Anda di halaman 1dari 41

Tanda-Tanda Vital

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


ANGGOTA KELOMPOK 1

1. Anisa Verawati (11191009)


2. Azzahra Rizka A.R (11191012)
3. Berlian (11191013)
4. Dhea Putri Septianti (11191020)
5. Diffa Putri Yoslizha (11191021)
6. Duwi Suci Wulandari (11191022)
7. Farida Arrochmi (11191026)
8. Luthfia Khairunisa (11191032)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


STIKes PERTAMEDIKA
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanda-Tanda Vital”. Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kuliah. Saya berharap
dapat menambah wawasan dan pengetahuan khusus nya dalam bidang
keperawatan. Serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana
Mahasiswa mampu memahami tanda-tanda vital.
Menyadari banyak nya kekurangan dalam penyusunan makalah
ini.karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kelebihan dari
makalah ini. Ucapan terima kasih tidak lupa disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu, memotivasi, dan mengilhami penyusunan
buku pedoman ini.

Jakarta, 26 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1

1.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 1

1.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 1

BAB II TEORITIS ......................................................................................... 2

A. Definisi Tanda Tanda Vital ......................................................................... 2

B. Tujuan Tanda Tanda Vital ........................................................................... 2

2.1 Suhu ..................................................................................................... 3

2.2 Tekanan Darah ..................................................................................... 12

2.3 Nadi ...................................................................................................... 21

2.4 Pernapasan............................................................................................ 27

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 32

A. Kesimpulan ................................................................................................. 32

B. Saran ........................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda-tanda
vital sangat dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat
membuat beberapa diagnosa tentang apa yang dialami pasien/klien.
Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan pernafasan,
nadi, tekanan darah dan suhu.
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien
dalam memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Data ini juga
memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan diussunnya
rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tandat-anda vital ini
dilakukan dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan umum
klien.
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendektesi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting
bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti
sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Pada
prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu
dengan yang lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau
lebih ketat pada pasien dengan tingkat kritis yang tinggi dibanding dengan
pasien yang tidak kritis atau terlalu parah. Disamping itu pemeriksaan tanda
vital difungsikan sebagai pemeriksaan tambahan untuk penegak diagnosis
penyakit oleh dokter, sehingga dokter selain bertanya/anamnesis juga
melakukan pemeriksaan fisik berupa pengukuranpengukuran tersebut. Maka
dokter dapat menyingkirkan diagnosis banding atau kemungkinan penyakit
lain dan menetapkan diagnosis pasti. Dengan adanya pemeriksaan tinggi dan
berat tubuh pasien dapat diketahui kondisi umum dan status gizi pasien.
Dimana kondisi dan status tersebut berkaitan dengan onset obat dan fase
absorbsi obat. Jika pemberian obat tidak sesuai maka dampaknya terletak
pada cara kerja obat yang tidak maksimal. Dimana dosis obat akan habis
terlebih dahulu karena proses penghantaran obat untuk mencapai target terlalu
panjang dan akan habis diserap oleh tubuh atau sebaliknya. Guna
pemeriksaan suhu tubuh, kita dapat mengetahui rentang suhu badan pasien
untuk menentukan tindakan keperawatan dan menegakkan diagnosis
keperawatan. Status gizi yang didapat melalui tinggi dan berat badan pasien,
mempengaruhi tinggi rendahnya suhu badan. Karena pasien yang memiliki
status gizi rendah akan memiliki suhu tubuh yang rendah dikarenakan
metabolisme 2 tubuh yang rendah dan pasien yang memiliki status gizi
berlebih atau obesitas akan memiliki suhu badan yang lebih tinggi karena
metabolisme meningkat. Maka dari itu penulis merancang alat ukur kondisi
tubuh yang meliputi alat ukur suhu, tinggi dan berat tubuh secara otomatis.
Alat ini menggunakan 3 buah sensor yaitu MLX90614 bersifat non-kontak,
dengan sensor ini kita tidak perlu lagi menempelkan sensor pada
objek/pasien. Karena sensor ini memiliki fitur infrared yang mampu
mengukur suhu permukaan dari sebuah objek serta dilengkapi chip khusus
untuk mencapai akurasi dan resolusi yang tinggi. Kemudian sensor PING)))
yaitu sensor pengukur jarak non kontak, yang digunakan sebagai sensor
pengukur tinggi objek/pasien. Sensor ini memiliki range yang jauh hingga 3
meter, performa yang stabil dan akurasi nilai tinggi. Dan sensor loadcell
merupakan sensor pendeteksi berat suatu objek/pasien. Sensor ini memiliki
siklus hidup yang panjang dalam aplikasi dan resonansi yang baik. Didalam
dunia kesehatan, pengukuran kondisi tubuh sebelum melakukan pemeriksaan
lebih lanjut sangat diperlukan, untuk itu penulis mengembangkan alat yang
sudah ada untuk dirancang dalam satu alat sehingga pengukuran kondisi
tubuh dapat dilakukan dengan cepat dan akurat tanpa harus berpindah dari
satu tempat ke tempat lain. Berdsarkan dari penjelasan diatas yang membuat
kami ingin mengambil judul Laporan Akhir ini, yaitu “TANDA-TANDA
VITAL”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum.
Penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa khususnya mahasiswa S1
keperawatan, mampu melakukan dan menjelaskan berbagai pemeriksaan
vital sign serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan, mampu mengingat
kembali (review) mengenai pemeriksaan tanda-tanda vital dan praktik
keperawatan yang bisa diimplementasikan pada klien.
2. Tujuan Khusus.
a. Menjelaskan tentang pengertian tanda-tanda vital.
b. Menjelaskaan tentang tujuan tanda-tanda vital.
c. Mahasiswa melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital benar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Perubahan fungsi tubuh seringkali tercemin pada suhu tubuh, denyut
nadi, pernapasan, tekanan darah. Setiap perubahan yang berbeda dengan
keadaan normal dianggap sebagai indikasi yang penting mengengai keadaan
kesehatan seseorang. Karena itu keempat komponen ini disebut tanda-tanda
vital (Petter & Perry, 1997). Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran
statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk membantu menentukan
status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis tidak
stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan
untuk menilai respon terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna untuk
menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan fisioterapi, khususnya exercise
(Joint National Committee VII). Pemeriksaan tanda vital adalah sebuah cara
untuk mendeteksi perubahan sistem yang ada di dalam tubuh. Tanda vital itu
sendiri terdiri dari suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, laju pernafasan
(respirasi) dan kadar oksigen dalam darah. Perubahan tanda vital akan terjadi
pada tubuh seseorang saat tubuh seseorang dalam keadaan sakit atau
kelelahan. Perubahan tanda vital ini akan dijadikan sebuah indikator saat
terjadi gangguan pada sistem tubuh. Perubahan tanda vital untuk suhu tubuh
akan menunjukkan keadaan sistem metabolisme dalam tubuh. Perubahan
tanda vital untuk denyut nadi dan tekanan darah akan menunjukkan keadaan
pada sistem peredaran darah (kardiovaskuler). Perubahan tanda vital
pernafasan dan kadar oksigen dalam darah akan menunjukkan keadaan sistem
pernafasan tubuh (Dhyla, 2012). Oleh karena itu, diperlukan untuk
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. perlu tahu bahwa nilai normal
untuk setiap tanda-tanda vital ini berbeda tergantung pada kelompok usia,
jenis kelamin, berat badan, dan lainnnya. Jadi, hasil pemeriksaan nilai tanda-
tanda vital Anda akan dibandingkan dengan nilai normal yang sesuai dengan
karakteristik Anda.
Tanda-tanda vital yang pertama yaitu :
1. Suhu tubuh
a. Pengertian
Suhu tubuh adalah perbedaan anatara jumlah panas yang
dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Panas yang dihasilkan -panas yang hilang = suhu tubuh. Suhu tubuh
rata-rata untuk orang dewasa adalah : suhu oral 37 derajat Celcius;
suhu rektal 37,5 derajat Celcius; dan suhu aksila 36,7 derajat Celcius
(Potter & Perry, 1997). Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan
(derajat) panas suatu zat. Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas
atau dinginnya suatau benda. Sedangkan dalam bidang termodinamika
suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, suhu
tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
panas tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk
mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga, kemampuan
pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan
dibidang apapun (Liana, 2012). Suhu adalah suatu ukuran dingin atau
panasnya keadaan atau sesuatu lainnya. Satuan ukur dari temperatur
yang banyak digunakan di Indonesia adalah derajat celcius. Sementara
satuan ukur yang banyak di gunakan di luar negri adalah derajat
Fahrenheit (Ir.Sarsinta, 2008). Suhu tubuh mencerminkan
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh,
yang di ukur dalam unit panas yang disebut derajat. Ada 2 jenis suhu
tubuh : suhu inti dan suhu permukaan. suhu inti merupakan suhu
jaringan tubuh bagian dalam, seperti rongga abdomen dan rongga
pelvis. Suhu inti ini relatif konstan. Suhu tubuh inti yang normal
berada dalam satu rentang tubuh. Suhu permukaan merupakan suhu
pada kulit, jaringan subkkutan, dan lemak. Berbeda dengan suhu inti,
suhu permukaan akan meningkat atau menurun sebagai respon
terhadap lingkungan.
b. Pengaturan suhu
Sistem yang pengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting :
sensor dibagian permukaan dan inti tubuh, integrator dihipotalamus
dan sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta
pengeluaran panas. Sebagian besar sensor atau reseptor sensori
terdapat dikulit. Kulit memiliki lebih banyak reseptor untuk suhu
dingin daripada hangat. Oleh sebab itu, sensor kulit lebih efesien
dalam mendeteksi suhu dingin daripada hangat. Ketika kulit diseluruh
bagian tubuh dingin, terjadi tiga proses fisiologis yang akan
meningkatkan suhu tubuh:
1) Menggigil meningkatkan produksi panas.
2) Produksi keringat dihambat untuk mengurangi kehilangan panas.
3) Vasokonstriksi mengurangi kehilangan panas.
Pusat pengaturan suhu tubuh ada di hipotalamus dalam SSP yang
terletak dibawah otak. Organ ini berperan penting sebagai pengatur
panas. Hipotalamus mempunyai dua bagian. Hipotalamus anterior
untuk mengatur pembuangan panas dan hipotalamus posterior
mengatur upaya penyimpanan panas. Hipotalamus menjaga agar suhu
tetap berkisar 37o C dengan mempertahankan keseimbangan antara
panas yang hilang dengan produksi panas yang berasal dari
metabolisme. Sedangkan metabolisme untuk menjaga agar suhu tubuh
tetap seimbang dilakukan dengan melebarkan pembuluh darah /
vasodilatasi dalam upaya mengeluarkan panas dan menyempit
pembuluh darah / vasokontriksi dalam upaya menahan panas.
c. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
1) Usia
Bayi sangat diperngaruhi oleh suhu lingkungan dan harus
dilindungi dari perubahan suhu yang sangat ekstrem. Suhu tubuh
anak akan terus bervariasi dibandingkan suhu orang dewasa
hingga menginjaknpubertas atau masa remaja. Sebagian lansia,
terutama mereka yang berusia di atas 75 tahun, berisiko
mengalami hipotermia (suhu tubuh dibawah 36⁰C) karena
berbagai alasan, seperti diet makanan yang tidak adekuat,
kehilangan lemak subkutan, kurangnya aktivitas, da penurunan
efisiensi pengaturan suhu (termolegulator). Lansia juga sangat
sensitive terhadap suhu lingkungan yang ekstrem karena
penurunan kontrol termolegulator.
2) Variasi diurnal (irama sirkadian)
Suhu tubuh normalnya akan berubah sepanjang hari, dengan
perbedaan 1⁰C antara pagi dan sore hari. Tiitk suhu tubu tertinggi
biasanya terjadi antara pukul 20.00 dan 24.00 (pukul delapan
malam dan tengah malam), dan titik suhu terendah terjadi saat
tidur, yaitu pada pukul 04.00 dan 06.00 (pukul empat dan enam
pagi).
3) Olahraga
Kerja berat dan olahraga yang keras dapat meningkatkan suhu
tubuh hingga 38,3 - 40⁰C apabila diukur melalui rektal.
4) Hormon
Wanita biasanya mengalami fluktuasi hormon lebih sering
daripada pria. Pada wanita, sekresi progesteron pada saat ovulasi
akan menigkatkan suhu tubuh sekitar 0.3 – 0,6⁰C diatas suhu
basal.
5) Stres
Stimulasi pada sistem saraf simpatis dapat meningkatkan produksi
epinefrin dan nurepinefin yang akan meningkatkan aktivitas
metabolisme basal dan produksi panas.
6) Lingkungan
Suhu tubuh yang ekstrem dapat mempengaruhi sistem
pengaturan suhu tubuh seseorang. Jika suhu tubuh dikaji dalam
ruangan yang hangat dan tidak dapat dimodifikasi melalui proses
konveksi, konduksi, atau radiasi, suhu tubuh akan meningkat.
Selain itu apabila pasien berada di luar ruangan yang suhunya
sangat dingin tanpa menggunakan pakaian yang sesuai, suhu
tubuh nya tubuhnya akan rendah.

d. Perubahan suhu tubuh


Suhu tubuh normal menurut American Medical Asociation, dapat
berkisar antar 97,8o F atau setara dengan 36,5o C sampai 99o F atau
37,2o C. Seseorang dikatakan suhu tubuh normal jika suhu tubuhnya
berada pada 36o C sampai 37,5o C. Seseorang mengatakan suhu tubuh
rendah (hipotermia) jika suhu tubuhnya <36o C seseorang dikatakan
suhu tubuh tinggi atau panas jika :
1) Demam : jika bersuhu 37,5o C – 38o C
2) Febris : jika bersuhu 38o C - 39o C
3) Hipertermia : jika bersuhu >40o C

Ada dua jenis perubahan yang utama pada suhu tubuh : pireksia dan
hipotermia.

1) Pireksia
Suhu tubuh yang berada di atas rentang umum disebut
sebagai pireksia, hipertemia, atau (dalam bahasa umum). Demam
yang sangat tinggi seperti 41⁰C disebut hiperpireksia pasien yang
mengalami demam disebut febril; dan pasien yang tidak
mengalami demam disebut dengan afebril.
Ada empat jenis demam yang sering terjadi yaitu demam
intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam
intermiten suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang
teratur, antara periode demam dan periode suhu normal serta
subnormal, selama demam remiten terjadi fluktuasi suhu dalam
rentang yang luas (lebih dari 2⁰C) yang berlangsung selama 24
jam. Dan selama itu suhu tubuh berada diatas normal. Pada
demam kambuhan, masa febril yang pendek selama beberapa hari
diselingi dengan demam periode suhu normal selama 1 sampai 2
hari. Selama demam konstan suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi,
tetapi tetap berada diatas suhu normal.
Tanda-tanda klinis dalam bervariasi, bergantung pada
awitan, penyebab dan tahap pemulihan demam. Semua tanda
tersebut muncul akibat adanya perubahan set poin pada
mekanisme pengontrolan suhu yang diatur oleh hipotalamus. Pada
kondisi normal ketika suhu inti naik diatas 30⁰C, laju pengeluaran
panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat
set poin. Begitupun sebaliknya ketika suhu inti kurang dari 37⁰C,
laju produksi panas akan meningkat sehingga suhu akan naik ke
tingkat set poin.
Ketika suhu inti mencapai set poin yang baru individu tidak
akan merasakan dingin ataupun panas dan tidak lagi meriang.
Tanda-tanda yang lain dapat muncul selama proses demam,
bergantung pada derajat peningkatan suhu. Suhu yang sangat
tinggi, seperti 41 - 42⁰C dapat merusak parenkim sel diseluruh
tubuh, tertutama otak. Perusakan pada sel neuron ini sifatnya
irevesibel. Perusakan pada hati, ginjal, dan organ tubuh lainnya
juga cukup berat sehingga dapat mengganggu fungsi tubuh dan
pada akhirnya menyebabkan kematian.

2) Hipotermia
Hipotermia adalah nilai suhu inti yang berada dibawah nilai
normal. Ada tiga jenis mekanisme hipotermia antara lain:
pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas yang tidak
adekuat untuk mengimbangi kehilangan panas, kerusakan
termoregulasi hipotalamus. Hipotermia terjadi secara alamiah atau
disengaja (induced hypotermia). Hipotermia yang terjadi secara
alamiah disebabkan oleh pajanan terhadap lingkungan yang
dingin, pakaian, tempat tinggal, atau panas yang tidak adekuat.
Pasien yang mengalami hipotermia berat akan diberikan selimut
hipetermia (selimut yang dikendalikan secara elektronik yang akan
memberika suhu yang tepat bagi pasien) dan cairan intravena yang
hangat. Pakaian basah, yang dapat meningkatkan pengeluaran
panas karena konduktivitas air yang tinggi, harus diganti dengan
pakaian yang kering. Hipotermia yang disengaja (induced
hypothermia) adalah penurunan suhu tubuh yang dilakukan secara
sengaja untuk mengurangi kebutuhan oksigen jaringan tubuh.

e. Mengkaji suhu tubuh


Empat lokasi yang biasa digunakan mengukur suhu tubuh adalah oral,
rektum, aksila, dan membran timpani. Setiap lokasi tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing masing.
1) Suhu tubuh biasanya diukur secara oral. Metode ini
menggambarkan perubahan suhu tubuh yang lebih cepat daripada
metode rektal. Apabila pasien baru saja mengkonsumsi makanan
atau cairan yang panas atau dingin, perawat harus menunggu
selama 30 menit sebelum mengukur suhu secara oral untuk
meyakinkan suhu yang ada di bawah lidah tidak dipengaruhi oleh
suhu makanan, cairan, atau asap rokok yang hangat.
2) Pengukuran suhu tubuh secara rektal terbukti sangat akurat.
Beberapa orang meyakini bahwa ketika memasukkan termometer
ke dalam rektum akan terjadi stimulasi vagal, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan kerusakan miokardium. Pengukuran suhu
secara rektal di kontraindikasikan untuk pasien yang menjalani
bedah rektum, penderita diare atau penyakit lain pada rektum,
mengalami gangguan imun, mengalami kelainan pembekuan
darah atau menderita hemoroid yang parah.
3) Aksila biasanya merupakan lokasi yang sering digunakan untuk
mengukur suhu tubuh pada bayi baru lahir, sebab lokasinya
mudah dijangkau dan tidak berpeluang menimbulkan perfolasi
rektum. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode
pengukuran suhu lewat aksila tidak memberikan hasil yang akurat
dalam mengkaji demam. Perawat harus memeriksa protokol
institusi ketika mengukur suhu tubuh pada bayi baru lahir, bayi,
todler, dan anak-anak. Pengukuran suhu dengan metode ini sesuai
dilakukan pada klien dewasa yang mengalami inflamasi oral atau
terpasang kawat pada rahang, pasien yang baru pulih setelah
menjalani bedah oral, pasien yang tidak dapat bernapas lewat
hidung, pasien yang irasional, dan pasien yang
dikontraindikasikan untuk menjalani pengukuran suhu tempat
lain.
4) Membran timpani, atau jaringan di sekitar saluran telinga,
merupakan lokasi lain untuk pengukuran suhu inti tubuh. Seperti
halnya area oral sublingual, membran timpani memiliki suplai
aliran darah yang sangat banyak, terutama dari cabang arteri
karotis. Karena sensor suhu yang ditempelkan langsung ke
membran timpani dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan
berisiko menimbulkan cedera atau perforasi membran, saat ini
telah digunakan termometer inframeter non-invasif. Termometer
timpani elektronik telah banyak digunakan di tatanan rawat jalan
dan perawata ambulasi.
Selain empat lokasi yang bisa digunakan untuk mengukur
suhu diatas, dahi juga bisa dijadikan tempat pengukuran suhu
dengan mengunakan termometer kimiawi. Pengukuran suhu pada
dahi paling bermanfaat pada bayi dan anak anak karena tidak
membutuhkan pengukuran yang lebih invasif. Apabila dahi
mengindikasikan peningkatan suhu, perawat perlu menggunakan
termometer kaca atau elektronik untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.

f. Jenis termometer
Umumnya, suhu tubuh diukur dengan menggunakan termometer
kaca berisi air raksa. Akan tetapi termometer kaca dapat menjadi
benda yang berbahaya karena berisi air raksa yang sifatnya toksik bagi
manusia, dan retakan pada kaca dapat menyebabkan termometer patah
atau pecah. Walaupun jumlah zat air raksa yang terkandung dalam
termometer (atau dalam lampu pijar) sangat sedikit, namun ketikan
benda tersebut pecah ada beberapa hal yang harus dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan ketikan memberikannya. Air raksa yang tidak
tertutup rapat akan menguap diudara dan uap air raksa tersebut
beracun. Jauhkan anak anak dan binatang peliharaan dari area
tersebut. Pasang sarung tangan karet, bersihkan butiran air raksa dari
pakaian, kulit atau benda sekali pakai lainnya dengan tisu yang
langsung dibuang kedalam kantung pelastik. Buang kantung tersebut.
Apabila air raksa tumpah diatas benda yang dapat menyerap dan tidak
dapat dibuang, diperlukan tenaga kontraktor yang terlatih untuk
membersihkannya. Apabila air raksa tumpah diatas permukaan yang
keras, gunakan karton paku yang telah dilipat untuk mengumpulkan
butiran air raksa secara perlahan dan buang kedalam wadah yang
bermulut lebar. Gunakan senter untuk mencari butiran air raksa karena
cahaya dapat menerangi air raksa. Buang semua benda yang
digunakan untuk membersihkan air raksa kedalam kantung plastik
yang di segel dengan selotip. Siram atau bersihkan area dengan
seksama. Pastikan area tersebut mendapat fentilasi yang cukup selama
beberapa hari. Jangan gunakan vakum cleaner atau sapu karena alat-
alat tesebut akan memecah butiran air raksa dan akan terkontaminasi.
Jangan membuang air raksa ke dalam toilet atau saluran air, dan
jangan mencuci dan menggunakan kembali benda yang telah
terkontaminasi.
Termometer oral memiliki ujung yang panjang, pendek, ramping,
atau bulat. Termometer yang ujungnya berbentuk bulat dapat
digunakan pada rektum maupun tempat-tempat yang lain. Pada
beberapa beberapa lembaga, ujung termometer biasanya diberi kode
warna sebagai contoh, termometer yang merah digunakan untuk
mengukur suhu rektal dan termometer biru digunakan untuk
mengukur suhu oral dan aksila.
Termometer elektronik merupakan metode lain dalam pengkajian
suhu tubuh. Alat tersebut dapat memberikan hasil hanya dalam 2-60
detik saja, bergantung pada model termometer yang digunakan. Alat
tersebut terdiri atas unit elektronik portabel bertenaga baterai, sonde
yang perawat hubungkan ke unit termometer, dan penutup sonde,
yang bisanya sekali pakai. Beberapa model memiliki sirkuit dan sonde
yang berbeda untuk setiap metode pengukuran.
Termometer kimiawi sekali pakai juga dapat digunakan untuk
mengukur suhu tubuh. Termometer kimiawi menggunakan titik-titik
atau kotak-kotak berisi Kristal cair atau plester atau koyo sensitif-
panas yang ditempelkan di dahi. Termometer jenis ini akan mengubah
warna untuk menunjukan suhu. Sebagian termometer kimiawi hanya
bisa digunakan satu kali, sedangkan yang lainnya dapat digunakan
beberapa kali. Salah satu jenis termometer kimiawi yang memiliki
titik-titik kecil kimiawi pada salah satu ujungnya. Untuk membaca
suhu, perawat memerhatikan hasil tertinggi di antara titik-titik yang
telah berubah warnanya.
Plester sensitif-suhu juga dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran umum suhu permukaan tubuh. Alat ini tidak
mengindikasikan suhu inti tubuh. Plester tersebut berisi cairan kristal
yang akan berubah warna sesuai dengan suhu. Ketika alat ini
diletakkan pada kulit, biasanya di dahi atau abdomen, digit suhu pada
plester tersebut akan berespons dengan mengubah warna. Kulit harus
dalam keadaan kering. Setelah jangka waktu yang ditetapkan pabrikan
(mis., 15 detik), akan muncul warna pada plester tersebut. Metode ini
terutama berguna di rumah dan untuk bayi yang suhu tubuhnya perlu
dipantau.
Termometer inframerah dapat mendeteksi panas tubuh dalam
bentuk energy inframerah yang dipancarkan oleh suatu sumber panas;
di saluran telinga biasanya adalah membran timpani. Termometer
inframerah tidak bersentuhan dengan mebran timpani.

g. Skala Suhu
Suhu tubuh dapat diukur dengan menggunakan derajat dalam dua
skala: Celsius (centigrade) dan Fahrenheit. Sering kali perawat
membutuhkan perhitungan untuk mengubah angka pada skala Celsius
ke skala Fahrenheit, atau sebaliknya. Untuk mengubah angka
Fahrenheit menjadi Celsius, kurangi 32 dari nilai Fahrenheit dan
kemudian angka tersebut dikali dengan pecahan 5/9; yaitu:

C = (suhu Fahrenheit – 32) × 5/9

Sebagai contoh, apabila bacaan suhu pada Fahrenheit adalah 100:

C = (100 – 32) × 5/9 = (68) × 5/9 = 37,7

Untuk mengubah nilai Celsius menjadi Fahrenheit, nilai Celsius dikali


dengan pecahan 9/5 dan kemudian di tambahkan 32; yaitu:

F = (Suhu Celsius × 9/5) + 32

Sebagai contoh, jika bacaan suhu pada Celsius adalah 40:

F = (40 × 9/5) + 32 = (72) + 32 = 104

Prosedur 27 -1 menjelaskan cara mengukur suhu tubuh.


2. Tekanan Darah
a. Pengertian
kerja jantung dapat dilihat melalui tekanan darah. Tekanan darah
terdiri atas tekanan sistolik (pemilang) yaitu merupakan tekanan
tertinggi arteri yang terjadi ketika serambi kiri jantung
menyemprotkan darah melalui katup aorta yang terbuka kedalam
aorta, dan tekanan diastolik (penyebut) yaitu tekanan yang minimal
terhadap dinding arteri pada setiap waktu (Potter & Perry, 1997).
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007),
sedangkan menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang
terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini
mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Maka
dengan tekanan diastolik, yang merupakan tekanan yang lebih rendah,
akan selalu ada dalam arteri. Selisih antara tekanan diastolik dan
tekanan sistolik disebut tekanan nadi.
Tekanan darah diukur dalam millimeter air raksa (mmHg) dan
ditulis dalam bentuk pecahan. Tekanan sistolik ditulis di atas tekanan
siastolik. Tekanan darah rata-rata pada orang dewasa yang sehat
adalah 120/80mmHg. Sejumlah kondisi tercermin dari perubahan
tekanan darah. Karenan tekanandarah sangat bervariasi diantara
individu, penting bagi perawat mengetahui nilai dasar tekanan darah
pada klien. Sebagai contoh, apabila tekanan darah yang biasa klien
tunjukan adalah 180/100mmHg, dan saat dikaji setelah tindakan
pembedahan menjadi 120/80 mmHg. Keadaan ini mencerminkan
adanya penurunan drastis dan harus dilaporkan kepada dokter.
1) Determinan Tekanan Darah
Tekanan darah arteri terjadi karena beberapa faktor. Kerja
pompajantung, tahanan vaskular perifer( tahanan yang diberikan
pembulu darah yang dilalui oleh darah), dan volume serta
viskositas darah.
2) Kerja Pompa Jantung
Ketika kerja pompa jantung melemah, sedikit darah yang
dipompakan oleh jantung ke arteri(penurunan curah jantung), dan
terjadi penurunan tekanan darah. Ketika kerja pompa jantung
menguat dan volume darah yang dipopakan ke dalam sirkulasi
meningkat (peningkatan curah jantung), tejadi peningkatan
tekanan darah .
3) Tahanan Vaskular Perifer
Tahanan vaskular perifer dapat meningkatkan tekanan
darah. Tekanan darah yang paling terpengaruh adalah tekanan
darah diastoltik. Beberapa faktor yang menimbulakan tahanan
pada sistem arteri antara lain kapasitas arteriol dan kapiler,
komplikasi arteri, dan viskositas darah.
Diameter internal atau kapasitas arteriol dan kapiler sangat
menentukan besar tahanan perifer terhadap darah pada
tubuh.semakin kecil ruang di dalam pembulidarah,semakin besar
tahan yang dihasilakan. Normalanya, arteriol berkontraksi
sebagian. Peningkatan vasokontraksi akan meningkatkan tekanan
darah, sedangkan penurunan vasokontiksi akan menurunkan
tekanan darah.
Apabila jaringan elastis dan jaringan otot dalam arteri
digantikan dengan jaringan fibrosa, arteri akan kehilangan
sebagian besar kemampuannya untuk mengerut dan mengembang,
kondisi ini, yang paling sering ditemui pada dewasa menengah
dan lasia, disebut sebagai arteriosclerosis.
4) Volume Darah
Ketika terjadi penuruna volume tekanan darah (misalnya akibat
hemoragi atau dehidrasi), tekanan darah akan menurun akibat
berkurangnya jumlah cairandalam arteri. Sebaiknya ,ketika terjadi
peningkatan volume darah (misalnya akibat pemberian cairan
intravena yang sangat cepat), tekana darah akan meningkat karena
terdapat darah dalam jumlah besar dalam sistem sirkulasi.
5) Viskositas Darah
Tekanan darah akan meningkat apabila darah sangat kental, yaitu
ketika perbandingan antara sel darah dan plasma darah meningkat.
Perbandingan ini disebut dengan hematokrit. Viskositas darah
akan meningkat secara bermakna ketika hematokrit lebih dari
60%-65%.

b. Faktor Yang Memengaruhi Tekanan Darah


Faktor yang mempengaruhi tekana darah antara lain usia, olahraga,
stress, ras, obesitas, jenis kelamin, medikasi, variasi diurnal dan
proses penyalit.
1) Usia, Bayi baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata sekitar
75mmHg. Tekanan tersebut meninkat seiring dengan
usia,mencapai puncak pada pubertas, dan kemudian cenderung
sedikit menurun . pada lansia, elastisitas erteri mengalami
penurunan erteri lebih kaku dan kurang mampu merespon tekanan
darah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan sistolik.
Karena dinding pembulu darah tidak mampu beretraksi ( kembali
ke posisi semula ) dengan kelenturan yang sama saat terjadi
penurunan tekanan, tekanan diostolik juga akan meningkat.
2) Olahraga, aktivitas fisik akan meningkatkan curah jantung dan
kemudian meningkatkan tekanan darah; dengan demikian,
individu perlu beristirahat selama 20-30 menit setelah berolahraga
sebelum tekanan darah pada kondisi istirahat dapat dikaji secara
reliable.
3) Stress, simulasi system saraf simpatis meningkatkan curah jantung
dan vasokonstriksi arteriol, yang kemudian akan meningkatkan
tekanan darah; meskipun demikian nyeri yang hebat dapat
menurunkan tekanan darah secara bermakna dengan membuat
pusat vasomotor dan memicu vasodilatsi.
4) Ras, pria Amerika-Afrika yang berusia di atas 35 tahun memilika
tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria Eropa-Amerika
pada usia yang sama.
5) Jenis kelamin, setelah pubertas wanita biasanya memiliki tekanan
darah yang lebih rendah dari pada pria pada usia yang sama ;
pebedaan ini tekait dengan variasi hormone. Setelah menopause,
wanita umumnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari
pada sebelumnya.
6) Medikasi, beberapa obat dapat meningkatkan atau menurunkan
tekanan darah.
7) Obesitas, Obesitas pada masa kanak-kanak maupun masa dewasa
keduanya dapat mempredisposisi hipertensi.
8) Variasi diural, tekanan darah biasanya berada pada titik terendah
pada pagi hari, yakni ketika laju metabolism berada pada titik
paling rendah, kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai
titik puncak pad saat sore hari atau menjelang malam.
9) Proses penyakit,setiap kondisi yang mempengaruhi curah jantung,
volume darah, viskositas darah,viskositas darah,dan komlians
arteri akan berdampak langsung paa tekanan darah.

c. Hipertensi
Tekan darah yang terus-menerus berada di atas nilai normal
disebut hipertensi. Keadaan ini biasanya asimtomatik (tanpa gejala
yang jelas) dan kerap menjadi faktor penunjang untukk infark
miokard (seragam jantung). Peningkatan tekanan darah tidak di
ketahui penyebabnya disebut hipertensi primer.peningkatan tekanan
darah yang telah diketahui penyebabnya disebut hipertensi sekunder.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang telah tersebar luas.
Tekanan sistolik di atas 130 atau tekanan distolik di atas 85
membutuhkan upaya tindak lanjut. Diagnosis hipertensi ditetapkan
ketika rata-rata pengukuran dua tekanan atau lebih dalam dua kali
pengkajian setelah pengkajian awal menunjukkan nilai 90 mmHg atau
lebih atau ketika rerata pengukuran beberapa tekanan sistolik lebih
dari 140 mmHg. Faktor-faktor yang berkaitan dengan hipertensi
antara lain penebalan dinding arteri, yang mengurangi ukuran lumen
arteri, dan penurunan elastisitas arteri serta faktor gaya hidup seperti
merokok, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, kurang
berolahraga, peningkatan kadar kolestrol darah, dan stres yang
berkepanjangan. Perawatan tindak lanjut harus meliputi perubahan
gaya hidup yang kondusif untuk menurunkan tekanan darah serta
pemantauan tekanan darah itu sendiri.
Seseorang dikatakan hipertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah :
1) Hipertensi rendah : 140-159 / 90-99 mmHg
2) Hipertensi sedang : 160-169 / 100-109 mmHg
3) Hipertensi berat : 180-209 / 110-119 mmHg

d. Hipotensi
Hipotensi adalah tekanan darah yang berada di bawah nilai
normal, artinya, tekanan sistolik terus-menerus berada di antara nilai
85 dan 110 mmHg pada individu dewasa yang memiliki tekanan
sistolik normal lebih tinggi dari nilai tersebut. Hipotensi ortostatik
adalah tekanan darah yang turun drastic ketika pasien duduk atau
berdiri. Keadaan ini biasanya terjadi akibat vasodilatasi perifer saat
darah meninggalkan organ tubuh pusat, terutama otak, dan bergerak
ke area perifer, yang kerap membuat seseorang merasa pusing.
Hipotensi juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat analgesic
seperti meperidin hidroklorida (Demerol), pendarahan, luka bakar
serius, dan dehidrasi. Penting untuk mengawasi pasien yang
mengalami hipotensi secara ketat untuk mencegah terjatuh. Ketika
melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami hipotensi
ortostatik:
1) Posisikan pasien telentang selama 2-3 menit.
2) Catat nadi dan tekanan darah pasien.
3) Bantu pasien duduk atau berdiri secara perlahan. Topang tubuh
pasien untuk berjaga-jaga seandainya ia merasa pusing.
4) Setelah 1 menit berada pada posisi berdiri, periksa kembali nadi
dan tekanan darah pada lokasi yang sama seperti pemeriksaan
sebelumnya.
5) Catat hasil pengukuran. Peningkatan nadi lebih dari 40 kali per
menit atau penurunan tekanan darah hingga 30 mmHg
mengindikasikan tanda-tanda vital ortostatik abnormal.

e. Mengkaji Tekanan Darah


Tekanan darah diukur dengan menggunakan manset tekanan darah,
sfigmomanometer, dan stetoskop. Manset tekanan darah terdiri atas
kantong karet yang dapat mengembang. Kantong itu disebut dengan
kantong udara. Kantong udara ini dilapisi oleh kain dan memiliki dua
buah slang. Salah satu slang terhubung dengan bola karet yang dapat
mengembangkan kantung udara. Ketika diputar berlawanan arah
jarum jam, katup kecil di salah satu sisi bola karet akan melepaskan
udara dari dalam kantong udara. Ketika katup ditutup (diputar searah
jarum jam), udara yang dipompa masuk ke dalam kantong udara akan
tetap berada di sana.
Slang lainnya terhubung dengan sfigmomanometer.
Sfigmomanometer menunjukkan besar tekanan udara di dalam
kantong udara. Ada dua jenis sfigmomanometer, yaitu: aneroid dan air
raksa. Sfigmomanometer aneroid merupakan cakra-angka terkalibrasi
yang terpasang jarum sebagai penunjuk kalibrasi (nilai tekanan darah).
Sfigmomanometer air raksa merupakan silinder terkalibrasi yang
berisi air raksa. Besar tekanan dapat dilihat pada titik tempat kurva
bundar meniskus (kubah berbentuk sabit) meninggi. Agar akurat,
pembacaan hasil tekanan darah harus dilakukan dengan mata setinggi
kurva bundar.
Beberapa lembaga menggunakan sfigmomanometer elektronik
tanpa perlu mendengarkan bunyi tekanan darah sistolik dan diastolik
melalui stetoskop. Alat ukur tekanan darah elektronik harus
dikalibrasi secara teratur untuk menjamin keakuratannya.
Stetoskop ultrasonografi Doppler juga digunakan untuk mengkaji
tekanan darah. Alat ini sangat bermanfaat ketika bunyi tekanan darah
sulit didengar, misalnya pada bayi, pasien yang obses, dan pasien
yang mengalami syok. Tekanan darah sistolik mungkin satu-satunya
tekanan darah yang dapat diukur dengan beberapa model
ultrasonografi.
Manset tekanan darah memiliki berbagai ukuran karena lebar dan
panjang kantong udara harus sesuai dengan lengan pasien. Apabila
kantong udara terlalu sempit, pembacaan tekanan darah akan lebih
tinggi dari nilai yang sebenarnya; apabila kantong udara terlalu
longgar, pembacaan tekanan darah akan lebih rendah dari nilai yang
sebenarnya. Lebar kantong udara harus 40% dari lingkar lengan, atau
20% lebih lebar dari diameter titik tengah lengan yang dipakai untuk
mengukur tekanan darah. Ukuran kantong udara harus selalu
ditentukan dari lingkar lengan, bukan usia pasien. Perawat juga dapat
menetukan apakah lebar manset tekanan darah sudah sesuai. Letakkan
manset melintang pada titik tengah lengan atas, dan pegang tepi
terluar kantong udara pada sisi lateral lengan. Dengan menggunakan
tangan yang lain, lilitkan manset di sekeliling lengan, dan pastikan
lebarnya 40% dari lingkar lengan.
Panjang kantong udara juga memengaruhi keakuratan pengukuran.
Kantong udara harus cukup lebar untuk dapat menutupi sedikitnya
dua pertiga dari lingkar lengan.
Manset tekanan darah terbuat dari bahan yang tidak mudah regang
sehingga mampu memberikan tekanan yang merata di sekeliling
lengan. Sebagian besar manset direkatkan dengan pengait, jepitan,
atau Velcro. Sedangkan yang lainnya memiliki tali kain yang cukup
panjang untuk melingkari lengan beberapa kali; manset jenis ini
dikaitkan dengan menyelipkan ujung tali ke dalam lipatan manset.

f. Lokasi Tekanan Darah


Pengkajian tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan pasien
dengan menggunakan arteri brakialis dan stetoskop standar.
Pengkajian tekanan darah pada paha pasien biasanya dilakukan pada
situasi berikut:
1) Tekanan darah tidak dapat diukur pada kedua lengan (misalnya,
karena luka bakar atau trauma yang lain).
2) Tekanan darah pada salah satu paha dibandingkan dengan tekanan
darah pada paha lain.
Tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan atau paha pasien pada
situasi berikut:
1) Bahu, lengan, atau tangan (atau pinggul, lutut, atau pergelangan
kaki) cedera atau terkena penyakit.
2) Terpasang gips atau balutan tebal pada salah satu bagian
ekstremitas.
3) Pasien menjalani pengangkatan kelenjar limfe pada aksila (atau
pinggang) pada sisi tersebut.
4) Pasien terpasang fistula arteriovena (misalnya, untuk dialysis
ginjal) pada bagian tubuh tersebut.

g. Metode
Pengkajian tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak
langsung. Pengukuran langsung (pengawasan invasif) meliputi
tindakan pemasangan kateter ke dalam arteri brakialis, radialis, atau
femoralis. Tekanan arteri digambarkan menyerupai bentuk
gelombang yang terlihat dalam oskiloskop. Dengan penempatan yang
benar, hasil pengukuran dengan metode ini sangat akurat.
Dan metode pengukuran tekanan darah tidak langsung non-invasif
adalah metode askultasi dan palpasi. Metode auskultasi sering
digunakan di rumah sakit, klinik, dan di rumah. Peralatan yang
dibutuhkan adalah sfigmomanometer, manset, dan stetoskop. Apabila
dilakukan dengan benar, metode auskultasi relatif akurat.
Ketika mengukur tekanan darah dengan menggunakan stetoskop,
perawat mengidentifikasi lima fase dalam rangkaian bunyi yang
disebut bunyi Korotkoff. Pertama, perawat memompa manset hingga
30 mmHg di atas titik tempat denyut nadi tidak teraba lagi; yaitu titik
ketika aliran darah dalam arteri berhenti. Kemudian perawat
melapaskan tekanan secara perlahan (2-3 mmHg setiap bunyi) sambil
mengamati ukuran yang tampak pada manometer dan mengaitkannya
dengan bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Terdapat lima fase,
namun tidak semuanya terdengar.
Metode palpasi terkadang digunakan ketika bunyi Korotkoff tidak
terdengar dan peralatan elektronik untuk memperjelas bunyi tidak
tersedia, atau untuk mencegah kesalahan akibat adanya jeda
auskultasi. Jeda auskultasi (auscultatory gap), yang umumnya
terjadi pada pasien hipertensi, adalah kondisi absennya bunyi yang
bersifat sementara yang umumnya terdengar pada arteri brakialis saat
tekanan pada manset tinggi, diikuti dengan kemunculan kembali
bunyi pada level yang lebih rendah. Absennya bunyi ini biasanya
terjadi pada akhir fase 1 dan fase 2 dan memiliki rentang 40 mmHg.
Apabila perkiraan tekanan sistolik dengan metode palpasi tidak
dilakukan sebelum auskultasi, perawat dapat mulai mendengarkan
bunyi pada pertengahan rentang tersebut dan mengakibatkan tekanan
sistolik yang diperoleh. Pada penentuan tekanan darah dengan metode
palpasi, perawat tidak mendengarkan bunyi aliran darah, tetapi
memalpasi denyut arteri dengan menggunakan tekanan ringan hingga
sedang setelah tekanan pada manset dilepaskan. Tekanan akan terbaca
pada sfigmomanometer ketika denyut yang pertama teraba.
h. Kesalahan Umum Pada Pengkajian Tekanan Darah
Manfaat pengkajian tekanan darah yang akurat tidak bisa dianggap
remeh. Banyak penilaian tentang kesehatan pasien dibuat berdasarkan
tekanan darah. Ini merupakan indikator yang penting untuk kondisi
pasien dan telah digunakan secara luas sebagai landasan bagi
intervensi keperawatan. Dua alas an yang mungkin menyebabkan
kesalahan pada pengukuran tekanan darah adalah ketergesaan perawat
dan kekeliruan yang dilakukan tanpa sadar. Sebagai contoh, seorang
perawat dapat terpengaruh oleh diagnosis atau pengukuran tekanan
darah pasien sebelumnya dan “mendengar” nilai yang sama dengan
perkiraan perawat pelaksana.

3. Nadi
a. Pengertian
Denyut nadi adalah aliran darah yang terasa naik turun saat di
palpasi pada berbagai titik tubuh. Darah mengalir dalah sikuit yang
kontinu. Denyut adalah indicator status sirkulasi darah (Potter &
Perry, 1997). Suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat
dimana ada arteri melintas (sandi, 2016). Denyut Nadi Normal
Menurut WHO (World Health Organization). Detak Nadi adalah
kecepatan denyut jantung yang diukur dengan jumlah kontraksi
jantung per menit (bpm). Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) online dan menurut para ahli bahasa. Arti kata Nadi -na-di n 1
pembuluh darah di pergelangan tangan (terasa berdenyut kalau
ditekan); urat nadi: dokter memegang --si sakit untuk mengetahui
apakah masih berdenyut atau tidak; 2 pembuluh darah besar; aorta;
batang nadi; -- arteri nadi yg mengalirkan darah dr jantung ke seluruh
bagian badan; -- silvi nadi arteri Denyut jantung dapat bervariasi
sesuai dengan kebutuhan fisik tubuh.
Termasuk kebutuhan untuk menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida. Komplians arteri adalah kemampuan arteri untuk
mengerut dan mengembang. Ketika arteri kehilagan distensibilitas
atau daya renggangnya, seperti yang terjadi pada individu lansia,
dibutuhkan tekanan yang lebih besar untuk memompa darah ke dalam
arteri.
Curah jantung merupakan jumlah darah yang dipompakan jantung
ke dalam arteri dan setara dengan volume sekuncup(SV) dikali denyut
jantung (HR) setiap menit. Sebagai contoh, 65Ml x 70 denyut setiap
menit = 4,55L setiap menit. Ketika individu dewasa sedang
beristirahat, jantung akan memompa 5 liter darah setiap menitnya.
Pada individu yang sehat, nadi menggambarkan denyut jantung;
artinya, frekuensi nadi sama dengan frekuensi kontraksi ventrikel
jantung. Akan tetapi pada beberapa jenis penyakit kardiovaskular,
denyut nadi dan jantung dapat berbeda.Sebagai contoh, jantung klien
dapat menghasilkan gelombang nadi yang sangat lemah atau kecil
yang tidak dapat dideteksi pada nadi perifer. Nadi perifer adalah nadi
yang letaknya jauh dari jantung.,contohnya,nadi yang terdapat di kaki,
pergelangan tanga atau leher. Sebaliknya, nadi apical adalah nadi
pusat yang berlokasi di apeks jantung.
Perawat harus mempertimbangkan setiap faktor berikut ketika
mengkaji nadi klien:
1) Usia, seiring peninkatan usia,frekuensi nadi akan turun secara
bertahap. Lihat table 27-1 untuk mengetahui variasi frekuensi nadi
secara spesifik dari lahir hingga dewasa.
2) Jenis kelamin, setelah pubertas,frekuensi nadi pria sedikit lebih
rendah daripada frekuensi nadi wanita
3) Olahraga, normalnya, frekuensi nadi akan meningkat dengan
aktivitas. Frekuensi nadi pada atlit profensional kerap lebih rendah
daripada orang biasa karena ukuran,kekuatan,dan efisien jantung
mereka lebih besar.
4) Demam, frekuensi nadi meningkat dalam merespons penurunan
tekanan darah yang disebabkan oleh vasodilatasi perifer akibat
peningkatan laju metabolism
5) Medikasi, sebagian obat dapat menurunkan frekuensi nadi,dan
sebagian lain justru meningkatkannya. Sebagai contoh, kardiotonik,
(mis, preparat digitalis) dapat menurun kan denyut jantung,
sedangkan epinefrin dapat meningkatkan denyut jantung.
6) Hipovolemia, kehilangan darah sistem vascular normalnya akan
meningkatkan frekuensi nadi. Pada orang dewasa,kehilanga volume
darah yang beredar dalam tubuh akan memicu penyesuaian denyut
jantung untuk meningkatkan tekanan darah karena tubuh sedang
mengompensasi volume darah yang hilang. orang dewasa biasanya
mampus menoleransi kehilangan darah hingga 10% dari volume
darah yang normalnya beredar tanpa mengalami efek yang
merugikan.
7) Stres, dalam merespons stress,stimulasi saraf simpatis akan
meningkatkan aktivitas jantung secara keseluruhan. Kondisi stress
meningkatkan frekuensi serta kekuatan denyut jantung. Rasa takut
dan cemas serta persepsi nyeri yang hebat mestimulasi sistem saraf
simpatis.
8) Perubahan posisi, ketika seseorang duduk atau beridir darah
biasanya akan mengumpul di oembuluh darah dependen pada
sistem vena. Bendungan darah ini menyebabkan penuruan alian
balik vena menuju jantung yang disusul dengan penurunan tekanan
darah dan peningkatan denyut nadi yang berlangsung sesaat.
9) Patologi, penyakit tertentu, seperti kondisi jantung atau beberapa
penyakit yang menganggu oksigenasi dapat mengubah rekuensi
nadi saat istirahat.

b. Kecepatan Denyut Nadi


Irma denyut nadi ada berbagai macan yaitu : irama normal (jika selang
waktu antar denyut sama), irama tidak teratur (aritmia), pulsus
intermiten (denyut yang mengalami periode irama yang normal
kemudian terganggu oleh periode yang tidak teratur).
Denyut nadi normal : 60-100 kali/menit.
Denyut nadi takikardi : >100 kali/menit.
Denyut nadi bradikardi : <60 kali/menit.
c. Lokasi Nadi
Nadi dapat diukur pada Sembilan lokasi
1) Temporalis, tempat arteri temporalis melewati tulang temporal
kepala. Lokasinya berada pada sisi superior (atas) dan lateral (jauh
dari garis tengah) mata.
2) Karotis, pada sisi leher tempat arteri karotis menjalar di antara
trakea dan otot stemokleidomastoideus.
3) Apikal, pada apeks jantung. Pada orang dewasa, arteri ini terletak
di sisi kiri dada, sekitar 8 cm kea rah kiri sternum (tulang dada) dan
ruang interkosta (area di antara tulang iga) keempat, kelima, atau
keenam. Pada anak yang berusia 7-9 tahun, nadi apikal terletak di
ruang interkosta keempat atau kelima. Sebelum usia 4 tahun, nadi
apikal terletak di garis tengah klavikula (MCL) sebelah kiri; antara
usia 4 dan 6 tahun, nadi apikal terletak di MCL.
4) Brakialis, pada bagian dalam otot bisep lengan atau di tengah-
tengah ruang antekubiti.
5) Radialis, tempat arteri radialis menjalar sepanjang tulang radial,
sejajar ibu jari di bagian dalam pergelangan tangan.
6) Femoralis, tempat arteri femoralis menjalar sepanjang ligamentum
inguinale.
7) Poplitela, tempat arteri poplitea melintas di belakang lutut.
8) Tibialis posterior, pada permukaan medial pergelangan kaki,
tempat arteri tibialis posterior melewati belakang malleolus
medialis.
9) Pedis (dorsalis pedis) tempat arteri dorsalis pedis menjalar di
sepanjang tulang kaki, pada garis khayal yang ditarik dari tengah-
tengah pergelangan kaki menuju ruang antara ibu jari dan jari
telunjuk kaki. Nadi radialis paling sering digunakan pada orang
dewasa. Nadi tersebut mudah ditemukan pada kebanyakan orang
dan mudah diakses.
d. Mengkaji Denyut Nadi
Nadi biasanya dikaji dengan cara palpasi (meraba) atau auskultasi
(mendengar). Tiga jadi di tengah dapat digunakan untuk memalpasi
semua lokasi nadi, kecuali apeks jantung. Stetoskop digunakan untuk
mengkaji nadi apikal dan bunyi jantung janin. Stetoskop
ultrasonografi Doppler digunakan untuk nadi yang sulit diraba.
Headset DUS memiliki alat pendengar stetoskop standar, tetapi
memiliki kabel panjang yang terhubung dengan unit radio kontrol-
volume dan transduser ultrasonografi. DUS dapat mendeteksi
pergerakan sel darah merah dalam pembuluh darah. Berbeda dengan
stetoskop konvensional, alat ini menghilangkan suara dari lingkungan.
Normalnya, nadi dipalpasi dengan memberi tekanan berkekuatan
sedang menggunakan ketiga jadi tengah. Permukaan jari paling distal
merupakan area yang paling sensitive dalam mendeteksi nadi.
Tekanan yang berlebihan akan menutupi nadi, sedangkan tekanan
yang terlalu kecil tidak akan mampu mendeteksinya. Sebelum perawat
mengkaji nadi pasien saat istirahat, pasien harus mengambil posisi
yang nyaman. Perawat harus tanggap dengan hal berikut:
1) Adanya obat yang dapat mempengaruhi denyut jantung.
2) Apakah pasien baru melakukan aktivitas fisik. Jika demikian,
tunggu 10 - 15 menit sampai pasien beristirahat dan nadi
melambat ke frekuensi sebelumnya.
3) Adanya data dasar mengenai denyut jantung normal pasien.
Contohnya, atlet dengan kondisi fisik memiliki denyut jantung
kurang dari 60 kali/menit.
4) Apakah pasien harus mengambil posisi tertentu (misalnya,
duduk). Pada sebagian pasien, frekuensi nadi berubah sesuai
posisi karena adanya perubahan volume aliran darah dan aktivitas
system saraf otonom.

Ketika mengkaji nadi, perawat harus mengumpulkan data-data


berikut: frekuensi, irama, volume, elastisitas dinding arteri,
dan/tidaknya kesetaraan pada kedua sisi tubuh (bilateral). Denyut
jantung yang sangat cepat (misalnya, di atas 100 kali/menit) disebut
takikardia. Denyut jantung orang dewasa 60 kali/menit atau kurang
disebut bradikardia. Apabila pasien mengalami takikardia atau
bradikardia, nadi apikal perlu dikaji.

Irama nadi merupakan pola denyut dan interval di antara denyut.


Pada nadi yang normal, terdapat jeda waktu yang sama di antara
denyut. Nadi dengan irama yang tidak teratur (ireguler) disebut
distrimia atau aritmia. Keadaan tersebut mencakup denyut yang
acak dan tidak teratur atau denyut yang teratur dengan pola yang
dapat diprediksi. Ketika mendeteksi adanya distrimia, perawat perlu
mengkaji nadi apikal. Elektrokardiogram (EKG atau ECG) penting
untuk menentukan karakterisktik distrimirmia lebih lanjut.

Volume nadi, yang disebut juga kekuatan atau amplitiudo


nadi, mengacu pada kekuatan darah pada setiap denyut. Volume nadi
biasanya sama pada setiap denyut. Volume tersebut berkisar dan tidak
teraba (absen) sampai kuat. Nadi yang normal dapat teraba dengan
penekanan sedang dengan menggunakan jari dan akan hilang dengan
penekanan yang lebih kuat. Volume berkekuatan penuh atau volume
darah penuh yang sulit untuk dihilangkan disebut dengan nadi yang
kuat. Nadi yang mudah hilang dengan penakanan jari disebut nadi
yang lemah sayup, atau sukar teraba.

Elastisitas dinding arteri menggambarkan daya regang


(ekspansibilitas) atau deformitas dinding arteri. Arteri yang sehat dan
normal akan terasa lurus, halus, lembut dan lentur. Lansia kerap
memiliki arteri yang tidak elastis atau kaku. Ketika dipalpasi, arteri
ini terasa terpuntir (melilit) dan frekuensi nya tidak teratur.

Ketika mengkaji nadi perifer untuk menentukan keadekuatan aliran


darah menuju area tubuh tertentu, perawat juga harus mengkaji nadi
yang sama pada sisi tubuh yang berlawanan. Pengkajian yang kedua
ini memberi perawat data untuk dapat membandingkan kedua nadi
tersebut. Sebagai contoh, ketika mengkaji aliran darah menuju kaki
kanan, perawat mengkaji nadi dorsalis pedis kanan dan kemudian
nadi dorsalis pedis kiri. Apabila nadi pada sisi kanan dan kiri sama
berarti pasien memiliki nadi dorsalis pedis yang sama pada kedua sisi
(bilaterally equal).

e. Pengkajian Nadi Apikal


Pengkajian nadi apikal diindikasikan untuk pasian dengan nadi
perifer yang tidak teratur atau tidak teraba, juga untuk pasien dengan
penyakit kardiovaskuler, paru, dan ginjal. Tindakan ini biasanya
dilakukan sebelum pemberian obat-obatan yang dapat memengaruhi
jantung. Lokasi apikal juga digunakan untuk mengkaji nadi pada bayi
baru lahir, bayi, dan anak-anak hingga usia 2-3 tahun.

f. Pegkajian Nadi Apikal Radialis


Nadi apikal-radialis mungkin perlu dikaji pada pasien yang
mengalami gangguan kardiovaskuler tertentu. Normalnya frekuensi
nadi apikal dan radialis sama. Frekuensi nadi apikal yang melebihi
nadi radialis dapat mengindikasikan lemahnya dorongan darah dari
jantung sehingga gelombangnya tidak teraba pada nadi perifer, atau
mengindikasikan bahwa penyakit vascular menghambat transmisi
impuls. Setiap perbedaan antara dua frekuensi nadi disebut deficit
nadi dan harus dilaporkan dengan segera. Tidak pernah kasus yang
menunjukkan frekuensi nadi radialis melebihi nadi apikal.

4. Pernapasan
a. Pengertian
Menurut Potter & Perry (1997) bernapas adalah tindakan
mengambil oksigen oleh tubuh (inspirasi) dan tindakan membuang
karbondioksida dari dalam tubuh (ekspirasi). Pernapasan (atau
ventilasi) adalah proses menggerakkan udara masuk dan keluar dari
paru-paru untuk memfasilitasi pertukaran gas dengan lingkungan
internal tubuh, terutama dengan memasukkan oksigen dan membuang
karbon dioksida (Hall John, 2011). Semua makhluk aerobik
membutuhkan oksigen untuk respirasi seluler, yang menggunakan
oksigen untuk memecah makanan untuk mendapatkan energi dan
menghasilkan karbon dioksida sebagai produk buangan. Pernapasan,
atau "respirasi eksternal", membawa udara ke paru-paru tempat
pertukaran gas terjadi di alveolus melalui difusi. Sistem peredaran
darah tubuh mengangkut gas-gas ini ke dan dari sel-sel, tempat
"respirasi seluler" terjadi (Pocock, Gillian; Richards, Christopher D,
2006). Secara normal orang dewasa sehat bernapas kita-kira 16-20
kali per menit, sementara bayi dan anak kecil bernapas lebih cepat
daripada orang dewasa. Pernapasan eksternal mengacu pada proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli paru dan darah
dalam paru. Sebaliknya, Pernapasan internal berlangsung di seluruh
tubuh, ini merupakan proses pertukaran gas yang sama antara darah
yang beredar dan sel-sel jaringan tubuh.
Inhalasi atau inspirasi mengacu pada penarikan udara ke dalam
paru-paru. Ekshalasi atau ekspirasi mengacu pada pengeluaran atau
pergerakan gas dari paru-paru menuju atmosfer. Ventilasi juga
digunakan untuk menyebut pergerakan udara masuk dan keluar paru-
paru.
Pada dasarnya, ada dua jenis pernapasan: pernapasan rangka
(toraks) dan pernapasan diafragma (abdomen). Pernapasan rangka
menggunakan otot-otot interkosta eksterna dan otot bantu lainnya,
seperti otot sternokleidomastoideus. Ini dapat terlihat dari pergerakan
dada ke atas dan keluar. Sebaliknya, pernapasan diafragma melibatkan
kontraksi dan relaksasi diafragma, yang dapat dilihat dari pergerakan
abdomen, yang terjadi akibat kontraksi dan pergerakan diafragma ke
bawah.

b. Mekanisme dan Pengaturan Pernapasan


Selama inhalasi, normalnya terjadi proses berikut: diafragma
berkontraksi (mengempis), tulang iga bergerak ke atas dan keluar, dan
sternum bergerak keluar sehingga memperbesar ukuran toraks dan
memungkinkan pengembangan paru. Selama ekshalasi, diafragma
relaksasi, tulang iga bergerak ke bawah dan ke dalam, dan sternum
bergerak ke dalam sehingga memperkecil ukuran toraks saat paru-
paru terkompresi. Normalnya, proses bernapas terjadi secara otomatis
dan tanpa usaha. Proses inspirasi pada orang dewasa normal
berlangsung selama 1–1,5 detik, dan proses ekspirasi berlangsung
selama 2-3 detik.
Pernapasan dikendalikan oleh pusat pernapasan di medula
oblongata dan pons otak serta oleh kemoreseptor yang terdapat di
pusat yaitu di medula dan perifer yaitu di badan karotis dan aorta.
Area pusat dan reseptor tersebut akan berespons terhadap perubahan
konsentrasi oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan hydrogen (H+)
dalam darah arteri.

c. Mengkaji Pernapasan
Pernapasan saat istirahat harus dikadi ketika pasien relaks sebab
olahraga akan memengaruhi pernapasan, yaitu meningkatkan
frekuensi dan kedalaman pernapasan. Kecemasan cenderung
memengaruhi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Perawat juga
perlu mengkaji pernapasan setelah pasien berolahraga untuk
mengidentifikasi toleransi pasien terhadap aktivitas, sebelum
mengkaji pernapasan pasien, perawat tanggap terhadap hal-hal
berikut:
1) Pola pernapasan normal pasien
2) Pengaruh masalah kesehatan pasien terhadap pernapasan
3) Setiap obat atau terapi yang dapat memengaruhi pernapasan
4) Hubungan antara pernapasan pasien dan fungsi kardiovaskulator

Perawat perlu mengkaji frekuensi, kedalaman, irama, dan kualitas serta


keefektifan pernapasan.

Frekuensi pernapasan normalnya dijelaskan dalam pernapasan per


menit. Pernapasan yang memiliki frekuensi dan kedalaman yang
normal disebut eupnea. Pernapasan abnormal yang lambat disebut
bradipnea, dan pernapasan abnormal yang cepat disebut takipnea
atau polipnea. Apnea merupakan keadaan ketika tidak terjadi proses
bernapas.

Ketika memeriksa pernapasan penting juga untuk diperhatikan


apakah seseorang memiliki kesulitan bernapas. Kecepatan pernapasan
normal untuk berbagai kelompok usia:

1) Bayi : 30-40 kali/menit.


2) Usia 2-6 tahun : 21-30 kali/menit.
3) Usia 6-10 tahun : 20-26 kali/menit.
4) Usia 12-14 tahun : 18-22 kali/menit.
5) Dewasa : 16-24 kali/menit.
6) Lanjut usia : 12-20 kali/menit.

Fungsi utama pernapasan adalah untuk menyuplai sel-sel tubuh


dengan oksigen dan untuk membersihkan tubuh dari karbondioksida
yang berlebih. Jika pernafasan tidak efisien terjadi kekurangan oksigen
dalam darah untuk kebutuhan tubuh. Selain itu, karbondioksida yang
dilepaskan juga kurang efisien. Kulit akan berwarna kebiruan dan
kondisi ini dikenal sebagai sianosis. Ada dua bagian dari setiap
pernapasan: satu inspirai (inhalasi) diikuti oleh satu ekspirasi
(eksalasi). Istilah-istilah khusus yang menggambarkan pola napas yang
berbeda:

1) Takipnea : pernapasan yang cepat dan dangkal


2) Diapena : kesulitan napas atau sesak napas
3) Apnea : periode tanpa pernapasan
4) Stidor : seperti mendengkur

d. Faktor yang Memengaruhi Pernapasan


Sejumlah faktor dapat memengaruhi frekuensi pernapasan. Faktor-
faktor yang meningkatkan frekuensi pernapasan antara lain olahraga
(meningkatkan metabolisme), stress (menyiapkan tubuh untuk
melakukan “fight or flight”), peningkatan suhu lingkungan, dan
penurunan konsentrasi oksigen pada daerah yang tinggi. Faktor yang
dapat menurunkan frekuensi pernapasan antara lain penurunan suhu
lingkungan, obat-obat tertentu (seperti narkotika), dan peningkatan
tekanan intracranial.
1) Kewaspadaan Klinis
Frekuensi pernapasan pada pasien dewasa yang sedang tertidur
dapat turun hingga 10 kali per menit. Gunakan tanda-tanda vital
yang lain untuk memvalidasi kondisi pasien.
Kedalaman pernapasan seseorang dapat dihitung dengan
memerhatikan pergerakan dada. Kedalaman pernapasan umumnya
digambarkan sebagai pernapasan normal, dalam, atau dangkal.
Pernapasan dalam merupakan pernapasan ketika udara dihirup dan
dihembuskan dalam sejumlah besar, dan sebagian besar paru
mengembang. Pernapasan dangkal meliputi pertukaran udara dalam
jumlah kecil dan sering kali menggunakan jaringan paru secara
minimal. Selama proses inspirasi dan ekspirasi normal, individu
dewasa akan mengambil udara sebanyak 500 mL. volume udara ini
disebut sebagai volume tidal.
Posisi tubuh juga dapat memengaruhi jumlah udara yang dapat
dihirup. Pada posisi telentang, individu mengalami dua pross
fisiologis yang dapat menekan pernapasan: peningkatan volume
darah dalam rongga toraks dan kompresi dada. Akibatnya, proses
pertukaran udara (acraci) pada pasien yang berbaring terletang
tidak berlangsung secara maksimal sehingga mengakibatkan stasis
cairan dan infeksi pada pasien tersebut. Obat-obat tertentu juga
dapat memengaruhi kedalaman pernapasan. Sebagai contoh,
narkotika seperti morfin dan barbiturate dosis tinggi seperti natrium
sekobarbital dapat menekan pusat pernapasan dalam otak, yang
mengakibatkan depresi frekuensi dan kedalam pernapasan.
Hiperventilasi adalah pernapasan yang sangat cepat dan dalam;
hipoventilasi adalah pernapasan yang sangat lambat. Irama
pernapasan adalah keteraturan ekspirasi dan inspirasi. Normalnya,
pernapasan memiliki interval yang sama. Irama pernapasan dapat
digambarkan sebagai irama yang teratur atau tidak teratur. Irama
pernapasan bayi mungkin kurang teratur dibandingkan irama
pernapasan orang dewasa.
Kualitas atau karakter pernapasan mengacu pada aspek
pernapasan yang berbeda dari proses pernapasan yang normal dan
tanpa usaha. Dua dari aspek tersebut adalah besarnya upaya yang
harus pasien kerahkan untuk bernapas dan bunyi napas. Umumnya,
bernapas tidak membutuhkan upaya yang berarti; akan tetapi, pada
beberapa pasien, bernapas hanya berlangsung dengan upaya
tertentu, yang disebut sebagai pernapasan berat.
Bunyi napas juga sangat penting. Bunyi napas normal biasanya
tidak terdengar, namun beberapa bunyi napas yang abnormal
seperti mengi dapat didengar jelas oleh perawat. Sebagian bunyi
napas terjadi akibat adanya cairan dalam paru dan dapat didengar
dengan jelas mealalui stetoskop.
Keefektifan pernapasan sebagian diukur melalui ambilan
oksigen dari udara ke dalam darah dan pelepasan karbon dioksida
dari darah ke udara rekspirasi. Jumlah hemoglobin yang
mengandung oksigen dalam darah arteri dapat diukur secara tidak
langsung dengan oksimetri nadi. Alat pemantau oksimetri nadi
yang dipasang pada jari tangan, jari kaki, atau lokasi lain pada
tubuh pasien memberikan hasil digital mengenai frekuensi nadi dan
saluran oksigen.

MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSIS, HASIL, DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS


CONTOH
DIAGNOSIS INTERVEN
HASIL YANG CONTOH
KEPERAWATA SI PILIHAN
DI INGINKAN INDIKATO TINDAKA
N/ (NIC#)/
(NOC#)/DEFINI R N (NIC)
DEFINISI DEFINISI
SI

Ketidakefektifan Status  Frekuensi Pemantauan  Pantau


pola pernapasan pernapasa pernapasan adanya
Napas/Inspirasi Ventilasi [0403]/ n dan [3550]*/ pernapas
dan/ ekspirasi Pergerakan udara (dalam Pengumpula an yang
yang tidak masuk dan batas n dan bising,
memberikan keluar paru-paru normal) analisis data seperti
ventilasi yang  Kemudah pernapasan dengkura
adekuat. an untuk n
bernapas menjamin  Pantau
kepatenan frekuensi
jalan napas irama,
dan kedalama
pertukaran n, dan
gas yang usaha
adekuat. pernapas
an

Kotak Mengidentifikasi, Diagnosis, Hasil, dan Intervensi


Keperawatan di atas untuk melihat contoh penerapan proses
keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
BAB III
PEBUTUP

A. Kesimpulan
Setelah memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya
adalah kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-
tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu badan,
dan berat badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan penting
kepada masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah
pengetahuan. Seperti pada tekanan darah, seiring dengan bertambahnya
umur seseorang maka tekanan darah akan meningkat. Dan emosi ataupun
rasa nyeri yang di alami oleh seseorang itu juga berpengaruh terhadap
meningkatnya tekanan darah.
Dengan demikian Suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme
dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular,
frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat
menilai kemampuansistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
B. Saran
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu
tanda – tanda vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda –
tanda vital maka kita tidak bisa memberikan evaluasi respon klien
terhadap intravena yang diberikan karena pemeriksaan tanda-tanda vital
merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

A, Patricia, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan (edisi ke-7). Jakarta :


Salemba Medika.

Dhyla, Nurfadila. 2012. “Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital”,


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://nurfadila-
dhyla. (03 Desember 2019),

Hidayat, Ahmad Nuril. 2010. “Tanda-Tanda Vital”,


https://id.scribd.com/doc/39667991/Tanda-Tanda-Vital. (03 Desember
2019).

Kozier, dkk. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.


Pengertianmenurutparaahli. 2016. “Pengertian Suhu”,
https://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-temperatur/. (03
Desember 2019).

Pocock, Gilian; Richards, Cristopher D. 2016. Human Physiologi : the basis of


medicine (edisi ke-3rd). Oxford : Oxford University Press.

Purnamasari, Elly, dkk. 2018. 18 Kompetensi Asisten Keperawatan. Jakarta: In


Media.
Repository. 2016. “Pengertian Nadi”, http://repository.umy.ac.id. (03 Desember
2019).

Ristiani, Ayu. 2017. “Pengertian Suhu”,


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://caridoku
men.com. (03 Desember 2019).

Unhas, Med. 2016. “Pemeriksaan Vital Sign”,


https://www.med.unhas.ac.id/fisioterapi/wp-content/uploads/2016/11/
PEMERIKSAAN-VITAL-SIGN. (03 Desember 2019).

Unimus. 2012. “Pengertian Tekanan Darah”,


http://repository.unimus.ac.id/528/3/BAB%20II.pdf. (03 Desember 2019).

Wikipedia. 2019. “Pengertian Pernapasan”,


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pernapasan. (03 Desember 2019).

Anda mungkin juga menyukai