Anda di halaman 1dari 7

Volume: 3, No.

1
Juni 2020
e-ISSN: 2622 - 0997
Website: jurnal.umj.ac.id
Indonesian Journal of Nursing Science and Practice
Email: ijnsp@umj.ac.id

Universitas Muhammadiyah Jakarta

HUBUNGAN KONTAK PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KEJADIAN


TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK

Erni Rita1*, Siti Mariatul Qibtiyah2


1,2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
*erni_dika@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penemuan kasus TB paru positif yang tercatat di format TB. 01 dengan klasifikasi pasien TB paru:
infeksius (terkonfirmasi bakteriologis) dan TB paru terdiagnosis klinis yang memiliki hubungan kontak
serumah ataupun kontak erat dengan anak usia 1-14 tahun yang belum mendapatkan PP INH. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kontak penderita tuberkulosis terhadap kejadian
tuberkulosis paru pada anak. Desain penelitian menggunakan Cohort prospektif dan retrospektif
dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang diambil adalah anak-anak yang memiliki hubungan
kontak dengan pasien TB paru dewasa positif yang tinggal di wilayah Puskesmas Kecamatan Sawah
Besar dan Puskesmas Kecamatan Menteng Jakarta. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive
sampling dengan jumlah 34 responden. Hasil penelitian menggunakan uji Mann-Whitney menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kontak penderita TB terhadap kejadian TB paru pada
anak dengan nilai P value = 0,389. Namun secara indikator nasional penanggulangan TBC berdasarkan
angka penjaringan suspek sudah ditemukan adanya hubungan antara kontak penderita tuberkulosis
dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak, yang dimana nilai tersebut tidak dapat melebihi dari 3-
5%. Saran dari peneliti yaitu agar petugas puskesmas dapat mempertahankan dan mengoptimalkan
kinerja untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam bidang laboratorium.

Kata kunci: kontak serumah, kontak erat, kejadian TB anak

ABSTRACT

The discovery of positive pulmonary TB cases recorded in the TB format. 01 with the classification of
pulmonary TB patients: infectious (bacteriologically confirmed) and clinically diagnosed pulmonary
TB who have close household contact or close contact with children aged 1-14 years who have not
received PP INH.. The purpose of this study was to determine the contact relationship of tuberculosis
patients with the incidence of pulmonary tuberculosis in children. The study design uses a prospective
and retrospective Cohort with a quantitative approach. The population taken was children who had
contact contact with positive adult pulmonary TB patients who lived in the area of the Sawah Besar
District Health Center and the Menteng District Health Center in Jakarta. Sample used a purposive
sampling technique with 34 respondents. The results of the study using the Mann-Whitney test showed
that there was no significant relationship between TB patient contact with pulmonary TB incidence in
children with a P value = 0.389. However, the national indicator of TB control based on the number of
suspicious screening has found a relationship between contact with tuberculosis patients with the
incidence of pulmonary tuberculosis in children, where the value cannot exceed 3-5%. Suggestions
from researchers are that puskesmas staff can maintain and optimize performance to improve the
quality of health services, especially in the laboratory field.

Keywords: close household contact, close contact, incidence of TB in children.

35
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

PENDAHULUAN kartu pengobatan pasien TB maupun register


Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit pemeriksaan kontak (TB Indonesia, 2017).
sangat menular yang disebabkan oleh inhalasi Pada anak yang kontak erat atau tinggal
droplet Mycobacterium tuberculosis. Anak serumah dengan penderita TB dewasa, risiko
biasanya terkena penyakit tersebut akibat penularan penyakit TB meningkat, terutama
tertular anggota keluarga dekat. Anak tuna yang berusia <5 tahun (balita) atau dalam
wisma dan miskin berisiko lebih tinggi, kondisi imunokompromais, kondisi tempat
demikian pula anak yang terpajan orang tinggal yang padat, derajat keparahan dari
dewasa yang mengidap infeksi tuberkulosis sumber kasus yang ditentukan hasil
(Federico, 2011 dalam Kyle & Carman, 2014). pemeriksaan batang tahan asam (BTA) positif
Kasus tuberkulosis (TB) pada tahun 2015 dari sputum penderita, kelainan pada paru yang
mencapai 10,4 juta jiwa meningkat dari ditunjukkan secara radiologis (Kenyon, dkk,
sebelumnya hanya 9,6 juta. Adapun jumlah 2002 dalam Nevita, dkk, 2014). Pada anak
temuan TB terbesar adalah India sebanyak 2,8 yang kontak serumah dengan penderita TB
juta kasus, diikuti Indonesia sebanyak 1,02 juta dewasa, pelacakan dan manajemen mempunyai
kasus dan Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus potensi yang besar untuk menurunkan kasus
(Katadata, 2017). TB sehubungan dengan morbiditas dan
Proporsi kasus TB Anak di antara semua mortalitas pada anak (Gomes VF, dkk, 2011
kasus TB di Indonesia pada tahun 2015 adalah dalam Nevita, dkk, 2014).
9%. Proporsi tersebut bervariasi antar provinsi, Anak yang kontak dengan penderita TB
dari 1,2% sampai 17,3%. Variasi proporsi ini memiliki risiko 3,20 kali dibanding tidak
mungkin menunjukkan endemisitas yang memiliki kontak dengan penderita TB, adanya
berbeda antara provinsi, tetapi bisa juga karena riwayat kontak serumah akan meningkatkan
perbedaan kualitas diagnosis TB anak pada risiko kejadian TB pada anak yang telah
level provinsi (Kemenkes, 2016). Prevalensi diimunisasi sebesar 4,87 kali dibandingkan
penduduk Indonesia yang didiagnosis TB oleh dengan anak yang tidak mempunyai riwayat
tenaga kesehatan tahun 2007 dan 2013 tidak kontak penderita TB. Kejadian TB pada anak
berbeda (0,4%). Lima provinsi dengan TB hampir selalu didapat dari penularan
tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI tuberkulosis paru orang dewasa. Penelitian
Jakarta, Gorontalo, Banten dan Papua Barat. menyebutkan dapat menularkan sekitar 65%
Penduduk yang didiagnosis TB oleh tenaga orang disekitarnya (Halim, dkk, 2015).
kesehatan, 44,4% diobati dengan obat program TB paru anak penting diambil karena
(Riskesdas, 2013). penyakit TB paru penyebab kematian nomor
Anak biasanya terinfeksi tuberkulosis dari satu diantara penyakit infeksi dan menduduki
orang dewasa yang memiliki lesi kavitas tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada
progresif yang mengeluarkan droplet yang semua umur setelah penyakit kardiovaskuler
terinfeksi ke udara. Kontak yang lama (seperti dan penyakit infeksi saluran napas akut
melalui pajanan berulang pada batuk, ciuman, (MRCT-CDU, 1988, dalam Kholifah dkk,
dan debu di lingkungan) harus terjadi sebelum 2015). Estimasi prevalensi TB semua kasus
anak mengembangkan penyakit aktif. Beberapa adalah sebesar 660.000 dan estimasi
faktor meningkatkan penularan tuberkulosis insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per
(Axton & Fugate, 2013). Apabila anak tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan
melakukan kontak, kontak serumah ataupun 61.000 kematian per tahunnya. Secara
kontak erat pada pasien TB positif maka perlu nasional, kasus TB di Indonesia menunjukkan
dilakukan skrining. Skrining investigasi kontak perkembangan yang meningkat dalam
dilaksanakan untuk semua pasien TB aktif penemuan kasus dan tingkat kesembuhan,
dewasa untuk mendeteksi secara dini tetapi pencapaian ditingkat provinsi masih
kemungkinan penularan kepada kontak menunjukkan disparitas antar wilayah.
serumah atau kontak eratnya. Investigasi Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat
kontak juga dilaksanakan pada pasien TB anak mencapai angka penemuan kasus (CDR) 70%
yang ditemukan untuk mencari sumber dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian
penularan. Pelaksanaan kegiatan investigasi 70% CDR dan 85% kesembuhan (Kemenkes
kontak harus dicatat dan dilaporkan baik dalam RI, 2011 dalam Noviyani, dkk 2015).

36
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

Di Indonesia proporsi kasus TB anak tangga dengan hanya 1 orang penderita TB.
diantara semua kasus TB yang ternotifikasi Hal tersebut terjadinya karena adanya penderita
dalam program TB hanya 9% dari yang tuberkulosis di rumah dan sekitarnya
diperkirakan 10-15%, dan pada tingkat meningkatkan frekuensi dan durasi kontak
kabupaten/kota menunjukkan variasi proporsi dengan kuman tuberkulosis yang merupakan
yang cukup lebar yaitu antara 1,2-17,3% di faktor penting patogenesis tuberkulosis
tahun 2015. Strategi Nasional 2015-2019 (Guwatudde, et al, 2003 dalam Fitriani, 2013).
terdapat 6 indikator utama dan 10 indikator Dalam menurunkan angka prevalensi TB
operasional program pengendalian TB, 2 di DKI Jakarta diperlukan sebuah kajian yang
diantaranya adalah cakupan penemuan kasus mendalam untuk mencari upaya
TB anak sebesar 80% dan cakupan anak <5 penanggulangan yang efektif dan efisien.
tahun yang mendapat pengobatan pencegahan Metode akar masalah sangat penting sebagai
PP INH sebesar 50% pada tahun 2019 dasar untuk melakukan tindakan perbaikan dan
(Kemenkes RI, 2016). Dari sisi upaya pencegahan secara efektif (Rahayu, dkk, 2016).
penemuan kasus, provinsi dengan CNR tinggi Maka penemuan kasus TB anak yang kontak
sebagian besar berada di provinsi DKI Jakarta dengan pasien TB dewasa perlu dilakukan
pada urutan kedua setelah Sulawesi Utara investigasi kontak dengan efektif dan efisien
(Kemenkes RI, 2015). agar mengurangi angka kejadian sakit TB,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh dengan cara melakukan skrining investigasi
Fitriani (2013), bahwa hasil uji chi-square kontak secara aktif.
diperoleh p value < 0,05 yang artinya ada Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa
hubungan antara riwayat kontak dengan penemuan kasus TB pada anak masih sangat
kejadian tuberkulosis paru. Sedangkan hasil sedikit kasus yang ditemukan mungkin saja
penelitian lain yang dilakukan oleh Susilowati hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
(2012) responden kontak serumah adalah faktor. Dari hasil studi pendahuluan yang
semua anggota keluarga pasien TB paru BTA dilakukan oleh peneliti didapatkan data 59
positif yang tinggal satu atap dengan pasien, kasus pasien TB dewasa yang berobat ke
dari 31 penderita TB BTA positif ditemukan puskesmas Kecamatan Sawah Besar sejak awal
ada 102 orang. Hasil penemuan kasus barunya bulan Januari hingga Mei 2018, sedangkan 49
6 orang terdeteksi TB paru positif, 3 kasus TB kasus pasien TB yang berobat ke puskesmas
anak, 3 kasus rontgen positif BTA negatif dan Kecamatan Menteng sejak awal bulan Januari
sehat 90 orang. Didapatkan dari hubungan hingga Mei 2018. Dua puskesmas tersebut
yang kontak serumah dengan riwayat tidur ditemukan bahwa masih sedikitnya jumlah
sekamar dengan kejadian TB paru, hasil uji kasus TB paru pada anak, dan masih banyak
statistiknya RP 3,839, 95% CI 1,390 < RP masyarakat yang kurang mengetahui tentang
<10,605, p value 0,020 dinyatakan bermakna. dampak bahaya yang ditimbulkan dari
RP 3,839 jadi secara epidemiologi responden penyakitnya apabila berhubungan kontak
kontak serumah dengan riwayat tidur sekamar dengan anak ataupun orang lain tanpa
bersama penderita memiliki resiko 3,839 kali menggunakan masker terutama bagi kesehatan
lebih besar tertular TB. anak.
Berbeda halnya dengan penelitian yang Dengan sedikitnya kasus penemuan TB
dilakukan oleh Halim dkk (2015), menyatakan pada anak dapat diakibatkan karena kurangnya
bahwa pada analisis multivariat diperoleh hasil, skrining investigasi kontak yang dilakukan
bahwa anak yang memiliki riwayat kontak oleh tim TB puskesmas dengan cara mendata
berisiko 8,72 kali menderita penyakit TB paru ke rumah warga khususnya yang menderita TB
dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat paru yang berhubungan kontak dengan
kontak. Tingkat penularan TB di lingkungan penderita TB paru dewasa. Berkaitan dengan
keluarga penderita cukup tinggi, dimana hal tersebut maka peneliti tertarik untuk
seorang penderita rata-rata dapat menularkan melakukan penelitian mengenai hubungan
kepada 2-3 orang di dalam rumahnya, kontak penderita tuberkulosis terhadap
sedangkan besar resiko terjadinya penularan kejadian tuberkulosis paru pada anak di
untuk rumah tangga dengan penderita lebih Puskesmas Kecamatan Sawah Besar dan
dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah Puskesmas Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

37
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

Penunjang (n=34)
METODE n %
Variabe l Kategori
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan rancangan Gejala Positif 2 5,9
klinis
penelitian cohort untuk mengkaji hubungan Negatif 32 94,1
antara faktor risiko dengan efek atau Positif 0 0,0
BTA Negatif 34 100
penyakit yang berhubungan dengan kejadian
tuberkulosis paru pada anak di Puskesmas Mantoux Positif 0 0,0
Negatif 34 100
serumah ataupun kontak erat dengan pasien
Positif 0 0,0
TB paru dewasa positif di Puskesmas Rontgen
Negatif 34 100
Kecamatan Sawah Besar dan Puskesmas
Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. Pada tabel 3. Hasil analisa dari kejadian
Populasi dalam penelitian ini adalah TB paru anak didapatkan mayoritas dengan
kategori negatif sebanyak 32 responden
semua pasien TB paru anak (uisa 1-14 tahun
(94,1%)
yang belum mendapatkan PP INH) yang
memiliki hubungan kontak. Pengambilan
sampel yang digunakan oleh peneliti adalah Tabel 3.
purposive sampling. Sampel penelitian ini Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian TB
Paru pada Anak (n=34)
adalah 34 responden. Namun, dari hasil Variabel Kategori n %
responden tersebut dibagi menjadi dua yaitu Kejadian Positif 2 5,9
17 responden Puskesmas Kecamatan Sawah TB pada
Negatif 32 94,1
Besar dan 17 responden berikutnya anak
Puskesmas Kecamatan Menteng Jakarta
Pada tabel 4. Hasil analisis antara
Pusat.
hubungan kontak dengan kejadian tuberkulosis
paru pada anak, diperoleh bahwa responden
HASIL DAN PEMBAHASAN yang memiliki hubungan kontak serumah
HASIL dengan penderita tuberkulosis dengan jumlah
Pada tabel 1. hasil analisa didapatkan kejadian TB paru anak dengan hasil positif
mayoritas responden yang tinggal serumah yaitu 2 responden (5,9%). Hasil uji statistik
dengan pasien TB paru dewasa positif diperoleh nilai P value = 0,389 maka dapat
sebanyak 25 responden (73,5%). disimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara hubungan kontak penderita
Tabel 1. tuberkulosis terhadap kejadian tuberkulosis
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan paru pada anak.
Kontak Penderita Tuberkulosis (n=34)
Tabel 4.
Karakteristik Kategori n=34 % Hubungan Kontak Penderita Tuberkulosis
Kontak Ya 25 73,5 Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru pada
Serumah Tidak 9 26,5 Anak
Ya 9 26,5 Kejadian TB Paru
Kontak Erat Tidak 25 73,5 Hubungan
Anak Nilai P
Kontak
Positif Negatif
Pada tabel 2. Hasil analisa dari Kontak 9
2 (5,9%)
Serumah (0,0%)
pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa 0,389
Kontak Erat 32
sebagian besar adalah hasil pemeriksaan BTA, 0 (0,0%)
(94,1%)
mantoux, serta rontgen dengan kategori negatif
sebanyak 34 responden (100,0%).
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemeriksaan

38
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

PEMBAHASAN Namun demikian, karena kesulitan


Hasil analisa didapatkan mayoritas pengambilan sputum pada anak dan sifat
responden yang tinggal serumah dengan pasien pausibasiler pada anak, pemeriksaan
TB paru dewasa positif sebanyak 25 responden bakteriologis selama ini tidak dilakukan secara
(73,5%). Sesuai dengan hasil penelitian Butiop, rutin pada anak yang dicurigai sakit TB.
dkk (2015), yang menyatakan bahwa Pemeriksaan bakteriologis pada anak
responden yang memiliki faktor kontak merupakan pemeriksaan yang seharusnya
serumah positif sebesar 15 responden (28,1%). dilakukan.
Artinya probabilitas untuk terjadinya Uji tuberkulin bermanfaat membantu
tuberkulosis paru pada faktor kontak serumah menegakkan diagnosis TB pada anak,
positif sekitar 3,8 kali lebih tinggi khususnya jika riwayat kontak dengan pasien
dibandingkan dengan faktor kontak serumah TB tidak jelas, hasil negatif uji tuberkulin
negatif. Apabila kontak erat (yang dimaksud belum tentu menyingkirkan diagnosis TB.
dengan kontak erat adalah anak yang tinggal Sedangkan untuk pemeriksaan rontgen/foto
serumah atau sering bertemu dengan pasien TB toraks pada anak, gambaran foto toraks pada
menular) dengan penderita TB paru yang TB tidak khas kecuali gambaran TB milier
terinfeksius, anak lebih berisiko untuk (Dirjen P2P, 2016). Hal tersebut sesuai dengan
terinfeksi, dan setelah terinfeksi, anak berisiko yang dialami peneliti selama berada di
tinggi untuk menjadi sakit TB (Dirjen P2P, lapangan/komunitas bahwa tidak tersedianya
2016). Hal tersebut sesuai dengan yang dialami alat pemeriksaan penunjang tersebut sehingga
oleh peneliti selama berada di harus dilakukan di luar dari puskesmas dan
lapangan/komunitas bahwa sakit TB (Dirjen membutuhkan surat rujukan, serta sangat sulit
P2P, 2016). Hal tersebut sesuai dengan yang untuk mendapatkan izin dari orangtua anak
dialami oleh peneliti selama berada di tersebut. Peneliti mengalami kesulitan dalam
lapangan/komunitas bahwa terdapatnya lebih menjalankan beberapa pemeriksaan penunjang.
dari satu anak usia 1-14 tahun yang tinggal Namun terdapat 9 kasus dari 34 kasus yang
serumah dengan pasien TB paru dewasa dilakukan pemeriksaan sputum menggunakan
positif. alat mikroskopik/basil tahan asam dan
Hasil analisa dari pemeriksaan penunjang didapatkan hasilnya negatif. Hal tersebut
didapatkan bahwa sebagian besar adalah hasil mungkin terjadi karena kurang sensitivitasnya
pemeriksaan BTA, mantoux, serta rontgen alat untuk membaca hasil dari kuman
dengan kategori negatif sebanyak 34 responden mycobacterium TB yang berukuran sangat
(100,0%). Sesuai dengan hasil penelitian kecil.
Jasaputra dkk (2007), yang menyatakan bahwa Hasil analisa dari kejadian TB paru anak
deteksi mycobacterium secara mikroskopik didapatkan mayoritas dengan kategori negatif
(Ziehl Neelsen) menunjukkan hasil yang sebanyak 32 responden (94,1%). Hal ini tidak
negatif pada semua penderita, sedangkan dari sesuai dengan hasil penelitian Halim dkk
hasil PCR menunjukkan hasil 9 positif dan 2 (2015), yang menyatakan bahwa kemungkinan
negatif. Dari hasil penelitian tampak bahwa seorang anak terinfeksi 2,25 kali lebih besar
deteksi kuman mycobacterium tuberkulosis pada sumber kasus BTA positif. Masa inkubasi
dari cairan efusi pleura dengan menggunakan TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya
teknik PCR lebih sensitif bila dibandingkan berlangsung selama 4-8 minggu. Selama masa
dengan pemeriksaan Ziehl Neelsen secara inkubasi tersebut, kuman berkembang biak
mikroskopik sehingga dapat memberikan hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah
diagnosis tuberkulosis yang lebih akurat. yang cukup untuk merangsang respon imunitas
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan selular (Dirjen P2P, 2016). Hal tersebut sesuai
rontgen tidak sesuai dengan hasil penelitian dengan yang dialami oleh peneliti selama
Susilowati (2012), menyatakan bahwa hasil berada di lapangan/komunitas bahwa untuk
penemuan kasus barunya 6 orang terdeteksi TB menegakkan anamnesa tuberkulosis pada anak
paru positif, 3 kasus rontgen positif BTA memerlukan lebih dari satu pemeriksaan
negatif. Pemeriksaan bakteriologis adalah penunjang dan membutuhkan waktu yang
pemeriksaan yang penting untuk menentukan cukup lama untuk mengobservasi keadaan anak
diagnosis TB, baik pada anak maupun dewasa. kurang lebih 2 bulan, hal tersebut

39
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

dimungkinkan diperlukannya waktu sejak KESIMPULAN


masuknya kuman hingga timbulnya gejala Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada
penyakit. hubungan yang signifikan antara kontak
Hasil analisis antara hubungan kontak penderita tuberkulosis terhadap kejadian TB
dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak, paru pada anak. Namun secara indikator
diperoleh bahwa responden yang memiliki nasional penanggulangan TBC berdasarkan
hubungan kontak serumah dengan penderita angka penjaringan suspek sudah ditemukan
tuberkulosis dengan jumlah kejadian TB paru adanya hubungan antara kontak penderita
anak dengan hasil positif yaitu 2 responden tuberkulosis dengan kejadian tuberkulosis paru
(5,9%).Hasil uji statistik diperoleh nilai P value pada anak, yang dimana nilai tersebut tidak
= 0,389 maka dapat disimpulkan tidak ada dapat melebihi dari nilai 3- 5%.
hubungan yang signifikan antara hubungan
kontak penderita tuberkulosis terhadap SARAN
kejadian tuberkulosis paru pada anak. Pengembang Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan
Hal ini tidak sesuai dengan hasil mutu pelayanan kesehatan dalam hal
penelitian Fitriani (2013), menyatakan bahwa memberikan perawatan di masyarakat dan
tingkat penularan TB di lingkungan keluarga menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
penderita cukup tinggi, dimana seorang kematian anak akibat TB paru pada anak
penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2- setelah dilakukannya skrining investigasi
3 orang di dalam rumahnya, sedangkan besar kontak terhadap kejadian TB paru pada anak.
resiko terjadinya penularan untuk rumah Selain itu juga penelitian ini dapat
tangga dengan penderita lebih dari satu orang mempertahankan dan mengoptimalkan kinerja
adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesahatan
hanya satu orang penderita TB. Hal tersebut terutama dalam bidang laboratorium.
terjadi karena adanya penderita tuberkulosis di
rumah dan sekitarnya meningkatkan frekuensi Bagi Masyarakat
dan durasi kontak dengan kuman tuberkulosis Dapat memberikan informasi kepada
yang merupakan faktor penting patogenesis masyarakat untuk mengetahui tanda klinis
tuberkulosis. kejadian TB paru pada anak dan penemuan
Menurut Mtombeni, et al dalam Al Asyary kasus baru tuberkulosis paru pada anak yang
(2015), menyatakan bahwa orang dewasa terpajan dengan kasus TB paru positif.
serumah yang memiliki TB paru BTA positif
rentan menularkan ke anak terlebih apabila Bagi Penelitian Selanjutnya
kontak terjadi secara intensif. Dalam usaha Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain
pencegahan secara global, kemopropilaksis yang akan melakukan penelitian tentang
dilakukan pada anak yang memiliki riwayat TB skrining investigasi kontak terhadap kejadian
dalam keluarga untuk mencegah dari bahaya TB paru pada anak dan sebagai bahan untuk
infeksi TB, terlebih pada anak yang telah melanjutkan penelitian dengan variabel yang
terinfeksi agar tidak berkembang menjadi sakit berbeda
TB paru (Marais and Pai, 2007 dalam Al
Asyary, 2015).
Meskipun kejadian tuberkulosis paru pada DAFTAR PUSTAKA
anak yang memiliki hubungan kontak serumah Axton, S & Terry, F. (2013). Rencana Asuhan
didapatkan nilai 2 (5,9%), namun secara Keperawatan Pediatrik edisi3. Alih
indikator nasional penanggulangan TBC Bahasa Fruriolina Ariani, Anastasia Onny
berdasarkan angka penjaringan suspek sudah Tampubolon. Jakarta: EGC
ditemukan adanya hubungan antara kontak Al Asyary, U. (2015). Disertasi: Tuberkulosis
penderita tuberkulosis dengan kejadian Paru Anak (0-14 tahun) Akibat Kontak
tuberkulosis paru pada anak, yang dimana Serumah Penderita Tuberkulosis Paru
nilai tersebut tidak dapat melebihi dari nilai 3- Dewasa di Daerah Istimewa
5%. Yogyakarta. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi

40
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Un Keperawatan Pediatri, Edisi 2,


iversitas Indonesia. Vol 3. Alih Bahasa Dwi Widiarti
Butiop, H. M. L., Kandou., G.D, & & Wuri Praptiani. Jakarta: EGC.
Palanddeng, H.M.F. (2015). Hubungan Nevita, N., Sutomo, R., & Triasih, R.
Kontak Serumah, Luas Ventilasi, dan (2014). Faktor Risiko Kejadian
Suhu Ruangan dengan Kejadian Sakit Tuberkulosis pada Anak yang
Tuberkulosis Paru di Desa Wori, Vol III Kontak Serumah dengan Penderita
Nomor 4a. Manado: Jurnal Ilmu Tuberkulosis Dewasa Vol 16, No.1.
Kedokteran Komunitas Fakultas Yogyakarta: Universitas Gajah
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Di Mada. Di akses dari
akses dari https://saripediatri.org/index.php/s
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JK ari-pediatri/article/view/169.
KT/article/view/11265. Noviyani, E., Fatimah, S., Nurhidayah, I.,
Fitriani, E. (2013). Faktor Resiko yang & Adistie, F. (2015). Upaya
Berhubungan dengan Kejadian Pencegahan Penularan TB dari
Tuberkulosis paru. Dipublikasikan Januari Dewasa terhadap Anak, Vol 3
2013, Di akses dari Nomor 2. Bandung: Jurnal
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/uj Keperawatan Padjajaran Fakultas
ph. Keperawatan Universitas
Halim., Naning, R., & Satrio, D.B. (2015). Padjadjaran. Di Akses dari
Faktor Risiko Kejadian TB Paru Pada jkp.fkep.unpad.ac.id.
Anak Usia 1-5 Tahun di Kabupaten Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan
Kebumen Vol 17, Nomor 2, Hal 26 - Penelitian dan Pengembangan
39. Jambi: Jurnal Penelitian Universitas Kesehatan. Dari www.depkes.go.id.
Jambi: Seri Sains. Di akses dari Susilowati, T. (2012). Faktor-Faktor yang
http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/s Berpengaruh Terhadap Kejadian
ains/art icle/view/2577. Tuberculosis di Kecamatan
Jasaputra, D. K., dkk. (2007). Deteksi Kaliangkrik Magelang (Studi
Mycobacterium Tuberculosis dengan tentang Kontak Langsung dengan
Teknik PCR pada Cairan Efusi Pleura Pasien BTA Positif Tuberkulosis).
Penderita Tuberkulosis Paru Volume 7 Dari journal.akbid.purworejo.ac.id.
Nomor 1. Bandung: Fakultas Kedokteran, TB Indonesia. (2017). Strategi Penemuan
Universitas Kristen Maranatha. Di akses Kasus 100417.Di akses dari
dari https://www.researchgate.net/publica www.tbindonesia.or.id.
tion/305986933.
Katadata. (2017). Negara Mana Penderita
TBC Terbanyak?. Diupload Rabu, 22
Maret 2017. Di akses dari
http://databoks.katadata.co.id/datapu
blish/2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2015). Info Datin: Tuberkulosis
Temukan Obati Sampai Sembuh.
Kholifah, Nurul, S.,& Indreswari, S.A. (2015).
Faktor Terjadinya Tuberkulosis Paru
pada Anak Berdasarkan Riwayat Kontak
Serumah Vol 14, Nomor 2. Semarang:
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.
Di akses dari
https://publikasi.dinus.ac.id/index.ph
p/visikes/article/view/1203.
Kyle, T. & Susan, C. (2014). Buku Ajar

41

Anda mungkin juga menyukai