Anda di halaman 1dari 25

PENELITIAN TESIS

UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
KEDIRI
2020

i
TEORI HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP PENGETAHUAN
DAN PERILAKU MINUM OBAT DENGAN MEMBERIKAN EDUKASI
PADA PENDERITA TUBERKOLUSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATANG-BATANG

Disusun Oleh:

FATHORRAHMAN
NIM. 1951B0043

Pembimbing

RATNA WARDANI, S.Si.,MM


NIDN. 0706127802

PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
TAHUN 2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

TEORI HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP PENGETAHUAN


DAN PERILAKU MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKOLUSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATANG-BATANG

Diajukan Oleh:

FATHORRAHMAN
NIM. 1951B0043

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Kediri, November 2020


Pembimbing

RATNA WARDANI, S.Si.,MM


NIDN. 0706127802

MENGETAHUI,
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Direktur Pasca sarjana,

Dr. YULI PERISTIOWATI, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0706077601

iii
LEMBAR PENGESAHAN

TEORI HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP PENGETAHUAN


DAN PERILAKU MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKOLUSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATANG-BATANG
Oleh :
FATHORRAHMAN
NIM. 1951B0043

Usulan penelitian / Skripsi ini telah diuji dan dinilai


Oleh Panitia penguji
Pada Program Studi…………………… Fakultas ………………..
Pada Hari….. Tanggal……………

DEWAN PENGUJI
Ketua Pneguji
(nama penguji 1) .................................

Ketua Penguji
(nama penguji 2) .................................

Ratna Wardani, S.Si.,MM .................................


MENGETAHUI,
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Direktur Pasca sarjana,

Dr. YULI PERISTIOWATI, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0706077601

iv
TEORI HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP PENGETAHUAN
DAN PERILAKU MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKOLUSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATANG-BATANG

Fathorrahman, Ratna Wardani


Wilayah Kerja Puskesmas Batang-Batang, Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

ABSTRAK

Penyakit Tuberkolusis merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Selain tingkat kematian, terdapat titik fokus tersendiri
bagi petugas kesehatan dalam menangani penderita Tuberkolusis hal ini dipicu oleh
penyakit Tuberkolusis yang berdampak sangat besar terhadap kehidupan penderita
Tuberkolusis baik secara fisik, mental, maupun kehidupan social. Kuranya edukasi
merupakan salah satunya penyebab kurang disiplin terhadap pemakaian masker
sehingga apabila penderita sedang batuk droplet yang dikeluarkan akan menimbulkan
penularan terhadap orang-orang sekitar, penyakit Tuberkolusis merupakan salah satu
penyakit yang membutuhkan waktu pengobatan yang panjang dan membutuhkan
obat-obatan yang banyak dikonsumsi. HBM masih merupakan salah satu cara efektif
untuk memperbaiki pesepsi serta perilaku yang menyimpang dari penderita
Tuberkulosis beserta keluarga dnegan memberikan motivasi berupa edukasi. Teknik
sampel padapenelitina ini dengan Simple Random Sampling dengan jumlah sampel
100 penderita. Desain yang digunakan yakni uji T berpasangan / Paired Sampel T Test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji statistic diperoleh dengan pvalue
0,000 ≤ 0,05 dengan nilai OR 100.000 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan
yang bermakna antara HBM dengan pemebrian edukasi dengan kepatuhan minum
obat pada penderita tuberculosis di wilayah kerja puskesmas Batang-Batang pada
tahun 2020

Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, HBM, Edukasi, Kepauthan minum obat

v
vi
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Data Demografi
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Batang-Batang yang
terletak di Jl. Cemara Udang No. 3 Kecamatan Batang-Batang, kecamatan
Batang-Batang terdiri dari 9 desa. Lokasi daerah ini dekat dengan pantai
Lombang yang terletak di Desa Legung dimana juga terdapat Puskesmas
Legung, dengan wilayah Kecamatan yang begitu luas sehingga dibagi menjadi
2 Puskesmas wilayah setempat. Puskesmas Batang-Batang merupakan
Puskesmas dnegan lokasi yang strategis sehingga mudah dijangkau dari
berbagai kecamatan tetangga hal ini menjadi salah satu penyebab
melonjaknya pasien tuberculosis yang berdatangan dari luar wilayah.
Program pelayanan untuk pasien TB paru diberikan petugas kesehatan
dibalai pengobatan yang berkolaborasi dengan pelayanan laboratorium untuk
pemeriksaan dahak dan darah.pelayanan Kesehatan utnuk pasien TB paru
diberikan sesuai alur pelayanan dan standar pengobatan TB paru yang
dilakukan pihak puskesmas Batang-Batang yakni pasien datang dari dua arah
(rawat jalan dan rawat inap) kemudian diarahkan untuk melakukan proses
pendaftaran melalui loket pendaftaran, setelah itu pasien akan di arahkan ke
Poli Umum untuk dilakukan anamnesa oleh dokter apabila gejala yang
ditimbulkan merupakan gejala TB paru seperti batuk berdarah, sesak nafas,
dan demam maka tenaga kesehatan akan memberikan medikasi sesuai hasil
pemeriksaan dahak yang telah diperoleh dari laboratorium. Poli TB di
Puskesmas Batang-Batang bukan sesuai jam pelayaanan yakni dari hari senin-
sabrtu serta diadakan pula kunjungan rumah oleh petugas serta kades pada
pasien TB apabila mengalami putus obat selama menjalani pengobatan.
Dari sekian banyak pasien yang berkunjung yakni laki-laki dan perempuan
serta berbagai macam Pendidikan yang ditempuh pasien sangat pempengaruhi

1
nilai pengetahuan serta perilaku. Hal ini bisa dilihat jumlah responden yang
diolah dalam bentuk tabel beserta Pendidikan yang ditempuhnya.
Tabel 4.1 Persebaran Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 48 48%
Perempuan 52 52%
Total 100 100%

Berdasarkan taabel persebaran jenis kelamin responden yang menjadi


penelitian diwilayah kerja puskesmas Batang-Batang sejumlah 100 responden
telah didapatkan data, bahwasanya lebih banyak perempuan dari pada laki-laki
dimana perempuan dengan jumlah 52% lebih banyak dibandingkan laki-laki
yang hanya 48%.
Tabel 4.2 Persebaran Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase
10-19 4 4%
20-29 14 14%
30-39 12 12%
40-49 18 18%
50-59 21 21%
60-69 19 19%
70-79 12 12 %
Total 100 100%

Sedangkan dari segi usia persentase tertinggi yang menjadi responden


penelitian di wilayah kerja Puskesmas Batang-Batang yakni pada kisaran usia
50-59 tahun dengan persentase sebanyak 21%, setelah itu menempati urutan
kedua yakni kisaran usia 60-69 tahun dengan persentase 19% untuk urutan

2
ketiga responden yang berusia 40-49 tahun yakni sebanyak 18% makin kesini
makin rendah pula persentase usia responden penelitian yang telah dilakukan
yakni pada usia 20-29 tahun sebanyak 14% sedangkan pada usia 30-39 tahun
dan 70-79 tahun masing-maisng memiliki persentase yang sama yakni 12%
urutan sedangkan unutk urutan terakhir yakni sebanyak 4% terdiri dari
rresponden dengan usia 10-19 tahun. Akan tetapi pada tingkat pendidikan
disini memiliki gambaran yang berbeda pula pada persebaran tingkat
Pendidikan 100 responden yang telah diteliti.
Tabel 4.3 Persebaran Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak Tamat SD 29 29%
Tamat SD 33 33%
Tamat SLTP 15 15%
Tamat SMU 17 17%
Tamat Akademi 6 6%
Total 100 100%

Seperti halnya tabel diatas yakni tabel persebaran tingkat Pendidikan


terhadap 100 responden di puskesmas Batang-Batang yakni 33% responden
tamat sekolah dasar (SD) sedangkan untuk yang tidak tamat SD yakni
sebanyak 29% hal ini tidaklah jauh berbeda dengan responden yang sudah
tamat SD. Akan tetapi responden dengan lulusan SMU/SMA terdapat 17%
masih terbilang lumayan tinggi disbanding responden lulusan SLTP/SMP
yakni sekitar 15% dan untuk persentase paling rendah yakni tamatan akademi
yakni hanya 6 orang dengan persentase 6%.

3
Tabel 4.4 Persebaran Jenis Pekerjaan Responden
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak Bekerja 9 9%
Buruh 7 7%
Petani 31 31%
Pedagang 47 47%
Pegawai Swasta 5 5%
Lain-Lain 1 1%
Total 100 100%

Hal yang paling banyak ditemukan yakni dari segi ekonomi para
responden lebih banyak mengalihkan usahanya dengan berjualan, menjadi
pedagang merupakan jalanl satu-satunya untuk mempertahankan
perekonomian kelaurga, sama halnya yang sering kita dengar bahwasanya
penduduk madura lebih banyak yang merantau yakni denganmembuka bisnis
dagang diperantauan sehingga tidak heran apabila profesi responden lebih
meningkat di perdaganagn yakni sebanyak 47%, sedangkan bagi penduduk
desa yang masih memilih memutuskan untuk bertahan hiduo dikampung
halamannya dengan berbagai kondisi yang ada masih banyak pula yang
memutuskan untuk menjadi petani hal ini dibuktikan dengan persentase
sebanyak 31%, akan tetapi masih ada yang tidka bekerja yakni hanya kisaran
9% responden, 7% reponden ada yang berprofesi sebagai buruh dan 5%
menjadi pegawai swasta untuk lain-lain hanya terdapat 1% dari 100 responden
penelitian.
B. Pemaparan Dari Masing-Masing Variabel
Variable pada penelitian kali ini yakni teori Health Belief Model
Terhadap Pengetahuan dan Perilaku minum obat dengan memberikan edukasi
pada penderita tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Batang-Batang ialah
terdiri dari dua variable yakni variable dependent dan independent.

4
Varibel dependen adalah variable terikat yang dipengaruhi karena
adanya variable bebas (Cristalisana, 2018). Variable dependen yang dipakai
pada penelitian ini ialah pemberian edukasi kepada penderita tuberculosis dan
kepatuhan pednerita tuberculosis terhadap pengobatan OAT di wilayah kerja
puskesmas Batang-Batang.
Variable independent adalah variabel yang menjadi sebab terjaidnya
atau terpengaruhnya variable terikat (Cristalisana, 2018). Variable
independent yang pakai pada penelitian ini ialah Jenis Kelamin, Usia, Tingkat
Pednidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Perilaku pada penderita tuberculosis
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan edukasi.
1. Data Khusus
a) Uji normalitas
merupakan uji statistic yang digunakan untuk menguji apakah sautu
variable normal atau tidak, normal disini dalam artian mempunyai
distribusi data yang normal. Untuk menguji nortmalitas suatu data
dapat menggunakan uji Kolmogorv-Smirnov Test dengan ketentuan
sebagai berikut :
 jika signifikansi ≥ 0,05 maka nilai residual berdistribusi normal
 jika signifikansi ≤ 0,05 maka nilai residual tidak berdistribusi
normal
salah satu dasar pengambilan keputusan uji T berpasangan / Paired
Sampel T Test yakni nilai signifikansi harus berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Signifikansi
Unstandardized Residual
yang telah
N 100
dihasilkan
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
dari Std. Deviation 2.36195577
perhitungan Most Extreme Differences Absolute .083
Positive .062
uji normalitas
Negative -.083
tes Test Statistic .083
Asymp. Sig. (2-tailed) .087c

a. Test distribution is Normal. 5


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Kolmogorv-Smirnov yakni 0,087, sign ≥ 0,05 maka nilai residual
berdistribusi normal, serta dapat dilanjutkan pada uji uji T
berpasangan / Paired Sampel T Test.

b) Uji T Berpasangan / Paired Sampel T Test


merupakan salah satu tes yang digunakan peneliti untuk
mengetahui adanyan pengaruh sebelum dan sesudah diberikan
edukasi terhadap responden pednerita tuberculosis paru,. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada sebelum dan
sesudah diberikan edukasi terhadap responden yang telah diteiliti
yakni dengan menggunakan 2 point ketentuan sebagai berikut :
 Jika nilai Sign. (2-tailed) ≤ 0,05 makan dinyatakan terdapat
adanya perbedaan perilaku beserta pengetahuan penderita
tuberculosis sebelum dan sesudah diberikan edukasi

6
 Jika nilai Sign. (2-tailed) ≥ 0,05 makan dinyatakan tidak terdapat
adanya perbedaan perilaku beserta pengetahuan penderita
tuberculosis sebelum dan sesudah diberikan edukasi.

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Difference


Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 TOTAL_X1 -
-9.770 3.832 .383 -10.530 -9.010 -25.496 99 .000
TOTAL_X2

Setelah dilakukan pengolahan data dengan SPSS yakni Uji T


Berpasangan / Paired Sampel T Test maka didapatkan hasil Sign. (2-
tailed) yakni 0,000 yakni ≤ 0,05 maka dinyatakan terdapat adanya
perbedaan perilaku beserta pengetahuan penderita tuberculosis
sebelum dan sesudah diberikan edukasi.

c) Perumusan Hipotesis
H0 : diduga tidak ada pengaruh antara pengetahuan dan perilaku sebelum
dan sesudah diberikan edukasi terhadap penderita Tuberkulosis Paru
yang akan menjalani pengobatan
H1 : duduiga ada pengaruh antara pengetahuan dan perilaku sebelum dan
sesudah diberikan edukasi terhadap penderita Tuberkulosis Paru yang
akan menjalani pengobatan

7
BAB IV
PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif
dan kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif akan
disajikan dalma bentuk uraian. Data dianalisa menggunakna SPSS 22. Awalnya
data dilakukan uji normalitas unutk mengetahui uji yang akan dilakukan. Data
terdostribusi normal menggunkan uji parametrik dan data tidak normal memakai
uji non parametrik. Uji statistik yang di pakai pada penelitian ini ialah uji T
Berpasangan / Paired Sampel T Test.
Tabel 4.1 Pengaruh Jenis Kelamin Ternhadap Kepatuhan Minum Obat
Setelah Di Berikan Edukasi Terhadap Kepatuhan Minum Obat TB
Kepatuhan Dalam Minum Obat TB
Jenis Kelamin Jumlah p value
Patuh Tidak Patuh
N % N % N %
Laki-Laki 46 46% 2 2% 48 48%
Perempuan 13 13% 39 39% 52 52%

Berdasarkan data yang telah diperolah dari penelitian terhadap 100


responden berdasarkan kategori jenis kelamin maka diperileh persentase
kepatuhan meminum obat dari jenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 46%
sedangkan unutk yang tidak patuh hanya 2% akan tetapi pada jenis kelami
perempuan diperoleh 13% serta untuk perempuan yang tidka patuh yakni
diperoleh sebanyak 39% hal ini memperlihatkan persentase pengaruh edukasi
terhadap kaum laki-laki dan perempuan seberapa besar keberhasilan edukasi
terhadap pasien tuberculosis paru mengenai kepatuhannya terhadap pengobatan.
Hal ini dikarenakna tingkat kepedulian antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan lebih tinggi perempuan serta dari penelitina yang telah dilakukan oleh
Johanes Hutagaluh pada tahun 2019 yakni juga menghasilkan laki-laki skeitar
70,8% lebih tinggi dibandingkan perempuan hal ini dikarenakan laki-laki
memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga
kemungkinan terpapar kuman penyebab TB Paru juga lebih besar.

8
Tabel 4.2 Pengaruh Pendidikan Ternhadap Kepatuhan Minum Obat Setelah
Di Berikan Edukasi Terhadap Penderita TB Paru
Kepatuhan Dalam Minum Obat TB
Pendidikan Jumlah p value
Patuh Tidak Patuh
N % N % N %
Tidak Tamat SD 7 7% 22 22% 29 29%
Tamat SD 17 17% 18 18% 35 36%
Tamat SLTP 17 17% 0 0% 17 17%
Tamat SMU 13 13% 0 0% 13 13%
Tamat Akademi 6 6% 0 0% 6 6%
Total 60 60% 40 40% 100 100%

Tabel 4.2 menjelaskan bahwasanya pengaruh pendidikan terhadap


kepatuhan minum obat untuk penderita tuberculosis paru di wilayah kerja
puskesmas Batang-Batang yakni bisa dilihat pada responden yang tidak tamat SD
lebih tinggi pada ketidak patuhan dengan persentase 22% sedangkan unutk yang
patuh hanya berkisar 7%, sedangakan urutan responden yang tidak patuh kedua
yakni terdapat pada responden dnegan Pendidikan tamat SD yakni sebantak 18%
akan tetapi ini tidak terdapat masalah yang terlalu menyita perhatian dikarena
untuk responden dengan tamatan SD juga terdapat 17% yang patuh terhadap
pengobatan setelah diberikan perlakuan edukasi, dan untuk tamatan SMU 13%
responden patuh dengan tata cara pengobatan tuberculosis paru serta tidak
ditemukan responden yang tidak patuh terhadap pengobatan hal ini bisa dilihat
yakni 0%. Begitu pula sama halnya dengan responden dengan lulusan akademi
yakni 6% persentase yang patuh terhadap pengobatan tuberculosis sedangkan 0%
bagi yang tidak patuh. Hal ini sesuai dengan penelitina yang telah dilakukan oleh
Johanes Hutagaluh pada tahun 2019 yakni bahwasnya terdapat hubungan yang
signifikan terhadap pengetahuan dengan kepatuhan, Bagi penderita tuberculosis
yang memiliki tingkat pengetahuna yang mengenai tuberculosis kemungkinan
untuk patuh terhadap pengobatan yakni lebih basar dari pada penderita
tuberculosis yang memiliki pengetahuan yang kurang. Bagi responden diwilayah
kerja puskesmas Batang-Batang masih memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
baik bagi responden dengan tamatan SD.

9
Tabel 4.4 Pengaruh Pekerjaan Ternhadap Kepatuhan Minum Obat Setelah
Di Berikan Edukasi Terhadap Penderita TB Paru
Kepatuhan Dalam Minum Obat TB
Pendidikan Jumlah p value
Patuh Tidak Patuh
N % N % N %
Buruh 7 7% 0 0% 7 7%
Lain-Lain 1 1% 0 0% 1 1%
Pedagang 28 28% 19 19% 47 47%
Pegawai 5 5% 0 0% 5 5%
Petani 14 14% 17 17% 31 31%
Tidak Bekerja 3 3% 6 6% 9 9
Total 58 42% 58 43% 100 100%

Berdasarkan tabel pengaruh pekerjaan terhadap kepatuhan meminim obat


setelah diberikan edukasi terhadap penderita tuberculosis paru yakni tingkat
kepatuhan tertinggi terdapat pada responden dnegan pekerjaan sebagai pedagang
dengan persentase 28% serta ketidakpatuhan sebanyak 19%, urutan kedua yakni
ditempati oleh responden dengan pekerjaan petani yakni 14% lebih rendah dari
ketidkapatuhan meminum obat yakni sebanyak 17% , untuk responden dengan
pekerjaan buruh yakni sebanyak 7% patuh terhadap pengobatan tuberkuosis
sedangkan untuk yang tidak patuh yakni tidka ditemukan sama sekali. Bagi
responden dengan profesi sebagai pegawai yakni terdapat 5% responden yang
oatuh serta tidak ditemukan pula responden yang tidak patuh akan tetapi bagi
responden yang tidak bekerja persentase kepatuhan ditemukan lebih rendah yakni
hanya 3% dibandngkan responden yang tidak patuh yakni sebanyaj 6% untuk
yang lain-lain 1% berasda dikepatuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Johanes Hutagaluh pada tahun 2019 yakni pekerjaan
mayoritas sebagai petani atau buruh sebanyak 50% dari 24 responden dimana
pekerjaan responden dapat disimpulkan memiliki penghasilan yang kurang.
Responden yang memiliki penghasiln yang kurang arau rendah baisanya lebih
mengutamakan kebutuhan primer daripada pemeliharaan Kesehatan Seperti pada
penelitian Ghendis (2011) yang mengatakan bahwa pada umumnya individu yang
mempunyai penghasilan yang kurang menyebabkan kemampuan memperoleh
status gizi menjadi kurang baik dan kurang seimbang sehingga berdampak pada
menurunnya status kesehatan. Akan tetapi temuan yang banyak ditemukan

10
diwilayah kerja puskesmas Batang-Batang yakni responden dengan profesi
sebagai pedagang sangatlah tinggi persentase kepatuhan meminum obatnya hal ini
dikarenakan mayoritas.
Tabel 4.5 Pengaruh Usia Ternhadap Kepatuhan Minum Obat Setelah Di
Berikan Edukasi Terhadap Penderita TB Paru
Kepatuhan Dalam Minum Obat TB
Pendidikan Jumlah p value
Patuh Tidak Patuh
N % N % N %
10-19 4 4% 0 0% 4 1%
20-29 12 12% 2 2% 14 2%
30-39 11 11% 1 1% 12 1%
40-49 11 11% 7 7% 18 2%
50-59 16 16% 5 5% 21 1%
60-69 6 6% 13 13% 19 1%
70-79 0 0% 12 12% 12 7%
Total 60 60% 40 40% 100 100%

Usia merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap


kepatuhan meminum obat tuberculosis, semakin menua umur manusia maka akan
semkain menurun pula tingkat kapasitasnya begitu pula seperti tabel pengaruh
usia terhadap kepatuhan meminum obat setelah diberikan edukasi terhadap
penderita tuberculosis diwilayah kerja puskesmas Batang-Batang disini telah di
dapatkan bahwasanya tingkat kepatuhan tertinggi terdapat pada usia 50-59 tahun
dengan persentase 16% sedangkan yang tidak patuh yakni hanya 5%, untuk usia
20-29 tahuun terdapat 12% lebih tinggi kepatuhan dibandingkan ketidak patuhan
responden yakni hanya 2%, sednagkan pada usia 30-39 dan 40-49 tahun memiliki
persentase kepatuhan yang sama yakni 11% akan tetapi persentase ketidakpatuhan
yang diperoleh tidaklah sama yakni 1% untuk usia 30-39 tahun, sedangakn 7%
untuk usia 40-49 tahun. Akan tetapi untuk usia 10-19 tahun yang 4% patuh
terhadap pengobatan serta tidak didapatkan persentase yang tidak patuh.
Untuk usia 60-69 tahun mengalami persentase yang berbanding terbalik
yakni tingkat kepatuhan lebih rendah yang hanya 6% sedangkan tingkat
ketidakpatuhan lebih tinggi yakni sebesar 13%. Yang menjadi permasalahan
utama yakni pada usia 70-79 tahun tidak ditemukan sama seklai kepatuhan
terhadap responden yang ditemukan hanyalah ketidakpatuhan yang sebesar 12%.

11
Hal menjadikan usia bukan merupakan bukan factor penentu bahwasanya
responden dengan penderita tuberculosis paru akan patuh terhadap pengobatan
tuberculosis hal ini berkaitan dengan motivasi masing-masing karakter responden
mengenai pola hidup sehat dan selalu memeperhatikan Kesehatan sehingga
menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Budianto, dkk. (2014) menyebutkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna anatra usia dengan kepatuhan berobat.
Usia tua kepatuhan berobatnya semkain menurut bahkan ditemukan pada usia 70-
79 tahun tidak ditemukan satupun responden yang patuh terhadap pengobatan
bahkan pada penelitian ini 0% persentase yang didapatkan.

12
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang keismpulan dan saran dari hasil penelitian yang
berjudul “Teori Health Belief Model Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Minum
Obat Dengan Memberikan Edukasi Pada Penderita Tuberkulosis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Batang-Batang” yang telah dilaksanakan pada
6.1 Keimpulan
Berdasarkan penelitian “Teori Health Belief Model Terhadap Pengetahuan
dan Perilaku Minum Obat Dengan Memberikan Edukasi Pada Penderita
Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Batang-Batang” maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk teori healt belieaf model pada bidang pengetahuan dengan
pemeberian edukasi terhadap penderita tuberculosis paru di wilayah kerja
puskesmas Batang-Batang sangat dipengaruhi oleh tingkat Pendidikan,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasanya responden dengan
Pendidikan yang rendah memiliki pemahan yang minim dibandingkan
responden dengan Pendidikan tinggi.
2. Untuk perilaku pada health beleafe model pada bidang perilaku dengan
pemeberian edukasi terhadap penderita tuberculosis paru diwilayah kerja
puskesmas Batang-Batang yakni banyak dipengaruhi oleh ebebrapa factor
yakni seperti pekerjaan dan usia.
6.2 Saran

1. Peneilitian selanjutnya diharapkan menambah wilayah dan responden


penelitian guna hasil yang lebih beragam.
2. Pada saat penelitian penderita tuberculosis paru, peneliti diharapkan lebih
menjaga privasi dari penderita tuberculosis Paru tersebut.
3. Perlu dilakukan kerja sama antar sektor guna memonitoring dan
mengawasi perilaku kepatuhan dalam minum obat tuberculosis paru.
4. Bagi penderita tuberculosis paru yang sudah smebuh serta tuntas
pengobatan bisa membuat grup dengan penderita paru yang masih aktif

13
menjalani proses pengobatan di wilayah kerja puskesmas Batang-Batang
untuk memotivasi semangat ingin sembuh.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, dkk. 2020. FUNGSI – FUNGSI KELUARGA DENGAN HASIL
PENGOBATAN TUBERCULOSIS PROGRAM DOTS. Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta,Universitas Indonesia, Universitas Muhammadiyah Jakarta.Jurnal
Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 2, Juni 2020 e-ISSN: 2581-1975 p-ISSN:
2597-7482 DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1118.

Yuda Arditia Alif. 2018. Hubungan karateristik, pengetahuan, sikap dan


tindakna penderita tuberculosis paru dengan kepatuhan minum obat di puskesmas
tanah kali kedinding. Surabaya. Perpustakaan universitas airlangga.

Manampiring, dkk.2020. Uji Anti Mycobacterium Ekstrak Bunga Kembang


Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) sebagai Tumbuhan Obat Anti
Tuberkulosis.Manado.pISSN 2085-9481 eISSN 2597-999X Jurnal Biomedik.
2020;12(1):48-53 Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan
Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.12.1.2020.27006
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019

Kementerian Kesehatan RI.2016. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.


Yulisyaningrum, dkk.2010.HUBUNGAN RIWAYAT KONTAK
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU (TB) DENGAN KEJADIAN TB PARU
ANAK DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4)
PURWOKERTO ISSN : 1978-0575. Yogyakarta. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan. Vol. 4, No. 1

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data Dan Informasi Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh.
Jakarta. Pusdatin.

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

15
Lampiran 1
Inform Consent
Lampiran 2
Instrument Penelitian Data Rangkuman Hasil Penelitian

Lampiran 3
Dokumentasi Penelitian

Pengisian Kuesioner responden Penjelasan Pengisian Kuesioner


penderita Tuberkulosis Paru kepada penderita Tuberkulosis
Paru

Penjelasan Pengisian Kuesioner Hasil pengisian kuesioner oleh


kepada penderita Tuberkulosis responden
Paru

16
Hasil pengisian kuesioner oleh Hasil pengisian kuesioner oleh
responden responden

17
Kegiatan penyuluhan pemeberian edukasi mengenai etika batuk seperti memakai
masker kepada pasien dan keluarga pasien penderita Tuberculosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Batang-Batang

18
Kegiatan pengisian kuesioner setelah pemeberian edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien penderita Tuberculosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Batang-
Batang

19

Anda mungkin juga menyukai