Anda di halaman 1dari 9

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan sebelum diberikan edukasi pada


Penderita Tuberkolusis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, frekuensi pengetahuan sebelum
diberikan edukasi pada penderita tuberkolusis paru yakni 85% adalah cukup
sedangkan pengetahuan yang termasuk dalam kategori baik yakni hanya berkisar
15% dari 100 responden. Datas diatas menujukkan bahwa hubungan tingkat
pengetehuan responden penderita tuberculosis paru dengan kepatuhan minum
obat sengatlah berpengaruh sekali, dari beberapa factor yang mempengaruhi
salah satunya yakni seperti tingkat pendidikan responden dimana dari 100
responden.
Masih didapatkan 29 responden penderita tuberculosis paru tidak tamat SD
dibandingkan yang sudah tamat SD yakni sebesar 33 responden penderita
tuberculosis sehingga mengaibatkan minimnya penderita tuberculosis
mendapatkan pengetahuan lebih mengenai pentingnya tata cara minum obat yang
baik dan benar serta pencegahan penularan tuberculosis pada orang-orang
sekitar. hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo dalam Alif Arditia Yuda
(2018) bahwasanya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, oleh karena itu
temoat pemberi pelayanan Kesehatan harus menambah lagi promosi kesehatan
untuk kepatuhan pengobatan serta sebagai penambah edukasi di puskesmas
Batang-Batang.
Data yang didapatkan dari hasil penelitian saya sama halnya dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Nevada Bilqis Patricia (2019) dengan hasil penelitian
sebelum dilakukan edukasi mendapatkan perbedaan persentase dengan sesudah
diberikan edukasi terhadap penderita tuberculosis paru BTA+ di Puskesmas
Simomilyo, persentase dalam kategori baik hanya 17 orang dengan jumlah
persentase 43,6% sedangkan yang masuk kategori cukup hanya 22 orang dengan
jumlah persentase 56% perbedaan setelah diebrikan edukasi persentase baik
turun menjadi 4 orang dengan persentase 10,3% sedangkan responden yang
masuk dalam kategori cukup meningkat menjadi 35 orang dengan persentase
89,7% dengan jumlah responden sebanyak 39 orang.
5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan sesudah diberikan edukasi pada Penderita
Tuberkolusis
Persentase pengetahuan terhadap responden penderita tuberculosis di wilayah
kerja Puskesmas Batang-Batang mengalami peningkat setelah diberikannya
edukasi, pada kategori baik persentase menjadi 97% sedangkan pada kategori
cukup hanya 3%, dalam hal ini edukasi sangatlah berperan penting pada
pengetahuan seseorang, sesuai dengan UU No.36 tahun 2019 yakni dimana
penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, kesaran dari
masyarakat untuk dapat hidup sehat. Selain itu edukasi yang diberikan oleh
Puskesmas Batang-Batang tidak hanya berupa penyuluhan melainkan berbagai
poster serta liflet yang disebar di berbagai tempat seperti di pelayanan
pendaftaran, ruangan poli TB. Tidak hanya itu pendekatan edukasi dalam bentuk
pendekatan komunikasi agar dapat mengubah suatu pola pikir dan perilaku baik
dari perorangan maupun kelompok.
Dalam hal ini Pendidikan responden penderita tuberculosis juga sangat
berperan penting dalam hal mendapatkan pemahaman yang sangat baik. Dari
berbagai macam pendidikan beberapa juga terdapat dari responden yakni telah
lulus SLTP serta SMU bahkan akademi, tingginya pendidikan yang di dapatkan
oleh responden memudahkan petugas kesehatan dalam hal memberikan edukasi,
sesuai dengan teori Notoatmodjo dalam alif Arditia Yuda (2018) bahwa semakin
tinggi tingkat Pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
Sehingga dari berbagai teori serta fakta yang ada mengenai pengetahuan hal
ini sesuai dengan asumsi peneliti bahwa semakin tinggi tingkat Pendidikan maka
pengetahuan juga diharapkan meningkat. Pengetahuan penderita tuberkulosis
adalah semua informasi yang diperoleh penderita tubekrulosis mengenai program
pengobatan. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi
dan kebiasaan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2013).
Uji data pada penelitian saya tidak hanya berhenti disini akan tetapi
dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan SPSS uji Wilcoxon dengan
output yang keluar dari uji statistic Wilcoxon diketahui Asymp.Sig (2.tailled).
bernilai 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
diterima, artinya ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah
diberikan edukasi terhadap responden penderita tuberculosis diwilayah kerja
puskesmas Batang-Batang. Analisi data pada uji ini sama halnya dengan analisis
data yang dilakukan oleh Ermalynda Sukmawati (2017) dengan hasil penelitian
yang berjudul “efektifitas penyuluhan Kesehatan terhadap pengetahuan
perawatan pasien tuberculosis” mendapatkan nilai p-value 0,006 < 0,05 yakni
terdapat perbedaan pengetahuan pada pengetahuan pre dan post test pada
kelompok responden.
5.3 Distribusi Frekuensi perilaku sebelum diberikan edukasi pada Penderita
Tuberkolusis
Perilaku merupakan salah satu hal penting yang diamati pada penelitian ini,
perilaku responden tuberculosis sebelum diberikan edukasi mendapatakan
persentase sebesar 86% termasuk dalam kategori cukup sedangkan 14% yakni
dalam kategori baik, berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan perilaku
penderita tuberculosis masih kurang memperhatikan tata cara menggunakan
masker, tata cara minum obat dengan baik dan benar serta masih terdapat stigma
negatif dikalangan masyarakat dengan pemahaman yang masih rendah. Sesuai
dengan teori Lawrance Green yang dalam buku Nursalam (2015) yang
memasukkan sikap menjadi salah satu factor predisposisi untuk mencapai suatu
perilaku patuh terhadap tata cara pengobatan.
Maka dari itu pentingnya edukasi bagi penderita tuberkuloasis di wilayah
kerja puskesmas Batang-Batang dapat menambahkan rasa mawas diri atau
motivasi agar sembuh dan terhindar terhadap suatu penyakit selain, dapat
merubah pandangan terhadap suatu penyakit. Sesuai dengan teori Iis Nurhayati
(2015) yang mengatakan bahwa semakin tinggi persepsi penderita tuberculosis
akan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan jika tidak melakukan pengobatan,
maka semkain meningkat pula perilaku dari penderita untuk menghindari
kemungkinan buruk terjadi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rosenstock dalam Glanz pada jurnal
penelitian yang dilakukan Firda Safira Ali (2020) mengatkan bahwa kombinasi
dari persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan dapat disebut sebagai ancaman.
Persepsi keseriusan yang kurang baik dapat menyebabkan sesorang untuk
berperilaku juga kurang baik. Keseriusan yang dirasakan menentukan dalam
melakukan perilaku pencegahan terhadap penyakit tersebut.
5.4 Distribusi Frekuensi perilaku sesudah diberikan edukasi pada Penderita
Tuberkolusis
Persentase perilaku responden tuberculosis pada penelitian di wilayah kerja
Puskesmas Batang-Batang mengalami perubahan setelah diebrikannya edukasi.
Perilaku responden sesudah pemberian edukasi yakni menjadi 99% masuk ke dalam
kategori baik hanya 1% yang masih dalam kategori cukup. Dari data persenatse diatas
yang didapatkan yakni penilit tidak hanya berhenti disini akan tetapi uji pada data
dilanjutkan dengan uji Wilcoxon dimana output yang keluar yakni p value 0,00 <
0,05 dimana bisa diartikan hipotesis diterima.
Hipotesis diterima, artinya ada perbedaan pengetahuan ataupun perilaku
antara sebelum dan sesudah diberikan edukasi terhadap responden penderita
tuberculosis diwilayah kerja puskesmas Batang-Batang. Dari hasil uji tersebut dapat
dilihat jika hampir keseluruhan pasien penderita tuberculosis paru memiliki
pengetahuan yang cukup baik terhadap penyakit tuberculosis paru serta kepatuhan
minu obat dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Nevada Bilqis Patricia, (2019) didapatkan hasil yang berbeda pula
pada hasil pre dan post test setelah dilakukan edukasi dengan menggunakan metode
sharing, poster, leftlet, penyuluhan atau video dengan persentase pre test dengan
kategori cukup 43,6% serta baik 56,4% akan tetapi hasil yang didapatkan setelah post
test yakni dalam kategori cukup hanya tersisa 10,3% sedangkan baik menjadi 89,7%
terhadap pengetahuan dan perilaku pada penderita tuberculosis sebelum dan sesudah
diberikan edukasi.
Sesuai dengan tujuan awal unutk menganalisis hubungan pengetahuan dengan
peirlaku yakni telah dilakukan uji statistic dengan nilai yang dihasilkan yakni
tolerance dan VIP pada uji multikolinieritas yakni 1,00 yang artinya apabila nilai nilai
Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,0 maka data bebas dari gejala
multikolinielitas.hasil akhir yang didapatkan dari uji heterokedastisitas yakni dari
selislis pengetahuan tidak didapatkan adanya gejala heterokedastisitas dengan nilai
yang didapatkan yakni Asymp.Sig. (2-tailled) sebesar 0,173, maka > 0,05 sedangkan
pada selisih perilaku Asymp.Sig. (2-tailled) didaptakn nilai 0,00, maka < 0,05
sehingga pada uji heterokedastisitas masih menimbulkan gejala. Sehingga dapat
dilihat dari hasil data pada uji heterokedastisitas yakni pada segi pengetahuan dari
100 responden sangatlah berpengaruh dengan diberikannya edukasi akan tetapi tidak
menutut kemungkinan pada segi perilaku penderita tuberculosis paru diwilayah
puskesmas Batang-Batang.
BAB VI
PENUTUP

6.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh tentang Teori Health Belief
Model terhadap pengetahuan dan perilaku minum obat dengan memberikan edukasi
pada penderita Tuberkulosis di wilayah Kerja Puskesmas Batang-Batang pada tahun
2020, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara Teori Health Belief terhadap pengetehuan minum
obat pada penderita tuberculosis di wilayah kerja puskesmas Batang-Batang
sangat berpengaruh sebelum dan setelah diberikan edukasi.
2. Terdapat hubungan antara Teori Health Belief terhadap perilaku minum obat
pada penderita tuberculosis di wilayah kerja puskesmas Batang-Batang sangat
berpengaruh sebelum dan setelah diberikan edukasi.
3. Tidak terdapat danya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
a Terdapat hubungan pengetahuan terhadap perilaku minum obat pada penderita
tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Batang-Batang
6.2 Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat menambah wilayah penelitian guna hasil yang
jauh lebih baik dna beragam.
2. Diharapakn pada saat menilite perilaku penderita tuberculosis diharapkan
untuk berhati-hati dalma menjaga privasi penderita tuberculosis tersebut.
3. Perlu dilakun kerja sama antar sector guna memonitoring dan mengawasi
perilaku kepatuhan dalam minum obat tuberculosis
4. Penderita tuberculosis yang sembuh dapat membuat peer grup dengan
penderita tuberculosis yang masih menjalni proses pengobatan dipuskesmas
Batang-Batang
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, dkk. 2020. FUNGSI – FUNGSI KELUARGA DENGAN HASIL
PENGOBATAN TUBERCULOSIS PROGRAM DOTS. Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta,Universitas Indonesia, Universitas Muhammadiyah Jakarta.Jurnal Keperawatan
Silampari Volume 3, Nomor 2, Juni 2020 e-ISSN: 2581-1975 p-ISSN: 2597-7482 DOI:
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1118.

Juliati, dkk. 2020. Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Perilaku


Pencegahan Penularan dan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis Paru
Berbasis Toeir Health Belief Model. Fakultas Keperawtan. Universitas Airlangga.
Surabaya. Vol. 5, No. 2

Kementerian Kesehatan RI.2016. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

Yulisyaningrum, dkk.2010.HUBUNGAN RIWAYAT KONTAK PENDERITA


TUBERKULOSIS PARU (TB) DENGAN KEJADIAN TB PARU ANAK DI
BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) PURWOKERTO ISSN :
1978-0575. Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan.
Vol. 4, No. 1

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data Dan Informasi Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta.
Pusdatin.

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Manampiring, dkk.2020. Uji Anti Mycobacterium Ekstrak Bunga Kembang


Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) sebagai Tumbuhan Obat Anti
Tuberkulosis.Manado.pISSN 2085-9481 eISSN 2597-999X Jurnal Biomedik.
2020;12(1):48-53 Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan
Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.12.1.2020.27006
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019

Yuda Arditia Alif. 2018. Hubungan karateristik, pengetahuan, sikap dan tindakna
penderita tuberculosis paru dengan kepatuhan minum obat di puskesmas tanah kali
kedinding. Surabaya. Perpustakaan universitas airlangga.

Patricia Bilqis Nevada, dkk. 2019. Efek Pemberian Edukasi Health Belief Model
(Hbm) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Terhadap Pengetahuan dan Persepsi
Kepatuhan Pengobatan. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
Surabaya. ISSN: 2684-9518
Lampiran 1
Inform Consent
Lampiran 2
Instrument Penelitian Data Rangkuman Hasil Penelitian

Lampiran 3
Dokumentasi Penelitian

Pengisian Kuesioner responden Penjelasan Pengisian Kuesioner


penderita Tuberkulosis Paru kepada penderita Tuberkulosis
Paru
Penjelasan Pengisian Kuesioner
kepada penderita Tuberkulosis
Paru

Anda mungkin juga menyukai