Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

RS TK II Pelamonia Makassar, Jl. Jend. Sudirman No.27, Pisang

Utara Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.

RS TK II Pelamonia Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dengan tipe B

dimana Rumah Sakit ini memberikan pelayanan dibidang kesehatan

didukung oleh layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas

medis lainnya).

Ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian dari

rumah sakit yang menyediakan penanganan pertama bagi pasien yang

menderita sakit ataupun cedera, yang dapat mengancam nyawanya. Setiap

rumah sakit pasti memiliki layanan UGD yang melayani pelayanan medis

selama 24 jam.

B. Hasil Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik responden Frekuensi Persentase


Usia
20 – 30 tahun 13 48,1%
31-40 tahun 9 33,3%
>41 tahun 5 18,6%
Total 27 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 40,7%
Perempuan 16 59,2%
Total 27 100%
Pendidikan
D3 22 81,4%
S1 5 18,5%
S2 0 0
Total 27 100%
Pengalaman Kerja
1-10 tahun 23 85,1%
11-20 4 14,8%
>30 0 0
Total 27 100%
Status
PNS 3 11,1%
NON PNS 24 88,8%
Total 27 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 2. Diatas dapat dilihat perbedaan sebaran

usia dari subjek penelitian, subjek penelitian di kelompok usia 20 –

30 tahun berjumlah 13 orang (48,1%), kelompok usia 31 – 40

tahun berjumlah 9 orang (33,3%), kelompok usia > 41 tahun

berjumlah 5 orang (18,6%).

Berdasarkan tabel 2. Diatas dapat diketahui subjek

penelitian dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang

(40,7%), dan jenis kelamin perempuan berjumlah 16 orang

(59,2%).

Berdasarkan tabel 2. Diatas dapat diketahui subjek

penelitian pada tingkat pendidikan D3 berjumlah 22 orang

(81,4%), Pendidikan S1 berjumlah 5 orang (18,5%).


Berdasarkan tabel 2. Diatas dapat diketahui subjek

penelitian pengalaman kerja 1-10 tahun berjumlah 23 orang

(85,1%), 11-20 tahun berjumlah 4 orang (14,8%)

Berdasrkan tabel 2. Diatas dapat diketahui status PNS

berjumlah 3 orang (11,1%), dan NON PNS berjumlah 24 orang

(88,8%).

2. Pengetahuan perawat tentang SOP balut bidai pada open fraktur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RS TK II

Pelamonia Makassar. Populasi pada penelitian ini adalah perawat

di RS TK II Pelamonia Makassar dengan sampel 27 responden.

Kuesioner dibagikan kepada 27 responden. Variabel yang diteliti

adalah pengetahuan perawat tentang SOP balut bidai yang

diperoleh melalui kuesioner dengan pertanyaan sebanyak 14 soal

yang dibagi dalam 3 kategori yakni, Baik, Cukup, Kurang,

sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan perawat tentang


SOP balut bidai pada open fraktur

Pengetahuan Frekuensi Prsentase


Baik 27 100%
Cukup 0 0
Kurang 0 0
Total 27 100 %
Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel 3 diketahui

bahwa Pengetahuan perawat tentang SOP balut bidai pada open


fraktur dalam kategori baik dengan prevalensi sebanyak 27 orang

(100%).

C. Pembahasan

1. Jenis Kelamin

Hasil dari penelitian ini menunjukkan dari 27 responden,

jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu

sebanyak 16(59,2%) responden perempuan. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Anggraini (2022) bahwa perawat yang berjenis

kelamin perempuan lebih mendominasi yaitu berjumlah 54 orang

(94,7%). Menurut Yanti mngatakan bahwa keperawatan merupakan

pekerjaan yang memiliki ciri khas dengan sikap perempuan yang

cenderung lembut dan caring sehingga keperawatan banyak

diminati oleh kaum perempuan.

2. Usia

Hasil dari penelitian ini menunjukkan hampir sebagian 13

orang responden (48,1%) perawat yang bekerja di ruang UGD RS

TK II Pelamonia Makassar berusia 20-30 tahun. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Hia (2018) menunjukkan bahwa usia

perawat lebih banyak pada rentang umur 20-39 tahun atau pada

rentang usia dewasa yaitu sebanyak 16 orang (55,2%). Dan

penelitian Hwang dkk. (2019) rata-rata usia perawat yang bekerja

di rumah sakit adalah 20-30 tahun dan didapatkan hasil perawat

tersebut memiliki skor lebih tinggi dalam hal penerapan


keselamatan pasien. Usia dapat mempengaruhi kinerja seseorang,

semakin bertambahnya usia maka semakin bertambahnya

pengalaman, etika kerja yang lebih kuat dan komitmen terhadap

mutu pelayanan kesehatan yang lebih maksimal. Peneliti berasumsi

jika pengalaman kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh usia.

3. Pendidikan Terakhir

Hasil dari penelitian ini pendidikan terakhir responden

menunjukkan jika lebih dari sebagian perawat memiliki latar

belakang dengan pendidikan terakhir D3 keperawatan yaitu

sebanyak 22 (81,4%) perawat. Penelitian tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2022) jika pendidikan

terakhir paling tinggi adalah D3 Keperawatan sebanyak 47 orang

(82,5%). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Renoningsih dkk. (2016) menunjukkan bahwa sebanyak 53

perawat yang memiliki tingkat pendidikan S1 yang menerapkan

penerapan keselamatan pasien dengan baik. Menurut Fatimah

(2016) menjelaskan jika semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya dalam

menerima informasi, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan

perawat, maka semakin baik pula perawat tersebut dalam

melakukan pekerjaannya. Peneliti menyimpulkan jika semakin

tinggi pendidikan perawat maka semakin baik juga tingkat

pengetahuan yang dimiliki oleh perawat, sehingga semakin baik


juga perawat dalam menerapkan standar operasional prosedur

dalam menangani pasien.

4. Pengalaman Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja

sebanyak 23 orang (85,1%) perawat pengalaman masa kerja 1-10

tahun lebih banyak. Penelitian tersebut sejalan dengan Setianingsih

dan Septiyana (2019) sebanyak 51 orang (41,1%) perawat yang

bekerja >10 tahun. Berbeda dengan penelitian Ito (2019) pada

penelitiannya responden yang bekerja dengan masa kerja 5-10

tahun sebanyak 33 orang (51,6%) dan responden dengan masa 11-

15 tahun hanya sebanyak 3 orang (4,7%). Menurut Pambudi (2018)

jika semakin lama seseorang itu bekerja maka akan semakin ahli

dalam bidangnya, selain itu semakin lama kerja seseorang maka

seseorang tersebut akan memiliki pengalaman kerja yang positif,

sehingga terkait dalam menangani pasien akan meningkat. Peneliti

menyimpulkan jika semakin lama perawat tersebut bekerja maka

pengalaman dalam menerapkan sop pada pasien akan semakin

baik.

5. Status

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa status non pns

sebanyak 24 orang (88,8%) responden. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ari (2017) diperoleh hasil bahwa responden dengan

status kepegawaian pegawai non PNS lebih banyak dibandingkan


dengan pegawai PNS. Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi

bahwa perawat dengan status kepegawaian non PNS atau honorer

akan lebih giat bekerja. Dimana adanya keinginan untuk menaikan

status pekerjaan membuat perawat tersebut lebih termotivasi untuk

meningkatkan kinerjanya. Hal ini dikarenakan kinerja merupakan

aspek penilaian utama untuk dapat menjadi PNS.

6. Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang sop balut bidai

pada open fraktur

Hasil penelitian dari gambaran tingkat pengetahuan perawat

tentang SOP balut bidai pada open fraktur di ruang UGD RS TK II

Pelamonia Makassar memiliki pengetahuan yang baik, yaitu

sebanyak 27 (100%) responden. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Nurnaningsih (2021) menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak

27 orang (50.0%) responden, Pengetahuan atau kognitif menjadi

salah satu faktor yang sangat penting bagi seorang perawat dalam

mengambil keputusan dalam bertindak. Perlu ditekankan bahwa

tidak selamanya pengetahuan seseorang dapat terhindar dari

kejadian yang tidak terduga atau disengaja. Contohnya pada

seorang perawat dengan tingkat pengetahuan baik tidak selalu akan

melaksanakan suatu tindakan dengan baik karena segala tindakan

yang dilakukan memiliki resiko untuk terjadi kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai