PROPOSAL
Oleh
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini
TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret
1993 WHO mendeklarasikan TB sebagaiglobal health emergency. TB dianggap
sebagai masalah penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh
mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat
diseluruh dunia.1 Sebagian besar dari kasus TB ini (95 %) dan kematiannya (98
%) terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 %
berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan
tingginya prevalensi maka lebih dari 65 % dari kasus-kasus TB yang baru dan
kematian yang muncul di Asia.4
Jumlah pasien TB paru di Indonesia diperkirakan sekitar 10 % dari total
jumlah pasien TB di dunia dan termasuk penyebab kematian utama. Hasil survey
Prevalensi TB paru di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka
prevalensi TB BTA positif secara Nasional adalah sebesar 110 per 100.000
penduduk. Secara regional prevalensi TB BTA positip di Indonesia di kelompokan
dalam 3 wilayah yaitu wilayah Sumatra dengan angka prevalensi TB sebesar 160
per 100.000 penduduk, wilayah Jawa dan Bali dengan angka prevalensi TB
sebesar 110 per 100.000 penduduk, dan wilayah Indonesia Timur dengan angka
prevalensi TB sebesar 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY
dan Bali angka prevalensi TB adalah sebesar 68 per 100.000 penduduk4
2.3 Klasifikasi
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya
selesai.
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir
pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.5
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung.
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi.
2.4 Patogenesis
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan
sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali
dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.11
1. Gejala respiratorik :
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun.
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya
tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya
terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1
dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.1 Pada pleuritis
tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di
rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. 1 Pada limfadenitis
tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher
(pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”.1
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS): Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat
kunjungan), Pagi ( keesokan harinya ), Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan
dahak pagi), atau setiap pagi 3 hari berturut-turut. Bahan pemeriksaan/spesimen
yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar,
berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak
bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas
objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil
BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk kepentingan
biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke
laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus
dipastikan telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium.1
- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian
tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah
dari kertas saring sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu
ujung yang tidak mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang
aman, misal di dalam dus.
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong
plastik kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan
melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan
dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat
laboratorium.
a. Pemeriksaan mikroskopik:
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak pagi pada hari kedua.
• P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif antara lain; Bayangan
berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah, Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular, Bayangan bercak milier, Efusi pleura unilateral
(umumnya) atau bilateral (jarang).1,5
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan Obat anti tuberkulosis (OAT) yang
digunakan terdiri dari paduan obat utama (lini 1) dan tambahan (lini 2). Jenis obat
utama (lini 1) yang digunakan antara lain INH, Rifampisin, Pirazinamid ,
Streptomisin, Etambutol. Sedangkan Obat tambahan (lini 2) antara lain
Kanamisin, Amikasin dan Kuinolon.1,4 Penggunaan OAT lini kedua
misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan
kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas
karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah dari pada OAT lapis
pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).
Tabel 3. Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 2
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).2,5
2.10 Prognosis
2 2
Z α PQ 1, 96 x 0 ,63 x 0 , 37
N= d
2 == 0,1
2 = 89,5 = 90
Keterangan:
n = Jumlah pasien TB
Alpha (𝛼) = Kesalahan generalisasi, ditetapkan sebesar 5%
Z𝛼 = Nilai standar alpha 5%, yaitu 1,96
P = Prevalensi limfositosis pada pasien TB berdasarkan
yaitu 63%.11
Q = 1−P = 1−0,63 = 0,37
D = Kesalahan prediksi prevalensi limfositosis pada pasien
TB
yang masih dapat diterima, ditetapkan sebesar 10%
Dengan demikian, jumlah subjek yang diperlukan adalah 90.