Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini akan menjelaskan distribusi masing-masing variabel baik


variabel independen yaitu kecerdasan emosional dan variabel terikat yaitu
perilaku caring perawat. Sebelum menjelaskan analisa univariat dan bivariat,
maka akan dijelaskan terlebih dahulu karakteristik responden yang meliputi umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan masa kerja serta status tambahan
pekerjaan.

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian Hubungan Kecerdasan Emosional
dengan perilaku caring perawat diruang Rawat Inap Rumah Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Beriman Balikpapan. Penyajian hasil penelitian ini
melalui hasil analisis Univariat dan analisis Bivariat. Penelitian dilakukan
pada bulan Mei 2023 sampai dengan Juni 2023 dengan jumlah sampel pada
penelitian 51 Perawat dengan gelar D3 keperawatan yang bertugas diruang
rawat inap dan 51 jumlah pasien mnegukiti jumlah perawat.
Rumah Sakit Umum Daerah Beriman Balikpapan terdapat 4 ruangan
rawat inap yang dapat digunakan yaitu Ruang Mahoni, Ruang Ebony,
Ruang Gaharu dan Ruang Bengkirai dengan proses pengumpulan data
menggunkan kuesioner secara langsung kepada responden yaitu perawat
dan pasien diruang rawat Rumah Sakit Umum Daerah Beriman Balikpapan

Pada hasil penelitian akan diuraikan gambaran variabel penelitian


sebagai analisis univariat dan hubungan sebab akibat sebagai analisis
bivariat, sebelumnya akan diuraikan karakteristik responden sebagai
berikut.
2. Analisis univariat
Karakteristik responden yang dianalisis terdapat pada tabel dibawah ini
yaitu :

43
a. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Masa Kerja, Jabatan
diruangan, Tugas tambahan kerja kerja diRuang Rawat
Inap RSUD Beriman Balikpapan.

Variabel frekuensi (%)


24-29 Tahun 16 31.4%
30-34 Tahun 23 45.1%
Umur 35-39 Tahun 8 15.7%
40-44 Tahun 1 2.0%
45-49 Tahun 3 5.9%
Jumlah 51 100
Jenis Perempuan 41 80.4%
Kelamin Laki-laki 10 19.6%
Jumlah 51 100
Pendidikan D3 keperawatan 51 100.0
Jumlah 51 100
Masa Kerja 1-5 Tahun 26 51.0%
6-10 Tahun 25 49.0%
Jumlah 51 100
Jabatan Perawat Pelaksana 45 88.2%
Ruangan Perawat Penanggung Jawab 6 11.8%
Asuhan
Jumlah 51 100
Tugas Tidak Ada Tugas Tambahan 46 90.2%
tambahan Ada Tugas Tambahan 5 9.8%
kerja
Jumlah 51 100
Sumber : Data primer, 2023

Tabel 4.1 diperoleh gambaran bahwa dari 51 responden yang terlibat


dalam penelitian ini mayoritas berumur 30-34 Tahun yaitu 23 orang
(45.1%). Jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu 41 orang (80.4%)

44
dengan latar belakang pendidikan adalah D3 Keperawatan yaitu 51
orang (100%), Masa kerja mayoritas 1-5 Tahun sebanyak 26 orang
(51.0%) dengan jabatan perawat pelaksana 45 orang (88.2%) dan tidak
memiliki tugas tambahan sebesar 46 orang (90.2%).
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Umur,

Jenis Kelamin Pendidikan, Pekerjaan di Ruang Rawat Inap


RSUD Beriman Balikpapan.

Variabel frekuensi (%)


15-20 Tahun 2 3.9%
21-25 Tahun 6 11.8%
26-30 Tahun 8 15.7%
31-35 Tahun 10 19.6%
36-40 Tahun 2 3.9%
Umur 41-45 Tahun 5 9.8%
46-50 Tahun 7 13.7%
51-55Tahun 4 7.8%
56-60 Tahun 2 3.9%
61-65 Tahun 2 3.9%
66-70 Tahun 1 2.0%
71-75 Tahun 2 3.9%
Jumlah 51 100
Jenis Perempuan 28 54.9%
Kelamin Laki-laki 23 45.1%
Jumlah 51 100
SD 7 13.7%
SMP 3 5.9%
Pendidikan SMA 29 56.9%
DIPLOMA 3 3 5.9%
S1 9 17.6%
Jumlah 51 100

Ibu Rumah Tangga 19 37.3%


Pekerjaan Swasta 22 43.1%

45
Wiraswasta 6 11.8%
Tidak Bekerja 2 3.9%
Pensiun 2 3.9%
Jumlah 51 100
Sumber : Data primer, 2023
Menurut tabel 4.2. dapat dilihat bahwa gambaran dari 51 responden
pasien yang terlibat dalam penelitian ini mayoritas usia responden 31-
35 tahun yaitu 10 orang (19.6%). Jenis kelamin mayoritas perempuan
28 orang (54.9%) dengan latar belakang pendidikan mayoritas SMA 29
orang (56.9%) dan mayoritas latar belakang pekerjaan swasta sebanyak
22 orang ( 43.1%)
b. Kecerdasan Emosional
Variabel kecerdasan emosional yang diteliti menggunakan
instrument penelitian 25 butir pertanyaan memuat beberapa indikator
pertanyaan seperti mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi,
mengenali dan memahami emosi dan membina hubungan dengan orang
lain. Kemudian jawaban dari responden dibagi menjadi 2 katogori
“Tinggi” dan “Rendah”. Berikut disajikan kedalam tabel:
Tabel 4.3. Distribusi Berdasarkan Kecerdasan emosional perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit RSUD Beriman
Balikpapan Tahun 2023

Kecerdasan Emosional frekuensi Presentase (%)


Tinggi 30 58.8%
Rendah 21 41.2%
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer, 2023
Kesimpulan yang diperoleh pada tabel diatas adalah dari 51
responden hampir sebagian besar memiliki Kecerdasan Emosional
tinggi sebanyak 30 orang responden dengan presentase 58.8%.
c. Perilaku Caring Perawat
Variabel perilaku caring yang diteliti menggunkan instrument
penelitian 36 butir pertanyaan memuat beberapa pertanyaan yang
disesuaikan dengan indikator 10 faktor karatif Jean Watson. Kemudian

46
jawaban dari responden dibagi menjadi 2 katogori “positif ” dan
“negative”. Berikut disajikan kedalam tabel:
Tabel 4.4. Distribusi Berdasarkan Perilaku Caring Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit RSUD Beriman Balikpapan Tahun

2023

Perilaku Caring Perawat frekuensi Presentase (%)


Positif 28 54.9%
Negatif 23 45.1%
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer, 2023
Kesimpulan yang diperoleh pada tabel diatas adalah dari total 51
responden hamper sebagian besar memiliki perilaku caring positif
berjumlah 28 orang responden presentase 54.9%.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat adanya hubungan kecerdasan
emosional dan perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Beriman Balikpapan. Hubungan anatar variabel bebas
(Independen) dengan variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini
menggunakan analisis dengan Chi Square dengan p value =0.02 dengan
data dalam bentuk katagorik. Hasil crostabulation chi square akan
disajikan kedalam tabel berikut:
Tabel 4.5. Cross Tabulation Kecerdasan Emosional dengan Perilaku
Caring Perawat (n=51) pada bulan Mei-Juni 2023

Kecerdasan Perilaku Caring Perawat Total P


Emosional Positif Negative value
N % n % n %
Tinggi 21 70.0% 9 30.0% 30 100% 0.02
Rendah 7 33.3% 14 66.7% 21 100%
Total 28 54.9% 23 45.1% 51 100%
Sumber : Data Primer, 2023

47
Hasil analisa data Pada tabel 4.5. Responden yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi dan memiliki perilaku caring positif 70.0%, sedangkan
kecerdasan emosional rendah memiliki perilaku caring negative dengan
presentase 66.7%.
Berdasarkan hasil oalah data pada uji chi square sudah memenuhi syarat
dikarnakan pada uji chi square ini memiliki bentuk tabel 2x2 dan nilai Expected
Count tidak ada yang kurang dari 5 maka syarat uji tersebut dapat digunakan.
Melihat hasil pengujian khusus nilai Asymptotic Significance (2- sided) yaitu
0.020,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak yang
artinya terdapat Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring
Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Beriman Balikpapan.
4. Pembahasan
Penelitian tentang Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku
Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Beriman
Balikpapan Pada Bulan Mei s/d Juni 2023. Sampel penelitian ini adalah
perawat dengan lulusan DIII keperawatan dan pasien yang mengikuti jumlah
perawat Rumah Sakit Beriman Balikpapan. Setelah data terkumpul, maka
data diolah dan dianalisis. Data disajikan dalam bentuk frekuensi dan beserta
keterangan penjelasan disetiap isi tabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ada hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Beriman Balikpapan.
1. Karakteristik Demografi Responden Perawat
a. Umur
Menurut Goleman 2003 dalam (Novia, 2018) Dengan
bertambahnya umur, kecerdasan emosi akan berkembang lebih sering
dengan berbagai interaksi sosial yang dihadapi sehari-hari dalam
lingkungan.
Umur dapat dikelompok berdasarkan katogori, katogori dewasa
cenderung memiliki tingkat kematangan berpikir yang baik dan yang
lebih bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan (Depkes, 2009).
Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 mayoritas responden
memiliki usia dengan rentang 30-34 tahun dengan presentase 45.1%
hal ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmini dengan

48
karakteristik responden dalam penelitian menunjukan rata-rata usia
responden dari 26-35 tahun. Penelitian tersebut dapat memberikan
dukungan bahwa rentang usia memiliki populasi yang signifikan. Usia
disini dapat berhubungan dengan tingkat kematangan atau tingkat
kedewasaan seseorang dalam berpikir.
b. Jenis kelamin
Menurut (Robbins, 2006) bahwa jenis kelamin sesorang tidak
memiliki perbedaan yang signifikan hanya saja perbendaan lebih
cenderung ke faktor psikologis seseorang.
Menurut Golemen 2003, Dalam (Novia 2018) bahwa jenis kelamin
dapat mempengaruhi emosi anatara wanita dan pria.
Menariknya 4.1. dapat dilihat karakteristik jenis kelamin
didominasi oleh perempuan dengan responden perawat berjumlah 41
orang responden (80.4%) dan pasien berjumlah 28 orang responden
(54.9%) dengan ini dapat dikaitkan dengan penelitian Rika dengan
hasil penelitian mayoritas perempuan dengan presentase (85.5%)
maka hal ini perempuan tidak hanya memiliki emosi yang lebih kuat
tetapi juga memiliki perasaan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan laki-laki. Hal ini menunjukan terdapat kesesuain dengan data
yang didapat oleh peneliti.
c. Tingkat pendidikan
Tenaga perawat yang memiliki pendidikan sesuai profesinya
diharapkan memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan
pelayanan dan tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasie
(Nursalam, 2011)
Tabel 4.1 menunjukan Respon perawat hanya menunjukan tingkat
pendidikan D3 Keperawatan sejumlah 51 orang responden (100%)
dan karna menurut hasil penelitian (Demur, 2019) tingkat pendidikan
perawat tidak terdapat hubungan dengan perilaku caring perawat
dengan hasil analisis dieroleh nilai OR= 0,916 (95% CI-0,334-2,509).
Hal ini peneliti berasumsi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi
sesorang untuk berperilaku caring dikarnakan perilaku caring tersebut

49
timbul dari tingkat kepekaan individu tersebut. Oleh karna itu peneliti
memutuskan hanya mengambil sampel penelitian dengan tingkat
pendidikan D3 Keperawatan.
d. Masa Kerja
Masa kerja merupakan faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja disuatu tempat (Anggoro 2018).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didaptakan masa kerja
1-5 tahun terdapat 26 orang responden atau setara dengan 51.0% dan
hamper dari separuh respoden dalam penelitian, lalu dapat
dihubungakn dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Anggoro, Qurrotul Aeni, & Istinoningsih, 2018) terdapat hubungan
dengan masa kerja, perawat yang memiliki masa kerja lebih lama
tentunya mempunyai pengalamn yang lebih banyak, hal ini bertolak
belakang dengan hasil pnelitian yang didaptkan peneliti.
e. Jabatan Ruangan
Karakteristik untuk jabatan ruangan memiliki dua kagori yaitu
jabatan sebagai perawat pelaksana dan jabatan sebagai perawat
penanggung jawab asuhan. Pada hasil penelitian didaptkan bahwa
jabatan ruangan dengan katagori perawat pelaksana yang memilki
hasil lebih tinggi dengan presentase hasil 88.2% atau 45 orang
responden. hal ini menunjukan penelitian status Jabatan berpengaruh
terhadap perilaku caring dengan asumsi peneliti bahwa perawat
pelaksana sering berinteraksi langsung dengan pasien.
f. Tugas Tambahan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 2 katagori
yaitu perawat dengan tugas tambahan dan perawat yang tidak
memiliki tugas tambahan, hasil penelitian perawat yang mayoritas
tidak ada tugas tambahan dengan hasil 46 orang responden dengan
presentase 90.2%. hasil penelitian ini dan diperkuat dengan penelitian
(Yulianti, 2021) bahwa apabila beban kerja tinggi memberikan efek
pada pasien yang merasa tidak puas dengan pelayanan, dalam
penelitian ini didominasi dengan perawat yang tidak ada kerja

50
tambahan oleh karna itu semangkin tinggi juga kecerdasan yang
dimiliki oleh perawat.

2. Karakteristik Demografi Responden Pasien


a. Umur
Menurut (Anggoro et al, 2018) umur dapat mempengaruhi persepsi
terhadap perilaku perawat termaksud perilaku caring. Rentang usia
responden dalam penelitian ini didominasi usia 31-35 tahun (19.6%).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Ridwan, 2017) bahwa pasien yang
lebih tua lebih mudah menerima perlakuan orang lain termaksud
perilaku caring.
Seseorang yang memiliki usia lebih tua umumnya lebih bijaksana
dal usia berpengaruh terhadap kinerja untuk berperilaku caring, hal ini
berdampak pada kinerja perawat untuk berperilaku caring.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin juga jika dilihat pada tabel 4.2 dapat
diperoleh mayoritas hasil penelitian berjenis kelamin perempuan yang
berjumlah 28 orang responden (54.9%). Hasil peneilitian ini sejalan
dengan penelitian (Lesmana, 2021) menjelasakan bahwa peran gender
berpenagruh terhadap seseorang berperilaku. Artinya pengaruh gender
antara perempuan dan laki-laki biasa perempuan lebih sensitif atau peka
terhadap mempresepsikan suatu keadaan termaksud perilaku caring
tersebut
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan hampir sebagian responden mempunnyai
tingkat pendidikan SMA sebnayak 29 orang (56.9%) hal ini terdapat
persamaan dengan penelitian (Ridwan, 2017) bahwa tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang akan cenderung membantunya untuk
membentuk suatu pengetahuan sikap dan perilakunya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka untuk
mengkritisi segala sesuatu akan meningkat, sehingga seseorang dengan
pendidikan lebih tinggi semestinya akan lebih kritis dalam menentukan

51
apakah pelayanan dapat memberikan kepuasan atau tidak serta memiliki
pebedaan penilaian dalam pelayanan yang diberikan oleh petugas.

d. Pekerjaan
Jika dilihat berdasarkan pekerjaan mayoritas responden memiliki
pekerjaan swasta sebanyak 22 orang responden 43.1% dari data
tersebut menunjukan bahwa kondisi dilapangan pekerjaan memang
didominasi oleh karyawan swasta, di mana kondisi ini dalam sehari-hari
tingkat pelayanan yang berobat ke rumah sakit ialah kayawan swasta.
Pada umumnya di kota peneliti mayoritas dengan pekerjaan karyawan
swasta.
3. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunkan
perasaan itu untuk memandu pikiran, tindakan, dan perkembangan
emosinya (Golemen, 2018), serta kecerdasan emosional bertujuan untuk
menganalisa berbagai faktor pemikiran sebagai komponen utama
pemanfaatan sosialisasi dan emosi yang efektif mengarah pada
kenyamanan secara psikologis, kecerdasan emosional berkaitan dengan
pemahaman terhadap diri sendiri dan orang sekitar, mampu beradaptasi
serta mampu menghadapi lingkungan sekitar, penyesuaian secara tepat
berhasil dalam tuntutan lingkungan (Novia, 2018).
Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa 30 orang responden
(58.8%) memiliki kecerdasan emosional tinggi dan 21 orang responden
(41.2%) memiliki kecerdasan rendah.
Penelitian ini didukung oleh (Gurning & Setiawan, 2019) diperoleh
hasil dari 114 perawat pelaksana sebagian besar memiliki kecerdasan
emosional tinggi sebanyak 58 orang (50.9%) dan kecerdasan emosional
rendah sebanyak 56 orang (49.1%). Dengan adanya kecerdasan emosional
yang tinggi perawat dapat mampu mengontrol dan mengenal segala emosi
yang ada didalm dirinya. Dengan memiliki kecerdasan yang emosional
yang tinggi sehingga dapat terjalin hubungan yang baik antara perawat

52
dan pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaukan oleh
Susilaningsih pada tahun 2020, dalam penelitian tersebut menunjukan
hasil kecerdasan emosioanl tinggi sebanyak 76 orang (61.8%) responden
memiliki kecerdasan emosional tinggi, persamaan ini menunjukan adanya
variasi dalam kecerdasan emosional yang dilakukan oleh peneliti dan
peneliti sebelumnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh demur
pada tahun 2019 kurang sejalan dengan temuan bahwa sebagian besar
perawat memiliki kecerdasan emosional rendah dengan jumlah 22 orang
responden.
Menariknya pada penelitian ini dapat dilihat bahwa perawat yang
bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah beriman Balikpapan memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden terkait item mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi
diri sendiri, mengenal dan memahami emosi orang lain serta membina
hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosional dapat memberikan penyelesaian masalah yang
dihadapi saat bekerja maupun kehidupan sehari-hari dengan cara
mengelola emosi, mengenali emosi yang dirasakan serta dapat
mengekspresikan emosionalnya dengan tetap dan efektif sehingga dapat
memotivasi diri sendiri maupun orang lain kemudian berempati terhadap
orang lain serta dapat terhindar dari tekanan yang ada yang menggangu
psikologis serta dapat menumbuhkan rasa empati yang lebih tinggi. Rasa
empati ini sangat dibutuhkan oleh perawat dalam berinteraksi dengan
pasien maupun teman sejawat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Sari, 2019) juga memberikan
informasi terkait kecerdasan emosioanal dapat dipengaruhi oleh
karakteristik data demografi seperti usia, jenis kelamin, masa kerja atau
jabatan dan lain sebagainya, karna hal itu usia berhubungan dengan
tingkat kematangan atau kedewasaan seseorang individu dan memiliki
masa kerja serta pengalaman kerja umumnya memiliki kecerdasan
emosional lebih baik, begitupun dengan jenis kalamin sesuai data yang
diperoleh peniliti kecerdasan emosional tinggi dapat didominasi dengan

53
wanita, wanita yang memiliki kecerdasan tinggi cenderung asertif,
mampu mengeksperiskan perasaan secara langsung serta memiliki
perasaan positif terhadap diri sendiri dan wanita lebih mampu menerima
atau merasakan emosinya dibandingkan dengan laki-laki.
Untuk itu dibutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas serta mampu memberikan perawatan dalam asuhan
keperawatan yang baik dan efektif untuk proses penyembuhan.

4. Perilaku Caring Perawat


Caring merupakan suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan untuk
memberikan rasa aman secara fisik dan emosi dengan seseorang atau
pasien secara tulus, caraing juga merupakan central untuk praktek
keperawatan itu sendiri serta dapat perilaku caring dapat diwujudkan
dalam pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien (Kusnanto,2019).

pada tabel 4.4 dapat disimpulkan hasil penelitian berdasarkan perilaku


caring perawat diperoleh data sebanyak 28 orang responden (54.9%)
memiliki perilaku caring positif, dan sebanyak 23 orang reseponden
(45.9%) memiliki perilaku caring negatif.
Penelitian ini selaras (Martuali & Afifah, 2014) tentang perilaku
caring perawat di Rumah Sakit T jakrata didaptkan hasil bahwa sekitar
80% perawat diruang tersebut telah melaksanakan perilaku caring dengan
sangat baik. Oleh karna itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku caring perawat salah satunya adalah faktor motivasi instrinsik
seperti keinginan untuk membantu atau peduli kepada orang lain dan
berkontribusi pada masyarakat salah satunya dalam bentuk pelayanan.
Penelitian ini menjelaskan bahwa sebagian perawat memiliki perilaku
positif, perilaku caring di Rumah Sakit Umum Beriman Balikpapan
bervariasi artinya ada sebagaian perawat yang dapat menerapkan teori 10
faktor caratif jean watson dengan hasil penelitian peneliti mayoritas
perilaku caring positif 54.9% serta adapun pun perilaku caring negative

54
dengan perbedaan hasil yang tidak signifikan, perilaku caring negative
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor individu itu
sendiri, faktor psikologis, beban kerja serta lingkungan kerja (Novia
2018). Untuk meningkatakan perilaku caring sebagai perawat perlu
adanya pelatihan terkait dengan caring.
Berdasarkan peneilitian yang dilakukan oleh Sulistiyorini et al, 2018
tentang pengaruh pelatihan sepuluh faktor carative caring terhadap
perilaku caring dan motivasi perawat di instalasi rawat inap rumah sakit
islam Surabaya dengan hasil penelitian bahwa pelatihan sepuluh faktor
carative caring ada pengaruh terhadap perilaku caring. Dengan diadakan
pelatiahan ini dapat meningkatkan motivasi perawat secara teamwork dan
menambah update keilmuan. Oleh karna itu untuk meningkatkan perlu
adanya pelatihan caring serta perilaku perawat yang diharapkan pasien
berupa perlakuan serta perhatian dengan dasar teori jean watson dengan
perilaku caring yang positif perlu ditanamkan agar dapat melekat disetiap
diri perawat untuk mencapai pelayanan yang optimal.
5. Hubungan kecerdasan emosional perawat dengan perilaku caring
perawat
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan perilaku caring perawat yang ditunjukan dengan nilai p
value 0.02.
Hasil penelitian selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri,
2021) bahwa perawat yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
menyatakan memiliki perilaku caring baik, begitu pula sebaliknya bahwa
semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin buruk perilaku
caring perawat. Demikian juga penellitian yang dilakukan oleh zulfita
pada tahun 2020 dengan judul Hubungan tingkat kecerdasan emosional
dan spiritual terhadap perilaku caring perawat pelaksana di Rumah Sakit
Universitas Tanjung Pura Pontianak. Hasil ini sesuai dengan hipotesis
peneliti yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional mempunyai
hubungan dengan perilaku caring perawat, hal ini dapat dijelaskan hasil
penelitian zulfita pada tahun 2020 bahwa perilaku caring yang didasari

55
oleh kecerdasan emosional yang baik akan mendukung terciptanya
pelayanan keperawatan yang baik sesuai dengan harapan pasien, perilaku
caring berhubungan erat dengan aspek kecerdasan emosional.
Dalam penelitian lain juga mengungkapakan bahwa ada hubungan
antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat (Ridwan,
2017). Senada dengan hasil penelitian ada penelitian lainnya yang
mengungkapkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku
caring perawat terdapat hubungan positif dan signifikan antara
kecerdasan emosional dan perilaku caring perawat oleh karna itu
pentingnya meningkatkan perilaku caring perawat yang didasari oleh
kecerdasan emosional (Haflah & Nurul, 2020).
Dengan demikian tampak jelas bahwa tindakan atau pelayanan
perawat kepada pasien yang didasari dengan penerepan kecerdasan
emosional yang tinggi akan membawa pengaruh terhadap persepsi pasien
dalam hal ini penilaian perilaku perawat termaksud perilaku caring perlu
menginternalisasikan kecerdasan emosional yang baik dalam setiap
pelayanan yang diberikan kepada pasien (Ridwa, 2017).
(Dwiyanti, 2007) mengatakan bahwa perilaku caring sebagai suatu
bentuk affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih
atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan bagi pasien, oleh karna itu kecerdasan emosi meliputi
mengelola emosi, emotivasi diri sendiri, empati, membina hbungan sosial
sangan mempengaruhi perilaku caring perawat, dengan demikian
kecerdasan emosional harus ada didalam diri perawat sehingga perawat
dapat berperilaku caring.
Pernyataan tersebut senada dengan Golemen (2018) menjelaskan
bahwa perawat yang memiliki kecerdasan emosional tinggi menunjukan
bahwa perawat tersebut memiliki kemampuan untuk mengenali emosi
diri, mengelola emosi, membina hubungan, memotivasi dan empati dapat
berdampak pada pelayanan yang professional. Kecerdasan emosional
sangat dibutuhkan dalam berinteraksi antar perawat dengan pasien,
perawat dengan keluarga, perawat dengan dokter serta tim kesehatan

56
lainnya. Artinya selain memiliki sifat-sifat kecerdasannya emosional,
perawat juga perlu memimiliki sifat caring seperti sabar, jujur, rendah
hati, sikap rasa peduli, hormat serta menghargai orang lain. Untuk
menerapkan perilaku caring tersebut diperlukan kecerdasan emosional
yang tinggi.

5. Keterbatasan Penelitian
1) Pengumpulan data dikumpulkan secara subjectif tidak dengan
observasi sehingga tidak dapat memamparkan secara keseluruhan
2) Peneliti tidak menjelaskan secara langsung keseluruhan responden
perawat maupun pasien terkait maksud dan tujuan peneliti serta
maksud setiap item pertanyaan karena banyaknya tuntutan pekerjaan
perawat sehingga peneliti hanya menjelaskan kepada kepala ruangan.
3) Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan obesrvasi.

57

Anda mungkin juga menyukai