e-mail: dwipayanaputra96@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini ditulis untuk mengenali gambaran penyakit tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra
paru dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Kasus yang diangkat adalah pasien laki-laki, 24
tahun datang sadar rujukan dari Puskesmas Wera ke IGD RSUD Bima, dengan keluhan batuk
berdarah kurang lebih 4 hari saat mereka datang ke UGD. Sebelumnya, pasien sudah mengalami
batuk selama 3 bulan disertai dahak berwarna kuning kehijauan. Keluhan lain yang dirasakan pasien,
yakni sesak nafas, demam naik turun, nyeri pada dada, penurunan berat badan 5 kilogram, dan
hilangnya nafsu makan. Pada pemeriksaan tanda vital, didapatkan peningkatan laju napas dan
pemeriksaan status general, yaitu auskultasi didapatkan suara rhonki pada kedua paru. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran konsolidasi homogen pada lapangan atas kedua paru
disertai bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Pasien didiagnosis dengan tuberculosis paru dan
diberikan pengobatan simptomatis serta OAT sesuai berat badan. Pasien dirawat di ruang isolasi TB
selama 5 hari, dan berdasarkan hasil pemeriksaan selama pasien dirawat di rumah sakit, dapat dikenali
bahwa pada kasus ini, pasien laki-laki itu mengalami tuberculosis paru dan scrofuloderma, yakni salah
satu penyakit menular dan memiliki resiko tinggi, namun apabila segera mendapatkan penanganan,
maka prognosis-nya bisa menjadi baik. Pasien kemudian ditatalaksana utama dengan pemberian obat
anti tuberkulosis.
Kata Kunci: tuberkulosis paru, tuberkulosis ekstra paru, pasien laki-laki, suara ronki, pengobatan
simtomatis, dan OAT.
ABTRACT
This article was written to identify the description of pulmonary tuberculosis and how to
overcome it using a case study approach. The case that was appointed was a male patient, 24 years
old who came based on a referral from the Wera Health Center to the ER at Bima Hospital, with
complaints of coughing up blood for approximately 4 days when he came to the ER. Previously, the
patient had a cough for 3 months accompanied by greenish-yellow phlegm. Other complaints felt by
the patient were shortness of breath, fluctuating fever, chest pain, weight loss of 5 kilograms, and
decreased appetite. On examination of vital signs, there was an increase in respiratory rate and
general status examination, namely auscultation, found crackles in both lungs. Radiological
examination showed homogeneous consolidation in both upper lung fields with patches of infiltrate in
the lung fields. The patient was diagnosed with pulmonary tuberculosis and was given symptomatic
treatment and OAT according to body weight. The patient was treated in the TB isolation room for 5
days, and based on the results of the examination while the patient was hospitalized, it was found that
in this case the male patient suffered from pulmonary tuberculosis and scrofuloderma which are
infectious diseases and have a high risk. However, if treated promptly, the prognosis can be good. The
patient was then treated primarily with anti-tuberculosis drugs.
Keywords: pulmonary tuberculosis, male patients, rhonchi, symptomatic treatment, and OAT.
3
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
Diagnosis
Sebelum dilakukan pemeriksaan
secara intensif terlebih dahulu dilakukan
diagnosis terhadap pasien penderita TB
yang akan dijadikan sebagai kasus.
Diagnosis TB dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis, yakni berupa
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
bakteriologi, dan radiologi. Untuk Tabel 2.1.1. Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan IUATLD
pemeriksaan fisik kelainan yang didapat
tergantung luas kelainan struktur paru. Berdasarkan pemeriksaan radiologi
Kelainan paru pada umumnya terletak di dicurigai sebagai lesi TB aktif apabila
daerah lobus superior, terutama daerah terdapat bayangan berawan/nodular di
apeks dan segmen posterior, serta daerah segmen apikal dan posterior lobus atas
apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan paru dan segmen superior lobus bawah,
fisik dapat ditemukan antara lain suara terdapat kaviti, terutama lebih dari satu,
napas bronkial, amforik, suara nafas dikelilingi oleh bayangan opak berawan
melemah, ronki basah, tanda‐tanda atau nodular, bayangan bercak milier, efusi
penarikan paru, diafragma dan pleura unilateral (umumnya) atau bilateral
13
mediastinum. Pemeriksaan bakteriologi (jarang).12
berupa pemeriksaan dahak dibagi menjadi Untuk kepentingan pengobatan dan
pemeriksaan dahak mikroskopis langsung surveilans penyakit, pasien TB dibedakan
dengan pengumpulan dahak Sewaktu-Pagi- berdasarkan klasifikasi dan tipe
Sewaktu (SPS) dan pemeriksaan biakan. penyakitnya. Berdasarkan definisi TB,
Berdasarkan pemeriksaan dahak pasien TB dapat dibedakan menjadi pasien
mikroskopis langsung pasien ditetapkan TB berdasarkan hasil konfirmasi
sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) pemeriksaan bakteriologis dan pasien TB
dari pemeriksaan contoh uji SPS hasilnya terdiagnosis secara klinis. Yang termasuk
BTA positif sedangkan pemeriksaan kelompok pasien TB berdasarkan hasil
biakan ditujukan untuk identifikasi
4
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
5
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
Selain itu pasien juga mengeluh nafsu makan, sehingga pasien merasa
timbul benjolan pada leher kanan di bawah lemas di seluruh tubuh.
telinga sejak 2 bulan sebelum masuk Pasien juga sering mengalami
rumah sakit, pasien mengatakan awalnya keringat dingin yang muncul sejak 1 bulan
benjolan kecil yang semakin lama semakin sebelum masuk rumah sakit, yang bersifat
membesar, namun pasien tidak hilang timbul. Keringat dingin muncul
mengeluhkan sakit, nyeri, dan panas pada lebih sering ketika pasien beraktivitas dan
benjolan tersebut. Benjolan tersebut ketika malam hari. Keringat dingin
dikatakan mengeluarkan nanah. Pasien membaik ketika pasien beristirahat. Mual
juga mengeluhkan sesak nafas sejak 2 maupun muntah disangkal oleh pasien.
bulan sebelum masuk rumah sakit, namun Buang air kecil dikatakan normal, sekitar
dikatakan memberat sejak 2 minggu 4--5 kali sehari, berwarna kuning cerah dan
terakhir. Keluhan sesak nafas membuat tidak seperti warna teh, serta tidak ada
pasien terbatas melakukan aktivitas sehari- nyeri selama buang air kecil. Buang air
hari, karena sesak nafas terasa memberat besar dikatakan normal dan tidak disertai
saat beraktivitas, namun sedikit membaik dengan darah dan tidak cair.
apabila beristirahat. Keluhan sesak disertai
nyeri dada. Nyeri dirasakan pada seluruh 2.Riwayat Penyakit Dahulu
dada namun lebih buruk pada dada sebelah a. Riwayat Hipertensi : disangkal
kanan atas. Nyeri dada dikatakan derajat b. Riwayat Diabetes Melitus: disangkal
sedang, dari skala 1 sampai 10 nyeri c. Riwayat Penyakit Jantung: disangkal
d. Riwayat Asma : disangkal
dikatakan 5. Nyeri dada memburuk ketika
e. Riwayat Dispepsia/Nyeri ulu hati :
pasien batuk, demikian pula apabila dikatakan ada namun hilang timbul
beraktivitas yang cukup berat, seperti f. Riwayat Alergi obat atau makanan:
berlari atau mengangkat beban yang berat. disangkal
Pasien dikatakan mengalami keluhan g. Riwayat MRS sebelumnya:
demam sejak 2 minggu sebelum masuk disangkal
rumah sakit. Selain itu, dikatakan pula h. Riwayat Trauma : disangkal
batuk muncul 3 bulan sebelum masuk
3. Riwayat Keluarga
rumah sakit, demam pernah ada namun Pasien memiliki ayah dengan
hilang lama, yang kemudian muncul lagi 2 riwayat TB paru yang pernah minum obat
minggu sebelum masuk rumah sakit. TB kategori 1 dan sudah dikatakan negatif
Kondisi demamnya naik turun, namun kurang lebih 7 bulan lalu. Ayah pasien
tidak pernah tinggi, kadang membaik tinggal serumah dengan pasien. Pasien
dengan sendirinya. Keluhan demam ini berinteraksi dengan ayahnya hampir setiap
dikatakan tidak sampai mengganggu hari. Ayahnya dikatakan punya kamar
aktivitas sehari-harinya, karena sering tersendiri, namun pasien juga beberapa kali
hilang sendiri dan timbul apabila pasien masuk ke kamar ayahnya sejak dulu. Tidak
batuk memberat atau di malam hari. Pasien ada penggunaan masker di rumah. Riwayat
juga mengalami penurunan berat badan alergi atau asma di dalam keluarga di
sebanyak 5 kilogram sejak 1 bulan sangkal oleh pasien. Riwayat penyakit
sebelum masuk rumah sakit, penurunan sistemik seperti hipertensi, diabetes
6
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
7
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
Edema - - DIAGNOSIS
1. Hemoptoe et causa Tuberkulosis Paru
- - 2. Scrofuloderma
8
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
P : Tatalaksana medikamentosa : ++ ++ --
++ -- --
- O2 Nasal canul 5 liter permenit
- IVFD Ringer Lactate 0,9% 20 tpm Cor: S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
- Asam Tranexamat 250 mg tiap 8 Abdomen : Distensi (-), Bu (+) normal,
jam IV nyeri tekan (-)
- Ceftriaxon 1 gr tiap 12 jam IV Ekstremitas :
- Kodein 10 mg tiap 8 jam IO Akral Edema -- CRT <2 detik
- Metylprednisolone 125 mg tiap 8 hangat
++
jam IV
++ --
- Omeprazol 40 mg tiap 8 jam IV
- Lactulose 10 ml tiap 8 jam PO A : Hemoptoe et causa Tuberkulosis Paru
- Sucralfat syrup 200 ml tiap 8 jam Scrofuloderma
PO
- Rencana OAT (kategori 1, 3 tablet P : Tatalaksana medikamentosa :
4 FDC/24 jam) sesuai BB - O2 via nasal canule 2-3 lpm
- IVFD Ringer Lactate 0,9% 20 tpm
Follow Up Ruang Isolasi TB - Asam Tranexamat 250 mg tiap 8
3 Oktober 2021 jam IV
- Ceftriaxon 1 gr tiap 12 jam IV
S: Pasien dikatakan masih mengalami
- Kodein 10 mg tiap 8 jam IO
batuk berdarah dengan volume darah sudah - Metylprednisolone 125 mg tiap 8
berkurang dari sebelumnya, yaitu hanya jam IV
berupa percikan saat batuk dan frekuensi - Omeprazol 40 mg tiap 8 jam IV
masih sama dengan 1 hari sebelum ini, - Lactulose 10 ml tiap 8 jam PO
keluhan demam tidak ada, keluhan sesak - Ketorolac 30 ml tiap 8 jam IV
dikatakan sedikit berkurang dan nyeri dada - Sucralfat syrup 200 ml tiap 8 jam
PO
masih dirasakan namun sedikit membaik,
- Rencana OAT (kategori 1, 3 tablet
BAB dan BAK normal. 4 FDC/24 jam) sesuai BB : 44 kg
O : Status present
KU : Sakit sedang Non-Medikamentosa:
Kesadaran : compos mentis Memberikan KIE kepada pasien dan
TD : 120/70 mmHg keluarga pasien sebelum pasien pulang,
Nadi : 84 x/menit, regular, kuat angkat yaitu :
RR : 28 x/menit - Menjelaskan kepada pasien
Tax : 36,8◦C mengenai penyakit dan perjalanan
Saturasi : 99% dengan O2 via nasal canul penyakitnya
VAS : 3/10 - Menjelaskan kepada pasien bahwa
penyakit TB merupakan penyakit
menular sehingga harus diberikan
edukasi mengenai cara penularan
Status Generalis dan pencegahan agar tidak
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera menularkan kepada keluarga atau
ikterik -/- orang lain, seperti etika batuk yang
Thorax: baik, penggunaan masker saat
Pulmo:
1
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
1
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
sistemik pada penderita tuberkulosis awan) homogen pada lapangan atas kedua
memiliki gejala demam, malaise, keringat paru disertai bercak-bercak infiltrat pada
malam, dan berat badan menurun, yang lapangan paru. Hasil ini sesuai dengan
mana hal tersebut semua ditemukan pada tinjauan pustaka, yakni terdapat bayangan
kasus di atas. Didapatkan juga pada berawan/nodular di segmen apikal dan
anamnesis pasien mengeluhkan timbulnya posterior lobus atas paru dan segmen
benjolan tunggal pada leher kanan di superior lobus bawah, terdapat kaviti,
bawah telinga sejak 2 bulan yang lalu. terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh
Menurut mereka awalnya benjolan kecil bayangan opak berawan atau nodular,
yang semakin lama semakin membesar bayangan bercak milier, efusi pleura
namun pasien tidak mengeluh ada sakit, unilateral (umumnya) atau bilateral
nyeri dan panas pada benjolan tersebut. Ini (jarang). Tatalaksana yang diberikan pada
sangat sesuai dengan tinjauan pustaka pasien ini saat di IGD adalah terapi awal
bahwa tuberkulosis paru tidak hanya simptomatis untuk mengurangi keluhan,
memiliki gejala paru, tetapi juga bisa seperti batuk darah, dan sesak yang
menyerang organ tubuh lain, termasuk juga dirasakan oleh pasien, kemudian setelah
kulit atau sering disebut dengan keluhan tertangani pasien dipindahkan ke
scrofuloderma. Hal ini dikarakteristikan ruangan isolasi khusus TB dan terapi
dengan pembentukkan abses dingin dan dilanjutkan serta diberikan obat OAT
secara sekunder menyebabkan rusaknya sesuai dengan berat badan.
formasi kulit di bawahnya. VI. PENUTUP
Pada pemeriksaan fisik tanda vital Simpulan
pasien didapatkan kondisi pasien sakit
Tuberkulosis paru merupakan
sedang dengan VAS 5. Dari pemeriksaan
penyakit radang paru menular yang
thorak yang dilakukan didapatkan kelainan
disebabkan oleh infeksi
pada paru, yaitu pada pemeriksaan
Myocobacterium tuberculosis. Penyakit
auskultasi didapatkan suara rhonki pada
tuberkulosis dapat diklasifikasikan dua
apex dan lobus tengah. Hal ini sesuai
bagian, yaitu tuberkulosis paru dan
dengan tinjuan pustaka yang menegaskan
tuberkulosis ekstra paru. Terjadinya
antara lain suara napas bronkial, amforik,
infeksi bakteri Myocobacterium
suara napas melemah, ronki basah, tanda‐
tuberculosis ini sebagian besar melalui
tanda penarikan paru, diafragma dan
inhalasi, sehingga tuberkulosis paru
mediastinum. Selain melakukan anamnesis
(TB Paru) merupakan bentuk yang
dan pemeriksaan fisik, untuk dapat
paling sering dijumpai, yakni sekitar
menegakkan suatu diagnosis penyakit
80% dari semua penderita
tuberculosis paru dapat dilakukan
dibandingkan TB pada organ lain,
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
walaupun sesungguhnya tuberkulosis
penunjang yang dilakukan pada pasien ini,
bersifat multiorgan. Pada kasus ini,
berupa pemeriksaan radiologi, yaitu
seorang laki-laki mengalami
pemeriksaan foto rontgen toraks.
tuberkulosis paru dan scrofuloderma,
Berdasarkan hasil rontgen toraks tersebut,
yakni salah satu penyakit menular dan
didapatkan gambaran konsolidasi (bercak
memiliki resiko kematian yang tinggi,
1
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-
1
E-Jurnal Widya Kesehatan Vol. 3, No. 2, Bulan: Oktober Tahun
e-ISSN: 2657-