Anda di halaman 1dari 6

I.

Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis dataya. Untuk data

numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010) Variabel

yang di analisis univariat antara lain supervisi kepala ruangan dengan

pelaksanaanTimbang terima.dengan komunikasi SBAR Analisis yang

digunakan yaitu proporsi dari masing-masing kategori pada variabel yang

diteliti.

Rumus:

x
P= ¿ x 100%
n

Keterangan:

P : Frekuensi
X : Jumlah yang didapat
N : Jumlah sampel

2. Analisis Bivariat

46
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan antara variabel bebas ( supervisi kepala ruangan)

dan variabel terikat (Timbang terima SBAR). Kelompok sampel, dalam

hal ini uji yang cocok digunakan adalah uji kai kuadrat (Chi Square)

(Notoatmodjo, 2010).
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi atau jumlah proporsi

dan persentase dari masing-masing kategori setiap variabel.

a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit PMI Bogor
Karakteristik Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
< 25 tahun 7 23,3
Umur 25-35 tahun 10 33,3
> 35 tahun 13 43,3
Total 30 100
Perempuan 22 73,3
Jenis Kelamin
Laki-Laki 8 26,7
Total 30 100
DIII 12 40
Pendidikan S1 14 46,7
Ners 4 13,3
Total 30 100
< 5 tahun 7 23,3
Masa Kerja 5-10 tahun 12 40
> 10 tahun 11 36,7
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa hampir setengah responden

(43,3%) berumur >35 tahun, sebagian besar responden (73,3%) berjenis kelamin
perempuan, hampir setengah responden (46,7%) berpendidikan S1, dan hampir

setengah responden (40%) mempunyai masa kerja 5-10 tahun.

b. Distribusi Frekuensi Supervisi Kepala Ruangan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Supervisi Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
PMI Bogor
Supervisi Kepala Ruangan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 19 63,3
Baik 11 36,7
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa, responden yang menyatakan

supervisi kepala ruangan kurang baik sebanyak 19 orang (63,3%) dan responden yang

menyatakan supervisi kepala ruangan baik sebanyak 11 orang (36,7%).

c. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Timbang terima Dalam Komunikasi SBAR

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Timbang terima Dalam Komunikasi SBAR di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit PMI Bogor
Pelaksanaan Timbang terima
Frekuensi (f) Persentase (%)
Dalam Komunikasi SBAR
Kurang 18 60
Baik 12 40
Total 60 100

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa, responden yang menyatakan

pelaksanaan timbang terima dalam komunikasi SBAR kurang baik sebanyak 18 orang

(60%) dan responden yang menyatakan pelaksanaan timbang terima dalam

komunikasi SBAR baik sebanyak 12 orang (40%).


2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, dengan

menggunakan hitungan statistik, dimana derajat kemaknaan α = 0,05.

a. Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Handover Dalam

Komunikasi SBAR

Tabel 4.4.
Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Timbang terima Dalam
Komunikasi SBAR di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit PMI Bogor
Pelaksanaan Timbang
Supervisi terima Dalam
Total P-Value OR
Kepala Komunikasi SBAR
Ruangan Kurang Baik
F % F % N %
Kurang 15 78,9 4 21,1 19 100
Baik 3 27,3 8 72,7 11 100 0,017 10,000
Jumlah 18 60 12 40 30 100

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.4, diketahui bahwa, dari 18

responden supervise kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima dalam

komunikasi SBAR sebanyak 78,9% mengatakan supervisi kepala ruangan kurang baik

dan 27,3% mengatakan supervisi kepala ruangan baik. Sedangkan dari 12 responden

dengan pelaksanaan timbang terima dengan komunikasi SBAR baik sebanyak 72,7%

dan 21,1% mengatakan pelaksanaan dengan komunikasi SBAR kurang baik.

Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p value = 0,017. Dimana nilai p value lebih kecil dari pada nilai α (0,017 < 0,05), yang

berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruangan
dengan pelaksanaan timbang terima dalam komunikasi SBAR di ruang rawat inap

Rumah Sakit PMI Bogor.

Hasil analisis data diperoleh nilai OR (odds ratio) sebesar 10,000 yang berarti

bahwa, supervisi kepala ruangan yang kurang baik berpeluang 10 kali lebih besar

menyebabkan pelaksanaan timbang terima dalam komunikasi SBAR kurang baik pula

dibandingkan dengan supervisi kepala ruangan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai