Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

PENGANTAR EKONOMI

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar ekonomi, dengan topik: mencari berapa persen pertumbuhan ekonomi, penggangguran dan
angkatan kerja, pendapatan, neraca pembayaran nasional Indonesia pada tahun 2010-2015
Dosen Pengasuh Cut Risya Varlitya, SE

Disusun oleh:

HEGATIA ASSYIFA GUSTAF

NPM : 1601003010037

PROGRAM DIII AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

TAHUN 2016
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 mencapai 6,1 persen. Dengan demikian, target
pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2010 menembus angka 6% atau melebihi target yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010 sebesar 5,8% tercapai.

Perekonomian Indonesia Tahun 2011 Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tumbuh 6,5% pada empat bulan terakhir tahun 2011, meski sebelumnya sempat muncul pesimisme karena
anjloknya angka ekspor Desember lalu. Dengan demikian, target pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah
antara 6,3-6,5%, terpenuhi sepanjang tahun lalu. Angka yang dilansir BPS ini memupus keraguan akan
memburuknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena pada Desember lalu angka ekspor justru melemah
hanya mencapai 2,19% dibanding angka yang sama tahun sebelumnya dan merupakan yang terendah sejak
September 2009. Pada bulan Oktober dan November 2011, ekspor juga melemah menjadi 16,7 dan 8,25 %,
padahal angka ekspor rata-rata sejak Juli-September mencapai 40,5%. Meski demikian, melemahnya ekspor
ditutup oleh melonjaknya konsumsi dalam negeri sementara minat investasi juga tetap tinggi pada kuartal
keempat 2011, ditandai dengan naiknya angka investasi asing (FDI) yang mencapai 25%. Kalangan pengamat
menghubungkan naiknya angka investasi asing ini dengan kembalinya standar layak investasi (investment
grade) yang diumumkan oleh lembaga pemeringkat Fitch, pada pertengahan Desember lalu. Pemeringkat lain,
Moody's dan Standard and Poor's, kemungkinan besar akan mengikuti langkah itu tahun ini, yang dipandang
akan menjadi dorongan makin besar pada investor untuk berbisnis di Indonesia. Meski demikain suhu ekonomi
dunia yang sedang terganggu akibat krisis berkepajangan di AS dan Eropa, diperkirakan akan turut berimbas ke
Indonesia sehingga lembaga seperti Bank Indonesia menurunkan target pertumbuhan 2012 menjadi 6,3-6,5%,
lebih rendah dari target pemerintah yang mencapai 6,7%. Dari sisi internal, persoalan yang dianggap bisa
mengganggu laju pertumbuhan ekonomi adalah masalah perburuhan yang pada beberapa pekan terakhir
dianggap meresahkan investor asing terutama yang bergerak di bidang industri manufaktur. Pengusaha
menuding pemerintah daerah menggunakan kasus perburuhan sebagai alat politik untuk kepentingan mereka,
sehingga merugikan perhitungan bisnis mereka untuk tahun 2012.

Perekonomian Indonesia 2012 Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 juga didorong karena
diakuinya perekonomian Indonesia oleh negara-negara berkembang. Beberapa negara berkembang menganggap
bahwa Indonesia sudah dapat mengelola ekonominya dengan baik. Optimisme prospek perekonomian tahun
2012 juga didorong adanya peningkatan rating Indonesia yang masuk ke level investment grade. Dengan
demikian, beberapa negara berkembang sudah menunjukkan rasa percaya yang tinggi untuk menginvestasikan
dananya di Indonesia. Hal ini akan berdampak positif. Misalnya perusahaan multinasional akan melakukan
investasi jangka panjang. Selain supply uang akan meningkat, job opportunity juga akan meningkat. Seiring
dengan hal tersebut, kondisi perbankan nasional juga sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari sisi aset, penyaluran
kredit, rasio permodalan, dan kualitas kredit perbankan di Indonesia. Kedepannya, kinerja perbankan nasional
akan tetap solid karena didukung oleh beberapa hal, yakni kebutuhan pembiayaan yang terus meningkat dan
kualitas fundamental sektor perbankan nasional yang berada dalam kondisi yang baik.Tidak Ada Masa Depan
Buat Orang-Orang Pesimis yang Terlalu Mengkhawatirkan Kemajuan Ekonomi Negaranya. Masa Depan Ada
Pada Orang-Orang Yang Berpikir Optimis. Kondisi perekonomian global pada tahun 2011 menunjukkan
kondisi yang penuh ketidakpastian. Hal tersebut dapat berakibat negatif pada kondisi perbankan di berbagai
negara, selain juga memiliki dampak terhadap meningkatnya resiko kondisi perekonomian di masa yang akan
datang. Walaupun demikian, kondisi buruk tidak terjadi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia pada
tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 6,5 persen. Hal ini juga seiring dengan
kondisi perbankan di Indonesia yang cukup baik. Berbagai kondisi kondusif tersebut tidak terlepas dari
kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah. Sementara Direktur Institutional
Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman mengatakan bahwa ketidakpastian global yang terjadi saat ini lebih
kompleks dibandingkan dengan krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Hingga saat ini, kondisi
perekonomian masih tidak menentu dan masih akan berlangsung dalam beberapa waktu mendatang. Krisis
perekonomian yang mulanya terjadi di Yunani ini sudah kian menyebar ke beberapa negara di Eropa, seperti
Spanyol, Italia, Portugal, dan Perancis, yang terlihat dari meningkatnya biaya pinjaman dari negara-negara
tersebut. Namun demikian, senada dengan Irwan, Abdul Rachman juga mengatakan bahwa di tengah ancaman
krisis global, perekonomian Indonesia memiliki kondisi yang baik. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun
2012 bahkan diproyeksikan solid, dan memiliki peningkatan hingga 6,7 persen. Menurutnya, hal ini besar
dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi domestik. Ekonomi domestik tumbuh karena porsi ekonomi kita yang
bergantung pada ekspor relatif kecil, ungkapnya.
Memasuki tahun 2012 sebagian orang merasa khawatir oleh krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Eropa
dan Amerika Serikat. Selama ini, dominasi dari kekuatan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sangat luar biasa
pengaruhnya terhadap perekonomian global. Oleh karena itu, wajar saja bila banyak orang selalu melihat
perilaku ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sebagai alat ukur untuk menyelamatkan nilai dari kekayaan yang
mereka miliki. Setelah melakukan pembelajaran dan mengutak-atik angka-angka untuk memprediksi
perekonomian Indonesia di tahun 2012, hasilnya lebih kurang sama saja seperti yang sudah dibicarakan oleh
banyak ahli dan pengamat ekonomi. Ekonomi Indonesia masih dijalan yang baik dan tetap akan memberikan
pertumbuhan positif yang kemungkinan besar bertumbuh diantara 5,5% 6,5% dengan inflasi di level 5% 7%,
dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat akan berada di level 8900 9300. Secara intuitif saya
merasakan bahwa perekonomian Indonesia akan bertumbuh secara stabil dalam jangka waktu yang lebih
panjang. Oleh karenanya, tahun 2012 adalah tahun yang sangat optimistis buat mengarahkan ekonomi Indonesia
kepada jalur yang diinginkan, agar dapat memberikan kesejahteraan buat masyarakat banyak. Oleh karena itu,
mengarahkan dan memotivasi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui sektor industri dan perdagangan
berbasis sumber daya alam, sumber daya manusia kreatif, dan pariwisata akan membuat ekonomi Indonesia
semakin tangguh di tahun 2012. Risiko dari perasaan khawatir terhadap keadaan di kawasan Eropa dan Amerika
Serikat akan berdampak kepada sektor keuangan dan sektor pasar modal. Akibatnya, kemungkinan besar para
investor lebih suka menyimpan uang mereka di logam mulia emas atau pun di properti. Properti yang
kemungkinan akan diincer adalah tanah, dan biasanya investasinya bersifat jangka panjang dan tidak likuid.
Kekuatan pasar domestik Indonesia sangatlah luar biasa. Kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia yang
lebih suka berbelanja daripada menabung telah menjadi sebuah kekuatan untuk pertumbuhan ekonomi. Sebab,
uang akan terus berputar dan dalam setiap putaran uang tersebut akan menciptakan nilai tambah ekonomi.
Kecerdasan untuk mengelola potensi, dan memotivasi pertumbuhan pasar domestik oleh pihak yang berwenang.
Khususnya, untuk memudahkan produk dan jasa buatan dalam negeri agar dapat menjadi lebih efektif, kreatif,
produktif, efisien, dan berdaya saing unggul dibandingkan produk import, akan menjadikan ekonomi Indonesia
lebih kuat dan tidak perlu takut terhadap keadaan di kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Tak bisa dipungkiri
bahwa masuknya kembali Indonesia ke dalam investment grade versi fitch rating menimbulkan dampak besar.
Setelah terseok-seok selama lebih dari 10 tahun menghuni papan bawah pandangan dari investor, diharapkan
akan menjadi perangsang perekonomian untuk kedepannya. Mungkin tak lama lagi, lembaga pemeringkat
lainnya seperti Moodys atau Standard & Poors akan mengikuti jejak Fitch dalam menaikkan rating Indonesia
agar lebih terpercaya. Itu baik, karena terdapat isu bahwa para Manager Investasi Internasional wajib
menanamkan investasi di negara yang berlevel investment grade. Aliran dana masuk akan memberikan angin
segar kepada Indonesia, peningkatan Investasi diharapkan akan memberi modal luas bagi lingkungan usaha
sehingga menyerap para pekerja Indonesia. Selain itu, sisi makro Indonesia di tahun 2011 juga dirasa cukup
baik. Ditandai dengan ketahanan ekonomi nasional ditengah gejolak ekonomi eropa dan politik di timur tengah.
Selain itu, penurunan BI rate dan rendahnya inflasi diharapkan akan mendorong kredit usaha di tahun 2012.
Tahun 2012 adalah tahun yang sangat tepat untuk Indonesia buat menyiapkan sistem perdagangan dan investasi
yang kuat. Termasuk, menyiapkan kapasitas dan keunggulan daya saing industri Indonesia dalam menghadapi
liberalisasi perdagangan dan jasa di waktu yang akan datang; agar Indonesia tetap unggul saat berhadapan
dengan ekonomi China, India, dan negara-negara penghasil produk murah lainnya. Awal tahun, waktu yang
tepat untuk para analis menunjukkan kemampuan nya untuk meramalkan posisi perekonomian satu tahun
kedepan. Dengan banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi perekonomian secara langsung maupun tidak,
analisa perekonomian menjadi tidak mudah dan kita akan mendapati berbagai versi analisa dari para ekonom.
Patut dicermati terkait analisa perekonomian di awal tahun, karena akan menyangkut ekspektasi dari para
stakeholder dalam perekonomian itu sendiri. Masing-masing stakeholder dengan kepentingan berbeda akan
melakukan tindakan yang efektif di awal tahun, tentunya untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat dari
perekonomian. Analis lain juga banyak memiliki pendapat yang kontra, mereka kurang optimis dalam menilai
dan mengekspektasikan ekonomi Indonesia kedepan. Lagi-lagi berkaitan dengan Investment grade, kenaikan
level Indonesia tidak akan berpengaruh besar pada perekonomian. Krisis utang eropa, menyebabkan para
investor menilai bahwa ekonomi dunia yang sangat elastis terhadap permasalahan ini. Berlarut-larutnya
penyelesaian akan membuat investor beralih pada investasi yang lebih aman. Untuk Indonesia, krisis tersebut
sangat berhubungan dengan ekspor. Uni eropa merupakan mitra yang sangat besar untuk pasaran produk ekspor
dari indoensia. Pelambatan ekspor akan terjadi lebih dalam di tahun 2012 karena terjadi berbagai pengetatan
anggaran dari negara-negara Uni Erpoa.Usaha yang cukup bagus di tahun 2011 adalah mereka yang bergerak
dibeberapa bidang yang berelemen api dan kayu. Bisnis yang berelemen api misalnya kimia, biro jasa, listrik,
minyak pembakar, restoran, minyak kelapa sawit, pertambangan gas dan batu bara. Sementara itu bisnis yang
berelemen kayu yang akan cerah misalnya furnitur, hasil perkebunan, fashion, kertas, percetakan. Bisnis yang
berelemen air walaupun mengalami sedikit penurunan tapi masih bisa dikatakan cukup menguntungkan yakni
biro wisata/perjalanan, perhotelan, ekspor-impor dan perikanan.Disisi lain, bisnis yang berelemen tanah seperti
properti, pertambangan yang elemennya batu/tanah diprediksi tidak baik/ciong. Untuk bisnis yang berkaitan
dengan elemen logam seperti otomotif, keuangan/perbankan akan mengalami kondisi yang sulit sehingga para
pebisnis tersebut harus fight dan mengeluarkan biaya ekstra untuk berpromosi. Saham yang terdiri atas berbagai
macam produk juga termasuk bisnis yang berlemen logam. Bagus tidaknya saham tergantung dari produknya.
Jika ingin bermain saham, sebaiknya tetap mengacu pada 5 unsur (air,api,tanah,kayu,logam) di dalam satu tahun
itu seperti apa. Jika mau main di saham batubara, perlu anda lihat dulu saham perusahaan tersebut milik siapa
dan sehat atau tidak. Khusus untuk saham properti sebaiknya berhati-hati karena saham tersebut diprediksi tidak
akan mengalami kenaikan yang signifikan. Di tahun 2011, bisnis telekomunikasi akan cukup bagus meski
persaingannya yang sangat ketat. Setelah ada perjanjian perdagangan bebas dengan china, kita bisa merasakan
dan melihat bahwa produk dari china, khususnya telpon genggam yang beragam merk jumlahnya mengalir
masuk dengan derasnya ke Indonesia. Dampak positifnya konsumen mempunyai banyak pilihan yang
disesuaikan dengan kondisi keuangannya dan dampak negatifnya, produk serupa dalam negeri akan kalah
bersaing yang secara mutu dan harga masih lebih baik. Jadi di tahun 2011, dunia perdagangan Indonesia masih
kurang menggembirakan. Agar bisa bertahan dan memenangkan persaingan di pasar bebas maka mau tidak mau
kita harus menggali potensi yang ada pada diri kita sendiri agar kemampuan kita tidak kalah dengan asing.

Perekonomian Indonesia 2013 Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan
ekonomi 6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6
persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 sebesar hanya
5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen. Kepala BPS Suryamin
memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42
persen dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan
tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu(5/2/2014). Kendati mengalami penurunan,
Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini
disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih.
Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9
persen. "Ini artinya perekonomian global berdampak pada ekonomi kita, terutama untuk ekspor dan sektor lain
seperti wisatawan mancanegara," terang dia. Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor
ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen, dengan
nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan
pertumbuhan 7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan
adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp
195,7 triliun. "Gadget membuat pertumbuhan signifikan di sektor komunikasi menjadi paling tinggi.
Pembangunan real estate positif, demikian juga dengan lembaga keuangan. Konstruksi tumbuh positif karena ini
berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun. Terutama yang dilakukan pemerintah dalam
rangka MP3EI," jelas Suryamin. Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah
Rp 9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2000)
adalah Rp. 2770,3 triliun Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK
sebesar Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB sebesar Rp 2.092,4
triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.

Perekonomian Indonesia 2014 Kondisi ekonomi makro sepanjang tahun 2014 menunjukkan kinerja yang
cukup baik sebagaimana ditunjukkan melalui indikator makro ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014
tercatat sebesar 5,1 persen (angka sementara), lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 yang sebesar 5,5 persen. Ini tentunya terkait
dengan kondisi global dan kondisi kita sendiri, di mana besarnya defisit transaksi berjalan membuat baik
kebijakan moneter dan fiskal sifatnya kebijakan yang ketat. Dengan kebijakan yang ketat, maka otomatis
memang pertumbuhan akan terkendala, sehingga tidak mencapai apa yang diharapkan, kata Menteri Keuangan
(Menkeu) Bambang P.S. Brodojonegoro dalam konferensi pers Perkembangan Perekonomian Terkini Serta
Kinerja Realisasi APBNP Tahun 2014 di kantornya, Senin (5/1).
Selain itu, tingkat inflasi tahun 2014 tercatat sebesar 8.36 persen, lebih tinggi dari asumsi APBN-P 2014 yang
sebesar 5,3 persen. Hal ini terjadi karena APBN-P 2014 belum mengasumsikan adanya penyesuaian harga bahan
bakar minyak (BBM). Realisasi tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,8
persen, lebih rendah dari asumsi dalam APBN-P 2014 yang sebesar 6,0 persen.
Sementara itu, realisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat rata-rata sebesar
Rp11.878/dolar AS, lebih tinggi dari angka yang ditetapkan dalam APBN-P 2014, sebesar Rp11.600/dolar AS.
Harga minyak mentah Indonesia tercatat sebesar 97 dolar AS per barel, lebih rendah dari asumsi dalam APBN-P
2014, sebesar 105 dolar AS per barel. Untuk rata-rata lifting minyak mentah Indonesia, realisasinya mencapai
794 ribu barel per hari, lebih rendah dari target dalam APBN-P 2014 yang sebesar 818 ribu barel per hari.
Terakhir, realisasi lifting gas mencapai target yang ditentukan dalam APBN-P yaitu 1.224 ribu barel setara
minyak per hari.(ya)

Perekonomian Indonesia 2015 Awal tahun 2015 menjadi momentum tepat untuk memprediksi kondisi
perekonomian Indonesia kedepan. Sebagai salah satu negara yang baru saja mengalami perombakan politik,
serangkaian kebijakan baru tentunya akan mempengaruhi proyeksi ekonominya. Meskipun laju perekonomian
di tahun lalu mengalami perlambatan, namun sejumlah ahli dan ekonom justru memprediksi bahwa di tahun
2015 perekonomian Indonesia akan mengalami peningkatan. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Bahkan ditengah
kondisi ekonomi internasional yang terbilang pesimis dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini sejumlah data
yang dikumpulkan dari data-data Bank Indonesia dan sejumlah kalangan mengenai perkembangan ekonomi di
tahun 2015. Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar
7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level
8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di
2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten
dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 41% pada 2015 dan 2016, dan mendukung
pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Mengacu pada evaluasi terhadap
perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia semakin
baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang
oleh perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat fundamental
ekonomi nasional.Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat
dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama
dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global, serta adanya
kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor
manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik,
perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan program penghematan
anggaran. Sementara itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang
masih cukup tinggi terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap solid. Pada tahun 2015,
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan
2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan
didukung oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk
mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.

Inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Desember 2015 mengalami
inflasi 0,96 persen. Dengan demikian inflasi Januari-Desember 2015 sebesar 3,35 persen. Kepala BPS Suryamin
menuturkan, inflasi tahunan 2015 merupakan yang terendah lima tahun terakhir sejak 2010. Pada 2010, inflasi
tahun kalendernya tercatat sebesar 6,96 persen. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat sebesar 3,79 persen. Pada
tahun 2012, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 4,3 persen, dan pada tahun 2013 inflasi tahun kalendernya
sebesar 8,38 persen. "Pada tahun 2014 inflasi tahun kalender sebesar 8,36 persen. Sehingga inflasi 2015 yang
sebesar 3,35 persen ini masuk dal batas bawah target pemerintah yang sebesar 4 plus minus 1 persen," ujar
Suryamin dalam paparan, Senin (4/1/12016). Adapun inflasi Desember 2015 yang sebesar 0,96 persen
disebabkan utamanya oleh bahan makanan. Pada bulan Desember, inflasi bahan makanan paling tinggi dari
semua kelompok pengeluaran yaitu sebesar 3,2 persen. Inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0,5 persen, sedangkan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,4 persen.
Suryamin menjelaskan lebih jauh, inflasi kelompok sandang sebesar 0,09 persen dan kesehatan sebesar 0,24
persen. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga inflasinya pada bulan Desember 2015 sebesar 0,06
persen. Dan kelompok transportasi, telekomunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,45
persen. Suryamin menambahkan, inflasi tertinggi pada Desember 2015 terjadi di Merauke sebesar 2,87 persen.
Sedangkan, inflasi terendah terjadi di Cirebon sebesar 0,27 persen. "Inflasi komponen inti Desember 2015
sebesar 0,23 persen. Sehingga inflasi komponen inti tahun ke tahun sebesar 3,95 persen," ucap Suryamin.

Pengangguran
Menurut rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran di indonesia pada Februaru 2016 adalah
sebanyak 7,02 juta jiwa atau turun sekitar 430.000 jiwa dibandingkan dengan data jumlah pengangguran pada
Februari tahun 2015. Dari data selama 6 tahun yaitu sejak Februari 2010 sampai dengan Febuari 2016, pada
grafik menunjukan bahwa trend cenderung menurun, walaupun sempat terjadi kenaikan pada Februari 2014 ke
Februari 2015.
Sedangkan data yang dirilis pada bulan Agustus setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir, yaitu sejak Agustus
2010 sampai dengan Agustus 2015 pada grafik menunjukan adanya Fluktuasi.

Oleh karena itu apabila keseluruhan data di gabungkan sejak Februari tahun 2010 sampai dengan Februari tahun
2016, maka akan terlihat bahwa jumlah pengangguran hanya mengalami penurunan secara konsisten sejak bulan
Februari 2010 sampai dengan februari 2014 saja.
Mulai dari Februari 2013 sampai Februari 2016 trend menjadi lebih fluktuatif, bahkan sempat terjadi tiga kali
mengalami trend yang menunjukan peningkatan pengangguran, yaitu pada februari 2014 sampai agustus 2015.
Dari data di bawah terlihat bahwa tingkat pengangguran terendah berada pada tahun 2016. Tetapi kalau dirata-
ratakan angka pengangguran masih berada di kisaran 7.5 juta jiwa.

Jumlah Angkatan Kerja


DALAM JUTA
TENAGA KERJA
2010 116.5
2011 119.4
2012 120.3
2013 120.2
2014 121.9
2015 122.4
2016 127.8
- BEKERJA
2010 108.2
2011 111.3
2012 113.0
2013 112.8
2014 114.6
2015 114.8
2016 120.8
Pendapatan Nasional 2010-2015
PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA TAHUN 2010. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia
sepanjang tahun 2010 tercatat mengalami kenaikan 13% menjadi Rp 27 juta atau US$ 3.004,9 dibandingkan
pendapatan per kapita tahun sebelumnya yang sebesar Rp 23,9 juta atau US$ 2.349,6. Badan Pusat Statistik
(BPS) Senin (7/2) menjelaskan, PDB/PNB (Produk Nasional Bruto) per kapita merupakan PDB/PNB (atas dasar
harga berlaku) dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PNB per kapita juga meningkat dari Rp 23,1
juta atau US$ 2.267,3 pada 2009 naik menjadi Rp 26,3 juta setara dengan US$ 2.920,1 di 2010 atau terjadi
peningkatan sebesar 13,9%. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan di 2010 mencapai Rp
2.310,7 triliun, sedangkan di 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 2.177,7 triliun dan Rp 2.082,5
triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB 2010 naik sebesar Rp 819 triliun, yaitu dari Rp 5.603,9
triliun di 2009 menjadi sebesar Rp6.422,9 triliun di 2010. Kenaikan itu dikatakan Kepala BPS Rusman
Heriawan sejalan dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia di 2010 yang mengalami pertumbuhan sebesar
6,1%.[O-2]

PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA TAHUN 2011. Pendapatan perkapita warga Indonesia tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar 3,7 juta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan per kapita masyarakat
Indonesia sepanjang 2011 mencapai Rp30,8 juta atau sekitar US$3.542,9. Angka ini naik sekitar Rp3,7 juta
dibandingkan setahun sebelumnya sebesar Rp27,1 juta. Pelaksana Tugas Kepala BPS, Suryamin, dalam
keterangan pers di kantornya, Jakarta, Senin, 6 Februari 2012, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia
selama kuartal IV-2011 masih banyak terkonsentrasi di tiga provinsi utama yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, dan
Jawa Barat. Kegiatan ekonomi di sektor sekunder dan tersier juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Sementara itu, kegiatan ekonomi sektor primer lebih banyak diperankan oleh daerah-daerah di luar Jawa.
Selama 2011, BPS melaporkan lapangan usaha yang banyak tumbuh berasal dari sektor pengolahan sebesar 24,3
persen, pertanian 14,7 persen, perdagangan, hotel, restoran 13,8 persen, dan sektor bisnis lainnya 47,2 persen.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2011 mencapai target pemerintah yaitu sebesar 6,5
persen. Ekonomi Indonesia tahun lalu banyak ditopang oleh kegiatan ekspor dan impor, masing-masing sebesar
13,6 persen dan 13,3 persen. Sementara itu, dari investasi hanya berkontribusi sebesar 8,8 persen.

PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA TAHUN 2012. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk
domestik bruto (PDB) per kapita masyarakat Indonesia atas harga berlaku sepanjang tahun 2012 mencapai Rp
33,3 juta atau US$ 3.562,6. Pendapatan masyarakat tersebut meningkat 9,53% dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar Rp 30,4 juta atau US$ 3.498,2. Dengan kata lain, masyarakat Indonesia memperoleh pendapatan per
bulan sebesar Rp 2,775 juta atau setara Rp 92.500 per hari. Kepala BPS Suryamin dalam keterangan pers di
kantornya, Selasa (5/2/2013) mengatakan, PDB Indonesia pada kuartal IV-2012 masih didominasi oleh Pulau
Jawa. Provinsi DKI Jakarta masih menjadi pengkontribusi PDB terbesar diikuti Jawa Timur dan Jawa Barat.
Secara kuantitatif, BPS melaporkan kegiatan di sektor sekunder dan tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Sementara kegiatan primer lebih banyak dkikontribusi daerah-daerah di luar Jawa. BPS sebelumnya
melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 mencapai 6,23%. Sumber pertumbuhan berasal dari
pengeluarkan konsumsi rumah tangga yang mencapai 5,28%. pembentukan modal tetap bruto 9,81%."Karena
investasi kaitannya dengan produktivitas," kata Suryamin seraya menambahkan pengeluaran konsumsi
pemerintah turun 1,25% dibandingkan setahun sebelumnya.

PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA TAHUN 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan
domestik bruto (PDB) per kapita 2013 mencapai Rp 36,5 juta. Kepala BPS Suryamin menuturkan, ada laju
peningkatan sebesar 8,88 persen dibanding PDB per kapita tahun 2012 yang sebesar Rp 33,5 juta.
Suryamin menjelaskan, kenaikan ini disebabkan realisasi PDB Indonesia sepanjang 2013 yang mengalami
peningkatan. "Hal ini meningkatkan PDB per kapita kita pada tahun lalu menjadi Rp 36,5 juta. Sedangkan di
2012 dan 2011, realisasi PDB per kapita masing-masing sebesar Rp 33,5 juta dan Rp 30,7 juta," kata dia di
Kantor BPS, Jakarta, Rabu (5/2/2014). Sepanjang 2013, PDB Indonesia tercatat sebesar Rp 9.084 triliun Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2000) adalah Rp 2.770,3
triliun. Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar Rp 699,9
triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, di mana PDB ADHB sebesar Rp 2.092,4 triliun dan ADHK
sebesar Rp 662,1 triliun. Suryamin menyebut, kenaikan PDB ini menyumbang peningkatan pendapatan per
kapita. Namun, jika diukur dengan dollar AS, maka PDB terlihat mengalami penurunan. "Memang ada
penurunan kalau dihitung pakai dollar AS, karena ada pelemahan nilai tukar rupiah," kata Suryamin.
Sepanjang 2013, PDB per kapita orang Indonesia sebesar 3.499,9 dollar AS. Sedangkan pada 2012 mencapai
3.583,2 dollar AS, dan pada 2011 sebesar 3.525,2 dollar AS. Di sisi lain, Produk Nasional Bruto (PNB) AHDB
pada 2013 sebesar 3.391,6 dollar AS atau Rp 35,4 juta. Angka ini naik 8,72 persen dibanding realisasi 2012
yang sebesar Rp 32,5 juta.

Pendapatan Per Kapita Indonesia di tahun 2014. Situs Inilah.com sempat memberitakan bahwa Pendapatan
Perkapita Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 4.700 dollar Amerika (USD) per tahun, atau jika di
konversikan ke angka rupiah maka hitungan kasarnya akan muncul angka Rp 60.000.000,- / tahun atau sekitar
Rp 5.000.000,- / bulan (dalam kurs rupiah bergerak stabil di kisaran angka 12.765,- per satu dollar Amerika).
Apakah Anda sudah berpenghasilan Rp 5 juta rupiah per bulan? Terdengar mengesankan, tetapi angka ini saya
ragukan secara pribadi. Silakan baca sumber beritanya di
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2143803/pendapat-perkapita-indonesia-us4700, (silakan copy link berikut
tetapi situs tersebut tidak mencantumkan sumber data yang diperoleh dalam artikel beritanya. Kalaupun benar
data tersebut bahwa rata-rata penduduk Indonesia sudah berpenghasilan Rp 5.000.000,-/bulan (dengan rumus
perhitungan total pendapatan nasional dibagi jumlah total penduduk), maka yang terjadi adalah kesenjangan
ekonomi di masyarakat Indonesia bagaikan jurang. Dalam arti ada penduduk yang sangat kaya sehingga
menutupi jumlah yang berpendapatan kurang, sedangkan mayoritas penduduk tetap berpenghasilan rendah
sehingga bisa muncul angka pendapatan per kapita USD 4.700,- per tahun di 2014. Dan satu lagi, masih
kalaupun benar pendapatan per kapita di Indonesia pada tahun 2014 adalah USD 4.700,- / tahun atau USD
391,66 per bulan (sekitar 5 juta per bulan), tetap saja dalam artikel diatas disebutkan bahwa pendapatan
perkapita Indonesia masih teramat jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia, terlebih lagi
Singapura. Negeri Jiran asal Ipin-Upin itu memiliki Pendapatan Per Kapita hingga tiga kali lipat lebih banyak
dari rakyat Indonesia, sementara negara yang jauh lebih kecil yakni Singapura, lebih banyak hingga 11 kali

Pendapatan Negara 2015 Capai Rp1.491,5 Triliun Jakarta, 05/01/2016 Kemenkeu - Realisasi pendapatan
negara tahun anggaran 2015 tercatat mencapai Rp1.491,5 triliun (angka sementara), atau mencapai 84,7 persen
dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 yang sebesar Rp1.761,6
triliun. Dari total realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.235,8
triliun, atau 83 persen dari target APBN-P 2015 yang sebesar Rp1.489,3 triliun. Seperti diketahui, melambatnya
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 telah berdampak terhadap penerimaan perpajakan, terutama sektor industri
pengolahan dan sektor pertambangan. Selain itu, realisasi penerimaan perpajakan tahun 2015 juga dipengaruhi
oleh melemahnya impor dan harga-harga komoditas, khususnya yang menjadi ekspor utama Indonesia, yaitu
minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan komoditas pertambangan. Sementara itu, realisasi Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2015 tercatat sebesar Rp252,4 triliun, atau 93,8 persen dari target APBN-P
2015 yang sebesar Rp269,1 triliun. Lebih rendahnya realisasi PNBP ini terutama disebabkan oleh turunnya
pendapatan sumber daya alam (SDA) migas dan pertambangan mineral dan batubara (minerba), karena turunnya
harga komoditas batubara di pasar internasional.(nv)

NERACA PEMBAYARAN
2010 Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
triwulan IV 2010 mencatat surplus US$ 11,3 miliar. Angka tersebut, meningkat
61,42% dibandingkan surplus pada triwulan III 2010 sebesar US$ 7
miliar.Transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial memberikan
kontribusi kenaikan NPI. "Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan
devisa pada akhir triwulan IV 2010 menjadi US$ 96,2 miliar atau setara dengan
7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," ujar Difi A.
Johansyah Kepala Biro Humas BI.
Transaksi berjalan triwulan IV 2010 mencatat surplus US$ 1,2 miliar atau 0,7%
PDB. Neraca perdagangan mengalami kenaikan surplus berkat tingginya
pertumbuhan ekspor komoditas nonmigas, khususnya yang berbasis sumber
daya alam, seiring kuatnya permintaan dunia dan tingginya harga di pasar
internasional. Namun, surplus transaksi berjalan tersebut sedikit lebih rendah
daripada triwulan sebelumnya karena pembayaran jasa transportasi dan imbal
hasil kepada investor asing yang meningkat mengikuti kenaikan impor dan arus
masuk modal asing.
Dalam periode yang sama, transaksi modal dan finansial mengalami kenaikan
surplus hingga mencapai US$ 9,9 miliar. Arus masuk investasi langsung
meningkat signifikan sejalan dengan iklim investasi yang terus membaik dan
kondisi makroekonomi yang stabil.

Arus masuk investasi lainnya juga meningkat yang bersumber dari penarikan
utang luar negeri pemerintah dan penarikan simpanan milik perbankan domestik
di luar negeri.
Penarikan simpanan perbankan tersebut, selain akibat meningkatnya kebutuhan
pembayaran luar negeri, juga disebabkan oleh berkurangnya pasokan valas dari
investasi portofolio asing sehubungan dengan krisis yang terjadi di Eropa.

perekonomian Indonesia sepanjang 2011 yang secara keseluruhan masih


mengalami surplus cukup besar yaitu USD11,9 miliar. Dengan perkembangan
ini,sepanjang 2011 cadangan devisa Indonesia meningkat sehingga menjadi
USD110,1 miliar dari USD96,2 miliar pada akhir 2010. Perkembangan di kuartal
IV-2011 tersebut membuat berbagai pihak di pemerintahan dan sebagian
pengamat merasa concerned sehingga menteri keuangan baru-baru ini
menyatakan, pemerintah mewaspadai perkembangan neraca pembayaran.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan pada 2012


mengalami surplus 0,2 miliar dolar AS. Meski demikian, nilai surplus itu
menyusut hingga 90 persen dibandingkan 11,85 miliar dolar AS pada 2011.
Khusus NPI kuartal IV 2012, surplus yang dicatatkan mencapai 3,2 milir dolar AS.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan 0,8 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya.
Perbaikan kinerja NPI terjadi karena surplus transaksi modal dan finansial yang
meningkat lebih besar dibandingkan kenaikan defisit transaksi berjalan. Data
Bank Indonesia (BI) menunjukkan transaksi modal dan finansial pada kuartal IV
2012 mengalami surplus hingga 11,4 miliar dolar AS.
"Jumlah ini hampir dua kali lipat dari kuartal sebelumnya. Artinya, kepercayaan
investor sangat baik," kata Direktur Departemen Perencanaan Strategis dan
Hubungan Kemasyarakatan BI, Difi A Johansyah, di Jakarta, Rabu (13/2).
Kenaikan surplus ini antara lain bersumber dari meningkatnya arus masuk
investasi portofolio asing dalam bentuk pembelian surat berharga negara, baik
berdenominasi rupiah maupun valuta asing. Arus masuk juga terjadi dalam
bentuk penarikan dana milik perbankan domestik yang disimpan di luar negeri.
Ini merupakan respon terhadap meningkatnya kebutuhan valuta asing di dalam
negeri. Selain itu, investasi langsung asing (PMA) masih mengalir masuk dalam
jumlah yang hampir sama dengan triwulan sebelumnya.
Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina mengatakan transaksi modal dan
finansial yang surplus membuat pasar tak khawatir dengan perekonomian
Indonesia. Meski demikian, defisit transaksi berjalan pada periode tersebut
masih saja tinggi, bahkan meningkat dari kuartal sebelumnya.
"Namun impor yang tinggi itu juga karena impor BBM dan barang modal yang
digunakan untuk produksi di dalam negeri," kata Dian kepada ROL. Defisit
transaksi berjalan kuartal IV 2012 mencapai 7,8 miliar dolar AS. Angka ini minus
3,6 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB), dan lebih tinggi dibandingkan
defisit 5,3 miliar dolar AS atau minus 2,4 persen pada kuartal III 2012.
Kesenjangan antara neraca migas dan neraca non migas semakin jauh. Apalagi,
kenaikan ekspor tak bisa mengimbangi kenaikan impor untuk konsumsi BBM.
Dian mengatakan ke depannya, defisit transaksi berjalan akan semakin
membaik. "Jika pada 2012 minus 2,7 persen dari PDB, maka ekspektasi kami
untuk 2013 hanya minus 1,8 hingga dua persen," katanya. Dian melihat dari sisi
ekonomi global, Cina dan Amerika Serikat semakin stabil dan membaik. Dengan
demikian, Indonesia seharusnya bisa lebih banyak mengekspor barang.
Meskipun angka impor diperkirakan masih tetap tinggi. Pemulihan ekspor
Indonesia, kata Dian, juga didukung naiknya harga komoditas. Ini sudah diawali
dengan kenaikan harga minyak. Harga minyak jenis Brent saat ini mencapai 117
dolar AS per barel. Ini akan mendorong kenaikan harga komoditas lainnya.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV-2013 kembali tercatat


surplus sebesar US$4,4 miliar, setelah selama tiga triwulan terakhir
mengalami defisit. Perbaikan NPI triwulan IV-2013 ditopang defisit transaksi
berjalan yang menurun cukup tajam menjadi US$4,0 miliar atau 1,98% dari
Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini jauh lebih rendah dari defisit triwulan
sebelumnya yang sebesar US$8,5 miliar (3,85% PDB) maupun perkiraan awal
Bank Indonesia (BI). Surplus NPI triwulan IV-2013 juga ditopang oleh peningkatan
surplus transaksi modal dan finansial yang mencapai US$9,2 miliar, lebih besar
dari surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$5,6 miliar. Surplus NPI
triwulan IV-2013 pada gilirannya mendorong kenaikan cadangan devisa dari
US$95,7 miliar pada triwulan III-2013 menjadi US$99,4 miliar pada Desember
2013, atau setara 5,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
Pemerintah. Bank Indonesia menilai NPI triwulan IV-2013 yang kembali tercatat
surplus tidak terlepas dari kontribusi positif bauran kebijakan yang telah
dilakukan BI bersama dengan Pemerintah dalam menurunkan defisit transaksi
berjalan dan memperkuat ketahanan sektor eksternal.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2014 mencatat surplus


sebesar US$2,4 miliar. Surplus NPI ini ditopang oleh surplus transaksi modal
dan finansial sebesar US$7,8 miliar yang melampaui defisit transaksi berjalan
sebesar US$6,2 miliar (2,81% PDB). Surplus NPI triwulan IV-2014 tersebut pada
gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari US$111,2 miliar
pada akhir triwulan III 2014 menjadi US$111,9 miliar pada akhir triwulan IV 2014.
Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan
pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,4 bulan dan
berada di atas standar kecukupan internasional. Pada Januari 2015, posisi
cadangan devisa kembali meningkat menjadi US$114,2 miliar.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2015 mencatat surplus


sebesar US$5,1 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat
defisit sebesar US$4,6 miliar. Surplus NPI ini ditopang oleh surplus transaksi
modal dan finansial sebesar US$9,5 miliar yang melampaui defisit transaksi
berjalan sebesar US$5,1 miliar (2,39% PDB). Surplus NPI triwulan IV 2015
tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari
US$101,7 miliar pada akhir triwulan III 2015 menjadi US$105,9 miliar pada akhir
triwulan IV 2015. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai
kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 7,4
bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional.
DAFTAR ISI

https://images.search.yahoo.com/search/images;_ylt=A0SO8zg68URYRBkAfhhXNyoA;_ylu=X3oDMTEzZ2M
5aGc1BGNvbG8DZ3ExBHBvcwMxBHZ0aWQDREZENl8xBHNlYwNwaXZz?
p=pendapatan+nasional+2010+-2015&fr=tightropetb&fr2=piv-web

https://rinegan.wordpress.com/2010/04/20/perhitungan-pendapatan-nasional/

http://imasekaaw.blogspot.co.id/2014/06/pendapatan-perkapita-indonesia-tahun.html

https://www.scribd.com/doc/293823177/Pendapatan-Nasional-Indonesia-Tahun-2010-2014

http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwiv0ciTpdzQAhWLMY8KHSXPCFkQFggZMAA
&url=http%3A%2F%2Fwww.kemenkeu.go.id%2FBerita%2Frealisasi-pendapatan-negara-2015-capai-rp14915-
triliun%253Ftag%253Danggaran-apbn-p-2015-pendapatan&usg=AFQjCNECCT18RGH0Jmcg24J26Sfldg-
lKg&sig2=C29Fk3Hvft2mK9DtOQLLmQ

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=gPhEWI6xDcHsvASH8rjoBw#q=NERACA+PE

https://www.google.co.id/search?
biw=1024&bih=499&noj=1&q=neraca+pembayaran+indonesia+tahun+2014&sa=X&ved=0ahUKEwiCyqrDqd
zQAhXCrJQKHcLNApgQ1QIIZygA

http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_171015.aspx

http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_181116.aspx

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/01/04/114926926/Terendah.Lima.Tahun.Terakh
ir.Inflasi.2015.Hanya.3.35.Persen

Anda mungkin juga menyukai