DI PUSKESMAS CIKARANG
PROPOSAL SKRIPSI
YUNI ARSITA
0432950719044
BEKASI, 2023
.
41
BAB IV
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk data umum dengan
pekerjaan.
Tuberkulosis yang menjadi sampel pada penelitian ini, terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Berikut adalah data dan penjelasan lengkap
1. Usia Respondena
Pembagian Usia pasien menurut (WHO, 2018) dapat dilihat pada tabel IV.1.
usia produktif (Riskesdas, 2018). Hal ini terlihat pada data Kemenkes RI
Indonesia terdapat pada usia produktif antara 15-50 tahun. Tuberkulosis dapat
terjadi pada semua golongan umur dari bayi sampai usia lanjut. Hal ini
pada tahap untuk bekerja atau menghasilkan sesuatu baik untuk diri sendiri
maupun orang lain, baik itu dalam rumah maupun di luar rumah (WHO,
2018).
15-50 tahun sebesar 92%. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut
Dengan kurangnya waktu istirahat maka daya tahan tubuh lemah sehingga
kelompok usia 15-50 tahun adalah kelompok usia yang mempunyai mobilitas
53
2. Jenis Kelamin Responden
kelaminnya. Karakteristik jenis kelamin pasien dapat dilihat pada tabul IV.2.
seperti merokok tembakau dan minum alkohol yang dapat menurunkan sistem
pertahanan tubuh. Hasil penelitian ini didukung oleh Makhfudli pada tahun
2020 yang menyimpulkan bahwa laki-laki memang lebih rentan terkena infeksi
kuman Tuberkulosis. Selain itu hal ini bisa dijelaskan pula bahwa laki-laki
dengan perempuan.
54
3. Tingkat Pendidikan Responden
dengan penggolongan latar belakang pendidikan pasien dapat dilihat pada tabel
IV.3.
orang (88,88%) mempunyai pendidikan tinggi yang baik, dan cukup baik
memiliki wawasan atau pengalaman yang luas dan cara berfikir serta cara
untuk menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang sangat sempit
rendah yang memiliki perilaku tidak patuh dalam menjalani terapi pengobatan
55
4. Pekerjaan Responden
IV.4.
jenis status pekerjaan yang paling banyak ditemukan pada pekerja Karyawan
bekerja sebagai karyawan swasta. Hal ini dekarenakan karyawan swasta sendiri
swasta mendapatkan gaji yang sebelumnya telah diajukan dan disepakati oleh
dapat hidup lama disana. Hal ini dapat menginfeksi orang-orang yang ada
56
didalamnya secara mudah, terutama bagi mereka yang tinggal didalamnya
banyak orang dalam lingkungan tertutup memiliki resiko tertular lebih besar.
Selain itu, lingkungan pekerjaan yang diperparah oleh sistem ventilasi yang
kurang baik juga membuat profesi seperti kasir, custumer service rentan
menggunakan masker dan kurang waktu istirahat serta pola gaya hidup yang
B. Analisi Univariat
SD sebesar 23,39% dan sisanya tidak sekolah 17,7%. Dan hasil penelitian di
57
selama melakukan pengobatan responden mendapatkan penjelasan tentang
TB dari dokter maupun dari petugas kesehatan. Hal ini sepemikiran dengan
salah satu faktor predi sposisi yang menjadi dasar keinginan seseorang
& Mutia, 2019). Hal ini juga didukung menurut teori Notoatmodjo
pendidikan, jika semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mudah dalam
semakin lama dalam menempuh pendidikan maka akan semakin baik tingkat
pengetahuan seseorang.
58
tentang kesehatan dan akan menggunakan fasilitas kesehatan dengan
2. Tingkat Kepatuhan
Tingkat kepatuhan pada penderita TB paru dapat dilihat pada Tabel 4.6.
SMA, berjenis kelamin laki laki berusia tahun 18-65 tahun masih bekerja
kurang. Dari empat responden tersebut ada alasan lain yaitu satu responden
hanya tinggal sendiri di rumah tidak ada keluarga atau tetangga yang
59
memilih untuk berobat tradisional, merasa sudah sembuh dan hanya
90,7% responden patuh dan 9,3% tidak patuh (Adelia Ratna Sundari
Gunawan et al., 2019). Dan sejalan juga dengan hasil penelitian dari Sara &
2021).
C. Analisi Bivariat
spearman rank.
Kepatuhan
Tinggi Sedang Total
Pengetahuan Baik F 20 1 21
% 95,2% 4,8% 100%
Cukup F 4 5 9
% 44,4% 55,6% 100%
Total F 24 6 30
% 80% 20% 100%
P-Value* Koefisien
0,001 0,582
60
dengan kepatuhan minum obat. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,582
positif sehingga jika semakin baik pengetahuan maka semakin tinggi pula tingkat
semuanya patuh dalam minum obat anti tuberkulosis karena pengetahuan yang
baik dan cukup akan mengubah perilaku seseorang dan memiliki kesadaran untuk
patuh dalam pengobatan. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Saragih &
Sirait (2020) bahwa ada hubungan yang signifikan pengetahuan dengan kepatuhan
minum obat anti tuberculosis dengan nilai p=0,003 (Saragih & Sirait, 2020). Hasil
paru dengan p=0,002 (Bawihu et al., 2018). Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang akan cenderung tidak patuh dalam minum obat.
Sehingga semakin tinggi pengetahuan dan pendidikan maka semakin tinggi juga
kesadaran pasien terhadap penyakitnya serta semakin tinggi juga kesadaran dalam
61