Anda di halaman 1dari 6

23

Jurnal Pharmascience, Vol .03, No.02, Oktober 2016, hal: 23 - 28


ISSN-Print. 2355 – 5386
ISSN-Online. 2460-9560
http://jps.unlam.ac.id/
Research Article

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan


Pada Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru
Di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan
*Herda Ariyani

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


*Email : herdaariyani29@gmail.com

ABSTRAK

Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan Survei Pravelensi TB oleh Badan Litbangkes
Kemenkes RI, dewasa ini diketahui bahwa Indonesia merupakan negara peringkat
kedua dengan kasus TB terbanyak di dunia. Waktu pengobatan yang panjang dengan
jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat
selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, oleh karena itu penyakit ini sangat
perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan penderita dalam program
pengobatan TB paru di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin. Jenis penelitian
kuantitatif dan menggunakan desain deskriptif korelasional. Pengambilan data
dilakukan menggunakan angket dalam bentuk kuisioner dengan teknik purposive
sampling. Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 23 digunakan untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Sebanyak 20% responden berpengetahuan
baik, 42,5% berpengetahuan cukup, 35% berpengetahuan kurang dan 2,5%
berpengetahuan sangat kurang, 92,5% patuh dan 7,5% tidak patuh selama
pengobatan. Analisa data dilakukan dengan uji Spearman Rho dengan jumlah
responden sebanyak 40 orang. Berdasarkan analisa statistik α = 0.05 diperoleh r = 0,383
dan ρ = 0,015, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahun
dengan kepatuhan penderita TB paru. Semakin baik tingkat pengetahuan penderita
terhadap penyakit, cara penularan dan pengobatan TB Paru maka akan semakin baik
pula kepatuhan yang dimiliki, dan begitu pula sebaliknya. Diharapkan kepada dokter,
farmasis, perawat, dan petugas kesehatan lain dapat berkolaborasi membangun
partnership yang baik untuk memberikan pendidikan kesehatan yang adekuat bagi
penderita terutama terkait pentingnya kepatuhan dalam menjalani terapi.

Kata kunci : Pengetahuan; Kepatuhan; Tuberkulosis Paru; Mycobacterium tuberculosis

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


24

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis is a chronic infectious disease that caused by


Mycobacterium tuberculosis. Based on the Prevalence of Tuberculosis Survey by Health
Development Agency Ministry of Health RI (Republic of Indonesia), nowadays Indonesia
becomes the second country with the highest number of Tuberculosis cases in the world.
Long medication period with more than one variety of medicines makes the patients to give
up on medication during the healing period with many excuses, therefore this disease
needs to be tackled. This study aims to determine the relationship of the level of knowledge
and adherence of patients with pulmonary tuberculosis treatment programs in Puskesmas
Pekauman Banjarmasin. Quantitative research and descriptive correlational design were
used. Data were collected using questionnaires with purposive sampling technique.
Statistical Program for Social Sciences (SPSS) version 23 is used to analyze the data that
has been collected. Based on the analysis of the respondents, 20% have well knowledge,
42,5% have average knowledge, 35% have little knowledge and 2,5% have very little
knowledge, 92,5% of the respondents have adhered and 7,5% respondents do not adhere
during treatment. Data analysis was done by Spearman Rho test with 40 respondents.
Based on statistical analyses α = 0.05 has obtained r = 0.383 and ρ = 0.015, so there is a
significant relationship between the level of knowledge with pulmonary TB patient’s
adherence. The better the patient’s knowledge, modes of transmission and treatment of
pulmonary TB, the better the adherence owned, and vice versa. Expectation for physicians,
pharmacists, nurses, and other health workers are able to collaborate and build good
partnership to provide adequate health education for patients related to the importance of
therapy adherence.
Keywords : Knowledge; Adherence; Pulmonary Tuberculosis; Mycobacterium tuberculosis

I. PENDAHULUAN sebesar 161/100.000 penduduk, hal ini


Penyakit TB Paru termasuk menunjukkan penemuan kasus TB masih
penyakit menular kronis. Banyak pula berada di bawah angka nasional. Selain itu
yang tidak berhasil disembuhkan terutama berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
negara-negara yang dikelompokkan dalam Banjarmasin, kejadian TB tertinggi terjadi
22 negara dengan masalah TB Paru besar di Puskesmas Pekauman dibandingkan
(high burden countries) termasuk Puskesmas lainnya.
Indonesia (Kemenkes RI, 2010). Pemberantasan TB dapat dilakukan
Diketahui bahwa Periode dengan menggunakan obat anti
Prevalence TB (D) Nasional mencapai 725 tuberkulosis secara rutin. Penelitian
per 100.000 penduduk pada tahun 2009- Bagiada & Primasari (2008) menyebutkan
2010. Periode Prevalence TB (D) penderita TB paru yang drop out untuk
Kalimantan Selatan yakni sebesar 0,810 berobat sebesar 36 penderita (12,9%).
per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, Tingkat kepatuhan penderita tuberkulosis
2010) dan prevalensi TB di Puskesmas paru dalam program pengobatan
Pekauman tahun 2012 diketahui hanya tuberkulosis paru hanya sebesar 35 %,

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


25

sedangkan sisanya sebesar 65 % diketahui


tidak patuh (Ritonga, 2015). Faktor C. Pengumpulan Data
pengetahuan tentang penyakit TB paru Peneliti melakukan wawancara
merupakan salah satu faktor yang sangat secara langsung menggunakan kuesioner
penting dalam penularan TB paru. Oleh dan mengisikan sesuai jawaban responden
sebab itu, diperlukan evaluasi mengenai untuk memudahkan pemahaman terhadap
hubungan tingkat pengetahuan dengan pertanyaan dan mengeliminasi perbedaan
kepatuhan pada pengobatan TB paru. persepsi. Sebelum memulai pengumpulan
data, instrumen penelitian yang digunakan
II. METODE telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
A. Desain Penelitian terlebih dahulu yakni pada tanggal 15-20
Penelitian ini menggunakan desain Oktober 2012 dan 16-18 Desember 2012.
deskriptif korelasional. Pengambilan data Hasil analisis dengan menggunakan
dilakukan secara prospektif dan dilakukan program Statistical Product And Service
dengan cara mengumpulkan informasi dari Solutions (SPSS) diketahui bahwa nilai
responden melalui wawancara tatap muka koefisien korelasi (ri) semua butir
(face-to-face interview) menggunakan pertanyaan untuk jumlah sampel sebanyak
kuesioner. Serta melakukan pengecekan 10 orang, pada derajat signifikansi 5%
terhadap kartu berobat (Form TB-01) dan adalah lebih besar dari r tabel (0,632) dan
kartu identitas penderita (Form TB-02), nilai r alpha (Cronbach's Alpha) lebih
kemudian melakukan penilaian dengan besar dari 0,8. Dengan demikian, butir-
sistem skoring yang telah ditetapkan. butir pertanyaan pada kuesioner bagian 1
dan bagian 2 ini dikatakan valid dan
B. Subjek Penelitian reliabel.
Sebanyak 40 responden memenuhi
kriteria inklusi. Subjek dalam penelitian D. Analisis Statistik
ini adalah seluruh penderita TB Paru yang Data dianalisis terlebih dahulu
masih menjalani pengobatan di Puskesmas dengan uji normalitas Kolmogrov-
Pekauman Kota Banjarmasin. Kriteria Smirnov. Kemudian didapat nilai p<0,05
ekslusi antara lain penderita yang tidak maka data terdistribusi tidak normal dan
ditemukan alamat lengkapnya dan digunakan analisis korelasi spearman
penderita yang sudah dinyatakan sembuh. untuk mengukur hubungan antara dua
Durasi penelitian ini selama 3 bulan, yakni variabel.
Januari hingga Maret 2013.

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


26

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengetahuan Penderita TB Paru

Berdasarkan penelitian diketahui


bahwa sebagian besar responden yakni
42,50% memiliki pengetahuan cukup
mengenai penyakit, penularan penyakit Gambar 2. Distribusi Kepatuhan Responden
dalam Pengobatan TB Paru
dan pengobatan TB paru. Akan tetapi
proporsi responden yang berpengetahuan C. Hubungan Antara Tingkat
kurang masih lebih tinggi yakni sebesar Pengetahuan dengan Kepatuhan
35% dibandingkan proporsi responden Dalam penelitian ini diketahui
yang berpengetahuan baik yakni hanya bahwa tingkat pengetahuan dapat
20%. Tingkat pengetahuan penderita TB memberikan pengaruh terhadap
paru dapat dilihat pada gambar 1. kepatuhan seseorang dalam pengobatan
TB paru, di mana pemahaman yang
kurang mengenai keseriusan dari penyakit
serta hasil yang didapat apabila tidak
diobati menyebabkan rendahnya
kepatuhan seseorang. Oleh karena itu,
pemahaman yang baik terhadap informasi
Gambar 1. Distribusi Pengetahuan Responden mengenai pengobatan penyakit TB sangat
Terhadap Penyakit, Pencegahan
Penularan dan Pengobatan TB paru penting untuk dimiliki oleh penderita.
B. Kepatuhan Penderita TB Paru Hubungan antara tingkat pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan dengan kepatuhan responden dalam
bahwa dari 40 responden yang menjadi pengobatan TB paru dapat dilihat pada
sampel, sebanyak 3 responden (7,5%) tabel 1.
tidak patuh selama menjalani pengobatan
TB paru. Apabila dibandingkan dengan
penelitian lainnya, angka ini tidak jauh
berbeda, seperti misalnya Bagiada dan
Primasari (2010) dan Asmariani (2012).
Berikut gambaran kepatuhan responden Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Penderita Tuberkulosis
ditunjukkan pada gambar 2. Paru

Variabel X Variabel Y r p

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


27

Pengetahuan Kepatuhan 0,383* 0,015* penelitian dan mengembangkan sebuah


Penderita
Tuberkulosis intervensi untuk meningkatkan kepatuhan
Paru
*Uji Korelasi Spearman pada penderita TB dengan pendidikan
yang rendah.
Berdasarkan tabel correlation
IV. KESIMPULAN
diperoleh informasi nilai korelasi
Kesimpulan yang dapat diperoleh
spearman’s antara pengetahuan dan
dari penelitian ini adalah :
kepatuhan pasien sebesar 0, 383. Itu
1. Sebanyak 37 responden (92,5%) yang
berarti ada korelasi yang lemah dan searah,
patuh dan 3 responden (7,5%) yang
atau dengan kata lain jika pengetahuan
tidak patuh selama pengobatan TB
responden bagus maka kepatuhan pasien
paru; sebanyak 8 responden (20%)
terhadap pengobatan juga bagus, begitu
berpengetahuan baik, 17 responden
juga sebaliknya. Tingkat signifikansi
(42,5%) berpengetahuan cukup, 14
(=0,000) < (α/2) maka Ho ditolak, yang
responden (35%) berpengetahuan
berarti ada hubungan yang signifikan
kurang, dan 1 responden (2,5%)
dengan taraf nyata kurang dari 0,05.
berpengetahuan sangat kurang.
Hasil ini didukung oleh beberapa
2. Berdasarkan analisa statistik α = 0.05
penelitian bahwa pengetahuan
diperoleh r = 0,383 dan ρ = 0,015,
berpengaruh secara signifikan terhadap
sehingga terdapat hubungan antara
tingkat kepatuhan berobat (Dhewi dkk,
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
2011 dan Sari, 2011). Hasil ini didukung
dalam pengobatan TB Paru.
pula oleh Asmariani, yang menyatakan
responden yang pengetahuan rendah 22
UCAPAN TERIMAKASIH
orang (61,1%) cenderung tidak patuh
Terimakasih kepada seluruh
sebanyak 19 orang (52,8%). Selain itu,
petugas Puskesmas Pekauman
menurut Firdous dkk (2006) seseorang
Banjarmasin serta seluruh responden yang
yang mempunyai pengetahuan buruk akan
bekerjasama dan telah membantu hingga
berpeluang mengalami ketidak sembuhan
terselesainya penelitian ini.
5,5 kali lebih besar dibandingkan orang
yang berpengetahuan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bagi peneliti selanjutnya, hasil
Asmariani, Siti. 2012. Faktor-Faktor Yang
penelitian ini dapat digunakan sebagai Menyebabkan Ketidakpatuhan
acuan untuk melakukan penelitian lanjutan Penderita TB Paru Minum Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) Di
dengan lebih memperbanyak sempel Wilayah Kerja Puskesmas Gajah

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


28

Mada Kecamatan Tembilahan Kota


Kabupaten Indragiri Hilir. Skripsi
PSIK Universitas Riau.
Bagiada I. M. & N. L. P. Primasari. 2010.
Faktor-FaktorYang Mempengaruhi
Tingkat Ketidakpatuhan Penderita
Tuberkulosis Dalam Berobat Di
Poliklinik Dots Rsup Sanglah
Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam,
Volume 11 Nomor 3 September
2010.
Dhewi, G.I., Y. Armiyati & M. Supriyono.
2011. Hubungan Pengetahuan,
Sikap Pasien dan Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien TB paru
di BKPM Pati. Skripsi Program S1
Ilmu Keperawatan Telogorejo,
Semarang.
Firdous U., E. Rahardjo & Roselinda.
2006. Faktor-faktor Penderita
Putus Berobat. Artikel Media
Litbang XVI No.4.
Kemenkes RI. 2010. Riskesdas 2010
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
Ritonga, Edisyah Putra. 2015. Hubungan
Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Penderita Tuberkulossis Paru
Dalam Program Pengobatan
Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Vol. 1, No. 1,
Februari 2015
Sari, C.Nila. 2011. Evaluasi Pengetahuan
Penderita TB Paru, Faktor
Pelayanan Kesehatan dan
Pengawas Menelan Obat Terhadap
Tingkat Kepatuhan Berobat di
Puskesmas Amplas Kota Medan
Tahun 2011. Skripsi USU.

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai