Anda di halaman 1dari 10

TANGGAL 21 November 2022

PELAKSANAAN
JUDUL LAPORAN Penapisan Pasien Tersangka TB
KEGIATAN
IDENTITAS An. W / 16 tahun
PASIEN / KET Jln. Uwempemata, Kelurahan Pengawu
TERKAIT PASIEN
LATAR TB Paru masih menjadi masalah kesehatan yang mendunia.
BELAKANG Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya
(misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). Sekitar 75 % pasien TB Paru adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Pasien
TB Paru 50% akan meninggal jika tanpa pengobatan (Kemeneks RI, 2014).
Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif melalui percikan dahak
yang dikeluarkannya. Namun, pasien TB Paru dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB Paru. Infeksi akan terjadi
apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang
infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes RI, 2014).
Mengingat mudahnya TB Paru menular dan dapat menyebar ke organ tubuh
lainnya, maka mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Pemerintah sudah
menyediakan fasilitas pengobatan bagi penderita TB Paru dengan penerapan
strategi DOTS, melalui Puskesmas dan Rumah Sakit.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap
orang yang datang ke fasilitas kesehatan dengan gejala tersebut diatas
dianggap sebagai terduga pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung (Khoirul Hafidzah, 2018). Selain identifikasi
pada orang dengan gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pula pemeriksaan
pada orang dengan faktor risiko TB, seperti: kontak erat dengan pasien TB,
tinggal di daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan
infeksi paru (Erni and Qibtiyah, 2020). Pertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium TB untuk pasien yang memiliki faktor risiko dan
memiliki gejala tambahan meskipun tanpa batuk berdahak >2 minggu
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Petunjuk Penyehatan
Lingkungan, 2017).
GAMBARAN Pasien merupakan anak dari pasien TB dalam pengobatan, kegiatan
PELAKSANAAN penapisan dilakukan di rumah pasien, dimana pasien diberikan pot dahak, lalu
diinstruksikan untuk membawa hasil dahak ke Puskesmas Nosarara, lalu
dilakukan edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai tuberkulosis, cara
penularannya, faktor risiko seperti, penularannya akan lebih mudah jika sering
bersama dan berada dalam satu kamar dengan pasien terkonfirmasi positif TB,
sering membuka jendela kamar agar sinar matahari langsung masuk ke dalam
kamar, agar bila ada bakteri Mycobacterium tuberculosis akan mati, dan bila
ada anggota keluarga yang menderita batuk lebih dari 3 minggu, yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, segera periksakan ke dokter
Pada tanggal 05 Desember 2022 hasil laboratorium Gene X-Pert telah
keluar bahwa pasien negatif menderita penyakit TB.

TANGGAL 21 November 2022


PELAKSANAAN
JUDUL LAPORAN Penapisan Pasien Tersangka TB
KEGIATAN
IDENTITAS Tn. H / 22 tahun
PASIEN / KET Jln. Uwempemata, Kelurahan Pengawu
TERKAIT PASIEN
LATAR TB Paru masih menjadi masalah kesehatan yang mendunia.
BELAKANG Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya
(misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). Sekitar 75 % pasien TB Paru adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Pasien
TB Paru 50% akan meninggal jika tanpa pengobatan (Kemeneks RI, 2014).
Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif melalui percikan dahak
yang dikeluarkannya. Namun, pasien TB Paru dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB Paru. Infeksi akan terjadi
apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang
infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes RI, 2014).
Mengingat mudahnya TB Paru menular dan dapat menyebar ke organ tubuh
lainnya, maka mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Pemerintah sudah
menyediakan fasilitas pengobatan bagi penderita TB Paru dengan penerapan
strategi DOTS, melalui Puskesmas dan Rumah Sakit.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap
orang yang datang ke fasilitas kesehatan dengan gejala tersebut diatas
dianggap sebagai terduga pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung (Khoirul Hafidzah, 2018). Selain identifikasi
pada orang dengan gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pula pemeriksaan
pada orang dengan faktor risiko TB, seperti: kontak erat dengan pasien TB,
tinggal di daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan
infeksi paru (Erni and Qibtiyah, 2020). Pertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium TB untuk pasien yang memiliki faktor risiko dan
memiliki gejala tambahan meskipun tanpa batuk berdahak >2 minggu
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Petunjuk Penyehatan
Lingkungan, 2017).
GAMBARAN Pasien merupakan anak dari pasien TB dalam pengobatan, kegiatan
PELAKSANAAN penapisan dilakukan di rumah pasien, dimana pasien diberikan pot dahak, lalu
diinstruksikan untuk membawa hasil dahak ke Puskesmas Nosarara, lalu
dilakukan edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai tuberkulosis, cara
penularannya, faktor risiko seperti, penularannya akan lebih mudah jika sering
bersama dan berada dalam satu kamar dengan pasien terkonfirmasi positif TB,
sering membuka jendela kamar agar sinar matahari langsung masuk ke dalam
kamar, agar bila ada bakteri Mycobacterium tuberculosis akan mati, dan bila
ada anggota keluarga yang menderita batuk lebih dari 3 minggu, yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, segera periksakan ke dokter
Pada tanggal 05 Desember 2022 hasil laboratorium Gene X-Pert telah
keluar bahwa pasien negatif menderita penyakit TB.
TANGGAL 21 November 2022
PELAKSANAAN
JUDUL LAPORAN Penapisan Pasien Tersangka TB
KEGIATAN
IDENTITAS Ny. N / 51 tahun
PASIEN / KET Jln. Uwempemata, Kelurahan Pengawu
TERKAIT PASIEN
LATAR TB Paru masih menjadi masalah kesehatan yang mendunia.
BELAKANG Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya
(misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). Sekitar 75 % pasien TB Paru adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Pasien
TB Paru 50% akan meninggal jika tanpa pengobatan (Kemeneks RI, 2014).
Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif melalui percikan dahak
yang dikeluarkannya. Namun, pasien TB Paru dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB Paru. Infeksi akan terjadi
apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang
infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes RI, 2014).
Mengingat mudahnya TB Paru menular dan dapat menyebar ke organ tubuh
lainnya, maka mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Pemerintah sudah
menyediakan fasilitas pengobatan bagi penderita TB Paru dengan penerapan
strategi DOTS, melalui Puskesmas dan Rumah Sakit.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap
orang yang datang ke fasilitas kesehatan dengan gejala tersebut diatas
dianggap sebagai terduga pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung (Khoirul Hafidzah, 2018). Selain identifikasi
pada orang dengan gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pula pemeriksaan
pada orang dengan faktor risiko TB, seperti: kontak erat dengan pasien TB,
tinggal di daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan
infeksi paru (Erni and Qibtiyah, 2020). Pertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium TB untuk pasien yang memiliki faktor risiko dan
memiliki gejala tambahan meskipun tanpa batuk berdahak >2 minggu
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Petunjuk Penyehatan
Lingkungan, 2017).
GAMBARAN Pasien merupakan istri dari pasien TB dalam pengobatan, kegiatan
PELAKSANAAN penapisan dilakukan di rumah pasien, dimana pasien diberikan pot dahak, lalu
diinstruksikan untuk membawa hasil dahak ke Puskesmas Nosarara, lalu
dilakukan edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai tuberkulosis, cara
penularannya, faktor risiko seperti, penularannya akan lebih mudah jika sering
bersama dan berada dalam satu kamar dengan pasien terkonfirmasi positif TB,
sering membuka jendela kamar agar sinar matahari langsung masuk ke dalam
kamar, agar bila ada bakteri Mycobacterium tuberculosis akan mati, dan bila
ada anggota keluarga yang menderita batuk lebih dari 3 minggu, yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, segera periksakan ke dokter
Pada tanggal 02 Desember 2022 hasil laboratorium Gene X-Pert telah
keluar bahwa pasien negatif menderita penyakit TB.

TANGGAL 25 November 2022


PELAKSANAAN
JUDUL LAPORAN Penapisan Pasien Tersangka TB
KEGIATAN
IDENTITAS An. SH / 12 tahun
PASIEN / KET
TERKAIT PASIEN
LATAR TB Paru masih menjadi masalah kesehatan yang mendunia.
BELAKANG Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya
(misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). Sekitar 75 % pasien TB Paru adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Pasien
TB Paru 50% akan meninggal jika tanpa pengobatan (Kemeneks RI, 2014).
Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif melalui percikan dahak
yang dikeluarkannya. Namun, pasien TB Paru dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB Paru. Infeksi akan terjadi
apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang
infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes RI, 2014).
Mengingat mudahnya TB Paru menular dan dapat menyebar ke organ tubuh
lainnya, maka mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Pemerintah sudah
menyediakan fasilitas pengobatan bagi penderita TB Paru dengan penerapan
strategi DOTS, melalui Puskesmas dan Rumah Sakit.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap
orang yang datang ke fasilitas kesehatan dengan gejala tersebut diatas
dianggap sebagai terduga pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung (Khoirul Hafidzah, 2018). Selain identifikasi
pada orang dengan gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pula pemeriksaan
pada orang dengan faktor risiko TB, seperti: kontak erat dengan pasien TB,
tinggal di daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan
infeksi paru (Erni and Qibtiyah, 2020). Pertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium TB untuk pasien yang memiliki faktor risiko dan
memiliki gejala tambahan meskipun tanpa batuk berdahak >2 minggu
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Petunjuk Penyehatan
Lingkungan, 2017).
GAMBARAN Kegiatan dilakukan di Ruang TB Puskesmas Nosarara, diaman Pasien
PELAKSANAAN masuk dalam daftar terduga TB karena sering terpapar dengan salah satu
pasien TB yang terkonfirmasi positif, sehingga pasien diarahkan untuk
melakukan tes dahak, selain melakukan tes, keluarga pasien juga diedukasi
mengenai tuberkulosis, cara penularannya, faktor risiko seperti, penularannya
akan lebih mudah jika sering bersama dan berada dalam satu kamar dengan
pasien terkonfirmasi positif TB, dan bila ada anggota keluarga yang menderita
batuk lebih dari 3 minggu, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa,
segera periksakan ke dokter
Pada tanggal 09 Desember 2022 hasil laboratorium Gene X-Pert telah
keluar bahwa pasien negatif menderita penyakit TB.

TANGGAL 26 November 2022


PELAKSANAAN
JUDUL LAPORAN Penapisan Pasien Tersangka TB
KEGIATAN
IDENTITAS Ny. W / 49 tahun
PASIEN / KET
TERKAIT PASIEN
LATAR TB Paru masih menjadi masalah kesehatan yang mendunia.
BELAKANG Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya
(misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). Sekitar 75 % pasien TB Paru adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Pasien
TB Paru 50% akan meninggal jika tanpa pengobatan (Kemeneks RI, 2014).
Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif melalui percikan dahak
yang dikeluarkannya. Namun, pasien TB Paru dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB Paru. Infeksi akan terjadi
apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang
infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes RI, 2014).
Mengingat mudahnya TB Paru menular dan dapat menyebar ke organ tubuh
lainnya, maka mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Pemerintah sudah
menyediakan fasilitas pengobatan bagi penderita TB Paru dengan penerapan
strategi DOTS, melalui Puskesmas dan Rumah Sakit.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap
orang yang datang ke fasilitas kesehatan dengan gejala tersebut diatas
dianggap sebagai terduga pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung (Khoirul Hafidzah, 2018). Selain identifikasi
pada orang dengan gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pula pemeriksaan
pada orang dengan faktor risiko TB, seperti: kontak erat dengan pasien TB,
tinggal di daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan
infeksi paru (Erni and Qibtiyah, 2020). Pertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium TB untuk pasien yang memiliki faktor risiko dan
memiliki gejala tambahan meskipun tanpa batuk berdahak >2 minggu
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Petunjuk Penyehatan
Lingkungan, 2017).
GAMBARAN Kegiatan dilakukan di Ruang TB Puskesmas Nosarara, diamana Pasien
PELAKSANAAN masuk dalam daftar terduga TB karena pasien memiliki gejala batuk berdahak
sudah sekitar 3 minggu dan tidak membaik dengan pengobatan yang diberikan
sebelumnya, sehingga pasien diberikan pot dahak untuk pemeriksaan
laboratorium, dan hasilnya keluar pada tanggal 01 Desember 2022 bahwa
hasil Gene X-Pert terdeteksi kuman tuberculosis dan sensitif rifampisin,
sehingga pasien diberikan pengobatan TB selama 6 bulan, lalu diedukasi
mengenai kepatuhan minum obat tuberkulosis, cara penularannya, faktor
risiko seperti, penularannya akan lebih mudah jika sering bersama dan berada
dalam satu kamar dengan pasien terkonfirmasi pasien, dan bila ada anggota
keluarga yang menderita batuk lebih dari 3 minggu segera periksakan ke
dokter

Anda mungkin juga menyukai