajaran PBL dan CPS.
Berdasarkan kolom yaitu pada kemandirianbelajar tinggi, sedang, dan
rendah. Uji homogenitas dilakukan sebanyak 2 kali yaitu antara model
pembelajaran PBL dan CPS. serta antara kategori pada kemandirian
belajar tinggi, sedang, dan rendah. Rangkuman hasil uji normalitas dan
homogenitas dapat dilihat pada tabel-tabel berikut (Perhitungan
selengkapnya terlampir di Lampiran E-3).
Tabel 4.7
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Model Pembelajaran dan Kategori Kemandirian Belajar

Lmaks Ltabel Keputusan


Normalitas N Kesimpulan
Uji
Problem Based
29 0,1101 0,161 Ho diterima Normal
Learning
Creative
Problem 29 0,1390 0,161 Ho diterima Normal
Solving
Kemandirian
18 0,1094 0,2 Ho diterima Normal
Belajar Tinggi
Kemandirian
18 0,1356 0,2 Ho diterima Normal
Belajar Sedang
Kemandirian
22 0,1104 0,173 Ho diterima Normal
Belajar Rendah

Dari Tabel 4.7, semua keputusan uji H 0 dietrima. Hal ini berarti
untuk setiap kategori model pembelajaran (PBL dan CPS) maupun
kategori kemandirian belajar (tinggi, sedang dan rendah) berasal dari
populasi yang berdistribusi normal (perhitungan selengkapnya terlampir
di Lampiran E-3).
Tabel 4.8
79

Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Model Pembelajaran

F hitung F tabel Keputusan


Homogenitas Kriteria Kesimpulan
Uji
H 0diterim
PBL dan CPS 1,06 1,84 F h< F t Homogen
a
Tinggi, sedang H 0diterim
2,29 3,84 F h< F t Homogen
dan rendah a

Dari Tabel 4.8, semua keputusan uji H 0 diterima. Hal ini berarti
untuk setiap kategori model pembelajaran (PBL dan CPS) maupun
kategori kemandirianbelajar (tinggi, sedang dan rendah) berasal dari
populasi yang mempunyai variansi yang sama (homogen) (perhitungan
selengkapnya terlampir di Lampiran E-4).
3. Uji Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan (2 x 3) Dengan Sel Tak Sama
Untuk pengujian hipotesis dilakukan uji analisis variansi dua jalan.
Berikut disajikan data hasil perhitungan menggunakan uji analisis
variansi dua jalan(2 x 3) dengan sel tak sama dengan tingkat signifikansi
5%. Sebelum dilakukan analisis inferensial dengan teknik analis variansi
terlebih dahulu dilakukan analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif data
masing-masing kelompok sampel penelitian kemudian dilanjutkan
dengan melakukan analisis variansi.
Tabel 4.9
Data Amatan, Rerata dan Jumlah Kuadrat Deviasi
KEMANDIRIAN BELAJAR
MP
Tinggi Sedang Rendah
N 10 N 10 N 9
jumla Jumla jumla
h 88 h 595 h 431
PBL x́ 87,60 x́ 66,11 x́ 53,88
2 2 2
x 77228 x 39405 x 23293
C 76737,6 C 35402,5 C 20640
SS 490 SS 4002,5 SS 2652,9
CPS N 7 N 10 N 12
jumla 625 Jumla 687 jumla 517
h h h
80

x́ 89,29 x́ 68,7 x́ 51,7


x2 56075 x2 47281,0 x 2
26755,0
C 55803 C 47196,9 C 2274,08
SS 271,4 SS 106,3 SS 106,3
Hasil uji analisis variansi dua jalan (2 x 3) dengan sel tak sama,
sebagai berikut. (perhitungan selengkapnya terlampir di Lampiran E-5).
Tabel 4.10
Rerata dan Jumlah Rerata
KEMANDIRIAN BELAJAR
MP Total (G) Rerata
Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)
PBL 87,6 66,11 53,88 207,59 69,90
CPS 89,29 68,7 51,7 209,69 68,20
Total 176,89(B1) 134,81(B2) 105,58(B3) 417,28(G)
Rerat
88,45 67,41 52,79
a

Tabel 4.11
Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK Dk RK F obs F p
Model pembelajaran (A) 26,7 1 26,7 4,64 4,03 
Kemandirian Belajar (B) 12188,93 2 2094,46 3,75 3.18 < 0,05
Interaksi (AB) 4975,85 2 2487,92 3,08 3,18  0,05
Galat 29021,16 52 558,09      
Total 34954,68 57      
Kesimpulan:
H 0 A ditolak, H 0 B ditolak, dan H 0 AB diterima. Hal ini tampak pada
Tabel 4.8 yang menunjukkan bahwa:
a. Pada efek utama baris (A), H 0 A ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan kemampuan matematis antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran (PBL) dan (CPS) pada materi relasi. Dengan
kata lain model pembelajaran tidak berpengaruh terhadap komunikasi
masalah matematis siswa.
b. Pada efek utama kolom (B), H 0 B ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang
memiliki minat belajar tinggi, sedang, dan rendah pada materi relasi.
81

Dengan kata lain kemandirian belajar berpengaruh terhadap


kemampuan komunikasi matematis siswa.
c. Pada efek utama interaksi (AB), H 0 AB diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran (model pembelajaran
PBL dan CPS) dan kemandirian belajar siswa (tinggi, sedang dan
rendah) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
4. Uji Lanjut Pasca Anava
Uji lanjut pasca anava di lakukan dengan menggunakan metode
Scheffe berdasarkan perhitungan analisis varians dua jalan dengan sel tak
sama telah diperoleh keputusan uji bahwa H 0 A diterima, H 0 B ditolak, dan
H 0 C ditolak. Hal ini berarti terdapar perbedaan kemampuan komunikasi
matemtis pada masing-masing kategori kemandirian belajar siswa pada
materi relasi. Karena variabel memiliki tiga kategori (tinggi, sedang, dan
rendah), maka uji komparasi rerata antar kolom perlu dilakukan untuk
mengetahui perbedaan rerata setiap pasang kolom, sehingga dapat
diketahui kemandirian belajar mana yang memberikan kemampuan
komunikasi matematis yang lebih baik atau sama baiknya dalam materi
relasi dan fungsi. Setelah dilakukan perhitungan dengan metode Scheffe
di peroleh hasil uji komparasi rerata antar kolom yang terangkum pada
tabel 4.12 sebagai berikut. (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran E.6)
Tabel 4.12
Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
No H0 F obs F 0,05; 2;52 Keputusan
1 μ.1 = μ.2 7,66 6,34 H 0 ditolak
2 μ.1 ¿ μ.3 19,40 6,34 H 0 ditolak
3 μ.2 = μ.3 2,76 6,34 H 0 diterima

Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi rerata antar kolom


pada tabel 4.10, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
82

a. μ.1 =¿ μ.2 ( H 0 ditolak) hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan


komunikasi matematis siswa dengan kemandirian belajar tinggi dan
sedang.
b. μ.1 =μ.3( H 0 ditolak) hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis dengan kemandirian belajar tinggi dan
rendah.
c. μ.2 = μ.3 ( H 0 diterima) hal ini berarti tidak terdapat perbedaan
kemampuan komunikasi matematis dengan kemandirian belajar
sedang dan rendah.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa “Model
pembelajaran PBL akan memberikan kemampuan pemecahan masalah
yang lebih baik daripada model pembelajaran CPS”. Berdasarkan analisis
varians dua jalan dengan sel tak sama pada tabel 4.8 di peroleh F a=4,64
> F 0,05; 1;52 4,03 sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan
kemampuan komunikasi matematis siswa antara model pembelajaran
PBL dan CPS pada materi relasi. Besarnya kempauan komunikasi
matematis siswa dengan mode PBL diperoleh nilai 69,90 dan besarnya
kempuan komunikasi matematis dengan model CPS diperoleh nilai
68,20. Dengan besarnya rataan nilai tersebut terdapat rentang nilai
dengan rataan yang hampir sama. Oleh karena itu model pembelajaran
PBL dan model pembelajaran CPS tidak berpengaruh pada kemampuan
komunikasi matematis siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rybczynski dan Schusser (2013) yang mengatakan bahwa
model pembelajara bukan faktor penting dalam mendorong sikap siswa,
akan tetapi karakteristik siswa lah yang di identifikasi sebagai faktor
yang mempengaruhi sikap siswa.
Tidak terpenuhinya hipotesis pertama ini dikarenakan pada
landasan teori bab sebelumnya bahwa kedua model pembelajaran sama-
sama berupaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis. Dalam
83

kegiatan belajar mengajar, kelas eksperiman 1 menggunakan model PBL


dan kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran CPS. Kedua
model pembelajaran tersebut hamper sama perosesnya,yak ni dengan
membentuk kelompok 5-6 orang siswa, kemudian guru memberikan LKS
untuk dipelajarai dan di diskusikan dengan masing-masing kelompoknya,
dan ketua kelompok memastikan setiap anggota paham. Adapun
perbedaanya yaitu kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran
ini lebih aktif, lebih baik pula dalam bersikap, sedangkan pada kelas
eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran CPS lebih gaduh
ketika jam pembelajaran dan keatifanya dalam diskusi kurang.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa “siswa
denagn kemandirian belajar tinggi memiliki kemampuan komunikasi
lebih babaik daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang.
Sedangkan siswa dengan kemandirian tinggi memiliki kemampuan
komunikasi matematis lebih baik dengan siswa dengan kemandirian
rendah”. Dari hasis analisis varians dua jalan dengan sel tak sama pada
tabel 4.8 diperoleh F a=3,75 F 0,05; 1;52 3,18 sehingga H 0 B ditolak. Hal ini
berarti terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara
siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah.
Berdasarkan pasca uji anava dengan metode scheffe di peroleh nilai
F 1−2 = 7,66; F 1−3 = 19,40; F 2−3 = 6,76; DK = {F F > 6,34}, sehingga
dapat disimpulkan bahwa:
a. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan sedang
secara signifikan memiliki kemampuan komunikasi matematis
berbeda. Perbedaan tersebut sesusi dengan perhitungan dengan
menggunakan uji lanjut yang tertera pada tabel 4.9 bahwa F 1−2 =
7,66 > F tabel6,34. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis antara siswa dengan kemandirian tinggin
dan sedang.
84

b. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan rendah


memiliki kemampuan komunikasi matematis yang berbeda.
Perbedaan tersbut sesuai dengan perhitungan dengan menggunakan
uji lanjut yang terdapat pada tabel 4.9, bahwa F 1−3 = 19,40 > F tabel
6,34 hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan komunikasi
matematis antara siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi
dan sedaang.
c. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dan rendah
secara signifikan tidak memiliki kekampuan komunikasi matematis
yang berbeda. Perbedaan tersebut sesuai dengan perhitungan
menggunakan uji lanjut yang tertera pada tabel 4.9, F 2−3 = 6,76 >
F tabel6,34. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis antara siswa yang memiliki kemandirian
belajar sedang dan rendah.
3. Hipotesis Ketiga dan Keempat
Dari hasi perhitungan analisis varians dua jalan dengan sel tak
samapada tabel 4.8, di peroleh F ab 4,64 > F tabel 4,03 maka F ab diterima.
Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan
kemandirian belajar terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa
pada materi relasi. Karena terdapat interaksi antara model pembelajaran
dan kemandirian belajar siswa terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa, maka perbandingan antara model pembelajaran PBL
dan CPS untuk masing-masing kategori mengikuti perbandingan rerata
marginal. Dengan tidak adanya interaksi mengakibatkan:
a. Pada model pembelajran PBL, siswa dengan kemandirian belajar
tinggi memberikan kemampuan komunikasi matematis yang lebih
baik dari pada siswa dengan kemandirian belajar sedang dan
rendah. Sedangkan siswa dengan kemandirian belajar sedang
memberikan kemampuan komunikasi sama dengan siswa dengan
kemandirian belajar rendah.
85

b. Pada model pembelajaran CPS, siswa dengan kemandirian belajar


tinggi memnerikan kemampuan komunikasi matematis lebih baik
daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang. Sedangkan
siswa dengan kemandirian belajar sedang memberikan kemampuan
komunikasi matematis yang sama baiknya dengan siswa dengan
kemandirian belajar rendah.
c. Pada siswa dengan kemandirian belajar tinggi, pembelajaran
dengan model PBL memberikan kemampuan komunikasi
matematis yang sama baiknya dengan model pembelajaran CPS.
d. Pada siswa dengan kemandirian belajar sedang, pembelajaran
dengan model PBL memberikan kemampuan komunikasi
matematis yang sama baiknya dengan model pembelajaran CPS.
e. Pada siswa dengan kemandirian belajar rendah, pembelajaran
dengan pembelajaran PBL memberikan kemampuan komunikasi
matematis yang sama baiknya dengan model pembelajaran CPS.
D. Kelemahan Dalam Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 13 Pontianak ini terdapat
beberapa kelemahan. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut adalah:
1. Peneliti masih sulit dalam mengelola kelas, sehingga dalam proses
pembelajaran masih ada beberapa siswa yang belum mematuhi peraturan.
2. Pembagian siswa dalam kelompok belajar secara heterogen (campuran
kemampuan siswa) pada kelas eksperimen tidak menggunakan tinjauan
yang lain, sehingga mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis
siswa.
3. Terdapat beberapa siswa yang masih kurang memperhatikan penjelasan
peneliti.
4. Pada saat pembelajaran, siswa masih sulit untuk dikontrol sehingga
suasana kelas kurang kondusif.
5. Penulis kurang memaksimalkan karena alokasi waktu yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai