TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
Pembimbing:
dr. Handi Priambodo, Sp.P, M.Kes
Fakultas : Kedokteran
pada Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Mengetahui,
Pembimbing
2
3
A. Pendahuluan
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.
Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari tenggorokan dan
paru-paru seseorang dengan penyakit pernapasan aktif. (WHO)
TB merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak. Tahun
2015 dilaporkan, sebanyak 10,4 juta orang menderita TB dan 1,8 juta
diantaranya meninggal karena penyakit ini, termasuk 0,4 juta diantara orang
dengan penyakit HIV. TB adalah pembunuh utama orang dengan HIV-positif,
dimana 35% kematian akibat HIV penyebabnya adalah TB. Kematian akibat
TB lebih dari 95% dan terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Terdapat enam negara yang menyumbang 60% total kejadian, dimana India
berada pada peringkat atas disusul oleh Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan
Afrika Selatan.(Ramadhan R,dkk)
Kuman penyebab TBC (mycobacterium tuberculosis) ditemukan pertama
kali pada tahun 1882 oleh Robert Koch, sedangkan vaksin BCG ditemukan
pada tahun 1921. Kemudian pada tahun 1994 ditemukan streptomisin sebagai
obat pertama anti TBC, kemudian disusul INH pada tahun 1949. Penyakit TBC
muncul kembali kepermukaan dengan meningkatnya kasus TBC di negara-
negara maju atau industri pada tahun 1990.3 Sebagian besar bakteri
Tuberkulosis menyerang paru, dan juga dapat menginfeksi organ tubuh
lainnya. Bakteri ini memiliki ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron berbentuk
batang tipis,lurus atau agak bengkok, berglanula atau tidak memiliki selubung,
tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid.
Penanganan penderita TB yang tidak benar akan menimbulkan berbagai
macam komplikasi, salah satunya adalah sindrom gagal nafas dewasa (Adult
Respiratory Distress Sindrome/ARDS). Angka kematian ARDS pada penderita
TB sebanyak 70%. Pada pasien yang dirawat dengan diagnosis tuberkulosis,
1%-3% ditemukan adanya pneumotoraks.(Krisnadina B.S,dkk )
B. Definisi
4
C. Etiologi
Reservoir utama M. tuberculosis adalah pasien dengan TB paru. Pasien
yang memiliki "kavitas" pada parunya mengandung 100 juta kuman. Jumlah
kuman TB lebih dari 5000 kuman per milliliter dahak dapat dilihat pada
pemeriksaan mikroskopis Basil Tahan Asam (BTA) "positif". Ketika pasien TB
paru berbicara dan terutama saat batuk, bersin, mereka akan menghasilkan
aerosol yang mengandung droplet yang infeksius. (Amin M, 2018)
TB adalah penyakit yang ditularkan melalui udara yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis dan 7
spesies mikobakterium lainnya seperti M. bovis, M. africanum, M. microti, M.
caprae, M. pinnipedii, M. canetti dan M. mungi disebut sebagai M. tuberculosis
comnplex. Kuman Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob,
berbentuk batang dan tahan asam pada pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN), kuman
akan mati apabila terpapar langsung dengan sinar ultraviolet. (Amin M, 2018)
D. Epidemiologi
TB merupakan salah satu dari 10 penyebab utama kematian dari satu agen
infeksius. Jutaan orang menderita penyakit ini setiap tahunnya. Penyakit TB
dapat diderita oleh semua kelompok usia, 90% kasus TB dewasa berusia ≥15
tahun terdiri dari 64% laki-laki, 9% HIV positif (72% diantaranya dari Afrika )
dan dua pertiga berada di delapan negara yaitu: India (27%), Cina (9%),
5
Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan (59%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%)
dan Afrika Selatan (3%). (Amin M, 2018)
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan
1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari
kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian
320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan
Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru,
diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun.
Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi
HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO
diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari
kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.
(Permenkes RI, 2016)
E. Patomekanisme
M. tuberculosis dibawa oleh partikel udara, yang disebut droplet nuclei
yang berdiameter 1-5 mikron. Droplet ini membawa partikel menular yang
dihasilkan ketika orang yang menderita sakit TB paru atau TB laring batuk,
bersin, berteriak, atau bernyanyi. Jumlah droplet yang diproyeksikan ke udara
sangat tinggi ketika batuk (3500 kuman) atau bersin (1 juta kuman).
Penularan terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuclei yang
mengandung M. tuberculosis melalui mulut atau hidung, saluran pernapasan
atas, bronkus dan akhirnya mencapai alveoli paru. Droplet yang mengandung
6
G. Manifestasi Klinis
12
- Malaise
Penyakit TB bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukkan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise makin lama makin
memberat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
- Berat badan menurun
Biasanya pasien tidak merasakan berat badannya turun. Sebaiknya kita
menanyakan berat badan sekarang dan berat badan sebelum pasien sakit.
Pada pasien anak-anak biasanya berat badan sulit naik terutama dalam 2-3
bulan terakhir atau status giazinya kurang.
- Rasa cepat lelah
Gejala ini hampir tidak dirasakan pada pasien.
H. Diagnosis
Diagnosis Tb paru pada dewasa dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klinik, pemeriksaan fisik, bakteriologik dan radiologis : (Amin M, 2018)
1. Gejala klinik berupa batuk persisten lebih dari 2 minggu atau lebih,
setiap pasien dengan gejala ini harus ditetapkan sebagai terduga TB
paru; batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, keringat malam hari,
demam, cepat lelah, nafsu makan menurun, berat badan menurun.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada TB paru tidak spesifik, tergantung pada derajat
kerusakan parenkim parus, sedikit berkontribusi dalam diagnosis. Pada
banyak kasus, pasien tampak sehat, namun demikian pemeriksaan yang
sistematis tetap perlu dilakukan. Dapat ditemukan adanya temperatur
yang meningkat; pernapasan meningkat; pada pemeriksaan toraks
dapat ditemukan abnormalitas suara napas, suara napas tambahan
seperti ronkhi dan wheezing dapat terdengar, tergantung luasnya lesi.
Pada lesi yang minimal biasanya tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan fisiknya.
3. Pemeriksaan bakteriologis
14
I. Penatalaksanaan
Tujuan terapi tuberkulosis adalah untuk: (Amin M, 2018)
15
(Trd)*
-Clofazimin (Cfz)
-Linezolid (Lzd)
D D1 OAT lini - Pirazinamid (Z)
pertama - Etambutol (E)
- Isoniazid (H) dosis tinggi
D2 OAT baru - Bedaquiline (Bdq)
- Delamanid (Dlm)*
- Pretonamid (PA-824)*
D3 OAT - Asam para aminosalisilat
Tambahan (PAS)
- Imipenem-silastatin (Ipm)*
- Meropenem (Mpm)*
- Amoksilin clavulanat (Amx-
Clv)*
- Thioasetazon (T)*
Keterangan:
*Tidak disediakan oleh program
**Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada kondisi
tertentu dan tidak disediakan oleh program
Beberapa panduan OAT yang digunakan di Indonesia saat ini antara lain
adalah
1. Kategori 1
Diberikan untuk pasien TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis;
yang terdiagnosis klinis dan pasien TB ekstra paru. Panduan yang diberikan
adalah :
i. 2(HRZE)/4(HR)3 , fase awal diberikan setiap harim fase lanjutan
diberikan 3x per minggu (rekomendasi B). Panduan ini dapat
doberikan dengan syarat : harus dengan pengawasan minum obat
yang ketat, tidak diberikan kepada pasien dengan HIV positif7
ii. 2(HRZE)/4(HR), fase awal dan lanjutan diberikan setiap hari.
Pedoman pengobatan TB yang optimal baik pada pasien HIV
positif maupun HIV negatif (Rekomendasi A)
2. Kategori 2
Panduan pengobatan kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E. Kategori ini diberikan pada pasien yang
pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya, antara lain :
a. Pada kasus gagal pengobatan kategori 1
b. Pada kasus kambuh baik dari kategori 1
c. Pada kasus yang kembali setelah putus berobat (loss to follow up)
Tabel. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 {2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E}
20
J. Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagai atas:
- Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus,
Poncet's arthropathy
- Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca TB),
kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru,
sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), TB milier, jamur paru (aspergilosis)
dan kavitas.
K. Prognosis
Prognosis yang buruk dikaitkan dengan ketidakpatuhan terhadap terapi
yang mengakibatkan durasi penyakit yang lebih lama, rujukan pasien yang
terlambat ke pusat perawatan, dan pengembangan komplikasi. Diagnosis dini,
rujukan tepat waktu, dan kepatuhan yang dipantau dapat membantu
mengurangi angka kematian. Diperlukan kepatuhan terhadap rejimen
pengobatan yang secara radikal lebih efektif untuk menghilangkan TB sejak
awal penyakit (Jayanti, 2020)
L. Pengendalian
Pengendalian infeksi baru Mycobacterium tuberculis dan perkembangannya
menjadi tuberculosis aktif maka dilakukan pengobatan tuberculosis laten dan
vaksinasi BCG (bacille Calmette-Guérin). Pencegahan dan pengendalian faktor
risiko tuberculosis dilakukan dengan cara:
1) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2) Membudayakan perilaku etika berbatuk.
3) Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat.
4) Peningkatan daya tahan tubuh.
5) Penanganan penyakit penyerta tuberculosis.
24
DAFTAR PUSTAKA
World Health rganization (WHO). Global Tuberculosis Report. 2012.
Switzerland.
Ramadhan R., Eka F., Rosdiana. 2017. Deteksi Mycobacterium
Tuberculosis dengan Pemeriksaan Mikroskopis Dan Teknik PCR pada Penderita
Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Darul Imarah. SEL Jurnal Penelitian
Kesehatan 4 (2).
Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I ed. VI : Jakarta. Interna Publishing 2014.
Firdayanti, Angriani F., Ani U., 2019. Gambaran Kadar Bilirubin Total
pada Penderita Tuberkulosis Paru dengan Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jurnal Kesehatan Vokasional 4 (3)
Krisnadina B. S., Sulistyo A,. Rika M. S,. Pemberian Posisi Semi Fowler
Pada Pasien Tb Paru Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola nafas.
Health Sciences Journal 4 (2)
Imam A., Riris A. A., 2020. Kualitas hidup penderita tuberkulosis resisten
obat di kabupaten Banyumas. Journal of Community Medicine and Public
Health 34 (2)
Amin M., Winariani K., Helmia H., Isnin A. M., 2018. Buku Ajar Paru.
Departemen Pulmologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Permenkes RI. 2016. Penangulangan Tuberculosis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Jayanti R, 2020. Gambaran Penderita Tuberkulosis Paru di Beberapa
Lokasi di Wilayah Indonesia Tahun 2012 Sampai Dengan Tahun 2019. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa
Makassar.
Permatasari,2022. Hal – Hal Yang Ada Hubungan Dengan Terjadinya
Tuberkulosis Paru Pada Anak Di Beberapa Lokasi Di Wilayah Asia Afrika
Periode Tahun 2015 Sampai Dengan Tahun 2020 (Systematic Review). Skripsi.
26