Anda di halaman 1dari 6

1

HUBUNGAN UMUR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN


TUBERKOLOSIS PADA ANAK UMUR 5-17 TAHUN
DI RSUD HUSADA PRIMA SURABAYA
RELATIONSHIP AGE AND RISK FACTORS TUBERCOLOSIS
IN CHILDREN AGED 5-17 YEARS AT HUSADA PRIMA SURABAYA
HOSPITAL

Rima Juniarti1) Prihatini 2)

Program Studi Pendidikan Dokter.


Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia anak dengan factor risiko
terhadap prevalensi tuberculosis pada anak usia lanjur 5-17 tahun di RSUD Husada prima Surabaya,
untuk mengetahui karakteristik usia anak penderita TB di RSUD Husada Prima Surabaya, untuk
mengetahui faktor risiko kejadian tuberkulosis pada anak di RSUD Husada Prima Surabaya.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional menggunakan desain penelitian “Cross
Sectional”. Populasi pada penelitian ini adalah pasien tuberculosis yang berusia 5-17 tahun di RSUD
Husada Prima Surabaya sebanyak 53 pasien, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi.
Analisis data menggunakan analisis Univariat dan Analisis Bivariat. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa factor umum merupakan factor risiko kejadian tuberculosis pada anak usia 5-17
tahun di RSUD Husada Prima Surabaya, Faktor perilaku kebiasaan merokok anggota keluarga tidak
menjadi faktor risiko kejadian tuberculosis pada anak usia 5-17 tahun di RSUD Husada Prima
Surabaya. Faktor riwayat kontak merupakan faktor risiko kejadian tuberculosis pada anak usia 5-17
tahun di RSUD Husada Prima Surabaya.
Kata Kunci : Umur, Tuberkulosis

Abstract
This study aims to determine the relationship between children's age and risk factors for the
prevalence of tuberculosis in children aged 5-17 years at Husada Prima Hospital Surabaya, to
determine the age characteristics of children with TB at Husada Prima Hospital Surabaya, to
determine risk factors for the incidence of tuberculosis in children in Surabaya. Husada Prima
Hospital, Surabaya. This research is an analytic-observational study using a “Cross Sectional”
research design. The population in this study were tuberculosis patients aged 5-17 years at Husada
Prima Hospital Surabaya as many as 53 patients, the sample criteria included inclusion and
exclusion criteria. Data analysis used Univariate analysis and Bivariate analysis. The results of this
study can be concluded that the general factor is a risk factor for the incidence of tuberculosis in
children aged 5-17 years at Husada Prima Hospital Surabaya, the smoking behavior factor of family
members is not a risk factor for the incidence of tuberculosis in children aged 5-17 years at Husada
Prima Hospital Surabaya. . The contact history factor is a risk factor for the incidence of
tuberculosis in children aged 5-17 years at Husada Prima Hospital Surabaya.
Keywords: Age, Tuberculosis
PENDAHULUAN dan mengobati penderita sampai sembuh (Depkes RI,
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular 2016). Risiko untuk mendapatkan infeksi
yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Mycobacterium Tuberculosis bergantung pada
Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui lingkungan, yaitu kontak erat dengan penderita
droplet yang dikeluarkan oleh penderita TB lainnya tuberkulosis dengan BTA positif, sedangkan risiko
misalnya saat batuk atau bersin. TB terbagi atas TB paru untuk sakit tergantung pada pertahanan tubuh tetapi
dan ekstra paru namun lebih banyak menginfeksi organ pada anak balita sangat mudah untuk tertular penyakit
paru. Tuberkulosis bisa diderita oleh semua kalangan Tuberkulosis karena dari sistem imunitas yang masih
umur termasuk anak-anak. TB pada anak biasanya rendah dan belum stabil (Tarmika dkk, 2017). Pada anak
ditularkan oleh penderita TB dewasa dan dipengaruhi tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita BTA
oleh imunitas tubuh anak. Pada tahun 2012 diperkirakan positif berisiko besar untuk terinfeksi penyakit
proporsi kasus Tuberkulosis anak diantaranya seluruh tuberkulosis.
kasus Tuberkulosis secara global mencapai 6% atau Salah satu upaya mencegah sang anak terhindar
530.000 pasien Tuberkulosis anak pertahun, atau sekitar dari penyakit TB Paru adalah dengan memberikan
8% dari total kematian yang disebabkan Tuberkulosis imunisasi BCG tepat waktu yaitu sebelum anak berusia
(Depkes RI, 2016). 3 bulan. Jika diberikan setelah usia 3 bulan, maka
Pada tahun 2018, TB merupakan penyebab disarankan untuk melakukan tes tuberkulin (mantoux)
kematian utama dari satu agen infeksi serta termasuk terlebih dahulu untuk mengetahui apakah anak sudah
salah satu dari 10 besar penyebab kematian diseluruh membawa kuman Mycrobacterium tuberculosis dalam
dunia. Sekitar seperempat dari populasi dunia terinfeksi tubuhnya. Imunisasi diberikan apabila tes menunjukkan
Mycobacterium Tuberculosis sehingga berisiko untuk hasil negatif (IDAI, 2008: 98). Hasil beberapa penelitian
sakit TB dan menularkannya. Secara global pada tahun yang berhubungan dengan faktor risiko kejadian TB
2018, diperkirakan terdapat 10 juta kasus tuberkulosis Paru di Indonesia maupun di negara lain menunjukkan
atau sekitar 132 kasus/100.000penduduk. (1) Terjadi bahwa kejadian TB Paru anak dipengaruhi oleh faktor-
peningkatan jumlah kasus baru TB dari 6,4 juta kasus faktor yang berhubungan dengan faktor anak, faktor
pada tahun 2017 menjadi 6,9 juta kasus pada tahun orang tua, faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan dan
2018. adanya kontak dengan penderita TB dewasa (Ajis dkk,
Secara geografis, sebagian besar kasus TB pada 2009; Karim et al, 2012; Kuswantoro, 2002; Haq et al,
tahun 2018 didominasi wilayah Asia Tenggara yaitu 2010).
44% lalu diikuti oleh Afrika sebesar 24% dan Pasifik Menurut Teori untuk mendapatkan Infeksi
Barat 18% sementara persentase lebih kecil terdapat di Mycobacterium tubercolusis bergantung kepada
Mediterania Timur, Amerika dan Eropa. Dari 10 juta lingkungan, yakni kontak erat dengan penderita
pasien TB, 1 jutanya merupakan kelompok umur anak- Tuberkulosis dengan BTA positif. Sedangkan risiko
anak (0-14 tahun) dan sekitar 52 % berusia 5 tahun. untuk sakit tergantung pada pertahanan tubuh; salah
Anak berusaia 5 tahun berisiko lebih besar untuk satunya adalah imunisasi Baccilus Calmette et Guerrin
berkembangnya penyakit TB yang lebih parah. Dari 1,6 (BCG) yang masih dipertanyakan, umur, nutrisi,
juta kematian akibat TB tahun 2017, 233.000 kematian virulensi kuman, dosis infeksi, penyakit lain, dan
terjadi pada kelompok umur anak-anak dengan genetik. Pada anak tinggal serumah atau kontak erat
persentase 80%. dengan penderita Tuberkulosis positif berisiko besar
Indonesia berpeluang mencapai penurunan untuk terinfeksi penyakit Tuberkulosis. Infeksi pada
angka kesakitan dan kematian akibat Tuberkulosis anak dapat berlanjut menjadi penyakit Tuberkulosis,
menjadi setengahnya di tahun 2015 jika dibandingkan sebagian menjadi penyakit yang serius, yang dapat
dengan data tahun 1990. Angka prevalensi Tuberkulosis menimbulkan kecacatan, dan kematian. (Herawati dkk,
yang pada tahun 1990 sebesar 443 per 100.000 2005).
penduduk, pada tahun 2015 ditargetkan menjadi 280 per Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan
100.000 penduduk. Berdasarkan hasil survey prevalensi pada hari rabu, tanggal 11 Juni 2017 di RSUD Husada
Tuberkulosis tahun 2013, prevalensi Tuberkulosis Paru Prima Surabaya, ditemukan 7 orang penderita TB Paru.
BTA positif per 100.000 penduduk umur 15 tahun ke Tn. J 13 tahun dengan TB putus obat (DO) keluhan
atas sebesar 257 sedangkan umur 15 tahun ke bawah batuk, dahak sulit dikeluarkan, pasien tampak lemah,
sebesar 108 (Depkes RI, 2016). Angka notifikasi pucat akral dingin dan terkadang sesak nafas frekuensi
menggambarkan cakupan penemuan kasus nafas 32x/menit, pasien menghabiskan makan 5-6
Tuberkulosis. Secara umum angka notifikasi kasus BTA sendok. Tn. S 16 tahun dengan TB DO keluhan batuk,
positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di sesak nafas frekuensi nafas 28x/menit dan mual, pasien
Indonesia mengalami peningkatan. Angka notifikasi menghabiskan makan 3-4 sendok. Tn. B 12 tahun
kasus (Case 2 Notification Rate/CNR) pada tahun 2015 dengan TB MDR keluhan batuk, sesak nafas frekuensi
untuk semua kasus sebesar 117 per 100.000 penduduk nafas 34x/i, dahak yang sulit dikeluarkan. Tn. S 16 tahun
(Depkes RI, 2016). dengan TB DO keluhan sesak nafas frekuensi nafas
Penyakit Tuberkulosis Paru sebenarnya dapat 28x/menit, batuk, nyeri, pasien menghabiskan makan 3-
dicegah, oleh karena itu prinsip pemberantasan 5 porsi. Tn. N 17 tahun dengan TB DO keluhan batuk,
tuberkulosis terdiri dari : menemukan penderita yang nyeri, sesak nafas frekuensi nafas 29x/menit, badan
BTA positif sebanyak mungkin karena hanya penderita terasa lemah, sulit tidur, dan mual. Tn. K 11 tahun
yang positif saja yang dapat menularkan penyakitnya dengan TB MDR keluhan batuk, dahak yang sulit
dikeluarkan, sesak nafas frekuensi nafas 32x/menit,
3

mual dan muntah. Tn. H 14 tahun dengan TB DO METODE


keluhan nyeri pada dada, sesak nafas frekuensi nafas Jenis dan rancangan penelitian merupakan
27x/menit, pucat, akral dingin, batuk. rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis
Hasil observasi didapatkan keluhan pasien data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta
banyak mengalami sesak nafas dan dahak (secret) yang serasi dengan tujuan penelitian itu (Nasution, 2009).
sulit dikeluarkan, nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu Penelitian ini merupakan penelitian analitik-
makan menurun.Diagnosa keperawatan yang muncul observasional menggunakan desain penelitian “Cross
adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Sectional”. Desain penelitian cross sectional yaitu suatu
perubahan membran alveolar-kapiler, ketidakefektifan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi faktor-
bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu
bertahan/sisa sekresi, ketidakefektifan pola nafas saat (point time approach), artinya tiap subyek
berhubungan dengan hiperventilasi, ketidakseimbangan penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek
dengan ketidakmampuan mencerna makanan. pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012). Tujuan
Berdasarkan uraian diatas angka kejadian dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan umur
Tuberkulosis Paru pada anak masih tinggi, untuk itu dan faktor risiko kejadian tuberculosis pada anak umur
penulis terdorong untuk membuat suatu penelitian yang 5-17 tahun.
berjudul “Hubungan Umur dan Faktor Resiko
Kejadian Tuberkolosis Pada Anak Umur 5-17
Tahun di RSUD Husada Prima Surabaya“

Gambar 1. Kerangka Konseptual


Populasi pada penelitian ini adalah pasien memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
tuberculosis yang berusia 5-17 tahun di RSUD Husada Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
Prima Surabaya sebanyak 53 pasien, dianggap homogeny. Teknik analisis data menggunakan
analisis univariat dan bivariat.
HASIL A. Analisis Univariat
Penelitian akan dilakukan di SMK Negeri 2 1. Distribusi frekuensi jenis kelamin
Waingapu Nusa Tenggara Timur pada bulan Juni 2022. Hasil uji karakteristik responden berdasarkan jenis
adalah Siswa Kelas 1 SMK Negeri 2 Waingapu Nusa kelamin ditunjukkan pada tabel berikut
Tenggara Timur yang berjumlah 74 siswa, Kemudian
Tabel V.1 Distribusi Frekuensi Responden penderita
dilakukan uji statistic Chi square untuk Analisa
TB pada anak Berdasarkan jenis kelamin di RSUD
datanya, Dalam penelitian ini, kriteria sampel meliputi
Husada Prima Surabaya
kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria itu
menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut Jenis kelamin Frekuensi Presentase
digunakan. Dalam hal ini melihat pola yang digunakan Laki-laki 34 72,3
menjadi penderita tuberkulosis usia 5-17 tahun di RSUD Perempuan 13 27,7
Husada Prima Surabaya Sampel yang akan diambil Jumlah 47 100
menggunakan probability sampling dengan teknik Sumber: Data yang diolah, 2022
simple random sampling. Probability sampling adalah Berdasarkan tabel 5.1 hasil pengumpulan data
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sekunder pada 47 responden yang memenuhi kriteria
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk inklusi maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
dipilih menjadi anggota sampel. Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini adalah responden
menggunakan teknik simple random sampling berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 72,3% (34
merupakan suatu cara pengambilan anggota sampel dari responden).
populasi yang dilakukan secara acak tanpa 2. Distribusi frekuensi Usia
4

Hasil uji karakteristik responden berdasarkan usia tidak memiliki kebiasaan merokok pada anggota
ditunjukkan pada tabel berikut keluarga sebanyak 26 responden atau 55,3%
Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Responden 3. Riwayat Kontak
penderita TB pada anak Berdasarkan usia di Hasil uji karakteristik responden berdasarkan
RSUD Husada Prima Surabaya Riwayat kontak ditunjukkan pada tabel berikut
Usia Frekuensi Presentase Tabel V.5 Distribusi Frekuensi Responden
5- 8 tahun 12 25,5 Berdasarkan Riwayat kontak penyakit TB anak
9 - 12 tahun 14 29,8 RSUD Husada Prima Surabaya
13 - 17 tahun 21 44,7
Jumlah 47 100 Riwayat Frekuensi Presentase
Sumber: Data yang diolah, 2022 kontak
Berdasarkan tabel 5.2 hasil pengumpulan data Ada 33 70,2
sekunder pada 47 responden yang memenuhi kriteria Tidak 14 29,8
inklusi maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Jumlah 47 100
responden dalam penelitian ini adalah responden berusia Sumber: Data yang diolah, 2022
13-17 tahun yaitu sebanyak 44,7% (21 responden) Berdasarkan tabel 5.5 hasil pengumpulan data
B. Data Khusus sekunder pada 47 responden yang memenuhi kriteria
1. Tuberkulosis inklusi, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
Hasil uji karakteristik responden berdasarkan responden dalam penelitian ini adalah responden
Tuberkulosis ditunjukkan pada tabel berikut memiliki Riwayat kontak dengan penderita TB yaitu
Tabel V.3. Distribusi Frekuensi Responden sebanyak 33 responden atau 70,2%
Berdasarkan penyakit TB anak di RSUD Husada .
Prima Surabaya B. Analisis Bivariat
Tuberkulosis Frekuensi Presentase 1. Faktor risiko kejadian tuberculosis pada anak
Tuberkulosis Paru 20 42,6 usia 5-17 tahun di RSUD Husada Prima
Tuberkulosis Ekstra Surabaya
paru 27 57,4 Hasil uji karakteristik responden berdasarkan
Jumlah 47 100 hubungan umur dengan kejadian tuberculosis pada anak
usia 5-17 tahun di RSUD Husada Prima Surabaya
Sumber: Data yang diolah, 2022
ditunjukkan pada tabel berikut
Berdasarkan tabel 5.3 hasil pengumpulan data
sekunder pada 47 responden yang memenuhi kriteria Tabel V.6. Analisis bivariat faktor risiko
inklusi, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kejadian tuberculosis pada anak usia 5-17 tahun di
responden dalam penelitian ini adalah responden yang RSUD Husada Prima Surabaya
memiliki gejala TB ekstra paru yaitu sebanyak 27
responden atau 57,4%
2. Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
Hasil uji karakteristik responden berdasarkan
Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga ditunjukkan
pada tabel berikut
Tabel V.4 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan kebiasaan merokok anggota keluarga
penyakit TB anak RSUD Husada Prima Surabaya
Kebiasaan Frekuensi Presentase
Merokok Sumber: Data yang diolah, 2022
Anggota Berdasarkan tabel 5.6, maka dapat disimpulkan
Keluarga bahwa faktor umur memiliki pengaruh atau hubungan
Ya 21 44,7 dengan kejadian tb pada anak, ditunjukkan dengan p
Tidak 26 55,3 value 0,037 (<0,05), kemudian pada kebiasaan merokok
Jumlah 47 100 anggota keluarga tidak memiliki pengaruh atau
Sumber: Data yang diolah, 2022 hubungan dengan kejadian tb, ditunjukkan dengan p
Berdasarkan tabel 5.4 hasil pengumpulan data value 0,091 (>0,05), dan yang terakhir faktor riwayat
sekunder pada 47 responden yang memenuhi kriteria kontak memiliki pengaruh atau hubungan dengan
inklusi, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kejadian tb pada anak, ditunjukkan dengan p value 0,009
responden dalam penelitian ini adalah responden yang (<0,05).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
PEMBAHASAN bahwa faktor umur memiliki pengaruh atau hubungan
A. Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian dengan kejadian tb pada anak, ditunjukkan dengan p
tuberculosis pada anak usia 5-17 tahun di value 0,037 (<0,05)
RSUD Husada Prima Surabaya. Menurut Harjaningrum (2004) mengatakan
bahwa anak yang berusia 5-17 tahun merupakan anak
5

yang rawan terkena Tuberkulosis, apabila terkena dijelaskan oleh lamanya paparan serta virulensi M.tbc
Tuberkulosis mereka akan mendapatkan penyakit yang dari individu dengan TB
berat seperti meningitis, milier atau penyakit paru yang Penelitian yang dilakukan oleh Amran (2016)
sangat berat. adanya hubungan antara riwayat kontak serumah
B. Faktor perilaku merokok merupakan faktor dengan penderita TBC dengan resiko 5,84 kali. Resiko
risiko kejadian tuberculosis pada anak usia 5- bagi mereka yang mempunyai riwayat kontak dengan
17 tahun di RSUD Husada Prima Surabaya. penderita TBC dan akan semakin tinggi angka kejadian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan TBC pada anak (Lienhardt, 2013) dan penelitian yang
bahwa kebiasaan merokok anggota keluarga tidak dilakukan oleh Fitriani (2014) diperoleh bahwa adanya
memiliki pengaruh atau hubungan dengan kejadian tb, hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian
ditunjukkan dengan p value 0,091 (>0,05) Tuberkulosis Paru.
Hasil analisis terhadap variabel status merokok
anggota keluarga menunjukkan tidak ada hubungan Kesimpulan Dan Saran
dengan kejadian TB paru pada anak, ditunjukkan
dengan p value sebesar 0,091. Berdasarkan hasil
A. Kesimpulan
penelitian, dari 47 responden yang memiliki keluarga Dari hasil penelitian yang telah dicapai, maka
dengan kebiasaan merokok, terdapat 21 responden yang penulis menarik kesimpulan yaitu antara lain :
memiliki keluarga dengan kebiasaan merokok di dekat 1. Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian
anak-anak, sementara 26 responden lainnya memiliki tuberculosis pada anak usia 5-17 tahun di RSUD
keluarga yang tidak merokok di dekat anak-anak. Hal ini Husada Prima Surabaya.
diduga bahwa anggota keluarga yang merokok lebih 2. Faktor perilaku kebiasaan merokok anggota
sering melakukannya diluar rumah ataupun saat malam keluarga tidak menjadi faktor risiko kejadian
hari, ketika anak-anak sudah tidur. tuberculosis pada anak usia 5-17 tahun di RSUD
Husada Prima Surabaya.
3. Faktor riwayat kontak merupakan faktor risiko
C. Faktor riwayat kontak merupakan faktor
kejadian tuberculosis pada anak usia 5-17 tahun di
risiko kejadian tuberculosis pada anak usia 5-
17 tahun di RSUD Husada Prima Surabaya. RSUD Husada Prima Surabaya
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan B. Saran
bahwa, faktor riwayat kontak memiliki pengaruh atau Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan
hubungan dengan kejadian tb pada anak, ditunjukkan maka, penulis memberikan beberapa saran yang bisa
dengan p value 0,009 (<0,05) dijadikan pertimbangan antara lain :
Hasil analisis untuk variabel riwayat kontak 1. Bagi responden
menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian TB Diharapkan bagi pasien tuberkulosis untuk tetap
paru pada anak, hal ini ditunjukkan dengan p value meminimalkan hal-hal yang dapat memperburuk
sebesar 0,009 dan nilai OR = 3,160, artinya responden penyakitnya, rutin dan patuh dalam pengobatan,
yang memiliki riwayat kontak dengan penderita TB paru lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan terus
memiliki risiko 3,1 kali lebih besar untuk terinfeksi TB berpikir posistif tentang penyakitnya dapat
paru dibandingkan dengan responden yang tidak sembuh.
memiliki riwayat kontak dengan pasien TB paru Hal itu 2. Bagi Pelayanan Kesehatan
bisa saja terjadi karena sumber penularan yang paling Dari hasil penelitian, diharapkan petugas pengelola
erat untuk anak-anak adalah orangtuanya, orang yang tuberkulosis lebih lagi untuk melakukan
tinggal serumah, serta orang yang sering berkunjung pemeriksaan dahak terhadap masyarakat yang
atau berinteraksi langsung. Anak-anak yang berasal dari bertempat tinggal dekat dengan pasien
keluarga dengan BTA sputum positif memiliki risiko tuberkulosis, memberikan informasi terkait dengan
tinggi terkena infeksi TB (Nurwitasari, 2015). penyakit dan memberikan lembar leaflet tentang
Setiap kasus tuberkulosis pada anak penyakit tuberkulosis untuk dibawah pulang oleh
disebabkan kontak dengan orang yang terinfeksi. Faktor pasien maupun keluarga.
lain adalah jumlah orang serumah, lamanya tinggal 3. Bagi Keluarga
serumah, dan satu kamar dengan penderita TB.. Keluarga harus lebih lagi berperan dalam
Penelitian ini menunjukkan kejadian sakit TB pada anak memberikan dukungan serta dorongan kepada
yang memiliki kontak dekat dengan TB dewasa dengan pasien sehinngga pasien merasa bahwa ada yang
BTA positif. Pada penelitian Singh dkk (2015) mencintai dan mendukungnya, dan pasien dapat
menyatakan bahwa dari 95 anak yang memiliki kontak melakukan pengobatan secara rutin dan patuh
dekat dengan pasien TB dewasa dengan BTA positif, 65 sampai dengan proses penyembuhan.
anak terinfeksi TB. Hasil penelitian Abassi dkk (2010) 4. Bagi peneliti selanjutnya
menunjukkan bahwa 80% dari populasi penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan peneliti
memiliki riwayat kontak dekat dengan kasus TB. selanjutnya agar dapat menghubungkan faktor lain
Penelitian Nguyen (2009) menemukan bahwa kontak yang dapat mempengaruhi sikap dan dukungan
dengan seorang TB dewasa dengan BTA (+) merupakan keluarga terhadap kepatuhan pasien dalam minum
faktor risiko untuk infeksi TB. Perbedaan ini dapat obat anti tuberkulosis. Selain itu peneliti
selanjutnya dapat meneliti dengan jumlah
responden yang lebih besar.
6

DAFTAR RUJUKAN

Depkes RI. (2011). Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkolosis . Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Ajis E, Nenny SM, Pramono D, 2009, Hubungan Antara
Faktor-Faktor Eksternal dengan Kejadian
Penyakit Tuberkulosis pada Balita, Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 3, Hal.
109-116.
Herawati MH, Rohayoe NN, Tarigan LH, Adisasmita
AC, 2005, Kejadian Tuberkulosis Pada Anak
Setelah Imunisasi Bacillus Calmette Et Guerrin
di 5 Wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara
Jakarta Timur Tahun 2000 – 2002, Buletin
Penelitian Kesehatan, Vol. 3, No. 1, hal. 32-40.
Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah).
Jakarta: Bumi Aksara.
Nurwitasari, A(2015). Pengaruh Status Gizi Dan
Riwayat Kontak Terhadap Kejadian
Tuberculosis Anak Di Kabupaten
Jember.http://ejournal.unair.ac.id/index.php/JBE
/article/download/1658/1275.
Lienhardt C, Fielding K, Sillah JS, Bah B, Gustafson P,
Warndorff D et al. Investigation of the risk
factors for tuberculosis: a case–control study in
three countries in West Africa. Int J Epidemiol.
2005;34(4):914-23

Anda mungkin juga menyukai