Anda di halaman 1dari 87

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PISANG TERHADAP

FREKUENSI DIARE PADA ANAK (2-6 TAHUN) DI RUANG

RAWAT INAP RS PMI BOGOR

Riset ini diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

LALA NURIL MAULA

08180100187

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020
EFEKTIFITAS PEMBERIAN PISANG TERHADAP

FREKUENSI DIARE PADA ANAK (2-6 TAHUN) DI RUANG

RAWAT INAP RS PMI BOGOR

Riset ini Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

LALA NURIL MAULA

08180100187

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020

viii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Riset

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PISANG TERHADAP FREKUENSI

PADA ANAK (2-6) TAHUN DI RUANG PERAWATAN RS PMI

BOGOR

Telah mendapat persetujuan untuk dilaksanakan uji proposal akhir pada :

Jakarta,

Pembimbing,

(Ns. Hari Ghanesia Istiani, S.Kep, MKM)

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada usia 0-5 tahun, Si kecil akan banyak melakukan kegiatan dan

mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Dengan system imunnya yang

masih kurang baik, si kecil akan mudah menjadi terserang penyakit. Beberapa

penyakit diantaranya adalah diare, ISPA, ruam, konstipasi. Diare adalah

kasus paling sering timbul pada anak usia 0-5 tahun. Hal ini merupakan

bertambahnya jumlah buang air besar (BAB) yang terjadi lebih dari tiga kali,

dimana bentuk tinja akan lebih encer (Putri A. , 2016).

Pada diare ini sering sekali menyerang anak-anak, jika terlambat

ditangani menyebabkan kekurangan cairan dan akan mengakibatkan

kematian. Diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi 5 tahun di Indonesia

setelah radang paru-paru pernyataan Departemen Kesehatan. Banyak faktor

risiko yang dapat memicu terjadinya kasus diare di indonesia. Beberapa

diantaranya adalah faktor lingkungan yaitu tempat air bersih, tempat

pembuangan limbah, toilet, dan keadaan rumah (Kiki Ardianti, Budiman,

Herlina Yusuf , 2018). Faktor lain yang berhubungan dengan penyakit diare

diare tidak tersedia air bersih, pendidikan yang kurang masyarakat tentang

bagaimana hidup bersih dan sehat, WC, kebersihan tidak merawat kebersihan

lingkungan, menyimpan makanan yang tidak baik, dan cara pembuangan air

limbah tidak baik. (Kiki Ardianti, Budiman, Herlina Yusuf , 2018).

1
2

Penyakit diare pada tahun 2015 ada 688 juta orang sakit dan 499.000

meninggal di seluruh dunia, ini juga banyak terjadi kepada anak dibawah usia

5 tahun. Hampir 1,7 miliar kasus diare pada anak ada kematian yaitu 525.000

pada anak balita setiap tahunnya, ini menurut data WHO (2017). Data

Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2016 menyatakan bahwa banyak

kasus diare yang dirawat oleh pelayanan kesehatan di Indonesia menurun

setiap tahunnya. Di tahun 2016 kasus diare di Indonesia yang terawat

sebanyak 46,4% dari jumlah kasus diare keseluruhan yaitu berjumlah

6.897.463 jiwa. Jumlah kasus yang ditangani sebanyak 4.017.861 orang di

tahun 2015, dan tahun 2014 jumlah kasus diare yang terawat oleh instansi

kesehatan sebanyak 8.490.976 jiwa. (Kemkes, kemkes.go.id, 2016). Data

RISKESDAS Jawa Barat pada tahun 2017 menyebutkan khususnya di bogor

ada 130,488 penyakit diare yang telah ditangani (Dinas Kesehatan Jawa

Barat, 2017).

Diare merupakan keluarnya tinja pada konsistensi cair dan lebih dari 3

kali dalam sehari. Diare juga bisa menimbulkan demam, nafsu makan

menurun, sakit perut,gampang lelah dan menurunnya berat badan. Diare bila

tterlambat ditangani bisa menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit, bisa

saja terjadi banyak komplikasi seperti kehilangan cairan,syok hipovolemik,

rusaknya organ dan mungkin bisa koma. Terdapat 3 faktor resiko yaitu,yang

pertama faktor karakteristik individu, kedua faktor perilaku pencegahan, dan

ketiga faktor lingkungan. (Nurul Utami, Nabila Luthfiana, 2018).


3

Diare pada anak yaitu penanganannya dengan memenuhi kebutuhan

cairan. Penanganan diare pada anak bisa melalui bermacam-macam makanan

yaitu daging ayam, ikan, telur rebus, bubur apel, roti, pasta, dan juga pisang

(Rahmadani, 2018). Pengobatan komplementer sering digunakan untuk

mengobati berbagai penyakit di belahan Pengetahuan komplementer ini

diturunkan dari satu negerasi ke negerasi lainnya. Penelitian komplementer

sudah terbukti dalam menemukan bahan kimia baru, sebagai contoh pada

tahun 1981-2002, 28% dari bentuk bahan kimia baru yaitu produk alami atau

turunannya. Pisang ambon adalah salah satu obat yang digunakan pada kasus

diare . (Larasati, dkk, 2016)

Tanaman ini termasuk pada jenis famili “usaceae” dan “genus musa”.

Buah dari “musa paradisiaca” (pisang ambon) secara tradisional untuk

mengobati diare, disentri, lesi intestinal pada kolitis ulseratif, diabetes (buah

mentah), nefritis, gout, darah tinggi, dan jantung (Dyah Ragil WL, Yunita

Dyah PS , 2017). Buah “musa paradisiaca” juga dalam dunia kesehatan

antara lain sebagai agen “laxative” yang bila dimakan di waktu pagi sebagai

antidiare/antidisentri. Dalam “musa paradisiaca” mengandung “pectin” yang

akan membantu bising usus kembali normal dan berkurangnya konstipasi.

Ethanol dari ekstrak bunga musa paradisiaca juga mempunyai fungsi

menghambatnya berkembang bakteri pathogen (B. Subtilis, B. Cereus,

E.Coli) (Larasati, dkk, 2016).

Dalam jurnal penelitian Bangladesh terdapat 2968 anak dengan kasus diare

akut dengan diberikan diet pisang ambon (musa paradisiaca) lalu di observasi
4

selama satu minggu, ada 198 anak yang tidak diberikan diet dengan pisang ambon

dan hasilnya diare lebih dari 7 hari sebanyak 10,7%, dimana telah masuk pada

fase diare kronik. Penelitian ini hasilnya melengkapi penelitian yang sebelumnya

jika musa paradisiaca bukan hanya bermanfaat pada pasien diare yang dirawat di

rumah sakit, tetapi bisa bermanfaat terhadap pasien diare akut dan kronik yang

berada dirawat jalan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa, efek dari musa

paradisiaca sudah terlihat dihari ketiga pemberian. Pengamatan dihari ketiga ada

80% anak yang mengkonsumsi musa paradisiaca , penyakit diare akut mengalami

perbaikan.. (Larasati, dkk, 2016)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang sudah dilakukan peneliti dengan

cara membagikan kuesioner pada 18 responden di RS PMI Bogor, semua

responden mengatakan jika anaknya pernah mengalami diare, didapatkan bahwa

15 anak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit diare, 3 anak sebelumnya

tidak pernah dirawat di rumah sakit. Data didapatkan bahwa 9 orang tua memasak

air mendidih untuk membuat susu formula, 1 orang tua pasien pernah

memberikan pisang ketika anak sedang diare, dan 9 orang tua pasien tidak pernah

memberikan pisang saat anak mengalami diare. Permasalahan di atas menarik

perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai terapi komplementer

dengan menggunakan latihan pisang dalam rangka membantu mengurangi dan

juga mengatasi diare pada anak.

B. Rumusan Masalah

Diare yaitu salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

kesehatan masyarakat, karena kejadian kasusnya masih tinggi dan berpotensi


5

menimbulkan kematian, apalagi jika tidak ditangani dengan cepat. Penderita

kasus diare biasanya zat makanannya masih diperlukan tubuh terbuang pada

saat terjadi dehidrasi. Oleh karena itu, jika anak sering diare biasanya

pertumbuhannya terganggu. Maka perlu penelitian untuk menemukan terapi

komplementer yang mudah dilakukan, dan juga mudah diberikan untuk

mengurangi frekuensi diare pada anak. Berdasarkan latar belakang diatas

maka peneliti berminat melakukan penelitian tentang “efektifitas pemberian

pisang terhadap frekuensi diare pada anak di RS PMI Bogor”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pemberian pisang terhadap penurunan

frekeuensi diare pada anak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui frekuensi diare sebelum diberikan pisang pada anak.

b. Mengetahui frekuensi diare setelah diberikan pisang pada anak.

c. Mengetahui sejauh mana pengaruh pisang terhadap penurunan

frekuensi diare pada anak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

melakukan penanganan dalam menangani diare.


6

b. Bagi Orang Tua

menambah pengetahuan dalam penanganan diare dan

mengaplikasikannya agar frekuensi diare bisa menurun, sehingga

pertumbuhan anak optimal.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan

ilmu keperawatan khususnya keperawatan anak.

d. Bagi Perawat

sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya

intervensi pemberian pisang untuk menurunkan frekuensi diare pada

anak.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan menjadi refrensi

bagi pengembangan ilmu tentang “efektifitas pisang terhadap frekuensi

diare”

3. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

perbandingan untuk pengembangan judul-judul selanjutnya bagi

penelitian mengenai efektifitas pemberian pisang terhadap frekuensi

diare pada anak.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Teori dan Konsep Terkait

1. Diare

a. Pengertian

Diare merupakan keadaan keluarnya feses yang abnormal dan

diikuti dengan volume dan keenceran feses yang meningkat, serta

frekuensi buang air besar yang melebihi keadaan normal (tiga kali

sehari). Pada neonatus biasanya lebih dari empat kali sehari disertai

lender darah maupun tidak. Jenis diare terbagi dua, yaitu diare akut

dan diare kronik. Diare akut terjadi tidak lebih dari empat belas hari,

sementara diare kronik terjadi lebih dari lima belas hari. Bakteri,

virus dan protozoa merupakan mikroorganisme yang dapat

menimbulkan diare.

Mikroorganisme seperti “Eschericia coli enterotoksigenic”,

“Shigellasp”, “Campylobacter jejuni”, dan “Cryptosporidium spp”

merupakan mikroorganisme yang sering menimbulkan diare pada

anak. (Nurul Utami, Nabila Luthfiana, 2018). Gejala yang berbahaya

dari diare adalah dehidrasi, yang merupakan penyebab

berlangsungnya kematian, terutama pada bayi dan anak kecil. (Susi

Hartati, Nurazila, 2018)

8
9

b. Penyebab

Penyebab yang umum dari diare adalah infeksi virus, bakteri,

dan parasit. Infeksi virus “Viral Gastrointeritis”” atau infeksi virus

yang berasal dari lambung dan usus kecil adalah penyebab yang

sangat umum dari diare akut di dunia. Gejala gastroenteritis virus”

seperti mual, muntah, kram perut, dan diare biasanya hanya

berlangsung 48-72 jam. Berbeda dengan bakteri enterecolitis (infeksi

bakteri dari usus kecil dan usus besar). Menurut bambang dan

Nurtjahjo, (2011) dalam (Wati, 2016) cara penularan diare biasanya

melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan maupun minuman

yang disebabkan oleh enteropatogen, atau kontak langsung melalui

tangan pada penderita atau barang-barang yang sudah tepapar tinja

penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, files,

fluid). Menurut Juffrie dan Mulyani (2011) dalam (Selvia, 2017),

Faktor resiko bisa meningkatan penularan enteropatogen yaitu, tidak

memberikan ASI secara utuh untuk usia 4-6 bulan pertama

kehidupan bayi, penyediaan air bersih yang tidak memadai,

pencemaran air yang terpapar tinja, kurangnya sarana kebersihan,

kebersihan lingkungan yang buruk, menyimpan makanan yang tidak

higenis dan cara pemilihan yang tidak baik. Selain itu ada beberapa

faktor pada penderita diare yang dapat meningkatkan potensi

terjangkitnya diare, diantaranya yaitu gizi buruk, imunodefisiensi,

menurunnya motilitas usus, dan menderita campak dalam kurun


10

waktu empat minggu terakhir serta faktor genetik. Mengalami

adanya darah atau nanah dalam tinja, dan terkadang tidak mengalami

gejala demam.

Bukan faktor infeksi menurut (Darmita, 2017)

1) Alergi makanan: susu, protein

2) Gangguan metabolik atau malabsopsi: penyakit Cealic,

Cystic fibrosis pada pancreas

3) Mengalami iritasi pada saluran pencernaan oleh makanan

4) Obat-obatan seperti antibiotik

5) Penyakit usus: Colitis Ulcerative, Crohn Disease,

Enterocolitis

6) Emosional

7) Obstruksi usus

c. Klasifikasi Diare

Terdapat beberapa pembagian diare yaitu:

1) Berdasarkan lama kejadian diare:

a) Diare akut : berlangsung <14 hari

b) Diare kronik : berlangsung > 14 hari

2) Berdasarkan mekanisme patofisiologi:

a) Diare sekretorik

b) Diare osmotik

3) Berdasarkan derajat dehidrasi :

a) Diare tanpa dehidrasi


11

b) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

c) Diare dengan dehidrasi berat

Tabel 1.1 Klasifikasi Diare Menurut Derajat Dehidrasi

Klasifikasi Tanda dan gejala


Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda dan gejala berikut:
(kehilangan cairan >10% berat 1. Kondisi umum lemah, tidak sadar
badan) 2. ubun-ubun membesar. Mata sangat
cekung
3. malas minum atau tidak dapat
minum
4. cubitan perut kembali sangat lambat
lebih dari 2 detik

Dehidrasi ringan-sedang Dua atau lebih tanda dan gejala berikut:


(kehilangan cairan 5-10% berat 1. Rewel ,gelisah, dan cengeng
badan) 2. Ubun-ubun membesar. Mata sedikit
cekung
3. Tampak kehausan, minum dengan
lahap
4. Cubitan perut kembali lambat
12

Tanpa dehidrasi Tidak ada tanda-tanda untuk


(kehilangan cairan <5% berat diklasifikasikan pada kedua kriteria di
badan) atas.

Sumber: Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jilid I dalam (Selvia,

2017)

d. Hal-hal yang perlu diukur pada anak yang mengalami diare

1) Warna feses

Warna feses menurut Prasetyono (2009) dalam (Darmita,

2017).

a) Kuning

Jika feses berwarna kuning maka diindikasikan normal.

Warna feses bagi bayi dipengaruhi oleh susu yang

dikonsumsinya. Jika bayi minum ASI secara eksklusif,

tinjanya akan lebih cerah dan dominasinya berwarna

kuning. Sedangkan jika yang diminum susu formula, atau

ASI dicampur dengan susu formula, warna feses akan

menjadi gelap. Misalnya kuning tua agak coklat tua,

kuning kecoklatan, atau coklat kehijauan.

b) Hijau

Jika feses berwarna hijau termasuk kategori normal.

Walaupun begitu, warna ini tidak boleh sering muncul.

c) Merah
13

Jika feses berwarna merah pada bayi biasanya disebabkan

karena adanya tetesan darah yang menyertai. Namun,

dokter tetap akan mengevaluasi apakah penyebab feses

berwarna merah dari tubuh bayi sendiri atau dari ibunya.

d) Putih/keabu-abuan

Warna putih biasanya terdapat gangguan pada hati dan

adanya penyumbatan pada saluran empedu. Ini berarti

cairan empedunya tidak mewarnai feses.

2) Frekuensi

Sebagian orang buang air besar secara normal dalam 1 kali

sehari atau hanya 34 kali dalam seminggu, sebagian lagi buang

air besar setelah makan pagi atau pada sore hari, namun ada

juga pola buang air besar individu pada waktu sempat saja.

Beberapa orang membiasakan buang air besar setelah sarapan

pagi, ketika refleks gastrocolon dan deudenocolon

menyebabkan masa pada usus besar (Trisa S, 2006) dalam

(Darmita, 2017).

a) Berkurang: Frekuensi diare kembali normal

b) Bertambah: frekuensi diare tidak kembali normal

Menurut (Mursilah, 2010) frekuensi diare 1-2 (Jarang)

dan >2x(Sering).
14

3) Konsistensi

Konsistensi feses biasanya berbentuk dan lembut, mengandung

air sebanyak 75% apabila mendapat intake cairan yang cukup,

sedangkan 25% lagi adalah bagian padat. Konsistensi feses

umumnya cair, lembek atau lunak, berbentuk dan padat atau

keras (Trisa S, 2006). Pada anak dengan penyakit diare

konsistensi fesesnya lunak seperti busa atau bubur dan

keseluruhan cair (Salwan, 2010).

4) Bentuk

Feses normal biasanya berbentuk rektum (Trisa S, 2006).

Dalam (Darmita, 2017).

5) Bau

Bau pada feses merupakan kerja bakteri pada intestinal, dan

umumnya bervariasi pada satu orang dengan yang lainnya. Bau

feses yang sangat tajaam bisa menunjukkan adanya gangguan

pada saluran pencernaan. (Trisa S, 2006) dalam (Darmita,

2017).

e. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang umumnya diperlukan adalah:

1) Darah: darah lengkap, serum elektrolit, glukosa darah, analisa

gas darah, kultur dan kepekaan terhadap antibiotik.

2) Urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan antibiotik.

3) Tinja : feses lengkap, kultur dan tes kepekaan antibiotik.


15

Pemeriksaan terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja diberlakukan pada semua

penderita diare walaupun pemeriksaan laboratorium tidak

dilakukan. Pemeriksaan makroskopik melakukan

pemeriksaan warna tinja, konsistensi, bau, adanya lendir,

adanya darah, adanya busa. Tinja yang berbusa berarti

adanya gas dalam feses akibat fermentasi bakteri. Feses

yang terdapat minyak, lengket dan berkilat

mengindikasikan bahwa terdapat lemak dalam tinja. Jika

dalam feses terdapat lendir maka terdapat gambaran

kelainan dikolon, yaitu akibat bakteri infeksi. Feses

diperiksa menggunakan kertas lakmus dilakukan adanya

agar bisa menentukan kejadian asam dan basa dalam feses.

Asam dalam feses yaitu asam lemak yang berantai pendek

dan dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak

diserap oleh usus halus akan menuju usus besar yang

banyak mengandung bakteri komensial. Bila Ph feses

kurang 6 maka dianggap malabsorpsi laktosa. Keadaan Ph

normal pada feses adalah 6-6,5.

2) Pemeriksaan mikroskopik

Infeksi dari bakteri invasif akan terjadi bila sebagian besar

leukosit dalam feses yang berarti adanya proses inflamasi.


16

Adapun pemeriksaan leukosit dalam feses caranya dengan

mengambil sedikit bagian feses yang berlendir (hanya

seujung lidi) dan diberi ½ tetes eosin atau NaCl kemudian

diperiksa menggunakan mikroskop cahaya.

2. Pisang

a. Pengertian

Pada tahun 2013 Indonesia menghasilkan produksi Pisang

sebesar 6.279.290 ton, lalu meningkat sebanyak 90.238 ton atau

meningkat sekitar 1,45% dibandingkan tahun 2012. Sementara itu

pada tahun yang sama, provinsi Sumatera Utara memproduksi

Pisang sebesar 342.298 ton. Hal itu membuat Sumatera Utara

menempati urutan kedua sebagai penghasil produksi pisang

terbanyak di Indonesia, dibawah provinsi Lampung. Pisang pun

menjadi tanaman buah dengan tingkat produksi yang paling tinggi di

Kepulauan Sumatera. (Badan Pusat Statistik, 2015)

Penelitian menyebutkan bahwa musa paradisiaca memiliki

kandungan nutrisi yang baik, menjadi sumber vitamin dan mineral,

juga untuk dunia kesehatan. Tanaman buah ini adalah salah satu

sumber makanan yang mengandung potassium. Potassium berfungsi

menjaga kerja otot dalam keadaan normal, mencegah spasme otot,


17

dan juga meringankan penurunan tekanan darah. Vitamin A juga

terkandung dalam Musa paradisiaca, dimana Vitamin A berperan

dalam kesehatan gigi, dan tulang, vitamin B6 berfungsi dalam sistem

imun, vitamin C berfungsi dalam perkembangan jaringan, vitamin D

untuk menyerap kalsium. Dalam dunia kesehatan Musa paradisiaca

juga berfungsi sebagai agen laxative jika dikonsumsi pada pagi hari

sebagai antidiare dan antidisentri. Kandungan pectin membantu

bising usus kembali normal dan mengurangi konstipasi. Kandungan

ethanol dari ekstrak bunga musa paradisiaca berfungsi untuk

menghambat perkembangannya bakteri pathogen (B. Subtilis, B.

Cereus, E. Coli). (Larasati, dkk, 2016)

Pisang bisa ditanam didataran yang rendah bersuhu 21-32 derajat

celcius dan beriklim lembab. Topografi yang baik bagi tanaman

pisang yaitu lahan yang rata dengan tingkat kemiringan 8 derajat,

dan idealnya lahan terletak didaerah tropis antara 16 derajat LU – 12

derajat LS. Jika suhu udara kurang dari 13 derajat celcius atau lebih

dari 38 derajat celcius maka pisang tidak akan tumbuh dan biasanya

akan mati. (Hot Setiado, Monica Dame, Eva Sartini Bayu, 2015)

b. Klasifikasi Tanaman Pisang

Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi)

tumbuhan adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae


18

Kelas : Monocotyledonae

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca L. (Tjitrosoepomo, 2000)

Pisang merupakan famili Musaceae dari ordo Scitamineae yang

terbagi dari dua genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa

terbagi menjadi 4 golongan, diantaranya Rhodochlamys, Callimusa,

Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa dan Eumusa

adalah jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun

olahan. Buah yang dimakan segar adalah dari golongan Emusa, yaitu

Musa acuminata dan Musa balbisiana.

c. Iklim

1) Iklim tropis basah, lembab dan panas akan mempercepat

pertumbuhan pisang. Namun pisang juga dapat tumbuh di

daerah subtropis. Jika tidak ada air, pisang masih bisa tumbuh

karena pada batang pisang yang berair masih mampu

menyuplai kebutuhan air, tetapi produksinya tidak bisa

diharapkan.

2) Jika angin kecepatan tinggi misalnya angin kumbang bisa

merusak daun dan berpengaruh pada pertumbuhan pisang.

Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2

bulan kemarau. Curah hujan yang bervariasi harus diimbangi

dengan ketinggian air tanah supaya tanah tidak tergenang.


19

3) Media Tanam

a) Pisang bisa tumbuh di tanah yang mengandung banyak

humus, yang didalamnya terdapat kapur atau tanah berat.

Tanaman ini banyak memakan makanan jadi sebaiknya

pisang ditanam di tanah yang berhumus lalu dipupuk.

b) Air baiknya selalu tersedia, karena tanaman pisang akan

bagus jika diairi dengan intensif tetapi tidak boleh hingga

menggenangi tanaman pisang. Ketinggian air tanah di

daerah basah baiknya sekitar 50 - 200 cm, sedangkan di

daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering

50 - 150 cm. Tanah yang sudah mengalami erosi tidak

akan menghasilkan buah pisang yang baik.

c) Ketinggian Tempat

Tanaman pisang ini sangat toleransi pada ketinggian dan

kekeringan. Di Indonesia umumnya bisanya tumbuh di

dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 mdpl.

Pisang ambon, nangka dan tanduk akan tumbuh dengan

baik sampai ketinggian 1.000 mdpl.

d. Pengelompokan Tanaman Pisang

Tanaman pisang terbagi menjadi tiga golongan yaitu:

1) Pisang yang buahnya enak untuk dimakan, contohnya

Musa paradisiaca Linn.


20

2) Pisang hutan atau pisang liar, keduanya sering dijadikan

sebagai tanaman hias, contohnya adalah pisang lilin (M.

zebrina Van Hautte), dan pisang pisangan (Heliconia

indica Lamk).

3) Pisang yang hanya dimanfaatkan pelepahnya, biasanya

sebagai bahan serat. Contohnya pisang manila atau biasa

disebut pisang abaka (M. textilis Nee).

Menurut jenisnya, tanaman pisang kembali terbagi menjadi

tiga kelompok, yaitu:

1) Musa acuminata

Jenis tanaman pisang ini mempunyai ciri-ciri umum yang

mudah dikenali yaitu tidak terdapat biji dalam buahnya,

bercak-bercak yang melebar berwarna coklat atau hitam

pada batang semunya, batang pelepah daun pisang

terbuka, tangkai daun ditutupi lapisan lilin, tangkai buah

berbentuk pendek, kelopak bunga berbentuk lengkung ke

arah pundak setelah membuka, bentuk daun bunga runcing

seperti tombak, berwarna putih krem pada bunga jantan .

Musa acuminata diberi kode AA, sedangkan untuk triploid

diber kode AAA (Suhardiman, 1997 :15). Contoh kultivar

pisang yang termasuk dalam kelompok pisang ini adalah

pisang Ambon (AAA), Barangan (AAA), dan Mas (AA).

Jenis pisang liar “”Musa acuminata mengandung banyak


21

biji berwarna hitam didalam buahnya, misalnya Musa

acuminata ssp, malacensi.

2) Musa balbisina

Contoh yang cukup mudah dikenali masyarakat,

contohnya yaitu pisang “Kluthuk Awu” dan pisang

“Kluthuk Wulung”. Jenis pisang ini mengandung banyak

biji dalam buahnya, ciri-cirinya mudah dikenali yaitu

batangnya memiliki bercak-bercak banyak tetapi jarang

dan tampak tidak jelas, saluran pelepah pada daun

menutup, tangkainya panjang, bentuk daun bunga

membulat sedikit runcing, ujung daun bunga bulat,

kelopak bunga bebentuk tidak lengkung ke arah punggung

setelah membuka, warna bunga jantan bersemu merah

muda bervariasi, tangkai buah tidak berbulu. Musa

balbisiana diberi kode dengan genom B, dan dibedakan

menjadi BB yang diploid, BBB yang triploid dan BBBB

tetraploid. (Suhardiman, 1997 : 15)

3) Persilangan alami maupun buatan dari Musa acuminata

dengan Musa balbisiana

Musa paradisiaca merupakan nama dari jenis persilangan

pisang “Musa acuminate” dan “Musa balbasina”. Ciri-

cirinya pun mudah dikenali karena terdapat ciri dari Musa


22

acuminata dan Musa balbisiana. Kelompok pisang jenis

ini biasanya untuk pisang yang dikonsumsi segar maupun

olahan. Kultivar pisang dapat langsung dimakan

secaramsegar contohnya adalah pisang Raja Sere

sedangkan yang jenis pisang olahan adalah pisang

Nangka, Kepok. Jenis pisang olahan yang secara

internasional dibagi dalam plantain adalah yang termasuk

dalam genom AAB memiliki bentuk buah yang ramping,

tidak beraturan dan rasanya sedikit renyah. Pisang yang

termasuk dalam kelompok ini adalah pisang Tanduk atau

pisang Candi. (Sutanto dan Edison, 2001 : 16) Menurut

Rukmana (1999 : 20), penggolongan kultivar pisang

berdasarkan sifat buah dan manfaatnya dibedakan menjadi

7 kelompok, yaitu:

a) Kelompok Pisang Ambon

Ciri-ciri kelompok pisang Ambon adalah sebagai

berikut.

1) Tinggi pohon 2,5-3m, memiliki lingkar batang

0,4-0,6m, warnanya hijau dan memiliki bercak

warna hitam.

2) Panjang daun 2,1-3m, lebar daun 40-65cm,

kadang mempunyai lapisan lilin tipis.


23

3) Tandan buah memiliki panjang 40-60cm,

berbulu halus dan merunduk

4) Jantungnya berbentuk bulat telur, kelopak luar

berwarna ungu, dan bagian dalam warnanya

merah jambu.

5) Memiliki 7-10 sisir buah, masing-masing terdiri

dari 10-16 buah.

6) Buah pisang bentuknya silinder dan

melengkung sedikit, panjang dan tidak terdapat

biji.

7) Tebal kulit buah sekitar 2,4-3 mm.

8) Buah pisangwarnanya putih dan putih

kekuningan, rasanya manis, lunak sampai agak

keras dan beraroma.

9) Berbunga pada usia 11-12 bulan dan matang 4-5

bulan setelah berbunga.

10) Contoh dari pisang Ambon antara lain Ambon

Putih, Ambon Hijau, Ambon Lumut, Ambon

Kuning, Ambon Badak, Ambon Angleng dan

Ambon Cavendish.

b) Kelompok Pisang Raja

Kelompok pisang ini baik dikonsumsi secara segar,

dengan karakteristik morfologi sebagai berikut.


24

1) Buahnya mirip dengan pisang Ambon tapi kulit

lebih tebal. Warna buahnya beragam ada warna

kuning muda, kuning tua dan merah daging.

2) Tinggi pohon 2,6-3 m dengan lingkar batang

0,4-0,5 m (kecuali pisang raja sere) berwarna

hijau dengan bercak coklat kehitaman.

3) Panjang daun 2,4-2,8 m, lebar 40-60 cm

berwarna hijau.

4) Tandan buah sangat panjang yaitu 40-60 cm,

merunduk, berbulu halus.

5) Jantung berbentuk telur, kelopak luar berwarna

ungu dan merah di dalam.

6) Sisir buah berjumlah 6-8 sisir dan tiap sisir

berjumlah 12-13 buah

7) Buahnya berbentuk silinder, berkulit agak tebal

(3 mm) dengan ujung runcing bulat atau bersegi

empat

8) Daging buahnhya warna putih kekuningan,

kuning muda merah.

9) Berbunga pada umur 14 bulan dan matang

sekitar 150-160 hari setelah berbunga.


25

Yang masuk dalam kelompok pisang Raja

adalah pisang Songit, Raja Bulu, Raja Sere,

Udang Potho dan Pulo.

c) Kelompok Pisang Mas

Ciri-ciri pisang Mas adalah sebagai berikut.

1) Tinggi pohon 2 m dengan lingkar batang 20-28

m dengan bercak coklat tua kemerahan.

2) Panjang daun 90-110 cm, lebar 20-27 cm

berwarna hijau.

3) Tandan buah mencapai panjang 20-30 cm,

merunduk, berbulu halus.

4) Jantung bentuknya seperti telur, kelopak luar

warnanya ungu dan di dalam warnanya merah.

5) Sisir buah berjumlah 4-6 sisir dan tiap sisir

berjumlah 6-8 buah.

6) Buah berbentuk silinder, ujung runcing dengan

panjang 9-10 cm dan tidak berbiji, kulit buah

tipis (1 mm) berwarna kuning keemasan.

7) Daging buahnya berwarna krem, rasa manis

sampai agak kesat, dan kurang beraroma

8) Berbunga pada umur 12 bulan dan masak

sekitar 3,5 bulan setelah berbunga.


26

9) Termasuk pada jenis pisang mas adalah pisang

Lampung, Susu, Empat Puluh Hari, Muli dan

pisang Seribu.

e. Cara Pemberian pisang

Penelitian di Bangladesh melakukan pemberian

pisang sebanyak ½-1 cangkir pisang (44±9 g

dan 93 ± 15 g pisang yang telah dimasak). Nah,

sebelumnya seluruh bagian buah pisang dengan

berat ± 100 gram sudah direbus dalam air

mendidih selama 10 menit, lalu di tiriskan dan

dikupas. Anak berusia 6-12 bulan dianjurkan

agar mengkonsumsi setengah sampai satu buah

perhari, usia 12-24 bulan sebanyak satu sampai

dua buah perhari, dan usia 24-36 bulan

sebanyak tiga buah perhari. Pisang diberikan

dalam berbentuk pasta, digoreng dalam

potongan kecil, juga bisa direbus, lalu

dihancurkan sebanyak tiga sampai empat kali

sehari. Pemberian pisang bersamaan dengan

nasi atau makanan lainnya.


27

B. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian terkait tentang efektifitas pisang terhadap frekuensi

diare terhadap anak adalah sebagai berikut:

1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Larasati, dkk, 2016) dengan

judul penelitian “Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare

Akut pada Anak” efek dari Musa paradisiaca sudah terlihat hitungan

hari ketiga pemberian Musa paradisiaca. Pada pengamatan hari

ketiga hampir 80% anak yang mengonsumsi Musa paradisiaca

mengalami perbaikan dari penyakit diare akut.

2. Penelitian di Bangladesh terhadap 2968 anak dengan diare akut

dalam kurang dari 7 memberikan diet dengan pisang ambon (Musa

paradisiaca) dan diobservasi selama satu minggu penuh, yaitu ada

198 anak yang tidak diberikan diet dengan pisang ambon dan diare

berlangsung lebih dari 7 hari yaitu 10,7%, dimana memasuki fase

diare kronik.

3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hatorangan (2015) dengan

judul penelitian “Ekstra kulit pisang raja (Musa X Paradisiaca

AAB)” efektif bisa menghambat pertumbuhan bakteri

proponiobacterium acne dan staphylococcus epidermis dengan

metode difusi.

4. Dalam penelitian yang dilakukan Dien, dkk (2017) dengan judul

penelitian “Daya hambat ekstra kulit pisang raja (Musa X

paradisiaca AAB) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia Coli


28

secara In Vitro” hasilnya bahwa ekstra kulit pisang raja ada daya

penghambat terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in

vitro. Nilai konsentrasi hambatan minimum ekstrak kulit pisang raja

metode dilusi cair terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli

yaitu pada konsentrasi 20%. Sedangkan nilai konsentrasi bunuh

minimum (KBM) ekstrak kulit pisang raja metode dilusi cair

terhadap pertumbuhan Escherichia coli yaitu pada konsentrasi 25%

tetapi tidak dapat menggantikan penggunaan antibiotik

kloramfenikol.

5. Dalam penelitian Dwi Wahyuni dan Oktavia Krisnawati ( 2015)

dengan judul penelitian karya ilmiah populer tentang kajian awal

ekstrak kulit pisang ambon (musa paradisiaca var. sapientrum (L.)

Kunt.) Penghambat bakteri shigella dysentriae”. Ekstrak kulit pisang

ambon memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri shigella

dysentriae. Ekstrak kulit pisang ambon memiliki konsentrasi

hambatan minimum terhadap pertumbuhan bakteri shigella

dysentriae pada konsentrasi 10%.


29

C. Kerangka Teori

Menurut (Darmita, 2017)


Pisang
Faktor penyebab diare ada 2, yaitu:

A. Faktor Infeksi
1. Bakteri Diare

2. Virus
3. Parasit

Frekuensi diare
B. Bukan Faktor Infkesi
1. Alergi makanan: susu, Menurut (Mursilah,
protein
2010) frekuensi diare
2. Gangguan metabolik
1-2 (Jarang) dan
3. Iritasi langsung pada
saluran pencernaan oleh >2x(Sering)
makanan
4. Obat-obatan: antibiotik
5. Penyakit usus
6. Emosional atau stress
7. Obstruksi usus

Bagan 1.1 Kerangka Teori

Keterangan :

-------------- : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka penelitian merupakan suatu hubungan atau berkaitan dengan

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati melalui penelitian.

Kerangka konsep dalam penelitian ini:

1. Variabel bebas (variabel independent) dalam penelitian ini adalah

frekuensi diare pada anak.

2. Variabel terikat (variabel dependent) pada penelitian ini pisang.

Anak usia 2-6 tahun yang


Pemberian pisang
mengalami diare

Frekuensi diare

Menurut (Mursilah, 2010) frekuensi


diare :
1-2 (Jarang) dan >2x(Sering)
(Mursilah, 2010)

Bagan 2.1 Kerangka Konsep

33
34

B. Hipotesis

Hipotesis yaitu pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya.

Hipotesis ini adalah jawabaannya sementara berdasarkan pada teori yang

belum dibuktikan dengan data atau fakta. (Masturoh & Anggita T, 2018)

1. H0 : Tidak ada perbedaan antara nilai sebelum dan sesudah setelah

perlakuan/treatment

2. H1 : Ada perbedaan antara nilai sebelum dan sesudah perlakuan/treatment.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional mengacu pada variable independen (Pemberian

Pisang ) dan variable dependen ( Frekuensi diare pada anak)


35

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Skala ukur
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur

1. Variabel Pemberian pisang SOP PEMBERIAN - - -


Independen diberikan saat pasien PISANG
pertama kali masuk
ruangan rawat inap

2 Variabel Frekuensi diare Kuesioner Didapat dari Nominal


Independen pernyataan 0. 1-2 (Jarang)
orangtua melalui
1. >2x(Sering)
kuesioner yang
(Mursilah,
diisi oleh orangtua 2010)
responden.
BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara sistematis yang dilakukan untuk

menemuukan jawaban dari pertanyan penelitian (Masturoh & Anggita T,

2018). Penelitian ini menggunakan kuantitatif–quasi experimental design

biasanya sering digunak pada penelitian dilapangan maupun di masyarakat.

Penelitian ini digunakan pendekatan “Pre test, post test, without control

group”, penelitian eksperimen memungkinkan untuk hasilnya dibandingkan

intervensi program kesehatan pada kelompok kontrol yang serupa tetapi tidak

pada kelompok yang sama. Peneliti memilih jenis penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh pisang terhadap frekuensi diare pada anak.

Pre test 01 X 02

Post test 01 02

Keterangan :

K : Subyek

01 : Pretest (Sebelum di berikan pisang)

X : Frekuensi diare

02 : Posttest (Setelah di berikan pisang)

36
37

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Agar ditemukan sampel dari populasi menggunakan hitungan sampel

maupun pedoman tabel dikembangkan oleh para ahli. Secara umum,

untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal 30, sedangkan

dalam penelitian eksperimental jumlah sampel minimum 15 dari tiap

kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah

100 (Masturoh & Anggita T, 2018).

2. Sampel

Sample adalah proses pilihan satuan (misalnya orang, organisasi) dari

sebuah populasi yang diperhatikan dalam suatu studi, sehingga sampel

dapat menjelaskan populasi dari mana sampel itu diambil (Tiro dan

Darmitha, 2017). Sampel pada penelitian ini adalah penderita penyakit

diare pada anak usia 2-6 Tahun yaitu 30 responden yang dirawat di

Ruang Perawatan Anak RS PMI Bogor, dan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Anak yang mengalami Diare

2) Anak yang berusia 2-6 tahun

3) Pasien Anak yang mengalami perawatan hari pertama

4) Orang tua anak bersedia menandatangani inform consent

b. Kriteria ekslusif
38

1) Saat diberi perlakuan anak pulang

2) Saat diberi perlakuan anak meninggal

3. Penghitungan Sampel

Agar bisa menentukan sampel dari populasi gunakan perhitungan

sampel maupun pedoman tabel yang dikembangkan oleh para ahli. Secara

umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal 30,

sedangkan dalam penelitian eksperimental jumlah sampel minimum 15

dari tiap kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum

adalah 100 (Masturoh & Anggita T, 2018).

4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling. Penarikan sample secara purposif yaitu cara penarikan sampel

yang digunakan dengan memilih subjek berdasarkan pada karakteristik

tertentu yang dianggap adanya hubungan dengan karakteristik populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Masturoh & Anggita T, 2018). Sampel

yang diambil adalah penderita penyakit diare pada anak yang berusia 2-6

tahun yang dirawat di ruang perawatan Anak RS PMI Bogor dar bulan

April-Juni 2020.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah diruang Perawatan Anak RS

PMI Bogor. Peneliti memilih RS PMI Bogor sebagai lokasi penelitian alasan

RS PMI Bogor adalah masih banyak anak yang mengalami diare yang belum

tahu penanganan yang dilakukan selain meminum obat anti diare misalnya
39

dengan mengkonsumsi pisang , dan belum pernah dilakukan penelitian

mengenai efektifitas pisang terhadap frekuensi diare pada anak di Rumah

Sakit PMI Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2020 di

Rumah Sakit PMI Bogor.

D. Etika Penelitian

Menurut (Masturoh & Anggita T, 2018) penelitian dilakukan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian meliputi:

1. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan informasi secara

mengenai keseluruhan ruang lingkup, manfaat dan resiko secara jelas

kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan. Setelah subjek

penelitian memahami penjelasan tersebut, kemudian dilakukan

persetujuan dengan mendokumentasikan tanda tangan atau berupa kalimat

pernyataan secara online yng didalamnya terdapat pilihan ya/tidak

bersedia menjadi subjek penelitian sebagai bukti persetujuan.

2. Anonymity

Masalah etika adalah masalah yang bisa memberikan jaminan dalam

menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama reponden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan presentasikan.

3. Manfaat (Beneficience)
40

Menghasilkan manfaat yang besar dan tidak ada kerugian maupun resiko

bagi subjek penelitian.

4. Tidak Membahayakan Subjek Penelitian (Non Maleficience)

Peneliti meminimalisi yang akan merugikan bagi subyek

(nonmaleficence).Apabila intervensi penelitian bisa menyebabkan cedera

atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian

untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kesakitan, stres, maupun kematian

subyek. Penelitian tidak memberikan dampak yang membahayakan bagi

responden selama proses penelitian berlangsung.

5. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti akan menjaga rahasia identitas responden dan memberikan

informasi. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian.

6. Keadilan (Justice)

Makna keadilan dalam hal ini adalah tidak ada perbedaan subjek.

Penelitian harus seimbang baik manfaat maupun resikonya. Menghadapi

resiko yang akan dihadapi sesuai dengan pengertian sehat yang

mencangkup fisik, mental dan sosial (Masturoh & Anggita T, 2018).

E. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu menggunakan

SOP pemberian pisang. Pengukuran frekuensi diare pada penelitian ini

mengggunakan lembar observasi kontrol. (Darmita, 2017)


F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan agar bisa menunjukan tingkat atau tepat tidaknya

suatu alat ukur. Validitas menunjukan derajat tepat atau tidaknya antara

data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang

dikumpulkan oleh peneliti. Valid berarti sesuai dengan apa yang

seharusnya diukur. Setiap instrument pertanyaan dilakukan uji validitas.

Untuk melakukan uji validitas variabel tindakan yang merupakan skore

dalam skala ordinal (tingkatan) digunakan teknik korelasi product

moment yang dirumuskan sebagai berikut :

Dimana:

r : Koefisien korelasi

n : Jumlah responden

∑XY : Jumlah dari perkalian skor item dengan skor total

∑X : Jumlah dari skor item pertanyaan

∑Y : Jumlah dari skor total

41
42

Angka yang diperoleh harus dibandingkan dengan standar nilai korelasi

validitas, menurut (Sugiyono, 2017) nilai validitas standarnya yaitu

sebesar 0,3. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar daripada nilai

standar maka disebut valid atau signifikan. Pada penelitian ini instrumen

tidak dilakukan uji validitas dikarenakan menggunakan instrumen baku.

2. Uji Reabilitas

Menurut (Sugiyono, 2017) adalah uji reliabilitas adalah sejauh mana

hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas yang digunakan untuk

variabel tindakan yang berupa skor dalam skala ordinal (tingkatan)

adalah teknik koefisien reliabilitas alpha cronbach dengan rumus sebagai

berikut :

Keterangan :

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

∑άb2 : Jumlah varians butir


43

άt2 : Varians total

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan

oleh STIKIM dan ditujukan kepada direktur RS PMI Bogor.

2. Setelah peneliti mendapatkan izin dari kepada direktur RS PMI Bogor,

peneliti menyiapkan lembaran kuesioner dan informed consent.

3. Membuat lembaran kuesioner dan informed consent dengan

memanfaatkan aplikasi google form.

4. Melakukan konsultasi mengenai kelayakan isi dari kuesioner dan

informed consent kepada pembimbing sebelum kuesioner dan informed

consent di sebarkan kepada responden melalui link

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdcM5LPRlDnQY-

LMFOsUgL9Z8jXXDcL71Ed4qp1BfVCNoe_-

Q/viewform?vc=0&c=0&w=1

5. Menjelaskan kepada calon responden mengenai penelitian yang akan

dilakukan. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian dengan menggunakan link Setiap

responden diberikan kebebasan untuk memberikan persetujuan ataupun

menolak untuk menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden

menyatakan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian, maka

responden diminta mengisi lembar informed consent yang telah disiapkan

peneliti.
44

6. Membagikan link informed consent dan kuesioner secara online kepada

calon responden, untuk mengisi informed consent dan pertanyaan yang

ada didalam kuesioner meliputi nama, umur dan jenis kelamin, dan usia

anak.

7. Peneliti datang ke RS PMI Bogor lalu mewawancarai orangtua pasien

dan perawat dan memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian.

8. Peneliti menentukan jumlah yang termasuk kriteria inklusi.

9. Peneliti mengumpulkan responden dalam satu ruangan.

10. Peneliti menjelaskan tujuan prosedur penelitian dan teknik penelitian

pada responden.

11. Peneliti menginformasikan bahwa pemberian pisang dilakukan oleh

responden saat pertama kali masuk RS dan setelah 3 hari masuk RS lalu

akan di observasi oleh peneliti.

12. Melakukan uji etik setelah siding proposal.

H. Pengolahan Data

1. Editing

Pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena

kemungkinan data yang masuk tidak memenuhi syarat atu tidak sesuaai

dengan kebutuhan (Masturoh & Anggita T, 2018).

2. Coding

Simbol tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan

identitas data (Masturoh & Anggita T, 2018).


45

a. Data umum :

1) Kode responden

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2

Responden N = RN

2) Apakah anda pernah memberikan pisang terhadap anak anda pada saat

diare?

P=Pernah

TP= Tidak Pernah

3. Processing

Pada tahap ini peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data

dari masing-masing responden ke dalam program komputer. Data

dimasukkan sesuai nomor responden pada kuesioner dan jawaban

responden, kemudian dimasukkan ke dalam program komputer dalam

bentuk angka sesuai dengan skor jawaban yang telah ditentukan ketika

coding.

4. Cleaning

Tahap akhir pengolahan data. Peneliti mengecek kembali data yang telah

dimasukkan, setelah dipastikan tidak ada kesalahan maka dilakukan tahap

selanjutnya yaitu analisis data sesuai dengan jenis data.


46

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan

meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik

(Setiadi, 2007) dalam (Fauziah, 2015). Data univariat yang dianalisis

dalam penelitian ini adalah mengetahui frekuensi diare sebelum dan

sesudah dilakukan pemberian pisang.

Frekuensi diare:

Menurut (Mursilah, 2010) frekuensi diare

1. 1-2 (Jarang) dan

2. >2x (Sering) (Mursilah, 2010)

2. Analisis Bivariat

Cara analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat yang

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi (Notoatmodjo, 2010) dalam (Yumnunnisak, 2018).

Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah Mac Nemar,

untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan

intervensi. (Hasanah, 2017). Syarat uji mac Nemar :

1. sampelnya merupakan sampel berpasangan misal

“sebelum” dan “sesudah”

2. Skala ukur nominal

3. Data frekuensi disusun dalam tabel kontingensi berukuran 2×2


47

Rumus Uji Mc Nemar

dengan df = 1

Dimana :

0i = banyak kasus yang diobeservasi dalam kategori ke-i

Ei = banyak kasus yang diharapkan di bawah H0 dalam kategori ke-i

A = banyak kasus yg diobservasi dlm “sel A”

D = banyak kasus yg diobservasi dlm “sel D”


41

J. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Tahun 2020

NO Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul


1 Judul /Tema
2 Bab I
3 Bab II
4 Bab III
5 Bab IV
6 Pengesahan Proposal
7 Pengumpulan Data
8 Pengolahan Data
9 Penyerahan Laporan
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Responden

1. Usia

Tabel 5. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jelas Kelamin

Usia F %
No.

2-4 10 55,6
1.

5-6 8 44,4
2.

T Total 18 100%

Berdasarkan tabel 5.1 diatas distribusi responden berdasarkan usia


2-4 Tahun di Ruang rawat inap RS PMI bogor terdapat 10 responden
(55,6%) pernah mengalami diare dan 5-6 tahun hanya 8 responden
(44,4%)

No. Jenis Kelamin F %

44.4
1. Laki-Laki 8

10 55,6
3. Perempuan

100%
Total 18

42
43

Berdasarkan tabel 5.1 diatas distribusi responden berdasarkan usia


dan jenis kelamin, berdasarakan usia 2-6 tahun 18 respnden (100%)
sedangkan berdasarkan jenis kelamin, laki laki hanya 8 responden
(44,4%), perempuan lebih banyak yaitu 10 responden ( 55,6)%.
44

B. Data Khusus Responden

1. Frekuensi diare Sebelum Pemberian pisang

Tabel 5. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi diare

Sebelum Dilakukan F %
No.
Pemberian Pisang

1-2 Jarang 4 22,2


1.

>2 Sering 14 77,8


2.

18 100
Total

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden mengalami frekuensi diare sering sebanyak 14 (77,8%).


45

2. Frekuensi diare Setelah Pemberian Pisang

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi diare

Setelah Dilakukan Pemberian F %


No.
Pisang

1-2 Jarang 17 94,4


1.

>2 Sering 1 5,6


2.

18 100
Total

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hampir seluruh

responden mengalami frekuensi diare jarang sebanyak 17 responden

(94,4%).
46
47

3. Hasil Analisis Bivariat (Uji Mac Nemar)

Tabel 5. 4 Perbedaan Frekuensi diare Post test dan Pre test dengan uji
mac nemar

Frekuensi diare Post test dan Pre test

setelah diberikan Pisang

18
N

0.000
Exact Sig. (2-tailed)

Berdasarkan tabel 5.4 hasil analisis bivariat dengan menggunakan

uji mac nemar diperoleh nilai Exact Sig. (2-tailed) 0.000 (p < 0.05),

artinya ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan

pemberian pisang pada anak dengan diare.


BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pembahasan

1. Data Umum Responden

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa usia 2-4 tahun anak

sering mengalami diare 10 responden (55,4%) dan usia 5-6 tahun

hanya 8 responden (44,4%). berdasarkan tabel jenis kelamin,

Perempuan lebih banyak yaitu 10 responden ( 55,6)%. Diare dapat

didefinisikan sebagai suatu penyakit dengan keadaan feses encer

dengan frekuensi buang air besar biasanya empat kali atau lebih dalam

sehari yang kadang-kadanga dengan muntah, badan lesu/lemah, tidak

nafsu makan, serta terdapatnya lendir dan darah dalam kotoran.

Tingginya angka kesakitan dan kematian yangdisebabkan oleh

penyakit tersebut, terjadi khususnya pada bayi dan anakanak di bawah

lima tahun. Sebagian dari penderita penyakit ini 1-2% akan jatuh ke

dalam keadaan dehidrasi dan jika tidak segera ditangani 50 -60%

diantaranya dapat mengakibatkan kematian. (Aditya Darmika, 2016)

Gejala yang berbahaya dari diare adalah dehidrasi, yang merupakan

penyebab berlangsungnya kematian, terutama pada bayi dan anak

kecil. (Susi Hartati, Nurazila, 2018) Pada anak dengan penyakit diare

konsistensi fesesnya lunak seperti busa atau bubur dan keseluruhan

cair (Salwan, 2010). Pada anak perempuan lebih sering terkena diare

48
49

yaitu 10 responden (55,6%) hal ini sejalan dengan penelitian oleh

Yusuf yang menemukan balita perempuan banyak yang terkena diare

(51,9%) dibandingkan laki-laki (48,1%). (Sulaiman, 2011)

2. Data Khusus Responden

a. Frekuensi diare sebelum Dilakukan Pemberian Pisang

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden mengalami frekuensi diare sering sebanyak responden 14

responden (77,8%).

Menurut bambang dan Nurtjahjo, (2011) dalam (Wati,

2016) cara penularan diare biasanya melalui cara fekal-oral yaitu

melalui makanan maupun minuman yang disebabkan oleh

enteropatogen, atau kontak langsung melalui tangan pada penderita

atau barang-barang yang sudah tepapar tinja penderita atau tidak

langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, files, fluid). Menurut

Juffrie dan Mulyani (2011) dalam (Selvia, 2017), Faktor resiko bisa

meningkatan penularan enteropatogen yaitu, tidak memberikan ASI

secara utuh untuk usia 4-6 bulan pertama kehidupan bayi,

penyediaan air bersih yang tidak memadai, pencemaran air yang

terpapar tinja, kurangnya sarana kebersihan, kebersihan lingkungan

yang buruk, menyimpan makanan yang tidak higenis dan cara

pemilihan yang tidak baik. Selain itu ada beberapa faktor pada

penderita diare yang dapat meningkatkan potensi terjangkitnya diare,

diantaranya yaitu gizi buruk, imunodefisiensi, menurunnya motilitas


50

usus, dan menderita campak dalam kurun waktu empat minggu

terakhir serta faktor genetik. Mengalami adanya darah atau nanah

dalam tinja, dan terkadang tidak mengalami gejala demam. Pada

penelitian (Dewi Anggraini , 2015) Usia balita dengan diare

terbanyak ditemukan pada rentang usia 12-59 bulan sebanyak 44

orang (93,6%) diikuti rentang usia 0-11 bulan sebanyak 3 orang

(6,4%). Balita usia 12-59 bulan sudah mendapatkan ASI dengan

makanan tambahan ataupun makanan saja tanpa diberikan ASI lagi.

Hal ini kemungkinan menyebabkan mudahnya balita usia tersebut

memakan makanan telah yang terkontaminasi. Faktor higienitas alat-

alat makan dan kurangnya kebersihan makanan yang disiapkan oleh

ibu juga dapat mempengaruhi hal tersebut. Selain itu, balita usia 12-

59 bulan lebih aktif bergerak bila dibandingkan balita usia 0-11

bulan. Balita usia 12-59 bulan sudah mulai belajar berjalan, sehingga

lebih aktif bermain di luar rumah dan seringkali tanpa pengawasan

orang tua, hal ini mengakibatkan usia tersebut lebih muda terpapar

agen penyebab diare.

Menurut peneliti nilai pengetahuan pada kelompok pre test

menunjukkan adanya sering mengalami diare disebabkan karena

kurangnya kebersihan makanan, dan kurangnya pengetahuan dan

penanganan ibu dalam merawat anak yang sedang diare.


51

b. Frekuensi diare Setelah Dilakukan Pemberian pisang

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hampir seluruh

responden mengalami frekuensi diare sering 1 responden (5,6%).

Pengobatan komplementer sering digunakan untuk mengobati

berbagai penyakit di belahan Pengetahuan komplementer ini

diturunkan dari satu negerasi ke negerasi lainnya. Penelitian

komplementer sudah terbukti dalam menemukan bahan kimia baru,

sebagai contoh pada tahun 1981-2002, 28% dari bentuk bahan kimia

baru yaitu produk alami atau turunannya. Pisang ambon adalah salah

satu obat yang digunakan pada kasus diare . (Larasati & Alatas, 2016)

Dalam jurnal penelitian Bangladesh terdapat 2968 anak dengan

kasus diare akut dengan diberikan diet pisang ambon (musa

paradisiaca) lalu di observasi selama satu minggu, ada 198 anak yang

tidak diberikan diet dengan pisang ambon dan hasilnya diare lebih

dari 7 hari sebanyak 10,7%, dimana telah masuk pada fase diare

kronik. Larasasti,dkk
52

Menurut peneliti terdapat perbedaan yang signifikan antara pre

test dan post test diberikan pisang, sebelum diberikan pisang

frekuensi diare sering sebanyak 14 responden (77,8%) menjadi 1

responden (5,6%), dimana responden sudah mengetahui penanganan

dan cara merawat anak dengan diare.

c. Efektifitas Pemberian Pisang Terhadap Frekuensi diare.

Berdasarkan data hasil penelitian ini, frekuensi diare setelah

pemberian pisang lebih rendah apabila dibandingkan dengan

sebelum pemberian pisang.

Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Larasati &

Alatas, 2016) dengan judul penelitian “Aktivitas Musa paradisiaca

dalam Terapi Diare Akut pada Anak” efek dari Musa paradisiaca

sudah terlihat hitungan hari ketiga pemberian Musa paradisiaca.

Pada pengamatan hari ketiga hampir 80% anak yang mengonsumsi

Musa paradisiaca mengalami perbaikan dari penyakit diare akut.

Hasil penelitian ini menunjukan Efek dari Musa paradisiaca tidak

spesifik terhadap etiologi diare, hal ini ditunjukkan dengan

pemberian Musa paradisiaca selama 5 hari mengurangi gejala klinis

dan durasi gejala pada anak dengan infeksi Shigella dysentry berat.

Pisang secara tradisional untuk mengobati diare, disentri,

lesi intestinal pada kolitis ulseratif, diabetes (buah mentah), nefritis,

gout, darah tinggi, dan jantung (Dyah Ragil WL, Yunita Dyah PS ,

2017).
53

Berdasarkan hasil penelitian ini frekuensi pada pada tabel

5.2 dan 5.3 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pemberian

pisang responden mengalami frekuensi diare 1-2 jarang hanya 4

(22,2%) responden menjadi 17 responden (94,4%) dan >2 Sering

sebanyak 14 responden (77,8%) menjadi 1 responden (5,6%).

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji

mac nemar p < 0.05, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak yang

artinya ada efektifitas pemberian pisang terhadap frekuensi diare

pada anak usia 2-6 Tahun di Ruang Rawat Inap RS PMI Bogor.

Penelitian ini memberikan edukasi dan juga cara

memberikan penanganan yang baik untuk pasien anak diare.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari

penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan

dalam melaksanakan penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut yaitu

pelaksanaan penelitian ini berlangsung bersamaan dengan terjadinya

pandemik covid 19, dimana yang harusnya penelitian dilakukan secara

online, peneliti melakukan penelitian secara langsung, agar bisa

memberiakn perlakuan terhadap responden, dengan mengikuti protocol

kesehatan di tempat penelitian (RS PMI Bogor).


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkaan hasil penelitian yaang telah dilakukan maka dapaat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan penelitian frekuensi diare sebelum dilakukan pemberian

pisang pada anak usia 2-6 tahun di RS PMI Bogor frekuensi diare sering

(>2x) sebanyak 14 responden (77,8%) dan frekuensi jarang (1-2 x) 4

hanya 4 responden (22,2%).

2. Berdasarkan penelitian frekuensi diare setelah dilakukan pemberian

pisang pada anak usia 2-6 tahun di RS PMI Bogor berkurang, frekuensi

jarang (1-2x) menjadi 17 responden (94,4%) dan >2 Sering hanya

menjadi 1 responden (5,6%).

3. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi diare pada anak

usia 2-6 Tahun di Ruang Rawat Inap RS PMI Bogor dengan nilai p =

0.000, dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pemberian pisang

responden mengalami frekuensi diare 1-2 jarang hanya 4 (22,2%)

responden menjadi 17 responden (94,4%) dan >2 Sering sebanyak 14

responden (77,8%) menjadi 1 responden (5,6%).

54
B. Saran

1. Bagi Instansi Kesehatan / Rumah Sakit

Pemberian pisang ini berpengaruh dalam menurunkan frekuensi diare,

sehingga diharapkan dapat dipertimbangkan untuk diterapkan sebagai

intervensi keperawatan dalam menanggulangi anak penderita diare.

2. Bagi Mayarakat

Dengan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan bagi

masyarakat umum untuk memberikan pisang sesuai Standar Prosedur

dalam penelitian ini, karena mampu menurunkan frekuensi BAB dan

memberikan nutrient yang dibutuhkan saat diare.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh tentang

efektifitas pemberian pisang terhadap frekuensi diare pada anak, penelitian

ini bisa dijadikan dasar dengan menggunakan wilayah yang berbeda dan

sampel yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

55
Bibliography
A. I. (2016). KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA . E-JURNAL MEDIKA,
VOL.5 NO 11, NOVEMBER 2016.

Badan Pusat Statistik. (2015). Retrieved from www.bps.go.id.

BD, F., Handini, H. R., & Dita, R. (2019). Pengaruh Abdominal Stretching Exercise
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu
Kesehatan (JIK), III(2), 68-73.

Butu, A. (2018). Hubungan Intensitas Nyeri Dengan Strategi Manajemen Nyeri Pada
Pasien Fraktur Post Operasi ORIF di RSUP H. Adam Malik Medan. Sumatera
Utara: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Darmita. (2017). PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)


FORMULA TEMPE TERHADAP FREKUENSI BAB PADA ANAK DIARE USIA 6-24
BULAN DI RSUD SYEKH YUSUF KAB. GOWA.

Dewi Anggraini , S. M. (2015). KARAKTERISTIK PADA BALITA DIARE DENGAN INFEKSI


ENTEROPATHOGENIC. Escherichia coli (EPEC) DI PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA
PEKANBARU.

Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2017). Retrieved from www.diskes.jabarprov.go.id.

Dyah Ragil WL, Yunita Dyah PS . (2017). HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN
KEBIASAAN MENCUCI TANGAN PENGASUH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
BALITA . Jurnal of Health Education .

Fahlevi, & M. (2017). repository.unpas.ac.id.

Hasanah, U. (2017). Pengaruh peer group support terhadap tingkat kepatuhan


pengobatan pada klien tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas klampis
bangkalan.

Hidayah, N., Rusnoto, & Fatma, I. (2017). Pengaruh Abdominal Stretching Exercise
Terhadap Penurunan Dismenore Pada Siswi Remaja di Madrasahaliyah Hasyim
Asy'ari Bangsri Kabupaten Jepara. Jurnal Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Kudus .

Hot Setiado, Monica Dame, Eva Sartini Bayu. (2015). Identifikasi Karakter Morfologis
Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Agroekoteknologi.

Indonesia, K. K. (2019, Juni 11). P2PTM. Retrieved Mei 11, 2020, from Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt

56
Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam islam. Jurnal
Psikoislamedia, I(1), 243-256.

Kemkes. (2015, Juni 25). Pusdatin (Pusat Data dan Informasi). Retrieved Maret 3, 2020,
from pusdatin.kemkes.go.id:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kemke
s.go.id/download.php%3Ffile%3Ddownload/pusdatin/infodatin/infodatin%2520
reproduksi%2520remaja-
ed.pdf&ved=2ahUKEwirm_3JwZvoAhUA63MBHYUQAegQFjAAegQIBxAC&usg=A
OvVaw3UNhWa9P8_hUDcfTWCj_lH&c

Kemkes. (2016). Retrieved from kemkes.go.id.

Kiki Ardianti, Budiman, Herlina Yusuf . (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PENYAKIT DIARE PADA ANAK BALITA DI DESA BAINA’A KECAMATAN
TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG .

Kusnandar, V. B. (2019, September 13). databoks. Retrieved Maret 1, 2020, from


databoks.kadata.co.id:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/13/jumlah-penduduk-
indonesia-diproyeksikan-mencapai-270-juta-pada-2020

larasati. (n.d.).

Larasati, dkk, T. (2016). AKTIVITAS MUSA PARADISIACA DALAM TERAPI DIARE AKUT
PADA ANAK. UNIT KAJIAN AGROMEDICINE, FAKULTAS KEDOKTERAN,
UNIVERSITAS LAMPUNG.

Larasati, T., & Alatas, F. (2016, September). Dismenore Primer dan Faktor Risiko
Dismenore Primer pada Remaja. Majority, V(3), 79-84.

Masturoh, I., & Anggita T, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. In I. Masturoh,


Kerangka Konsep, Variabel, Hipotesis dan Definisi Operasional (pp. 78-124).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia .

Mursilah, H. (2010). Hubungan status gizi dengan frekuensi diare pada balita dikelurahan
pisangan bulan agustus 2010.

Nurul Utami, Nabila Luthfiana. (2018). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare
pada Anak.

Oktabela, M., & Monifa, P. (2019). Hubungan Pengetahuan Siswi Tentang Dismenorea
Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
VIII(2), 104-108.

57
Putri, A. (2016). 5 Penyakit yang Paling Sering Menyerang Anak usia 0-5 Tahun,
Waspada! Proceedings Biological Sciences

Rahmadani, A. (2018, 09 12). Retrieved from


https://www.generasimaju.co.id/penanganan-diare-pada-anak.

Selvia, A. (2017). KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP
DI RSUD DAYA KOTA MAKASSAR PERIODE JANUARI – DESEMBER 2016 .

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV


Alfabeta.

Sulaiman, Y. d. (2011). Profil diare di ruang rawat inap anak. Sari pediatri vol.13, 4.

Susi Hartati, Nurazila. (2018). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REJOSARI PEKANBARU . Jurnal
Endurance.

Syaiful, Y., & Naftalin, S. V. (2018). Abdominal Stretching Exercise Menurunkan


Intensitas Dismenorea Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.7 No.1.

Wati. (2016). Wati tahun 2016 judul hubungan persepsi, tingkat pendidikan, dan sosial
ekonomi ibu dengan penanganan pertama diare pada balita di rumah pada
wilayah puskesmas kemangkon.

Yumnunnisak. (2018). Pengaruh Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid


Pada Remaja Putri. Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika.

58
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Bimbingan

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Lala Nuril Maula

NPM : 08180100187

Pembimbing : Ns. Hari Ghanesia Istiani, S.Kep, MKM

Judul Penelitian : Efektifitas Pemberian Pisang Terhadap Frekuensi

Diare Pada Anak (2-6 Tahun) Di Ruang Rawat Inap RS


PMI Bogor

Hari/ Materi Masukan Paraf


No.
Tanggal Konsultasi Pembimbing Pembimbing
Diharapkan penelitian
Pengajuan
1. 19-Februari-2020 eksperimen, bukan
Judul
hanya hubungan
Acc judul “Efektifitas
Pemberian Pisang
Terhadap Frekuensi
Konsultasi
2. 16-Maret-2020 Diare Pada Anak (2-6
Judul
Tahun) di Ruang
Rawat Inap RS PMI
Bogor”
1. Perbaiki
3. 25-Maret-2020 BAB I penulisannya
2. Pakai cover

59
3. Sistematis sesuai
panduan
1. Tujuan khusus
ada 3 mengetahui
sblm diberi
pisang, sesudah
diberi dan
mengetahui
pengaruh/efektifit
as. Perbaiki.
2. Harus dijelaskan
di latar belakang
apa bedanya
pisang musa
dengan pisang
lainnya
BAB I dan
4. 05-April-2020 3. Untuk
BAB II
penomoran lihat
layout panduan
skripsi
4. Aplikatif,
manfaatnya bisa
dirsakan oleh
siapa aja hasil
penelitian ini?
RS, perawat,
orang tua pasien?
5. Kandungan
pisang yang mana
yang bisa
pengaruh ke

60
diare? Jelaskan
kandungannya
tersendiri
1. Tambahkan lagi
minimal 5
penelitian luar dan
dalam negeri, ingat
ya harus ada
perbedaan antara
penelitian ini
dengan penelitian
yang sudah ada
2. Apakah diare
menyebabkan
lingkungan yang
buruk? Perhatikan
5. 07-April-2020 BAB II kembali
kerangkanya ya,
harus ada
keterkaitan satu
sama lainnya.
Apa yang tertulis

di kerangka teori

harus ada di bab 2

teorinya,

klasifikasi

menurun

meningkat hilang

61
dapat darimana?

Di teori tidak ada

sepertinya.

1. Cukup ditulis
SOP pemberian
pisang
2. Ordinal atau
6. 28-April-2020 BAB III
nominal?
3. Baca lagi
4. Jumlah angkanya
ada?
1. Tanyakan apa

pernah anaknya

mengalami diare?

2. Pernahkah
Pembuatan
memberikan
lembar
pisang pada anak
7. 30-April-2020 informed
saat mengalami
consent dan
diare?
kuesioner
3. Pernahkah anak

kehilangan

kesadaran akibat

diare?

1. Berapa orang?
8. 01-Mei-2020 BAB IV
Minimal 3

62
bulan terakhir

2. Jelaskan

instrumen

pervariabel

untuk

pemberian

pisang dengan

SOP yang

dibuat

berdasarkan

teori, untuk

frekuensi diare

dibuat lembar

observasinya,

hari pertama

sampai

terakhir

perlakuan

3. Hapus, tulis

pada penelitian

ini tidak

dilakukan uji

validitas

63
karena

menggunakan

lembar

observasi dan

SOP

4. Cantumkan

linknya,

tambahkan

melakukan uji

etik setelah

proposal

penelitian.

1. Jelaskan ini

untuk studi

pendahuluan,

buat lembar

observasi

9. 01-Mei-2020 Lampiran untuk catatan

peneliti, setiap

hari selama

intervensi

berapa kali

frekuensi BAB

64
nya.

2. SOP dibuat

yang bagus,

dibuat tahap

persiapan,

tahap kerja,

tahap evaluasi,

dibuat mirip

dengan SOP

Rumah Sakit.

Bab I – IV & ACC Sidang proposal


10. 02-Mei-2020
Lampiran Penelitian

65
Lampiran 2. Penjelasan Penelitian

PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Efektifitas pemberian pisang terhadap frrekuensi

diare pada anak (2-6) Tahun di Ruang Rawat Inap

RS PMI Bogor.

Peneliti : Lala Nuril Maula

NPM : 08180100187

Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta, bermaksud melakukan penelitian

tentang Efektifitas pemberian pisang terhadap frrekuensi diare pada anak

(2-6) Tahun di Ruang Rawat Inap RS PMI Bogor. Saudara dimohon

bersedia untuk berpartisipasi penelitian ini. Ikut serta hal ini sifatnya

sukarela dan saudara bisa memutuskan atau menolak untuk tidak

mengikuti penelitian ini tanpa ada akibat apapun.

Saya janji bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif untuk

siapapun. Bila saat berpartisipasi saudara merasakan ketidaknyamanan

maka saudara mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi dalam

penelitian ini. Saya akan menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah

diberikan dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian.

Setelah saya memberikan penjelasan tentang penelitian, saya

sangat mengharapkan partisipasi saudara dan selanjutnya saya mohon

saudara bersedia untuk mengisi lembar persetujuan (informed consent)

66
menjadi responden atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan

terimakasih.

Bogor, April 2020

Peneliti,

Lala Nuril Maula

67
Lampiran 3. Lembar Persetujuan

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya

bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

Lala Nuril Maula. Penelitian yang berjudul “Efektifitas pemberian pisang

terhadap frrekuensi diare pada anak (2-6) Tahun di Ruang Rawat Inap RS

PMI Bogor”.

Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti, maka saya

memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat

dari penelitian ini. Saya memahami dan menyadari bahwa penelitian yang

akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi saya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan

tanpa paksaan dari pihak manapun bahwa saya bersedia berpartisipasi

menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani

untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Bogor, April 2020

Responden

68
Lampiran 4. Informed Consent & Kuesioner

69
70
Lampiran 5. Surat Izin Studi Pendahuluan & Pendidikan

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN DAN PENELITIAN

71
Lampiran 6. SOP Pemberian Pisang

SOP PEMBERIAN PISANG

Pengertian Pisang sangat berperan dalam dunia kesehatan antara lain sebagai

agen laxative, jika dikonsumsi pada pagi hari bisa mengatasi

antidiare dan antidisentri. pisang mengandung pectin yang membantu

pergerakan usus kembali normal dan mengurangi konstipasi. (

(Larasati, dkk, 2016)

Tujuan 1. Mengurangi konstipasi

2. Mengatasi antidiare dan antidisentri

3. Meningkatkan kesehatan pencernaan

Prosedur A. Persiapan Alat dan bahan

1. Timbangan makanan

2. Cangkir

3. Pisang 15 gram

4. Air

B. Persiapan Diri

1. Ucapkan salam

2. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan

3. Kontrak waktu

C. Pelaksanaan

1. Timbang Pisang

72
2. Pisang dengan berat ± 100 g telah direbus dalam air

mendidih selama 10 menit, kemudian didinginkan dan

dikupas.

3. kemudian didinginkan dan Pisang diberikan dalam

bentuk seperti pasta, digoreng dalam potongan kecil, atau

direbus

4. kemudian dihancurkan sebanyak tiga sampai empat kali

sehari.

5. Siap dihidangkan

73
Lampiran 7. Kartu Observasi Pra-Test

KARTU OBSERVASI PRE-TEST

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Hari ke-1

01.00 13.00

02.00 14.00

03.00 15.00

04.00 16.00

05.00 17.00

06.00 18.00

07.00 19.00

08.00 20.00

09.00 21.00

10.00 22.00

11.00 23.00

12.00 24.00

Keterangan :

Ibu atau orang yang menjaga responden, setiap kali responden buang air besar,

maka ibu memberikan tanda silang pada kolom yang tersedia.

74
Lampiran 8. Kartu Observasi Post Test

KARTU OBSERVASI POST-TEST

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Hari ke-4

01.00 13.00

02.00 14.00

03.00 15.00

04.00 16.00

05.00 17.00

06.00 18.00

07.00 19.00

08.00 20.00

09.00 21.00

10.00 22.00

11.00 23.00

12.00 24.00

Keterangan :

Ibu atau orang yang menjaga responden, setiap kali responden buang air besar,

maka ibu memberikan tanda silang pada kolom yang tersedia

75
Lampiran 9.

Hasil Perhitungan SPSS

Usia responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2-4 Tahun 10 55.6 55.6 55.6
5-6 Tahun 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 8 44.4 44.4 44.4
Perempuan 10 55.6 55.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-2 (Jarang) 4 22.2 22.2 22.2
>2 (Sering) 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

Posttest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-2 (Jarang) 17 94.4 94.4 94.4
>2 (Sering) 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

76
MC Nemar
Pretest & Posttest
Pretest Posttest
1-2 (Jarang) >2 (Sering)
1-2 (Jarang) 4 0
>2 (Sering) 13 1

Test Statisticsb
Pretest &
Posttest
N 18
Exact Sig. (2-tailed) .000a
a. Binomial distribution used.
b. McNemar Test

Lampiran 10. Jadwal Kegiatan Tahun 2020

NO Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul


1 Judul /Tema
2 Bab I
3 Bab II
4 Bab III
5 Bab IV
6 Pengesahan Proposal
7 Pengumpulan Data
8 Pengolahan Data
9 Penyerahan Laporan

77
Lampiran 11. Surat Balasan dari RS PMI Bogor

78
79
80

Anda mungkin juga menyukai