Anda di halaman 1dari 17

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di uraikan hasil dan pembahasan tentang hubungan beban

kerja dengan perilaku perawat menurut persepsi klien di Puskesmas Tambakrejo

Bojonegoro. Penelitian ini di mulai pada pada tanggal 3– 24 Februari 2020 di

Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro. Hasil penelitian di sajikan dalam dua bagian yaitu

data umum dan data khusus. Dalam data umum dimuat karakteristik responden beban

kerja berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, agama, umur, dan lama kerja informasi

tentang beban kerja perawat dan responden perilaku caring berdasarkan jenis kelamin,

umur, pendidikan, agama. Sedangkan data khusus terdiri daribeban kerja dengan

perilaku perawat menurut persepsi klien. Data di sajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, cross tabulasi.

5.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tambakrejo Kecamatan Tambakrejo

Kabupaten Bojonegoro. Letak Puskesmas Tambakrejo berjarak 25 km dari kota

Bojonegoro. Kecamatan Tambakrejo merupakan salah satu diantara 28 Kecamatan di

Kabupaten Bojonegoro yang terdiri dari 18 desa dengan luas 209.52 Km², 65 Dusun, 95

RW dan 378 RT dengan kondisi alam secara geografis memiliki potensi untuk

dikembangkan sehingga menghasilkan pendapatan yang bermuara pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat namun disisi lain juga menimbulkan permasalahan dan

sekaligus tantangan seiring dengan adanya proses pembangunan.

5.1.2 Data Umum

a) Karakteristik responden perawat berdasarkan jenis kelamin

47
48

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di


Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro.

Kategori Jenis Frekuensi Persentase


kelamin (f) (%)
Laki-Laki 22 73,3
Perempuan 8 26,7
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.1 menunjukkan bahwat sebagian besar (73,3%) responden

berjenis kelamin laki-laki dan sebagian kecil (26,7%) perempuan.

b) Karakteristik responden perawat berdasarkan pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di


Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro.

Frekuensi Persentase
Kategori
(f) (%)
D3 22 73,3
S1 8 26.7
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar (73,3%) responden

berpendidikan D3 dan sebagian kecil (26,7%) S1.

c) Karakteristik responden perawat berdasarkan umur.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Puskesmas


Tambakrejo Bojonegoro.

Responden Persentase
Kategori
(f) (%)
<25 tahun 6 20,0
26-35 tahun 19 63,3
36-45 tahun 5 16,7
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar (63,3%) responden

berumur 26-35 tahun dan sebagian kecil (16,7%) berumur 36-45 tahun.

d) Karakteristik responden perawat berdasarkan lama kerja


49

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja di


Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro.
Frekuensi Persentase
Kategori
(f) (%)
1 tahun 3 10,0
2 tahun 19 63,3
3 tahun 6 20,0
>5-9 tahun 1 3,3
>10-20 tahun 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar (63,3%) responden

lama kerja 2 tahun dan sebagian kecil (3,3%) > 10 tahun.

5.1.3 Data Khusus

a. Karakteristik responden berdasarkan beban keja.

Dari hasil penelitian beban kerja, maka diperoleh sebagai berikut:

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan beban kerja di


Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro.
Frekuensi Persentase
Kategori beban kerja
(f) (%)
Tidak jadi beban 8 26,7
Ringan 15 50,0
Sedang 6 20,0
Berat 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa setenggahnya (50,0%) responden

mengalami beban kerja ringan dan sebagian kecil (3,3%) mengalami beban

kerja berat.

b. Karakteristik responden berdasarkan perilaku caring.

Dari hasil penelitian maka diperoleh data perilaku caring di

Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro terdapat pada table berikut:

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden perilaku caring di Puskesmas


Tambakrejo Bojonegoro.
Kategori Frekuensi Persentase
50

(f) (%)
Baik 8 26,7
Cukup 10 33,3
Kurang 9 30,0
Sgt kurang 3 10,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir setengah (33,3%) responden

mendapatkan perilaku caring dalam kategori cukup dan sebagian kecil

(10%) mendapatkan perilaku caring sangat kurang.

5.1.4 Tabulasi silang antara beban kerja dengan perilaku caring menurut persepsi klien

di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro.

Berdasarkan data hasil penelitian, dapat dibuat tabel silang antara beban

kerja dengan perilaku caring menurut pasien di Puskesmas Tambakrejo

Bojonegoro.

Tabel 5.7 Tabulasi silang beban kerja dengan perilaku caring di Puskesmas
Tambakrejo Bojonegoro.
Perilaku caring
Beban Total
Baik Cukup Kurang Sgt kurang
kerja
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Tdk jadi
4 50,0% 3 37,5% 1 12,5% 0 0,0% 8 100,0%
beban
Ringan 4 26,7% 6 40,0% 4 26,7% 1 6,7% 15 100,0%
Sedang 0 0,0% 1 16,7% 4 66,7% 1 16,7% 6 100,0%
Berat 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 1 100,0% 1 100,0%
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa hampir setengah (40,0%)

pernah mengalami beban kerja ringan dengan perialku caringcukup.

Tabel 5.7 Tabulasi silang beban kerja dengan perilaku caring di Puskesmas
Tambakrejo Bojonegoro.
Correlations
Beban.K Perilaku.
erja Caring
Spearman's rho Correlation Coefficient 1,000 ,562**
Beban.Kerja Sig. (2-tailed) . ,001
N 30 30
Perilaku.Caring Correlation Coefficient ,562** 1,000
51

Sig. (2-tailed) ,001 .


N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil analisa melalui Uji stastika menggunakan Spearman Rank pada

taraf kesalahan 0,05 dan nilai ρ sebesar 0,001, dimana ρ = 0,001 ≤ 0,05 maka H 1

diterima atau H0 ditolak artinya ada hubungan antara beban kerja dengan

perilaku caring di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro. Nilai r = 0,562

menunjukkan adanya korelasi, artinya beban kerja berhubungan dengan perilaku

caring. Menurut sugiyono (2015), bahwa nilai r = 0.562 merupakan interpretasi

koefisien korelasi yang sedang.

4.1 Pembahasan

4.1.1 Beban Kerja Perawat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang pernah mengalami

beban kerja di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro sebesar (50,0%). Keadaan

tersebut dimungkinkan di pengaruhi oleh jenis kelamin, pendidikan, agama,

umur dan lama kerja di Puskesmas.

Beban kerja adalah serangkaian kegiatan yang harus diselesaikan baik

secara fisik maupun psikis dalam jangka waktu tertentu menurut kamus besar

bahasa Indonesia (2018). Dan menurut penelitian terdahulu perawat yang

mengalami beban kerja berat sebesar 64,7% (Ernawati, 2018). Banyak dan

beragamnya pekerjaan di Puskesmas, kurang idealnya ratio perawat sampai

kegiatan di Puskesmas Tambakrejo dan tuntutan ketrampilan serta pengetahuan

khusus merupakan beban kerja yang berat bagi sebagian perawat, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif (Ernawati,2018).

Hasil penelitian peneliti berpendapat bahwa semakin banyak jumlah

pasien di Puskesmas Tambakrejo maka akan semakin berat beban kerja perawat.
52

Serta tuntutan dan ketrampilan maupun banyak kegiatan yang harus diselesaikan

baik secara fisik atau psikis dalam waktu tetertentu. Sedangkan perawat di

Puskesmas Tambakrejo memiliki beban kerja dalam kategori sedang.

Ditinjau dari segi jenis kelamin perawat dapat dilihat dari tabel 5.1

menunjukkan bahwa sebagian besar (73,3%), perawat berjenis kelamin laki-laki.

Menurut Sarwono (2015) jenis kelamin membawa seseorang dalam

berperilaku. Melaksanakan tugas-tugas perawat dalam pemenuhan faktor

eksternal, secara keterampilan lebih cocok dan cenderung dikuasai oleh perawat

laki-laki sehingga mereka lebih mampu menengerjakan tugas-tugas tersebut

lebih baik.(Ernawati, 2018)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden yang berjenis kelamin laki-laki, cenderung memiliki beban kerja dari

pada peremuan karena mayoritas yang mempunyai ketrampilan lebih adalah

laki-laki.

Ditinjau dari segi pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.2 menunjukkan

bahwa sebagian besar (73,3%) perawat berpendidikan D3.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan pada

pembentukan perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien (Santoso, 2015). Pendidikan berdampak pada peningkatan wawasan atau

pengetahuan seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang

pendidikannya rendah (Zakiyah, 2017).

Pendidikan dalam keperawatan membentuk peran perawat untuk

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Keadaan ini mempengaruhi


53

pengetahuan perawat tentang pentingnya pemberian pelayan yang baik, menurut

persepsi pasien.

Ditinjau dari segi umur dapat dilihat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa

sebagian besar (63,3%) perawat berumur 26-35 tahun.

Umur yaitu usia individu yang terhubung mulai saat dilahirkan sampai

dengan berulang tahun (Nursalam, 2017). Umur mempengaruhi daya tangkap

dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh

semakin banyak (Notoatmodjo, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan semakin cukup umur

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir

dan berperilaku. Pada usia 26-35 tahun seseorang sedang dalam masa puncak

kemampuan psikologis maupun fisik sehingga perawat dapat memberikan

asuhan keperawatan dengan baik dan tepat.

Ditinjau dari segi lama kerja perwat dapat dilihat pada tabel 5.5

menunjukkan bahwa sebagian besar (63,3%) lama kerja perawat 2 tahun.

Lama kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu

bekerja di suatu tempat (Handoko, 2017). Lama kerja dapat menggambarkan

pengalaman seseorang dalam penguasaan bidang dan tugasnya. Pada umumnya

petugas dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan

dibandingkan dengan petugas yang pengalaman kerjanya sedikit. Semakin lama

seseorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman

orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik (Ranupendoyo dan Saud

(2015)
54

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan semakin lama

perawat berpengalam kerja maka akan semakin cepat tanggap dalam

memberikan pelayanan kepada pasien.

4.1.2 Perilaku Caring

Hasil peneltian menunjukkan bahwa perilaku caring hampir setengah

(40,0%) cukup. Keadaan tersebut dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, dan agama.

Menurut Kozier (2017) Caring merupakan kekuatan yang sangat penting

dalam hubungan antara pasien dengan perawat, dan suatu kekuatan untuk

melindungi dan meningkatkan martabat pasien. Sebagai contoh, dibimbing oleh

kerangka kerja ini para perawat menggunakan sentuhan dan ucapan yang jujur

untuk menegaskan kepada pasien sebagai manusia, bukan objek-objek, dan

membantu mereka membuat pilihan-pilihan dan menemukan arti dalam

pengalaman sakit mereka. Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat

untuk care terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan

aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit (Kozier ; Erb, 1985

dalam Nurachmah, 2015). . Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan

pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang

dilakukan (Morrison ; Burnard, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku caring

cukup, karena tindakan keperawatan yang diakukan perawat PUSKESMAS tidak

hanya terlihat dari pelayanan kesehatan tetapi kepuasan pasien.

Ditinjau dari segi umur dapat dilihat dari tabel 5.7 bahwa hampir setengah

(36,7%) responden berumur 26-35 tahun.


55

Faktor umur berperan pada pembentukan kedewasaan seseorang,

semakin dewasa seseorang maka akan semakin mampu menetukan tindakan

yang harus diambil (Hurlock, 2017). Semakin dewasa usia seseorang maka

tingkat kematangan berfikir dan bertindaknya semakin baik, hal ini dikarenakan

bertambahnya pengalaman dan wawasan (Tunjungsari, 2017). Hal ini

disebabkan umur mempengaruhi seseorang dalam berpikir selain itu umur juga

dapat membuat seseorang mempunyai pengalaman dalam hidup sehingga

mampu memutuskan yang terbaik dalam kesehatan dirinya (Wawan ; Dewi,

2015).

Umur mendukung penyerapan informasi dalam meningkatkan minatnya

untuk melakukan kunjungan ke rumah sakit. Dengan bertambahnya usia

seseorang akan memiliki kemampuan kognitif dan penilaian moral lebih baik

sehingga mendorong keluarga pasien untuk mengambil keputusan dalam

berperan aktif membawa ke rumah sakit.

Ditinjau dari segi pendidikan dapat dilihat dari tabel 5.8 bahwa setengah

(50,0%) responden berpendidikan SMA.

Pendidikan merupakan hal penting untuk meningkatkan pengetahuan

karena pengetahuan merupakan factor yang mendahului atai motivasi dari

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2017). Pengetahuan diperoleh dari

pengalaman sendiri atau orang lain. Dimana pendidikan menjadi referensi

belajar seseorang dan juga merupakan factor predisposisi seseorang untuk

berperilaku, sehingga latar belakang pendidikan merupakan factor yang sangat

mendasar untuk berperilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2017). Tingkat pendidikan

yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan juga
56

masih tinggi kesadarannya untuk berperan serta, dalam hal ini adalah keaktifan

membawa balita ke posyandu (Atmarita, 2016).

Pendidikan akan berpengaruh terhadap cara berfikir dalam pengambilan

keputusan seseorang untuk menggunakan pelayannan kesehatan, maka semakin

tinggi pendidikan pasien akan semakin baik pula pengetahuan tentang kesehatan.

Sedangkan pendidikan rendah walaupun sudah ada sarana yang baik namun

belum tentu dipergunakan, hal ini disebabkan seseorang tidak peduli terhadap

program kesehatan. Kenyataan di masyarakat bahwa seorang pasien yang

memiliki pendidikan formal yang rendah belum tentu memiliki pengetahuan

yang rendah pula.

4.1.3 Hubungan beban kerja dengan perilaku caring di Puskesmas Tambakrejo

Bojonegoro

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tambakrejo

Bojonegoro diketahui bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku

perawat menurut persepsi klien.

Hasil uji statistik Spearman Rank diperoleh angka signifikan atau nilai

nonprobabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (r <

a), maka data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan Antara

beban kerja dengan perilaku caring menurut persepsi klien di Puskesmas

Tambakrejo Bojonegoro.

Menurut Watson (2016 dalam Saputri, 2015 ) mengungkapkan, bahwa ada

sepuluh carative faktor yang dapat mencerminkan perilaku caring dari seorang

perawat, sepuluh factor tersebut adalah membentuk sistem nilai humanistic-

altruistic, menanamkan kenyakinan dan harapan,mengembangkan sensitifitas

untuk diri sendiri dan orang lain,membina hubungan saling percaya


57

dansalingbantu, menngkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif,

mengunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan

keputusan,meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan

ligkungan yang mendukung, melindungi, dan atau memperbaiki mental

sosiokultural dan spiritual membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia

mengembangkan factor kekuatan eksistensial fenomenologis. Perilaku caring

perawat yang berdasarkan sepuluh carative faktor tersebut nantinya akan

berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Berdasarkan Julianti (2017) dalam penelitiannya tentang hubungan beban

kerja perawat pelaksana dengan pelaksanaan perilaku Caring menurut persepsi

klien di Irna lantai jantung Rumah Sakit Husada Medan. Februarilati (2015) dalam

penelitiannya tentang hubungan lingkungan kerja dengan perilaku Caring perawat

di Rumah Sakit PGI Cikini bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Caring perawat adalah pengembangan profesi dan dukungan organisasi perawat.

Teori di atas sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa

ada hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat menurut persepsi klien

di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro. Berhubungan dengan beban kerja lebih,

hal ini dapat memberikan penilaian terhadap perawat Puskesmas mengenai beban

kerja dengan perilaku caring perawat di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro.


58

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 3-24 Februari 2020 yang berjudul

Hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat menurut persepsi klien di

Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak (50,0%) perawat Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro pernah

mengalami beban kerja ringan .

2. Hampir setengah (33,3%) pasien Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro pernah

mengalami perilaku caring cukup.

3. Ada Hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat menurut persepsi

klien di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro, dengan tingkat keeratan ringan.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi perawat dan pasien responden

Diharapkan responden dapat memberikan perilaku caring lebih, sehingga

bisa meningkatkan pemahaman dan ketrampilan bagi perawat Puskesmas

Tambakrejo Bojonegoro.

5.2.2 Bagi Keluarga

Melapor kpada atasan jika perawat kurang memberikan perilaku caring ke

pasien.

56
59

5.2.3 Bagi tenaga kesehatan

Agar dapat menjadi acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan di Puskesmas sehingga dapat mempengaruhi pasien dan mutu

pelayanan di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro.

5.2.4 Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat di fungsikan

sebagai literatur, peneliti berharapkan agar penelitian ini dapat terus

dikembangkan dengan penelitian yang akan datang.


60

DAFTAR PUSTAKA

Addo, Isaac Y and Gyamfuah, Irene A. (2016). Determinants of healthcare


facilities and services utilisation among the aged: evidence from
Yamoransa in Ghana. American Scientific Research Journal For
Engineering, Technology, And Sciences (ASRJETS). (2016). Volume 8,
No. 1, pp. 42-55.

Ajarmah, Balqees S and Hashem, Tareq N. (2015). Patient satisfaction evaluation


on hospitals; comparison study between accredited and non accredited
hospitals in Jordan. European Scientific Journal. (2015). November. Vol.
11, No. 32: 298-314.

Ambariani. (2016). Pengaruh kualitas pelayanan pada kepuasan pasien lanjut usia
di Puskesmas Santun Lanjut Usia Kabupaten Bogor Jawa Barat. Tesis.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Aritonang, Lerbin R. (2005). Kepuasan Pelanggan : Pengukuran dan


Penganalisisan dengan SPSS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

BPS RI. (2016). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik RI.

Damayanti NA. (2015). Kontribusi kinerja perawat dan harapan pasien dalam
dimensi non teknis keperawatan terhadap kepuasan pasien rawat inap
kasus kronis. Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga

Dharmawesta, BS dan Irawan. (2005). Manajemen Pemasaran Modern. (cetakan


keempat). Yogyakarta: Liberty.

Dinkes Kab. Bojonegoro. (2016). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tahun 2015.
Diakses melalui http://dinkes.Bojonegorokab.go.id/

Falaha T, Worku A, Meskele M, and Facha W. (2016). Health care seeking


behaviour of elderly people in rural part of Wolaita Zone, Southern
Ethiopia. Health Science Journal. (2016). Vol. 10, No. 4:12.

Gruendemann, J Barbara and Fernsebner, Billie. (2016). Keperawatan


Perioperatif. Jakarta: EGC.

Hidayati, Nurul. (2020). Pemkab Bojonegoro, ingin puskesmas tingkatkan


pelayanan kepada para lansia. (diunduh 15 Maret 2020). Diakses melalui
www.suaraBojonegoro.net/
Humas Kab. Bojonegoro. (2016). Wabup resmikan poli santun lansia, Bupati
Bojonegoro ajak para lansia rutin periksa kesehatan. (diunduh 23 Maret
2020). Diakses melalui http://Bojonegorokab.go.id/

Kartajaya H, Yuswohady, Madyani D, Indrio BD. (2003). Marketing in venus.


Jakarta: Gramedia.

Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


67 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut
Usia Di Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia
Tahun 2016-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

. (2016). Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia. Jakarta: Pusat


Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Koentjoro, Tjahjono. (2017). Regulasi Kesehatan Di Indonesia. Yogyakarta:


ANDI.

Komnas Lansia. (2015). Profil penduduk lanjut usia 2009. Jakarta: Komisi
Nasional Lanjut Usia.

. (2015). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta:


Komisi Nasional Lanjut Usia.

Kotler P dan Keller KL. (2017). Manajemen Pemasaran. Cetakan pertama, edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Indeks.

Kurshariyadi. (2015). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:


Salemba Medika.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190. Undang-Undang


Nomor 13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Diakses
melalui www.bpkp.go.id

Lestari WP, Sunarto, dan Kuntari T. (2008). Analisa faktor penentu tingkat
kepuasan pasien di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia (JKKI). Diakses tanggal 4 April
2020 melalui journal.uii.ac.id/index.php/JKKI/article/download/544/468

Liu, Li-Fan. (2016). The health heterogeneity of and health care utilization by
the elderly in Taiwan. International Journal Of Environmental Research
And Public Health. (2016). 11, 1384-1397.
Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, dan Batubara I. 2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mujahidullah, Khalid. (2012). Keperawatan Geriatrik Merawat Lansia Dengan


Cinta Dan Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muninjaya, AA Gde. (2016). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


(ed. 4). Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2015). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta.

. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nova, Rahadi Fitra. (2015). Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan


pasien rawat inap pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Pohan, S Imbalo. (2017). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro. (2020). Laporan kegiatan pelayanan


kesehatan lanjut usia Pebruari 2020.

Saladin D. (2016). Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan


dan Pengendalian. Bandung: CV Linda Karya

Shaikh BT, Mobeen N, Azam SI, dan Rabbani F. (2008). Using SERVQUAL for
assessing and improving patient satisfaction at a rural health facility in
Pakistan. Eastern Mediterranean Health Journal. (2008). Vol. 14, No. 2.

Simamora, Bilson. (2003). Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Sodani PR, Sharma K. (2016). Assessing patient satisfaction for investigative


services at public hospitals to improve quality of services. National
Journal of Community Medicine. Oct-Des (2016). Volume 2 (Issue 3):
404–8.

Sudibyo, Anggi Reny. (2016). Hubungan antara kualitas pelayanan dengan


kepuasan pasien terhadap pelayanan di RSIA Srikandi IBI Jember. Skripsi.
Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Supriyanto S dan Ernawati M. (2015). Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.

Yogyakarta : ANDI.

Suryawati C, Dharminto, dan Shaluhiyah Z. (2016). Penyusunan indikator


kepuasan pasien rawat inap rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Desember 2016. Volume
09, No. 04, Halaman:177-184.

Tjiptono, Fandy. (2005). Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Bayu Media


Publishing. Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. (2016).
Service, Quality & Satisfaction. (ed 3). Yogyakarta : Andi.

Trisnantoro, Laksono. (2016). Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi


Dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Utama, Surya. (2005). Memahami fenomena kepuasan pasien rumah sakit.


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 09 (1), 1-7.

Anda mungkin juga menyukai