Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SDN Gembor 6 Kota Tangerang yaitu pada
semester genap tahun ajaran 2017/2018 dengan kelas IV-A sebagai kelas
kontrol dan kelas IV-B sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen terdiri dari
30 siswa yang melakukan pembelajaran matematika dengan alat peraga puzzle
FPB dan KPK. Sementara kelas kontrol yang juga terdiri dari 30 siswa
melakukan pembelajaran matematika tidak dengan alat peraga puzzle FPB dan
KPK.
Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB).
Pemahaman konsep matematika kedua kelas dapat diukur setelah diberikan
perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian
kedua kelas diberikan tes akhir berbentuk uraian dengan soal yang sama.
Sebelum diberikan tes akhir, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen
sebanyak 10 soal uraian. Uji coba instrumen tersebut dilakukan pada kelas V-A
yang berjumlah 31 siswa.
Setelah dilakukan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan uji
validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran butir soal dan uji daya pembeda
butir soal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 8 butir soal yang valid dan
reliabilitas soal sebesar 0,65. Dari uji taraf kesukaran butir soal diperoleh 2
butir soal dengan kriteria terlalu mudah, dan 6 butir soal dengan kriteria
sedang. Sedangkan dari uji daya pembeda butir soal diperoleh 1 butir soal
dengan kriteria jelek, 1 butir soal dengan kriteria cukup dan 6 butir soal dengan
kriteria baik.
Data hasil penelitian ini adalah data pretest dan post test dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan pada kelas eksperimen dan
kontrol sebelum proses pembelajaran. Pretest ini dilakukan untuk mengukur
kemampuan awal pemahaman konsep matematika siswa pada kedua kelas

1
tersebut. Setelah kedua kelas melaksanakan proses pembelajaran yang berbeda,
kelas eksperimen menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK sedangkan
kelas kontrol tidak menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK, kemudian
dilaksanakan posttest. Posttest bertujuan untuk mengukur kemampuan akhir
pemahaman konsep matematika siswa pada kedua kelas.
Berikut ini akan disajikan deskripsi data beserta analisis berupa hasil tes
pemahaman konsep matematika siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest)
dan sesudah diberikan perlakuan (post test) kepada siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol SDN Gembor 6, yang dilakukan setelah lima kali pembelajaran.
1. Deskripsi Data Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa
Data pretest kemampuan pemahaman konsep matematika digunakan
untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematika siswa kelas
eksperimen lebih rendah atau sama dengan pemahaman konsep siswa kelas
kontrol. Deskripsi data pretest kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut :
a. Data Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas Eksperimen
Dari data hasil pretest kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa kelas eksperimen dengan jumlah sampel 30 diperoleh rentang nilai dari
39 sampai dengan nilai 100, rata-rata ( x ) 55,63, Median (Me) 54,00, Modus
(Mo) 39, Varians (s2) 187,826, Simpangan baku (s) 13,705. Nilai pretest
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen terdapat
pada lampiran 18.
Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas eksperimen, disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi data pretest siswa kelas eksperimen sebagai berikut :

2
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Frekuensi Absolut Frekuensi
No. Interval
Fi f(%) Kumulatif
1. 39-49 11 37% 11
2. 50-60 9 30% 20
3. 61-71 7 23% 27
4. 72-82 2 7% 29
5. 83-93 0 0% 29
6. 94-104 1 3% 30
Jumlah 30 100

Hasil dari perhitungan berdasarkan data tabel 4.1 menunjukkan bahwa


frekuensi tertinggi siswa terdapat pada interval 94-104 yaitu sebanyak 1 siswa
dengan presentase 3%. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval
39-49, yaitu sebanyak 11 siswa dengan presentase 37%. Nilai rata-rata yang
diperoleh sejumlah 56,63 dengan presentase nilai siswa diatas rata-rata yaitu
43% , sebanyak 13 siswa. Sedangkan presentase dibawah nilai rata-rata
sebesar 57% yaitu sebanyak 17 siswa. Untuk lebih jelas, data distribusi
frekuensi pretest kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 19. Secara
visual, penyebaran data hasil pretest kelas eksperimen dapat disajikan dalam
Gambar 4.1

3
Gambar 4.1 Histogram Pemahaman Konsep Pretest Kelas Eksperimen

b. Data Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa


Kelas Kontrol
Data hasil pretest yang berasal dari kelas kontrol dengan jumlah siswa
sebanyak 30 siswa, diperoleh nilai terendah yaitu 34 dan nilai tertinggi yaitu
100. Nilai pretest kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
kontrol terdapat pada lampiran 20. Selain itu, dari hasil perhitungan data
pretest kelas kontrol juga diperoleh rata-rata ( x ) 52,70, Median (Me) 48,00,
Modus (Mo) 36, Varians (s2) 250,562, Simpangan baku (s) 15,829.
Berikut ini disajikan data distribusi frekuensi data pretest siswa kelas
kontrol.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Kelas Kontrol
No Frekuensi Absolut Frekuensi
Interval
. Fi f(%) Kumulatif
1. 33-44 11 37% 11
2. 45-56 6 20% 17
3. 57-68 7 23% 24
4. 69-80 5 17% 29
5. 81-92 0 0% 29

4
6. 93-104 1 3% 30
Jumlah 30 100

Hasil dari perhitungan berdasarkan data dari tabel 4.2 menunjukkan


bahwa frekuensi tertinggi siswa terdapat pada interval 93-104 yaitu sebanyak
1 siswa dengan presentase 3%. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada
interval 33-44, yaitu sebanyak 11 siswa dengan presentase 37%. Nilai rata-
rata yang diperoleh sejumlah 52,70 dengan presentase nilai siswa diatas rata-
rata yaitu 43%, sebanyak 13 siswa. Sedangkan presentase dibawah nilai rata-
rata sebesar 57% yaitu sebanyak 17 siswa. Data distribusi frekuensi pretest
kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 21. Secara visual, penyebaran data
hasil pretest kelas kontrol dapat disajikan dalam Gambar 4.2

Gambar 4.2 Histogram Pemahaman Konsep Pretest Kelas Kontrol

Berdasarkan uraian mengenai data pretest pemahaman konsep


matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditemukan adanya
perbedaan yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3

5
Perbandingan Data Pretest
Pretest
Statistika
Eksperimen Kontrol
Banyak Sampel 30 30
Nilai Terendah 39 34
Nilai Tertinggi 100 100
Rata-rata 55,63 52,70
Median 54,00 48,00
Modus 39 36
Varians 187,826 250,562
Simpangan Baku 13,705 15,829

Tabel 4.3 menunjukkan tidak adanya perbedaan perhitungan statistik


deskriptif yang tidak signifikan antara kedua kelas ditunjukkan dari nilai
tertinggi dan terendah pada kelas eksperimen hampir sama dengan kelas
kontrol. Artinya, pemahaman konsep matematika perorangan pada kedua
kelas adalah sama, jika dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen lebih
tinggi dari kelas kontrol. Jika dilihat dari simpangan baku, pemahaman
konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih merata sedangkan kelas
kontrol menyebar. Dilihat dari variansnya, kelas eksperimen memiliki varians
lebih kecil dibandingkan kelas kontrol. Artinya nilai pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen kurang beragam dibandingkan dengan
nilai pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol.
Secara visual, perbandingan penyebaran data pretest pada kedua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

60

50 6
40

30 Series 1
10

0
Mean Median Modus Std. Deviation

Gambar 4.3 Diagram Batang Perbandingan Nilai Pretest


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai antara kelas eksperimen dan


kelas kontrol tidak berbeda signifikan. Rata-rata kedua kelas terdapat pada
kelas interval yang sama.

2. Deskripsi Data Post test Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematika Siswa
Data post test kemampuan digunakan untuk mengetahui apakah
pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan pemahaman konsep matematika pada kelas kontrol.
Deskripsi data post test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
a. Data Post test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan data post test pemahaman konsep
matematika pada kelas eksperimen dari 30 siswa, diperoleh data skor
terendah 56. Sedangkan skor tertinggi 100. Nilai post test kemampuan
pemahaman konsep siswa terdapat pada lampiran 22. Untuk lebih jelasnya,
deskripsi data hasil post test siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel
distribusi frekuensi kumulatif berikut ini :
Tabel 4.4

7
Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Eksperimen
Keterangan Nilai
Banyak Sampel 30
Nilai Terendah 56
Nilai Tertinggi 100
Rata-rata 69,80
Median 69,00
Modus 56
Varians 130,028
Simpangan Baku 11,403

Berdasarkan tabel 4.4 pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata


sebesar 69,80. Dengan skor varians dan simpangan baku sebesar 130,028 dan
11,403. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai diatas rata-
rata lebih banyak dibanding siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata.
Untuk lebih jelas, Data distribusi frekuensi post test kelas eksperimen dapat
dilihat pada lampiran 23. Hasil perhitungan post test pada kelas eksperimen,
dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Post test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas Eksperimen
Frekuensi Absolut Frekuensi
No. Interval
Fi f(%) Kumulatif
1. 55-62 7 23% 7
2. 63-70 11 37% 18
3. 71-78 6 20% 24
4. 79-86 3 10% 27
5. 87-94 2 6% 29
6. 95-102 1 3% 30
Jumlah 30 100

8
Hasil dari perhitungan berdasarkan data dari Tabel 4.5 menunjukkan
bahwa frekuensi tertinggi siswa terdapat pada interval 71-78 yaitu sebanyak 6
siswa dengan presentase 20%. Sedangkan frekuensi terendah pada interval
55-62, yaitu sebanyak 7 siswa dengan presentase 23%.
Nilai rata-rata yang diperoleh sejumlah 69,80 dengan presentase nilai
siswa di atas rata-rata yaitu 40% sebanyak 12 siswa. Sedangkan presentase
dibawah nilai rata-rata sebesar 60% yaitu sebanyak 18 siswa. Secara visual,
penyebaran data hasil post test kelas eksperimen dapat disajikan dalam
Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Histogram Pemahaman Konsep Posttest


Kelas Eksperimen

b. Data Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa


Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data post test pemahaman konsep
matematika pada kelas kontrol dari 30 siswa, diperoleh skor terendah 50.
Sedangkan skor tertinggi 90. Nilai post test kelas kontrol dapat dilihat pada
lampiran 24. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil posttest siswa kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi kumulatif berikut ini:

9
Tabel 4.6
Hasil Statistik Deskriptif Post test Kelas Kontrol
Keterangan Nilai
Banyak Sampel 30
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 82
Rata-rata 63,33
Median 63,00
Modus 50
Varians 102,368
Simpangan Baku 10,118

Berdasarkan Tabel 4.6 pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata


sebesar 66,57. Dengan skor varians dan simpangan baku sebesar 100,875 dan
10,044. Untuk lebih jelasnya, data distribusi frekuensi post test kelas kontrol
dapat dilihat pada lampiran 25. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh nilai diatas rata-rata lebih sedikit dibanding siswa yang
memperoleh nilai dibawah rata-rata. Hasil perhitungan post test pada kelas
kontrol, dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Post test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas Kontrol
Frekuensi Absolut Frekuensi
No. Interval
Fi f(%) Kumulatif
1. 50-57 8 27% 8
2. 58-65 12 40% 20
3. 66-73 5 17% 25
4. 74-81 4 13% 29
5. 82-89 1 3% 30

10
6. 90-97 0 0%
Jumlah 30 100

Hasil dari perhitungan berdasarkan data dari Tabel 4.7 menunjukkan


bahwa frekuensi tertinggi siswa terdapat pada interval 66-73 yaitu sebanyak 5
siswa dengan presentase 17%. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada
interval 50-57, yaitu sebanyak 8 siswa dengan presentase 27%.
Nilai rata-rata yang diperoleh sejumlah 63,33 dengan presentase nilai
siswa di atas rata-rata yaitu 33% sebanyak 10 siswa. Sedangkan presentase
dibawah nilai rata-rata sebesar 67% yaitu sebanyak 20 siswa. Secara visual,
penyebaran data hasil post test kelas kontrol dapat disajikan dalam Gambar
4.5

Gambar 4.5 Histogram Pemahaman Konsep Posttest Kelas Kontrol


Berdasarkan uraian mengenai data post test pemahaman konsep
matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditemukan adanya
perbedaan yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8
Perbandingan Data Post test

11
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Posttest
Statistik
Eksperimen Kontrol
Banyak Sampel 30 30
Nilai Terendah 56 50
Nilai Tertinggi 100 82
Rata-rata 69,80 63,33
Median 69,00 63,00
Modus 56 50
Varians 130,028 102,368
Simpangan Baku 11,403 10,118

Tabel 4.8 menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik


deskriptif yang tidak signifikan antara kedua kelas ditunjukkan dari nilai
tertinggi pada kelas eksperimen sebesar 100, sedangkan nilai tertinggi pada
kelas kontrol sebesar 82. Artinya, pemahaman konsep matematika perorangan
tertinggi terdapat pada kelas eksperimen. Jika dilihat dari nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Jika dilihat dari simpangan
baku, kelas eksperimen pemahaman konsep matematika siswa lebih merata
sedangkan kelas kontrol lebih menyebar. Dilihat dari variansnya, kelas
eksperimen memiliki varians lebih besar dibandingkan kelas kontrol.
Secara visual perbandingan penyebaran data posttest pada kedua kelas
yaitu kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga puzzle FPB dan KPK (kelas eksperimen) dan kelas yang diberikan
perlakuan pembelajaran tidak menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK
(kelas kontrol) disajikan pada gambar berikut ini:

80
70
60
50
40 12
30 Series 1
20 Series 2
10
Mean Median Modus Std. Deviation

Gambar 4.6 Diagram Batam Perbandingan Nilai Posttest


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada kelas


eksperimen. Selain itu juga nampak bahwa nilai kemampuan akhir
pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen tersebar diatas
nilai kemampuan akhir pemahaman konsep matematika siswa pada kelas
kontrol.

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis


1. Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi
KPK dan FPB
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini
menggunakan program SPSS ver.20 dengan ketentuan bahwa data berasal
dari populasi yang berdistribusi normal jika memenuhi kriteria :
Tolak Ho jika aamaks > atabel
Terima Ho jika amaks < atabel.

a. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

13
Hasil pengujian untuk kelas eksperimen pada pretest diperoleh amaks =
0,200 sedangkan dari tabel nilai kritis uji Kolmogorov-smirnov diperoleh
nilai atabel = 0,242 untuk n = 30 pada taraf signifikan α = 0,05. Karena a maks
kurang dari atabel (0,200 < 0,242) maka Ho diterima, artinya data yang terdapat
pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Kemudian hasil pengujian untuk kelas kontrol pada pretest diperoleh amaks =
0,070 dan dari tabel nilai kritis uji uji Kolmogorov-smirnov diperoleh nilai
atabel = 0,242 untuk n = 30 pada taraf signifikan α = 0,05. Karena a maks kurang
dari atabel (0,070 < 0,242) maka Ho diterima, artinya data yang terdapat pada
kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data pengujian
normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
lampiran 26. Hasil uji normalitas pretest untutk kelas eksperimen dan kontrol
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kolmogorov-smirnov
Kelas
Statistic df Sig.
Eksperimen 0,114 30 0,200
Pretest
Kontrol 0,153 30 0,070

b. Uji Normalitas Post test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Hasil pengujian untuk kelas eksperimen pada post test diperoleh amaks =
0,200 sedangkan dari tabel nilai kritis uji Kolmogorov-smirnov diperoleh
nilai atabel = 0,242 untuk n = 30 pada taraf signifikan α = 0,05. Karena a maks
kurang dari atabel (0,200 < 0,242) maka Ho diterima, artinya data yang terdapat
pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Kemudian hasil uji kelas kontrol pada post test diperoleh amaks = 0,014 dan
dari tabel nilai kritis uji Kolmogorov-smirnov diperoleh nilai atabel = 0,242
untuk n = 30 pada taraf signifikan α = 0,05. Karena a maks kurang dari atabel
(0,014 < 0,242) maka Ho diterima, artinya data yang terdapat pada kelas

14
kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data uji normalitas
post test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 26.
Hasil dari uji normalitas post test kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kolmogorov-smirnov
Kelas
Statistic df Sig.
Eksperimen 0,128 30 0,200
Post test
Kontrol 0,180 30 0,014

Karena amaks pada kedua kelas kurang dari atabel maka dapat disimpulkan
bahwa data sampel kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa


a. Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya kita uji homogenitas
pretest varians kedua populasi tersebut dengan menggunakan One-Way
Anova. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
varians populasi homogen. dengan bantuan Uji Homogenity Of Variances
pada One-Way Anova, jika nilai sigifikansi > 0,05 maka varian dari data atau
kelas populasi data homogen, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka
varian data atau kelas populasi data tersebut tidak homogen. hasil perhitungan
homogenitas pretest dapat dilihat pada lampiran 27. Untuk lebih jelas hasil
dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,871 1 58 ,355

15
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa hasil pretest kelas
eksperimen dan kontrol signifikansinya 0,355. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa varian yang dimiliki oleh kedua kelas yakni eksperimen dan kontrol
adalah homogen karena 0,355 > 0,05.
b. Uji Homogenitas Post test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol sama halnya
dengan uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kontrol yakni dengan
bantuan Uji Homogenity Of Variances pada One-Way Anova, jika nilai
sigifikansi > 0,05 maka varian dari data atau kelas populasi data homogen,
sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka varian data atau kelas populasi
data tersebut tidak homogen. hasil perhitungan homogenitas post test dapat
dilihat pada lampiran 27. Untuk lebih jelas hasil dari uji homogenitas dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12
Hasil Uji Homogenitas Post test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,169 1 58 ,682

Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa hasil post test kelas
eksperimen dan kontrol signifikansinya 0,682. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa varian yang dimiliki oleh kedua kelas yakni eksperimen dan kontrol
adalah homogen karena 0,682 > 0,05.

3. Hasil Pengujian Hipotesis


Setelah dilakukan uji prasyaratan analisis ternyata populasi berdistribusi
normal dan homogen. selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen yang menggunakan alat peraga puzzle
FPB dan KPK lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan rata-rata
tes pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol yang tidak
menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK.

16
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria
pengujian yaitu, jika signifikansi t-test > 0,05 maka Ho diterima dan H1
ditolak, jika signifikansi t-test < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Pada
taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 5%.
a. Pengujian Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Peneliti menggunakan uji-t dengan bantuan Program SPSS 20 for
Windows. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis statistik parametrics
tests. Hal ini dikarenakan hasil data pretest kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji-t
dengan bantuan program SPSS 20 .
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan antara
hasil tes kemampuan pemahaman matematis yang diajarkan menggunakan
alat peraga dengan hasil tes kemampuan pemahaman matematis siswa yang
tanpa menggunakan alat peraga pada pokok bahasan kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) pada siswa kelas IV
SDN Gembor 6. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.13
Hasil Uji T-Test Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Taraf
thitung Sig. (2- tailed) Kesimpulan
Signifikan
0,767 0,446 0,05 Terima H0 dan tolak H1

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa t hitung lebih besar dari ttabel dengan
signifikansi (0,446 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan
H1 ditolak dengan taraf sigifikansi 5%, atau dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen dan kontrol. Untuk lebih jelas, hasil
perhitungan uji t-test pretest dapat dilihat pada lampiran 27.

17
b. Pengujian Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Pengujian hipotesis posttest kelas eksperimen dan kontrol pada
penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik parametrik. Hal ini
dikarenakan hasil data posttest kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi
normal. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji Independent Sample
T-Test dengan bantuan program SPSS ver.20.
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan kriteria pengujian yaitu, jika
signifikansi t-test > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, jika signifikansi t-
test < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Pada taraf kepercayaan 95%
atau taraf signifikansi α = 5%.
Tabel 4.14
Hasil Uji T-Test Post test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Taraf
thitung Sig. (2- tailed) Kesimpulan
Signifikan
2,323 0,024 0,05 Tolak H0 dan terima H1

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa t hitung lebih kecil dari ttabel dengan
signifikansi (0,024 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima dengan taraf sigifikansi 5%, atau dengan kata lain terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil tes kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen dan kontrol. Untuk lebih jelas, hasil
perhitungan uji t-test pretest dapat dilihat pada lampiran 27
Perbedaan rata-rata dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa antara kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga puzzle FPB dan
KPK lebih efektif daripada pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan alat
peraga puzzle FPB dan KPK. Hal ini didukung pula oleh hasil pengamatan
langsung peneliti selama pembelajaran, pada awal pembelajaran siswa masih
terlihat bingung dengan penggunaan alat peraga puzzle FPB dan KPK. Tetapi,
pada pembelajara berikutnya mereka mulai tertarik dan memudahkan mereka
dalam proses perhitungan KPK dan FPB.

18
Alat peraga puzzle FPB dan KPK ini dapat menjadi suatu pertimbangan
dalam mengarkan matematika kepada siswa khususnya pada materi KPK dan
FPB di kelas IV SD/MI. Hal ini berdasarkan teori-teori yang telah ada dan
perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa penggunaan alat
peraga puzzle FPB dan KPK ini mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa.

4. Penentuan Besar Pengaruh


Dalam penelitian ini akan dilihat seberapa besar pengaruh penggunaan
alat peraga puzzle FPB dan KPK terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa pada materi KPK dan FPB kelas IV di SDN Gembor 6.
Rumus yang akan digunakan untuk mengetahui besar pengaruh (effect size)
pada penelitian ini adalah rumus Cohen’s d sebagai berikut :1
x 1−x 2
d=
S gab
Dengan

Keterangan :
S gab=
√ ( n1 −1 ) S 21+ ( n2−1 ) S 22
n1+ n2−2

x 1 : rerata kelas eksperimen


x 2 : rerata kelas kontrol
n1 : jumlah sampel kelas eksperimen
n2 : jumlah sampel kelas kontrol
2
S1 : varians kelas eksperimen
2
S2 : varians kelas kontrol
Pada penelitian ini telah diketahui bahwa hasil perhitungan effect size
dengan menggunakan rumus cohen’s d, diperoleh nilai sebesar 0,6. Untuk
lebih jelas, hasil perhitungan effect size dapat dilihat pada lampiran 28. Dari

1
Rezsi Ariawan, 2013, Penerapan Pendekatan Pembelajaran Visual Thinking Disertai
Aktivitas Quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Komunikasi Matematis Siswa, UPI : Perpustakaan.upi.edu.

19
hasil perhitungan nilai effect size tersebut maka termasuk dalam tingkatan
pengaruh yang tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat
peraga puzzle FPB dan KPK memberikan pengaruh yang tinggi terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa di kelas IV SDN Gembor
6 pada materi KPK dan FPB.

C. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen
sebesar 55,63 dan kelas kontrol sebesar 52,70 sedangkan berdasarkan hasil
posttest nilai rata-rata kelas eksperimen 69,80 dan kelas kontrol 63,33.
Terjadi perbedaan rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang disebabkan adanya perbedaan perlakuan
dalam belajar. Pada kelas eksperimen diterapkan dengan penggunaan alat
peraga puzzle FPB dan KPK dan pada kelas kontrol tidak diterapkan
penggunaan alat peraga puzzle FPB dan KPK.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan dengan rincian 5
kali pertemuan untuk memberikan perlakuan, 1 kali pertemuan untuk pretest
dan 1 kali pertemuan untuk post test. Penelitian menggunakan dua kelas yang
dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang ditetapkan sebelum awal penelitian dilakukan.
Kelas IV-B terpilih sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK. Pada kelas eksperimen,
setiap pertemuan masing-masing siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS)
yang didalamnya memuat langkah-langkah penyelesaian soal KPK dan FPB
dengan alat peraga puzzle FPB dan KPK. Setiap soal dalam LKS harus
diselesaikan dengan cara berkelas yang beranggotakan 6 orang, dimana setiap
kelas mendapat LKS masing-masing.
Pembelajaran dengan alat peraga puzzle FPB dan KPK di kelas
eksperimen pada awalnya mendapat respon yang kurang antusias dari siswa.
Mereka bahkan merasa asing dengan proses pembelajaran yang tengah
berlangsung, sehingga penerapan alat peraga puzzle FPB dan KPK belum

20
berjalan dengan baik. Siswa banyak yang belum mengerti dan mengalami
kesulitan dalam penggunaan alat peraga puzzle FPB dan KPK dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Namun setelah beberapa kali pertemuan siswa mulai terlihat terbiasa
untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga puzzle FPB
dan KPK, dan mereka mulai antusias dalam menyelesaikan soal KPK dan
FPB yang dibuat oleh peneliti dalam LKS, walaupun masih ada beberapa
siswa yang belum bisa menyelesaikan soal yang diberikan . siswa mulai aktif
bertanya dan memberikan feedback dari arahan-arahan yang diberikan oleh
guru sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sampai
pertemuan terakhir. Berikut adalah suasana kegiatan pembelajaran dikelas
eksperimen dengan menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK.

Gambar 4.7 Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen

Gambar 4.7 memperlihatkan siswa sedang mencoba memahami soal


yang ada pada LKS samapai pada titik tidak mampu lagi, kemudian peneliti
memberikan bantuan berupa penjelasan cara menggunakan alat peraga puzzle
FPB dan KPK dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga
memancing siswa untuk dapat menjawab setiap pertanyaan yang ada pada
LKS dengan menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK dengan benar.

21
Gambar 4.8 Aktivitas belajar siswa kelas kontrol

Proses pembelajaran pada kelas kontrol yang pembelajarannya tidak


menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK, siswa terlihat pasif. Hal ini
mengakibatkan siswa kesulitan dalam memahami konsep matematika pada
materi KPK dan FPB.
Tes akhir pemahaman konsep matematika siswa pada materi KPK dan
FPB dilakukan pada akhir pembelajaran. Soal tes yang diberikan sebanyak 8
soal berupa essay. Dalam penelitian ini terdapat tiga indikator pemahaman
konsep yang diukur peneliti, yaitu:
a. Translation
Pada penelitian ini memuat indikator mendeskripsikan konsep kelipatan
dan faktor dari suatu bilangan. Dari soal post test yang diberikan,
pertanyaan yang terdapat pada aspek translation ini diwakili oleh soal
nomor 2. Presentase yang diperoleh dari soal no 2 untuk kelas eksperimen
adalah 15% dan kelas kontrol dengan presentase 13%, sedangkan rata-rata
nilai translation kelas eksperimen adalah 3,3 dan kelas kontrol 2,6.
Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator translation kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Hasil penelitian diatas diperkuat oleh hasil pekerjaan posttest yang
dikerjakan siswa. Dibawah ini merupakan hasil jawaban posttest yang telah
dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut :

22
Soal nomor 2
“Lengkapi faktor dari bilangan-bilangan berikut!
15 ...... .....
...... .....
Faktor dari 15 adalah ......, ......., ....., dan ......

45 ...... .....
...... .....
...... .....
Faktor dari 45 adalah ....., ....., ......, dan ......”

Soal diatas adalah pesoalan menentukan faktor dari sebuah bilangan.


Untuk dapat menjawabnya, siswa harus memahami apa yang dimaksud
dengan faktor. Jika siswa paham dengan konsepnya, maka siswa bisa
mengetahui dan membedakan mana yang disebut faktor dan kelipatan
dengan benar. Sehingga siswa mampu Mendeskripsikan konsep kelipatan
dan faktor dari suatu bilangan dengan lengkap dan benar tanpa ada
kesalahan.

Dibawah ini contoh jawaban kelas kontrol:

(a)Jawaban yang kurang tepat

(b)Jawaban yang tepat


Gambar 4.9 Jawaban siswa kelas kontrol nomor 2

Pada Gambar 4.9, jawaban siswa dari kelas kontrol pada bagian (a)
diatas tidak tepat. Terlihat siswa tidak paham secara tepat terhadap konsep

23
faktor dengan cara yang tepat. Jawaban soal post test pada bagian (b)
terlihat siswa sudah mampu menunjukkan konsep faktor, namun masih ada
kesalahan.
Cara menjawab siswa kelas eksperimen :

(a)Jawaban kurang tepat

(b)Jawaban yang tepat


Gambar 4.10 Jawaban siswa kelas eksperimen nomor 2

Pada gambar 4.10, jawaban siswa pada kelas eksperimen pada bagian
(a) tampak bahwa siswa menjawab soal dengan kurang tepat meskipun
siswa mampu menunjukkan faktor dari bilangan tersebut. Sedangkan pada
bagian (b) siswa bisa menjawab dengan lengkap dan tepat. Siswa mampu
menunjukkan konsep faktor dengan cara yang benar.

Dilihat dari jawaban pada gambar antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen, kemampuan translation siswa kelas eksperimen lebih baik dari
pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, terjadi
aktifitas dimana siswa mengungkapkan gagasan atau pemahaman dengan
cara mereka sendiri, sehingga siswa mampu mendeskripsikan konsep
kelipatan dan faktor dari suatu bilangan berdasarkan pemahaman yang

24
mereka terima. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa mampu
mendeskripsikan konsep kelipatan dan faktor dari suatu bilangan
berdasarkan konsep atau rumus yang telah dipelajari sebelumnya sehingga
masih terdapat kesalahan.

b. Interpretation

Pada aspek interpretasi (interpretation), diharapkan siswa mampu untuk


menentukan konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal.
pada penelitian ini memuat indikator menentukan faktor dan kelipatan dari
suatu bilangan dan menentukan FPB dan KPK dua bilangan atau lebih. soal
yang meliputi aspek interpretation diwakili oleh soal posttest nomor 1, 3,4,
dan 5. Presentase yang diperoleh dari soal no 1,3,4, dan 5 untuk kelas
eksperimen adalah 17% dan kelas kontrol dengan presentase 14%,
sedangkan rata-rata nilai interpretation kelas eksperimen adalah 13,0 dan
kelas kontrol 10,0. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator interpretation
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Dibawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas
eksperimen dan kels kontrol dari hasil jawaban post test yang telah
dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut :
Soal no 1, 3, 4 dan 5
“Faktor dari 20 adalah …, …, …, …, …, …
Faktor dari 45 adalah …, …, …, …, …, …
Faktor persekutuan dari 20 dan 45 adalah …, …, dan …”
Cara menjawab siswa kelas kontrol :

(a)jawaban yang kurang tepat

25
(b) jawaban yang tepat
Gambar 4.11 Jawaban siswa kelas kontrol nomor 1
Pada gambar 4.11, jawaban siswa kelas kontrol pada bagian (a) tampak
bahwa siswa kurang tepat dalam menentukan faktor dan kelipatan dari suatu
bilangan. Siswa tidak dapat menginterpretasikan secara tepat bagaimana
menghasilkan faktor dan kelipatan dari suatu bilangan. Sedangkan jawaban
pada bagian (b) siswa sudah menjawab soal dengan benar. Siswa mampu
menginterpretsikan soal tersebut kedalam konsep atau rumus yang sudah
diajarkan sebelumnya dengan tepat dan lengkap serta menjawab soal
tersebut dengan tepat.
Cara menjawab kelas eksperimen :

(a)Jawaban kurang tepat

(b)Jawaban yang tepat


Gambar 4.12 Jawaban siswa kelas eksperimen nomor 1

Pada gambar 4.12, jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian (a)
tampak bahwa siswa mampu menginterpretsikan soal tersebut kedalam
konsep yang sudah dipahami tetapi siswa kurang tepat dalam menentukan
faktor dan kelipatan dari suatu bilangan. Sedangkan jawaban pada bagian
(b) siswa sudah menjawab soal dengan benar.
Dari hasil jawaban siswa pada gambar diatas, memang ada siswa dari
kedua kelas yang mampu menginterpretasikan soal secara tepat dan lengkap.
Namun kemampuan menginterpretasikan (interpretation) konsep ke dalam
bentuk pemahaman matematis presentase kelas eksperimen masih lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol.

26
c. Ekstrapolation
Pemahaman konsep dalam aspek ekstrapolasi (ekstrapolation) pada
penelitian ini memuat indikator memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari menggunakan konsep KPK dan FPB.
Aspek ekstrapolation diwakili Pada soal nomor 6,7 dan 8 mengandung
aspek ekstrapolation. Presentase yang diperoleh dari soal no 6,7, dan 8
untuk kelas eksperimen adalah 16% dan kelas kontrol dengan presentase
13%, sedangkan rata-rata nilai ekstrapolation kelas eksperimen adalah 9,6
dan kelas kontrol 7,6. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator
ekstrapolation kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Dibawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah
dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut :
Soal no 6
“Ada 3 lampu hias di taman kota. Lampu hijau menyala setiap 3 detik.
Lampu merah menyala setiap 4 detik. Lampu kuning menyala setiap 5 detik.
Setiap berapa detik ketiga lampu menyala bersama-sama?”
Cara menjawab siswa kelas kontrol :

(a) Jawaban kurang tepat

(b) Jawaban yang tepat


Gambar 4.13 Jawaban siswa kelas kontrol nomor 6

27
Pada Gambar 4.13, jawaban siswa pada bagian (a) dari kelas kontrol
terlihat siswa belum mampu memahami konsep KPK dan FPB dengan baik.
Siswa tersebut belum dapat menentukan KPK dari bilangan tersebut,
sehingga meskipun cara yang digunakan sesuai dengan yang diajarkan
sebelumnya, namun salah dalam menentukan hasil KPK dari bilangan
tersebut. Sedangkan pada bagian (b) terlihat siswa mampu memahami
konsep KPK dan FPB sesuai dengan konsep yang diajarkan sebelumnya
dengan tepat.
Cara menjawab kelas eksperimen :

(a) Jawaban yang kurang tepat

(b) Jawaban yang tepat


Gambar 4.14 Jawaban siswa kelas eksperimen nomor 6

Pada gambar 4.14, jawaban siswa pada bagian (a) terlihat bahwa siswa
hampir tuntas dalam mengerjakan namun kurang tepat dalam menghitung
kelipatan dan menentukan KPK dari bilangan tersebut. Jawaban siswa pada
bagian (b) merupakan jawaban yang tepat dan lengkap. Siswa menjawab
soal secara sistematis dengan mencari kelipatan bilangan terlebih dahulu.
Dilihat dari jawaban siswa pada gambar diatas, mengaplikasikan
konsep pemahaman matematis kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
kontrol. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan soal, siswa kelas
eksperimen terbiasa untuk menyelesaikan masalah kemudian membangun

28
konsep berdasarkan pemahaman yang mereka terima, sehingga cara
mengaplikasikan konsep pemahaman matematis siswa terlihat secara
lengkap dan sistematis. Berbeda dengan kelas kontrol, dalam menyelesaikan
soal siswa terfokus pada rumus-rumus yang diajarkan.
Berdasarkan penjelasan diatas, jika dilihat pada aspek pemahaman
konsep, siswa yang diajar menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK
memiliki pemahaman pada aspek translation dan interpretation dengan baik.
Namun terdapat beberapa siswa pada aspek ekstrapolation yang masih
kurang menguasai. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen
sebagian besar siswa sudah memiliki pemahaman konsep matematika yang
baik. Untuk lebih jelasnya, presentase skor per aspek pemahaman konsep
matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.15
Presentase per Aspek Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Aspek Kemampuan Pemahaman Kelas Kelas
No.
Konsep Matematika Eksperimen Kontrol
1. Translation 15% 13%
2. Interpretation 17% 14%
3. Ekstrapolation 16% 13%

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan bahwa presentase per aspek


pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan tabel dan penjelasan
mengenai analisis hasil jawaban siswa yang telah disajikan sebelumnya,
menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan
alat peraga puzzle FPB dan KPK lebih baik dari pada kelas kontrol yang
pembelajarannya tidak menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK.

29
D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian
Pembahasan terhadap temuan penelitian ini akan mendeskripsikan hasil
temuan penelitian untuk menjawab beberapa masalah yang dibahas pada bab
sebelumnya yaitu bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa sebelum menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK, kemudian
bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah
menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK, serta pengaruh penggunaan
alat peraga puzzle FPB dan KPK terhadap pemahaman konsep matematis
siswa. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebelum


menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK
Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dalam
pembelajaran kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan
terbesar (FPB) dapat dilihat dari hasil pretest yang dilakukan di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pada saat dilaksanakan pretest, semau siswa
memang dapat mengerjakan soal matematika dengan baik. Namun, tidak
semua siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik dan benar.
Pada saat pretest masih banyak siswa yang terlihat tidak memahami soal yang
diberikan oleh peneliti. Bahkan masih terdapat siswa yang tidak menjawab
soal dengan benar.
Setelah dilakukan pretest diketahui rata-rata nilai siswa dikelas
eksperimen yaitu 55,63 dan dikelas kontrol 52,70. Dari perolehan nilai
tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan pemahaman siswa pada kedua
kelas tersebut tidak jauh berbeda bahkan hampir sama dan masih termasuk
pada kategori kurang baik. Perolehan nilai tersebut disebabkan oleh
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep dari materi yang diajarkan,
kebiasaan siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan
mengakibatkan siswa lupa akan konsep matematika yang telah diajarkan.

30
Dari beberapa aspek penilaian pemahaman siswa dalam memahami
konsep matematika menjadi faktor utama terjadinya kesalahan dalam
perhitungan matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom yang
mengatakan bahwa pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.2 Pemahaman yang
dimaksudkan disini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap
dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh
mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat,
yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi
langsung yang ia lakukan.
Dalam penelitian ini pemahaman konsep matematika yang diteliti
menggunakan tiga aspek pemahaman konsep menurut Bloom, yaitu:3
1) Translation (Penerjemahan), yaitu menerjemahkan konsepsi abstrak
menjadi suatu model, misalnya dari lambang ke arti. Kata kerja
oprasional yang digunakan adalah menerjemahkan, mengubah,
mengilustrasikan, memberi definisi, dan menjelaskan kembali.
2) Interpretation (Penafsiran), yaitu kemampuan untuk mengenal dan
memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu
diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja
oprasional yang digunakan adalah menginterpretasikan, membedakan,
menjelaskan, dan menggambarkan.
3) Extrapolation ( Ekstrapolasi), yaitu menyimpulkan dari suatu yang telah
diketahui. Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk mengukur
kemampuan ini adalah memperhitungkan, menduga, menyimpulkan,
meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi.

2
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group,2013) hal.6
3
Syaiful Sagala, Konsep dan Motivasi Pembelajaran, (Bandung : CV.Alfabeta, 2011)
hal.157

31
Berdasarkan indikator yang diungkapkan oleh Benyamin S. Bloom
mengenai pemahaman konsep, berikut ini indikator yang akan dijabarkan
oleh peneliti dalam penelitian yang telah dilakukan,yaitu :
1) Translation, aspek pemahaman konsep translation pada penelitian ini
memuat indikator mendeskripsikan konsep kelipatan dan faktor dari
suatu bilangan. Pada aspek translation siswa diharapkan mampu untuk
menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk matematika. Dalam
hal ini, siswa mampu untuk menguraikan apa yang terdapat didalam soal
sehingga mempermudah mereka untuk mengetahui hal-hal yang
ditanyakan pada soal.
2) Interpretation, aspek pemahaman konsep interpretation pada penelitian
ini memuat indikator menentukan Faktor dan Kelipatan dari suatu
bilangan dan menentukan FPB dan KPK dua bilangan atau lebih. Pada
aspek ini, siswa diharapkan mampu untuk menentukan konsep yang tepat
untuk digunakan dalam menyelesaikan soal.
3) Extrapolation, aspek pemahaman konsep extrapolation dalam penelitian
ini memuat indikator memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
menggunakan konsep KPK dan FPB. Pada aspek ini, Siswa diharapkan
mampu dalam menyimpulkan konsep yang telah diketahui dengan
menerapkannya dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal
cerita.

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa setelah


Menggunakan Alat Peraga Puzzle FPB dan KPK
Pada saat pelaksanaan tes akhir semua siswa terlihat aktif dalam
pembelajaran, baik di kelas eksperimen maupun dikelas kontrol. Namaun,
yang menjadi perbedaannya yaitu kelas eksperimen pembelajaran KPK dan
FPB menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK sedangkan di kelas
kontrol tanpa menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK. Perolehan
nilainya pun menjadi jauh berbeda. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa
kelas eksperimen dengan menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK naik

32
menjadi 67,00. Sedangkan di kelas kontrol hanya mencapai nilai rata-rata
66,57. Pencapaian nilai rata-rata tersebut membuktikan bahwa peningkatan
kemampuan pemahaman konsep siswa dikelas eksperimen jauh lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Setelah dilakukan tes akhir pada kelas eksperimen tidak ada lagi siswa
yang masuk pada kategori kurang. Bahkan ada 14 siswa yang mencapai nilai
dengan kategori sangat baik. Pada bab sebelumnya telah menunjukkan bahwa
semua aspek penilaian telah mengalami kenaikan yang cukup sigifikan.
Ketika memahami soal siswa sudah terlihat lebih antusias dan lebih siap. Hal
ini sesuai dengan pendapat Bloom, siswa harus melakukan lima tahapan
berikut, yaitu:4 1) receiving (menerima) ; 2) responding (membanding-
bandingkan) ; 3) valuing (menilai) ; 4) organizing (diatur) ; dan 5)
characterization (penataan nilai). Pemahaman akan tumbuh dan berkembang
jika ada proses berpikir yang sistematis dan jelas. Dengan demikian siswa
sudah cukup baik dalam memahami suatu soal matematika. Beberapa aspek
yang mengalami hambatan ketika tes awal dapat diatasi pada tes akhir setelah
menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK. Penguasaan materi yang
lebih matang karena diberi persiapan terlebih dahulu untuk mempelajari
materi yang akan di tes kan sehingga membuat siswa menjadi lebih siap
untuk mengerjakan soal tersebut.
Keberhasilan tersebut juga didukung oleh pelaksanaan pembelajaran
ketika diberikan treatment. Pada saat siswa diberikan treatment, siswa lebih
diarahkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan pada saat
pretest. Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus
diperhatikan selama kegiatan pembelajaran dan bagaimana cara penggunaan
puzzle FPB dan KPK. Kemudian siswa berinteraksi dengan baik pada saat
menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami tentang langkah-langkah
menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK. Seluruh siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran, karena memiliki peranannya masing-masing.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kamii menyarankan untuk menggunakan

4
Ibid, Ahmad Susanto,hal. 209

33
game dan puzzle sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran
matematika.5 Dengan demikian, penggunaan game dan puzzle dalam
matematika dapat mengundang siswa untuk bersenang-senang dalam belajar
matematika.
Di kelas kontrol peningkatan yang terjadi tidak terlalu terlihat hanya
ada beberapa siswa yang mengalami kenaikan nilai dari kategori kurang
menjadi kategori cukup. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pada kelas
kontrol pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan alat peraga puzzle FPB
dan KPK sehingga tidak ada pengaruh terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Beberapa kesalahan pada tes awal masih banyak
terulang ketika tes setelah pembelajaran seperti kurang teliti dalam
menghitung kemudian tidak menggunakan konsep KPK dan FPB dengan
benar dan masih ada beberapa siswa yang mengosongkan jawaban.

3. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Puzzle FPB dan KPK Terhadap


Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Terdapat pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa dalam pembelajaran setelah menggunakan alat
peraga puzzle FPB dan KPK. Hal ini dibuktikan dengan nilai effect size
sebesar 0,11, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga
puzzle FPB dan KPK memberikan pengaruh yang tinggi terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa kelas eksperimen ketika tes awal sebesar 55,67 dan ketika tes
akhir naik mencapai 67,00. Sedangkan di kelas kontrol pada tes awal sebesar
52,70 dan setelah tes akhir hanya mencapai 66,57. Jal tersebut menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pemahaman konsep
matematika siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga puzzle FPB
dan KPK.

5
Turmudi, Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika berparadigma
Eksploratif dan investigatif, (Jakarta : PT Leuser Cita Pustaka, 2009) hal. 90

34
Setelah itu, peneliti melakukan uji hipotesis, sekaligus untuk menjawab
hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai signifikan
thitung lebih besar dari ttabel (22,974 > 2,042) maka dapat disimpulkan bahwa H 0
ditolak dan H1 diterima dengan taraf sigifikansi 5%, atau dengan kata lain
rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada materi KPK dan FPB
pada kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata pemahaman konsep
matematika siswa pada materi KPK dan FPB pada kelas kontrol. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada
kemampuan pemahaman konsep matematika di kelas eksperimen dengan
menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK dengan kelas kontrol yang
tidak menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
alat peraga puzzle FPB dan KPK sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Piaget, bahwa pemahaman tentang objek berlangsung melalui
proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada
dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam
pikiran untuk menafsirkan objek).6 Dengan cara seperti itu, secara bertahap
anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Serta dijelaskan pula oleh Piaget, bahwa pengetahuan atau
pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu
sendiri.7
Dengan mengacu pada teori perkembangan kognitif Piaget, maka dapat
diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional
konkret (usia 7-11 tahun). Di mana pada rentang usia ini anak mulai
menunjukkan perilaku belajar yang berkembang, yang ditandai dengan ciri-
ciri sebagai berikut:8

6
Ibid, Ahmad Susanto,hal. 78
7
Ibid, hal.191
8
Ibid, hal.79

35
1) Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek
situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara
serentak.
2) Anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami
aspek-aspek kumulatif materi, seperti : volume, jumlah, berat, luas,
panjang, dan pendek. Anak juga mampu memahami tentang peristiwa-
peristiwa yang konkret.
3) Anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya.
4) Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat.
5) Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang,
pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat.
Selain pendapat Piaget, terdapat pula pendapat dari Bruner, yang
mengatakan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal
peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk
menyatakan kembali peristiwa atau benda yang dialami atau dikenalnya.
Menurut Bruner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar
yang terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:9
a. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive)
b. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)
c. Tahap Simbolik (Symbolic)

9
Karso,dkk,Pendidikan Matematika 1, (Jakarta : Universitas Terbuka,2009), hal. 1.12

36
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna dan
memberikan kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat
hal-hal yang tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun
mempunyai keterbatasan diantaranya :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan KPK dan FPB saja,
sehingga belum bisa diintegrasikan dengan bahasan materi lain pada
matapelajaran yang lain secara maksimal.
2. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki jumlah siswa yang
relatif banyak, sehingga peneliti cukup kesulitan dalam membimbing
siswa dengan jumlah kelas yang banyak.
3. Alokasi waktu pun harus disesuaikan dengan soal instrumen yang
diujikan, sehingga siswa dapat menyelesaikan tes yang diukur sesuai
kemampuannya.
4. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini hanya meliputi variabel
pengaruh alat peraga Puzzle FPB dan KPK dan kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa, sedangkan aspek lain tidak terkontrol. Karena
hasil penelitian dapat saja dipengaruhi variabel lain diluar variabel yang
ditetapkan dalam penelitian ini.

37
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkatan tahapan pemahaman konsep pada kelas eksperimen yaitu
translation sebesar 15%, interpretation sebesar 17%, dan ekstrapolation 16%.
Sedangkan pada kelas kontrol yaitu translation sebesar 13%, interpretation
sebesar 14%, dan ekstrapolation 13%. Dari data tersebut, baik di kelas
eksperimen maupun dikelas kontrol memiliki hasil tertinggi pada tahap
interpretation dan hasil terendah pada tahap translation, namun pada
akhirnya presentase pada tiap tahapan pemahaman konsep pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Berdasarkan analisis dengan uji-t, maka diperoleh thitung > ttabel yaitu thitung
dengan signifikansi sebesar(0,024 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H 0
ditolak dan H1 diterima dengan taraf sigifikansi 5%, atau dengan kata lain
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga puzzle
FPB dan KPK lebih efektif daripada pembelajaran kooperatif tanpa
menggunakan alat peraga puzzle FPB dan KPK.
Dari hasil perhitungan effect size, diketahui bahwa hasil perhitungan
effect size dengan menggunakan rumus cohen’s d, diperoleh nilai sebesar 0,6.
Terbukti bahwa, Dari hasil perhitungan nilai effect size tersebut maka
penggunaan alat peraga puzzle FPB dan KPK termasuk dalam tingkatan
pengaruh yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat
peraga puzzle FPB dan KPK memberikan pengaruh yang tinggi terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa di kelas IV SDN Gembor
6 pada pokok bahasan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor
persekutuan terbesar (FPB).

38
B. Implikasi
Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan
pada BAB IV, maka implikasi dari hasil-hasil tersebut diuraikan berikut ini.
1. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
dapat difasilitasi dengan alat peraga manipulatif seperti puzzle FPB dan
KPK.
2. Untuk menyamakan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
dapat menggunakan metode pembelajaran dan alat peraga yang tepat.

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dan pengalaman yang terjadi selama
penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-saran berikut ini :
1. Guru kelas dapat menerapkan pendekatan pembelajaran dan
penggunaan alat peraga sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran matematika khususnya dalam meningkatkan pemahaman
konsep siswa.
2. Terdapat banyak tahapan pendekatan pembelajaran dan penggunaan
alat peraga yang harus dilakukan oleh guru. maka hendaknya guru
perlu lebih bijak dalam memberikan alokasi waktu yang cukup untuk
setiap tahap pendekatan agar pemahaman siswa sempurna dan setiap
tahapnya dapat dilaksanakan dengan maksimal.
3. Pada saat berkelompok sering terjadi beberapa siswa dalam satu
kelompok sudah mengerti sementara anggota kelompok yang lain
belum mengerti. Sebaiknya guru berkeliling melihat jalannya proses
pembelajaran dan dapat memantau setiap anggota kelompok sehingga
siswa mampu memahami konsep penting yang ditemukan.
4. Pada saat keadaan siswa yang belum terbiasa untuk melakukan diskusi
kelompok, terdapat beberapa anggota kelompok yang pasif atau
bahkan berkeliling mengganggu jalannya diskusi kelompok lain.
Untuk itu guru perlu terus mengarahkan siswa agar ikut terlibat aktif
dalam diskusi kelompok dan bekerja sama dengan siswa lainnya.

39

Anda mungkin juga menyukai