Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Profil Puskesmas Kawua
Puskesmas Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan dibangun pada tahun 2007 dan
diresmikan oleh Bupati Poso pada tanggal 28 Mei 2007. Puskesmas Kawua
merupakan salah satu Puskesmas yang telah terakreditasi Madya pada tahun 2017 dan
meraih Juara I Puskesmas berprestasi kategori perkotaan tahun 2018. Semua
ketentuan dan kebijakan tertuang dalam manual mutu yang merupakan acuan untuk
menjalankan operasional Puskesmas.
Luas wilayah kerja Puskesmas Kawua 28,72 Kilometer Persegi dan terbagi menjadi 5
kelurahan, sebagai berikut:
a. Kelurahan Bukit Bambu
b. Kelurahan Sayo
c. Kelurahan Kawua
d. Kelurahan Lembomawo
e. Kelurahan Ranononcu
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kawua tahun 2018 sebesar 10.123 Jiwa.
2. Visi Puskesmas Kawua
“ Terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat Kesehatan
masyarakat di Poso Kota Selatan”.
3. Misi Puskesmas Kawua
a. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang EBONI
(Efektif, Bersahabat, Objektif, Nyaman, Inovatif).
b. Menjadikan Puskesmas sebagai pusat penggerak peran serta masyarakat di bidang
Kesehatan melalui Usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).
c. Meningkatkan profesionalisme kinerja tenaga kesehatan dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan secara berkelanjutan sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
d. Meningkatkan status akreditasi Puskesmas Kawua.
B. Hasil Penelitian
1. Karakterisitk Responden

Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kawua

Umur Frekuensi Persentase


19 tahun 1 1.9
20 tahun 1 1.9
21 tahun 2 3.8
22 tahun 3 5.8
23 tahun 3 5.8
24 tahun 2 3.8
25 tahun 5 9.6
26 tahun 4 7.7
27 tahun 3 5.8
28 tahun 6 11.5
29 tahun 3 5.8
30 tahun 6 11.5
31 tahun 4 7.7
32 tahun 3 5.8
33 tahun 2 3.8
35 tahun 2 3.8
36 tahun 2 3.8
Total 52 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari total 52 responden maka dapat
dilihat umur 19 tahun berjumlah 1 orang (1,9%), umur 20 tahun berjumlah 1
orang (1,9%), umur 21 tahun berjumlah 2 orang (3,8%), umur 22 tahun berjumlah
3 orang (5,8%), umur 23 tahun berjumlah 3 orang (5,8%), umur 24 tahun
berjumlah 2 orang (3,8%), umur 25 tahun berjumlah 5 orang (9,6%), umur 26
tahun berjumlah 4 orang (7,7%), umur 27 tahun berjumlah 3 orang (5,8%), umur
28 tahun berjumlah 6 orang (11,5%), umur 29 tahun berjumlah 3 orang (5,8%),
umur 30 tahun berjumlah 6 orang (11,5%), umur 31 tahun berjumlah 4 orang
(7,7%), umur 32 tahun berjumlah 3 orang (5,8%), umur 33 tahun berjumlah 2
orang (3,8%), umur 35 tahun berjumlah 2 orang (3,8%), umur 36 tahun berjumlah
2 orang (3,8%). Dengan hasil dapat dilihat responden yang terbanyak terdapat
pada umur 28 dan 30 tahun.
Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Ibu Hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kawua

Pendidikan Frekuensi Persentase


SMP 9 17.3
SMA 32 61.5
PT 11 21.2
Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari total 52 responden dapat dilihat
SMA berjumlah 32 orang (61,5%), PT berjumlah 11 orang (21,2%), SMP
berjumlah 9 orang (17,3%). Dengan hasil dapat dilihat responden terbanyak
berpendidikan SMA.

Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Ibu Hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kawua

Pekerjaan Frekuensi Persentase


IRT 46 88.5
PNS 1 1.9
Wiraswasta 5 9.6
Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 52 responden dapat dilihat
IRT berjumlah 46 orang (88,5%), Wiraswasta berjumlah 5 orang (9,6%), PNS
berjumlah 1 orang (1,9%). Dengan hasil dapat dilihat responden terbanyak IRT.
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Pada Ibu Hamil di wilayah
kerja Puskesmas Kawua
Usia Kehamilan Frekuensi Persentase
TM 1 13 25.0
TM 2 26 50.0
TM 3 13 25.0
Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari total 52 responden dapat dilihat
TM 2 berjumlah 26 orang (50,0%), TM 1 berjumlah 13 orang (25,0%), TM 3
berjumlah 13 orang (25,0%). Dengan hasil dapat dilihat responden terbanyak TM
2.

Tabel 5.5
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Pada Ibu Hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kawua
Paritas Frekuensi Persentase
primipara 30 57.7
multipara 15 28.8
grande multipara 7 13.5
Total 52 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari total 52 responden dapat dilihat
Primipara berjumlah 30 orang (57,7%), multipara berjumlah 15 orang (28,8%),
grande multipara berjumlah 7 orang (13,5%). Dengan hasil dapat dilihat
responden terbanyak primipara.
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di wilayah kerja Puskesmas Kawua

Pengetahuan Frekuensi Persentase


V kurang 11 21.2
a cukup 13 25.0
li Baik 28 53.8
d Total 52 100.0

Hasil penelitian dalam tabel 5.6 menunjukkan bahwa pengetahuan responden di


wilayah kerja Puskesmas Kawua termasuk dalam kategori baik. Dimana
pengetahuan baik berjumlah 28 orang (53,8%), pengetahuan cukup 13 orang
(25,0%), pengetahuan kurang berjumlah 11 orang (21,2%).

b. Status Ekonomi

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Responden di wilayah kerja Puskesmas
Kawua

Status Ekonomi Frekuensi Persentase


< UMK Rp. 2.503.734 29 55.8
UMK Rp. 2.503.734 16 30.8
> UMK Rp. 2.503.734 7 13.5
Total 52 100.0

Hasil penelitian dalam tabel 5.7 menunjukkan bahwa status ekonomi responden di
wilayah kerja Puskesmas Kawua termasuk dalam kategori kurang. Dimana status
ekonomi kurang dari UMK berjumlah 29 orang (55,8%), sesuai UMK berjumlah
16 orang (30,8%), lebih dari UMK berjumlah 7 orang (13,5%).
c. Kurang Energi Kronik (KEK)

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kurang Energi Kronik Responden di wilayah kerja
Puskesmas Kawua

LILA Frekuensi Persentase


> 23,5 cm 31 59.6
< 23,5 cm 21 40.4
Total 52 100.0

Hasil penelitian dalam tabel 5.8 menunjukkan bahwa LILA responden di wilayah
kerja Puskesmas Kawua termasuk dalam kategori baik. Dimana LILA > 23,5 cm
berjumlah 31 orang (59,6%), dan LILA < 23,5 cm berjumlah 21 orang (40,4%).

3. Analisis Bivariat

Tabel 5.9
Hubungan Pengetahuan dengan kejadian Kurang Energi Kronik di Puskesmas Kawua

LILA Total p-value


Pengetahuan >23,5 cm <23,5 cm
F % F % F %
Baik 17 32,7% 11 21,2% 28 53,8% 0,927
Cukup 8 15,4% 5 9,6% 13 25,0%
Kurang 6 11,5% 5 9,6% 11 21,2%
Total 31 59,6% 21 40,4% 52 100%

Hasil penelitian dalam tabel 5.9 didaptakan bahwa dari 28 responden yang mendapat
pengetahuan baik dengan LILA >23,5 cm, sebanyak 17 (32,7%), pengetahuan baik
dengan LILA <23,5 cm sebanyak 11 (21,2%). Dari 13 responden yang memiliki
pengetahuan cukup dengan LILA >23,5 cm sebanyak 8 (15,4%), pengetahuan cukup
dengan LILA <23,5 cm sebanyak 5 (9,6%). Dari 11 responden yang memiliki
pengetahuan kurang dengan LILA >23,5 cm sebanyak 6 (11,5%), pengetahuan kurang
dengan LILA <23,5 cm sebanyak 5 (9,6%). Berdasarkan uji statistik Chi-square,
didapatkan hasil nilai p-value = (> 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian Kurang Energi
Kronik (KEK) di Puskesmas Kawua.
Tabel 5.10
Hubungan Status Ekonomi dengan kejadian Kurang Energi Kronik di Puskesmas
Kawua

LILA Total p-value


Status >23,5 cm <23,5 cm
Ekonomi
F % F % F %
>UMK 7 13,5% 0 0,0% 7 13,5%
Sesuai UMK 10 19,2% 6 11,5% 16 30,8% 0,042
<UMK 14 26,9% 15 28,8 29 55,8%
%
Total 31 59,6% 21 51,8 52 100%
%

Hasil penelitian dalam tabel 5.10 didapatkan bahwa dari 7 responden yang memiliki
pendapatan >UMK dengan LILA >23,5 cm sebanyak 7 (13,5%). Dari 16 responden
yang memiliki pendapatan sesuai UMK dengan LILA >23,5 cm sebanyak 10 (19,2%),
pendapatan sesuai UMK dengan LILA <23,5 cm sebanyak 6 (11,5%). Dari 29
responden yang memiliki pendapatan <UMK dengan LILA >23,5 cm sebanyak 14
(26,9%), pendapatan <UMK dengan LILA <23,5 cm sebanyak 15 (28,8%).
Berdasarkan hasil uji statistic Chi-square didapatkan hasil nilai p-value = (< 0,05).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat status
ekonomi dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) di Puskesmas Kawua.

C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Hasil penelitian ini menunjukkan data rata-rata umur responden 28 dan 30 tahun
dengan umur terendah 19 tahun. Semakin muda (<20 tahun) atau semakin tua
(>35 tahun). Djamilah dan Kartikawati (2014) menyatakan bahwa dampak
signifikan dari pernikahan usia muda adalah ibu muda tidak tahu atau tidak
memahami masalah kehamilan. Ibu tidak memahami kebutuhan gizi bagi ibu
hamil. Kondisi ini dapat menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kurang gizi
yaitu bayi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR). Seorang ibu yang
sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur
muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin
yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar
juga karena fungsi organ yang makin melemah maka memerlukan tambahan
energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Atika
dan Siti, 2019).
b. Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan
Dari penelitian ini didapatkan bahwa 32 responden (61,5%) berpendidikan SMA,
11 responden (21,2%) berpendidikan perguruan tinggi, 9 responden (17,3%)
berpendidikan SMP. Sehingga dapat disimpulkan rata-rata responden
berpendidikan SMA. Tingkat Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Semakin tinggi Pendidikan individu maka semakin banyak
pengalaman yang dimiliki. Seseorang yang memiliki pengalaman yang banyak
maka akan berdampak pada kognitifnya. Seseorang dengan Pendidikan tinggi
memiliki penalaran yang tinggi. Pendidikan dapat menentukan mudah atau
tidaknya seseorang memahami pengetahuan yang diperoleh, umumnya semakin
tinggi Pendidikan individu maka akan semakin baik pengetahuannya. Sehingga
dapat disimpulkan ibu hamil yang memiliki tingkat Pendidikan yang tinggi akan
lebih mudah mencerna informasi yang didapat mengenai pemenuhan gizi ibu
hamil.
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pada penelitian ditemukan mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai IRT
sebanyak 46 responden (88,5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang KEK dengan pekerjaan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ifada (2010) yang menyatakan bahwa
pengetahuan tidak hanya didapatkan dari pekerjaan, tetapi bisa saja didapatkan
dari faktor lingkungan. Sehingga peneliti beranggapan pekerjaan tidak bisa
dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang
KEK.
d. Karakteristik responden berdasarkan usia kehamilan
Pada penelitian ini didapatkan usia kehamilan responden lebih banyak yaitu TM 2
sebanyak 26 responden (50,0%).
e. Karakteristik responden berdasarkan paritas
Pada penelitian ini didapatkan paritas terbanyak yaitu primipara sebanyak 30
responden (57,7%). Jumlah paritas yang tinggi memberikan gambaran tingkat
kehamilan yang berulang-ulang sehingga mempunyai banyak risiko. Hal ini
dapat dikatakan bahwa secara fisik jumlah paritas yang tinggi mengurangi
kemampuan uterus sebagai media pertumbuhan janin. Kerusakan pada pembuluh
darah dinding uterus mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin, dimana jumlah
nutrisi akan berkurang dibanding kehamilan berikutnya. Paritas yang banyak
juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk
memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung
kembali makan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin atau bayi yang
dikandung. Paritas mempengaruhi status gizi pada ibu hamil karena dapat
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.
f. Variabel Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan variabel tingkat pengetahuan diperoleh hasil bahwa sebagian
besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik 28 orang (53,8%), tingkat
pengetahuan cukup 13 orang (25,0%) dan tingkat pengetahuan kurang 11 orang
(21,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifa (2019)
bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar ibu hamil
memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi dalam kehamilan. Menurut
Notoatmodjo (2017) Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi
setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, raba dan rasa sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.
Tingkat pengetahuan yang baik dalam penelitian ini disebabkan karena
mayoritas tingkat Pendidikan ibu hamil dalam penelitian ini adalah SMA. Ibu
dengan tingkat Pendidikan yang tinggi akan semakin mudah untuk menerima dan
mencerna informasi. Semakin tinggi pendidikan akan semakin mudah untuk
menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki serta pengetahuan tersebut mendasari perilaku seseorang.
Pada penelitian ini juga terdapat ibu hamil dengan tingkat pengetahuan
yang kurang tentang gizi dalam kehamilan. Pengetahuan ibu hamil yang kurang
tentang gizi kehamilan berpengaruh terhadap konsumsi makanan yang dibutuhkan
selama kehamilan. Pengetahuan yang kurang menjadikan responden tidak
mengetahui makanan apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi selama
kehamilan. Menurut Surasih (2015), kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang
gizi selama hamil dapat menyebabkan kurangnya makanan bergizi selama hamil
karena pada dasarnya pengetahuan tentang gizi ibu hamil sangat berguna bagi
sang ibu sendiri, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya sangat
meningkat selama kehamilan.
g. Variabel Status Ekonomi
Berdasarkan variabel status ekonomi diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki pendapatan <UMK terdapat 29 orang (55,8%), sesuai UMK
terdapat 16 orang (30,8%), >UMK terdapat 7 orang (13,5%). Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Laila Rahmi (2016) yang mengatakan bahwa sebagian besar
responden memiliki pendapatan <UMK yang berarti ada hubungan status
ekonomi dengan KEK.
Ibu hamil yang status ekonominya tinggi kemungkinan besar akan dapat
mencukupi kebutuhan gizi sehingga gizi ibu hamil akan tercukupi. Ibu hamil yang
status ekonomi tinggi juga akan melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga
membuat gizi ibu hamil semakin terpantau, sedangkan ibu hamil dengan status
ekonomi yang rendah tidak memperhatikan kebutuhan gizi dan hygiene sanitasi
makanan yang di konsumsi sehingga ibu hamil sangat beresiko terkena penyakit
infeksi.
Status ekonomi dalam penelitian ini disebabkan karena pekerjaan ibu
hamil sebagian besar hanya sebagai IRT sehingga pendapatan keluarga <UMK
dan pekerjaan suami sebagai petani. Pengeluaran yang rendah berpeluang besar
mengakibatkan terjadinya KEK hal ini disebabkan rendahnya pengeluaran akan
berkolerasi positif dengan kualitas belanja pangan, semakin rendah kuantitas
belanja pangan menyebabkan pemenuhan kebutuhan gizi khususnya energi dan
protein semakin kecil.
h. Variabel Kurang Energi Kronik (KEK)
Berdasarkan variabel KEK diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami KEK dengan LILA >23,5 cm terdapat 31 orang
(59,6%), dan yang mengalami KEK dengan LILA <23,5 cm terdapat 21 orang
(40,4%). Angka prevalensi tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan angka
prevalensi KEK pada tahun 2022 dengan jumlah responden yang mengalami KEK
terdapat 8 orang.
KEK adalah salah satu keadaan malnutrisi. Keadaan ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih
zat gizi (Helena, 2013). Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan
gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein
(untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya.
Dalam penelitian ini masih terdapat responden yang mengalami KEK.
KEK yang dialami responden dapat disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
gizi sehingga mempengaruhi perilakunya dalam memilih makanan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kejadian KEK pada ibu hamil tidak hanya
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang gizi kehamilan tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor lain. Menurut Soekirman (2000), pendapatan keluarga merupakan
salah satu faktor penyebab KEK pada ibu hamil. Responden dalam penelitian ini
yang mengalami KEK sebagian besar dengan pendapatan. Hal tersebut didukung
dengan pendapat Soekirman (2000) yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan
keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut.
Pola pembelanjaan makanan antara kelompok miskin dan kaya tercermin dalam
kebiasaan pengeluaran. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas
dan kuantitas makanan.
Pada penelitian ini responden yang memiliki status gizi yang normal
disebabkan pola konsumsi makanan yang adekuat sehingga memenuhi kebutuhan
nutrisi selama hamil. Menurut Soetjiningsih dalam Surasih (2005), makanan ibu
hamil sangat penting karena makanan merupakan sumber gizi yang dibutuhkan
ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri.
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat
maka pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk
memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi
dari pada yang kurang bergizi.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Kurang Energi Kronik
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan
dengan kurang energi kronik di Puskesmas Kawua. Hal ini dapat dilihat dari uji
Chi-Square. Hasil Analisa menunjukkan nilai p = 0,927, maka nilai p > 0,05%.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi
kurang energi kronik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati
(2022) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kurang energi kronik dengan hasil p-value 0,761 yang berarti
> 0,05. Dengan asumsi bahwa semakin baik tingkat pengetahuan ibu semakin
baik pula dalam memilih makanan yang bergizi bagi ibu hamil.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengetahuan datang dari
pengalaman dapat diperoleh dengan informasi yang didapat dan akan
mempengaruhi sikap. Jika mempunyai pengetahuan tinggi, secara otomatis orang
tersebut bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan pengetahuannya.
Dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti berasumsi bahwa semakin
seseorang berpendidikan tinggi maka tingkat pengetahuannya akan bertambah,
wawasannya menjadi lebih luas dan mudah dalam menerima informasi. Didukung
dengan kemajuan teknologi sekarang yang sangat mudah untuk mencari informasi
tentang kesehatan baik dari televisi, internet maupun media cetak maka
pengetahuan yang didapat seseorang semakin bertambah. Pengetahuan atau ranah
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang.
b. Hubungan Status Ekonomi dengan Kurang Energi Kronik
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status ekonomi
dengan kurang energi kronik di Puskesmas Kawua. Hal ini dapat dilihat dari uji
Chi-Square. Hasil Analisa menunjukkan nilai p = 0,042, maka nilai p < 0,05%.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa status ekonomi mempengaruhi
kurang energi kronik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini Febrianti
(2022) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan
kurang energi kronik dengan hasil p-value 0,036 yang berarti < 0,05.
Pendapatan keluarga merupakan menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan dalam keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan
besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya. Pendapatan juga
merupakan hal yang sangat mempengaruhi suatu kondisi suatu keluarga termasuk
status kesehatan seluruh anggota keluarga salah satunya yaitu pemenuhan
kebutuhan akan makanan yang memiliki nilai gizi dengan jumlah yang cukup
(Mursiyam, 2018).
Pendapatan keluarga mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi
ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan
dan pemenuhan zat gizi. Hal ini pada akhirnya berpengaruh terhadap kondisi
kehamilan ibu, Akan tetapi selain faktor ekonomi, juga terdapat faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil, diantaranya adalah:
asupan makanan atau pola konsumsi, penyakit infeksi, usia ibu hamil, jarak
kehamilan (Ami Santia, 2020).
Dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti berasumsi bahwa
pendapatan keluarga sangat mempengaruhi pemenuhan gizi ibu hamil. Semakin
tinggi pendapatan seseorang maka proprosi pengeluaran untuk makanan semakin
membaik. Sebaliknya, semakin rendah pendapatan seseorang maka semakin
tinggi proporsi untuk makanan tetapi dengan kualitas makanan yang rendah.

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian,
beberapa keterbatasan dalam penelitian yaitu:
1. Adanya kemungkinan terjadinya bias karena faktor kesalahan responden dalam
memahami dari maksud pertanyaan yang sebenarnya, karena jawaban responden
tergantung dari pemahaman responden dalam mengisi kuesioner yang telah dibagikan
oleh peneliti.
2. Dalam pengolahan data peneliti menyadari bahwa pengolahan data memerlukan
ketelitian dalam mengolah, sehingga peneliti membutuhkan bantuan orang lain.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Pengetahuan dan Status
Ekonomi dengan kejadian Kurang Energi Kronik di Puskesmas Kawua, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan responden mayoritas kategori baik sebanyak 28 responden
dengan presentase (53,8%).
2. Status ekonomi responden mayoritas kategori <UMK sebanyak 29 responden dengan
presentase (55,8%).
3. Kurang energi kronik responden mayoritas >23,5 cm sebanyak 31 responden dengan
presentase (59,6%).
4. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kurang energi kronik pada ibu hamil di
Puskesmas Kawua.
5. Ada hubungan status ekonomi dengan kurang energi kronik pada ibu hamil di
Puskesmas Kawua.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas Kawua
Diharapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan, petugas kesehatan diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara penyampaian informasi yang
diberikan kepada ibu hamil dan keluarga mengenai KEK sehingga dapat
memperhatikan makanan bergizi yang diberikan untuk ibu hamil.
2. Bagi Akademik
Diharapkan dapat menjadi referensi sebagai bahan pembelajaran untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang hubungan pengetahuan dan status
ekonomi pada ibu hamil dengan kejadian kurang energi kronik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel lain yang
dapat mempengaruhi kurang energi kronik. Selain itu peneliti selanjutnya perlu
mengidentifikasi lebih dalam lagi tentang kurang energi kronik dan faktor-faktor yang
menyebabkan kurang energi kronik.

Anda mungkin juga menyukai