PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting di tingkat global, regional, nasional, maupun lokal. Tuberkulosis
menyebabkan 5000 kematian per hari, atau hampir 2 juta kematian per tahun
di seluruh dunia. TB, HIV/AIDS, dan malaria secara bersama-sama
merupakan penyebab 6 juta kematian setiap tahun. Seperempat juta (25%)
kematian karena TB berhubungan dengan HIV. Insidensi global TB terus
meningkat sekitar 1% per tahun, terutama karena peningkatan pesat insidensi
TB di Afrika berkaitan dengan komorbiditas HIV/AIDS (WHO, 2009a).
Sepertiga dari populasi total dunia (sekitar 2 milyar orang) terinfeksi
TB. Karena daya tahan tubuh, hanya 10% dari orang yang terinfeksi TB akan
menjadi sakit dengan tanda dan gejala TB aktif di perjalanan hidupnya. Setiap
kasus TB merupakan faktor risiko penyakit TB karena jika tidak diobati
dengan tepat, setiap kasus TB aktif menginfeksi 10 hingga 15 orang setiap
tahun. Orang dengan HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami TB
aktif karena kerusakan sistem imunitas (WHO, 2009a)
Indonesia menduduki peringkat ketiga di antara 22 negara di dunia
yang memiliki beban penyakit TB tertinggi. Menurut Global Tuberculosis
Control Report 2009 WHO, diperkirakan terdapat 528,063 kasus baru TB.
Estimasi insidensi TB 228 kasus baru per 100,000 populasi. Estimasi angka
insidensi hapusan dahak baru yang positif adalah 102 kasus per 100,000
populasi pada 2007 (WHO, 2009a). Berdasarkan kalkulasi disability-adjusted
life-year (DALY) WHO, TB menyumbang 6.3 persen dari total beban
penyakit di Indonesia, dibandingkan dengan 3.2 persen di wilayah regional
Asia Tenggara (USAID, 2008).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).
2.2 Epidemiologi Tuberculosis
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO)
telah mencanangkan tuberculosis sebagai Global Emergency . Laporan
WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis
pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam)
positif. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini,
dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis.
Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari
seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat
182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia
tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk. Diperkirakan terdapat 2 juta
kematian akibat tuberculosis pada tahun 2002. Jumlah terbesar kematian
akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti
sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di
Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup
tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001 didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan
penyebab kematian kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992
disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua,
sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab
kematian pertama pada golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi,
lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
Risiko penularan
positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
50% meninggal
25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
o 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular
Catatan :
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis tuberkulosis.
Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkan tabel
badan badan.
Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari
setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
10
11
12
klasifikasi
penyakit
dan
tipe
pasien
tuberculosis
13
14
15
16
17
TB Paru (kasus baru), BTA negative Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ / 4
RH Alternatif : 2 RHZ/ 4R3H3 atau 6 RHE
Paduan ini dianjurkan untuk :
a. TB paru BTA negatif dengan gambaran radiologik lesi minimal
b. TB di luar paru kasus ringan
TB paru kasus kambuh
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT
pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan
obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau
lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga paduanobat yang
diberikan : 3 RHZE / 6 RH
Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif
diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (Program P2TB)
TB Paru kasus gagal pengobatan
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan
minimal menggunakan 4 -5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih
sensitif ( seandainya H resisten, tetap diberikan). Dengan lama pengobatan
minimal selama 1 2 tahun . Menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan
dahulu 2 RHZES , untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi.
Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan
paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 H3R3E3 (Program P2TB)
19
Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi,
berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil
uji resistensi (minimal terdapat 2 macam OAT yang masih sensitive
dengan H tetap diberikan walaupun resisten) ditambah dengan obat lain
kemungkinan
penyembuhan
Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru
Catatan : TB diluar paru lihat TB dalam keadaan khusus
20
21
22
BAB III
HASIL KEGIATAN
23
24
25
3.
Pustu Payo
Pustu Bandar Pandung
Pustu Gurun Bagan
Pustu Sawah Piai
Pustu Bancah
Poskeskel Tanah Garam
Poskeskel Gurun Bagan
Poskeskel Sinapa Piliang
JENIS TENAGA
S2 Kesehatan Masyarakat
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan Masyarakat
S1 Keperawatan
JUMLAH
1
5
1
3
3
KETERANGAN
26
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Rekam Medik
Poli Umum
Poli Gigi
UGD 24 jam
Laboratorium Klinik
Farmasi
Klinik Gizi
27
Klinik Sanitasi
Poli Ibu
Poli Anak
Poli KB
PolI Imunisasi
Klinik PKPR
Rawatan Dewasa
f. Sasaran
1. Data Kependudukan
Jumlah Penduduk
: 21942 orang
Jumlah Bulin
: 415 orang
Jumlah Buteki
: 396 orang
Jumlah Bayi
: 4383 orang
: 1206 orang
Jumlah PUS
: 3628 pasangan
Jumlah Bumil
: 458 orang
Jumlah WUS
: 5114 orang
: 23 buah
: 92 orang
Jumlah TOGA
: 3 kelurahan
Jumlah POD
:-
: 9 buah
:-
Jumlah KK Miskin
: 644 KK
28
Progra
KIA
Kegiatan
Pencapaian
Target (%)
(%)
K1
72
95
(Ibu)
29
Anak
K4
Persaalinan oleh Nakes
Kunjungan Nifas
Deteksi resti Ibu Hamil oleh
51
54
53
31
94
90
89
20
Nakes
Deteksi resti Ibu hamil oleh
20
masyarakat
Kematian ibu hamil atau
51
48
51
51
48
87,98
2
3
-
90
88
90
87
90
83
-
PWS KB
Tabel 6. PWS KB
NO
Keluraha
Jumla
h PUS
Peserta KB baru
Bl
Bl
lal
ini
Peserta KB Aktif
Kum
Bln
Bln
lalu
ini
Kum
u
2475
12
Jml
114
%
4,6
1.752
1.
Tn.Gara
2.
3.
m
VI Suku
Sinapa
968
227
4
0
4
1
90
7
%
9,2
3,0
Piliang
Total
3670
16
13
211
5,7
1750
Jml
1.750
%
70,7
689
161
686
162
686
162
70,8
71,3
2.602
2598
2598
70,7
2.Gizi Masyarakat
Kegiatan :
a. Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb & Agst)
30
84.1
79.7
76.3
80
70
61.2
60
50
40
55.8
49.7
46.6
54.4
52.350.8 50.6
50.448.9 49.2
49.7 48.5
47.6 49.348.8
45.245.1
44.5 43.4
43.5
41.8
37.2
35.4
33.3
Tanah Garam
VI Suku
Sinapa Piliang
puskesmas
30
20
10
0
Januari Februari Maret
April
Mei
Juni
Juli
31
Program
Program
Imunisasi
P2P
Program P2PM
a. Pelayanan
Kegiatan Program TB
Imunisasi
Surveilans
b. BIAS
b. Survey dan
c. TT WUS
Pemetaan wilayah
a. Pelacakan Kasus
d. Sweeping
TB
e. Pelacakan KIPI
c. Penyegaran Kader
TB
d. Penyuluhan HIV
AIDS,IMS & TB
untuk pemuda
e. Survey
Epidemiologi
f. PTM
DBD :
Sosialisasi DBD
Pemantauan Jentik
PE
g. Posbindu
Hasil Kegiatan
Tabel 8. Hasil kegiatan program P2M
No
1.
Program
P2M
14.
Imunisas
Kegiatan
Penemuan Kasus BTA (+)
Angka bebas jentik (ABJ)
Penemuan kasus Pneumonia
Pengobatan Diare
Penangan Kasus DBD
Jumlah Kasus DBD
Penemuan Kasus Kusta
Rabies : Kasus Gigitan
Pemberian VAR/SAR
IVA :Diperiksa hasil (+)
HIV/AIDS
Kunjungan
HIV (+)
Imunisasi Lengkap
Pencapaian
8
83,7
15
100
100
17
28
18/44
262
1
94,5
Target (%)
80
95
75
100
100
85
175 org
61,4 %
i
HB O
BCG
32
Pol 1
DPT + Hb+HiB 1
Polio 2
DPT HB- HiB 2
Polio 3
DPT Hb HiB 3
Polio 4
Campak
Campak (booster)
DPT HB HiB (booster)
61,4 %
62,1 %
62,3%
60%
60%
59,3%
59,3%
58,2%
76 org
147 org
95
90
90
90
-
4.Kesehatan Lingkungan
Kegiatan :
- Inspeksi sanitasi dasar
- Rumah sehat
- Pemeriksaan TTU-TPM
- STBM
- Pengelolaan sampah RT
- Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
- Penyuluhan Hygiene sanitasi ke sekolah
- Penyuluhan kawasan sehat
Hasil Kegiatan
Tabel 9. Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
No
1
Program
Akses Air
TG
100
VI SUKU
100
SNP
100
Pencapaian
100
Target (%)
100
Bersih
Jamban
67,91
85,75
100
84,6
100
Keluarga
Pengel.
57,16
56,92
57,69
57,12
100
Limbah
Pengel.
57,86
55,19
52,56
56,53
100
5
6
7
Sampah
Rumah Sehat
TTU
TPM
69,55
-
80,98
-
83.65
-
74,55
100
86,67
95
80
85
33
5.Promosi Kesehatan
Kegiatan ;
a. Penyuluhan ke Sekolah
b. Penyuluhan di Posyandu
c. Penyuluhan Keliling
d. Pembinaan Kelurahan model PHBS
e. KTR
f. Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga
6. Program Pengembangan
Tabel 10. Program Pengembangan
No
1
Program
UKS
Skrining murid kelas 1
SD/SLTP/SLTA
Pembinaan Sekolah Sehat
Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan
2.
Perkesmas
Asuhan keperawatan pada keluarga
Kunjungan rumah KK Resti
Kesehatan Jiwa
penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
rujukan kasus jiwa
Kesehatan Lansia
34
6.
7.
PKPR
Pelatihan kader PKPR
Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
Konsultasi bagi remaja
Kesehatan Gigi % Mulut
Dalam Gedung :
UKGS
UKGM
kabupaten ( TB.12)
Laporan OAT (TB.13)
Data situasi ketenagaan program TB
Data situasi public-private mix (PPM) dalam pelayan TB
Indikator Program TB
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB
digunakan beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara nasional
ada 2 yaitu :
a. Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate = CDR)
Adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan
diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada
dalam wilayah tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan
penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Perkiraan jumlah
36
Indikator
Sumber
Periode
data
3
TB-06
Bulanan
TB-06
Bulanan
dahaknya
3 Proporsi
TB-01
Triwulan
penderita
TB-03
12
1 Proporsi
Pemanfaatan indikator
Kab/kota Propinsi Pusat
PK
4
suspek
diperiksa
2 Proporsi
penderita
TBC
paru
BTA positif
diantara
suspek yang
diperiksa
TBC
paru TB-07
BTA positif
diantara
seluruh
penderita
TBC paru
4 Angka
TB-01
konversi
TB-03
5 Angka
TB-11
TB-01
kesembuha
TB-03
TB-08
Triwulan
Triwulan
37
6 Error rate
TB-12
Triwulan
7 Case
TB-07
Tahunan
Notification
Data
rate
kependudu
kan
TB-07
8 Case
Detection
Data
Rate
perkiraan
Tahunan
jumlah
penderita
baru
Tabel 11. Indikator yang dapat digunakan di berbagai tingkatan
Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai
indikator Nasional tersebut di atas, yaitu:
1. Angka penjaringan suspek
Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000
penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan
untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu,
dengan
memperhatikan
kecenderungannya
dari
waktu
ke
waktu
(triwulan/tahunan).
jumla h suspekyangdiperiksa
x 100
Rumus : perkiraanjumla h suspekyangada
Jumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan dari buku daftar suspek
(TB.06). UPK yang tidak mempunyai wilayah kerja, misalnya rumah sakit,
BP4 atau dokter praktek swasta, indikator ini sulit dianalisa, indikator ini tidak
dapat dihitung
2. Proporsi penderita BTA positif diantara suspek
Proporsi penderita BTA positif diantara suspek adalah Persentase
penderita yang ditemukan BTA positif diantara seluruh suspek yang diperiksa
sputumnya. Angka ini menggambarkan proses penemuan sampai diagnosis
penderita, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek
38
jumla h penderitaBTApositif
x 100
Rumus : jumla h seluru h suspekyangdiperiksa
Biasanya ditemukan angka sekitar 10%.Bila angka ini terlalu kecil,
misalnya 3%, mungkin disebabkan karena penjaringan suspek terlalu
longgar.Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek, atau ada masalah
dalam pemeriksaan laboratorium.
Bila angka ini terlalu besar, misalnya 30%, mungkin disebabkan
penjaringan/kriteria suspek terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan
laboratorium (false positive terlalu tinggi).Keadaan ini bisa menyebabkan
banyaknya penderita yang tidak terdeteksi atau lolos.
3. Proporsi penderita TBC paru BTA positif diantara semua penderita TBC
paru tercatat
Proporsi penderita TBC paru BTA positif diantara semua penderita
TBC paru adalah Persentase penderita TBC paru BTA positif diantara semua
penderita TBC paru tercatat
Indikator ini menggambarkan kegiatan penemuan penderita TBC yang
menular diantara seluruh penderita TBC paru yang diobati
Rumus:
jumla h p enderitaTBBTApositif ( baru+kambu h )
x 100
jumla h penderitaTBBTApositif ( baru+ kambuh ) + jumla h penderitaTBBTAnegatif
Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih
rendah, itu berarti kualitas diagnosis rendah dan kurang memberikan prioritas
untuk menemukan penderita yang menular (penderita BTA positif)
4. Angka Konversi ( Conversion Rate)
Angka konversi adalah persentase penderita TBC paru BTA positif
yang mengalami konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa
pengobatan intensif.
Angka konversi dihitung tesendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe
penderita, BTA positif baru dengan pengobatan kategori-1, atau BTA positif
39
jumla h penderitabaruBTApositifyangdikonversi
x 100
jumla h penderitabaruBTApositifyangdiobati
Di UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu penderita TB.01, yaitu
dengan cara mereview seluruh kartu penderita baru BTA positif yang mulai
berobat dalm 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya
yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan intensif (2 bulan).
Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dengan mudah
dapat dihitung dari laporan TB.11.
Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%. Angka konversi yang
tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula. Selain
dihitung angka konversi penderita baru TBC paru BTA positif, perlu dihitung
juga angka konversi untuk penderita TBC paru BTA positif yang mendapat
pengobatan dengan kategori 2.
5. Angka Kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan adalah: angka yang menunjukkan persentase
penderita TBC BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan,
diantara penderita TBC BTA positif yang tercatat.
Angka kesembuhan dihitung tersendiri untuk penderita baru BTA
positif yang mendapat pengobatan kategori 1 atau penderita BTA positif
pengobatan ulang dengan kategori 2.Angka ini dihitung untuk mengetahui
keberhasilan program dan masalah potensial.
Contoh perhitungan untuk penderita baru BTA positif dengan
pengobatan kategori 1
jumla h penderitabaruBTApositifyangsembu h
x 100
Rumus : jumla h penderitabaruBT Apositifyangdiobati
Di UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu penderita TB.01, yaitu
dengan cara mereview seluruh kartu penderita baru BTA positif yang mulai
40
ini
menggambarkan
kualitas
pembacaan
slide
secara
41
jumla h penderitabarupositifyangdilaporkandalamTB.07
x 100
perkiraanjumla h penderitabaruBTApositif
Angka perkiraan nasional penderita baru BTA positid adalah
110/100.000 penduduk (100-200 per 100.000 penduduk)
Target case detection rate program penanggulangan TBC nasional :
80% pada tahun 2005, dan tetap dipertahankan pada tahun-tahun selanjutnya.
42
Tabel 12. Data sasaran TB Puskesmas Tanah Garam Kota Solok 2015
3.3.1 Angka Penjaringan Penyakit Tuberculosis
Program tuberculosis pada poli TB di Puskesmas Tanah Garam
terdapat satu orang petugas kesehatan yang menangani kasus khusus TB.
Upaya penjaringan dari poli TB di Puskesmas Tanah Garam terdapat dua cara:
a. Dalam Gedung
Penjaringan TB dari dalam gedung dilakukan upaya penjaringan
dari dalam gedung dengan rujukan dari bebrapa poli seperti poli umum,
anak, ibu dan remaja jika terdapat keluhan yang menjurus ke TB. Seperti
jika terdapat keluhan batuk lebih dari 2 minggu disertai penurunan nafsu
makan serta berat badan yang menurun drastis.
Poli
Umum
Poli Anak
Poli
Remaja
Poli Ibu
44
Puskesmas Tanah garam sejak bulan Januari sampai Juni 2015 adalah
sebanyak 8 kasus.
3.4 Prioritas masalah
Setelah dilakukan analisis, masalah tersebut adalah di wilayah kerja
puskesmas Tanah Garam di dapatkan 8 penemuan kasus TB BTA Positif dari
target pencapaian yang seharusnya 17 kasus untuk 2 triwulan. Dalam penetapan
prioritas masalah teknik yang digunakan yaitu Teknik Kriteria Matrix, dengan
rumus :
P=IxTxR
P : Prioritas masalah
I : Pentingnya masalah (Importance)
T : Kelayakan teknologi ( Technology)
R : Sumber daya yang tersedia (Resources)
1. Pentingnya masalah (I), pemberian nilai untuk I
Nilai 5 : Sangat penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 3 : Agak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 1 : Tidak penting
2. Kelayanan teknologi (T), pemberian nilai untuk T
Nilai 5 : Sangat mudah
Nilai 4 : Mudah
Nilai 3 : Agak mudah
Nilai 2 : Kurang mudah
Nilai 1 : Tidak mudah
3. Sumber daya yang tersedia (R), pemberian nilai untuk R
Nilai 5 : Sangat tersedia
Nilai 4 : Tersedia
Nilai 3 : Agak tersedia
Nilai 2 : Kurang tersedia
Nilai 1 : Tidak tersedia
45
N
O
MASALAH
KRITERIA
MASAL
AH (1)
Penemua
n kasus
BTA (+)
Rendah
MASAL
AH (2)
Balita
bawah
garis
merah
MASALA
H (3)
Penemuan
kasus Gizi
kurang
diusia
pertumbuh
an
MASAL
AH (4)
Rumah
tanpa
jamban
MASALA
H (5)
Cakupan
imunisasi
pentavale
n sangat
rendah
Tingkat
Urgensi (U)
Tingkat
Keseriuasan
(S)
Tingkat
Perkemban
gan (G)
UXSXG
48
16
36
12
48
Metode
Penjaringan
suspek yang
masih kurang
masih kurang
Kurangnya
sosialisasi dan
penyuluhan
TB masih kurang
Kurangnya
pemanfaatan
media
informasi
untuk TB
Manusia
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat
Kader
tidak
aktif
Lokasi yang
jauh
Rendahnya angka
penjaringan penyakit
tuberculosis dengan
BTA positif sebanyak 8
dari target 170 kasus dan
suspek tuberculosis
sebanyak 59 dari target
170 kasus di wilayah
Kerja puskesmas Tanah
Garam
dari target yang
seharusnya 17 kasus
46
Kurangnya
dukungan
keluarga
Dana
Lingkung
an
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 13. Alternatif Pemecahan Masalah
No
Variabel Penyebab
Faktor
Penyebab
Penyebab Masalah
Alternatif Pemecahan
Masalah
47
1.
Manusia
Kekurangan kader P2 TB
kepada
mengenai penyakit TB
penanggulangan TB paru
di Puskesmas.
Memberikan penyuluhan
Paru
masyarakat
dan
program
Puskesmas.
Masih rendahnya pengetahuan
pengambilan
tentang
Memberikan penyuluhan
penanggulangan TB paru di
sampel
P2TB.
Membentuk
cara
kelompok
masyarakat peduli TB
Metode
pemeriksaan sputum
Kurangnya penyuluhan di
dengan
penyuluhan-penyuluhan
tentang TB
Membuat alur rujukan
menggunakan
Puskesmas
Kurang optimalnya kerja
Pengobatan ke program
benar
Mengadakan penyuluhan
penanggulangan TB Paru di
dari
P2TB
Membuat
Balai
format
dengan petugas P2 TB
Kurangnya pelaporan dari
pelaporan
yang
swasta
dan
praktek
swasta
jelas
48
menemukan suspek TB
kepada Puskesmas
paru
sehingga
membantu
dalam
dapat
Puskesmas
meningkatkan
penjaringan suspek TB
3.
Material
Kurangnya pemanfaatan
Paru
Penyebaran
dan
poster
penyakit tuberkulosis di
penyakit TB paru
Kurangnya alokasi dana
mengenai
Tanah Garam.
Dana
Tidak
dengan
ada
biaya
untuk
Memaksimalkan
Puskesmas
yang
ada
cara
menambahkan
alokasi
Lingkungan
Kurangnya dukungan
Memberikan penyuluhan
pengobatan
Lokasi rumah yang jauh dari
pemeriksaan
puskesmas
tetapi
tidak
hanya
sputum
penderita
melibatkan
anggota keluarga..
49
50
KEGIATAN
TUJUAN
SASARAN
LOKASI
PENANGGU
PELAKSA
NG
NAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
X X
12
JAWAB
Memberika
Peningkatan
pengetahuan
penyuluhan
puskesmas,
Petugas
ng
posyandu,
masyarakat
puskesma
posbindu,
an penyakit
kepada
mengenai
masyarakat
penyakit
TB Puskesma
mengenai
Paru
dan s
penyakit TB
program
Garam
Paru dan
penanggulang
dan
program
an TB paru di posyandu,
penanggula
Puskesmas.
ngan TB
Di
Pengunju
dan
Tanah
puskeskel
TB
Penyuluhan
X
massal
(P2TB)
dan petugas
promosi
kesehatan.
serta
posbindu.
paru di
51
Puskesmas.
Memberika
cara
Petuga Merekrut
kader baru
s
dan
pembe
memberika
rantas n pelatihan
kepada
an
kader baru
penya
tersebut.
kit TB
pengambila
(P2TB
n
penyuluhan
kepada
suspek
Untuk
Suspek
Puskesmas
mengetahui
TB Paru
tanah garam
cara
pengambilan
TB
paru tentang
sampel
sampel dahak
yang benar
X X
dahak yang
52
benar.
Menambah
Bertambah
Kader
Puskesmas
jumlah
jumlah kader
program
Kepala
TB
sehingga tiap
posyandu
mempunyai 1
orang kader
Merekrut
kader baru
dan
memberika
n pelatihan
kepada
kader baru
tersebut.
P2TB
4
Membentuk
kelompok
masyarakat
peduli TB
Membentuk
Kelompo
kelompok
masyarakat
Masyarak
peduli TB
at
Puskesmas
Kepala
Merekrut
Tanah
Puskesmas,
anggota
Garam
Petugas
kelompok
pemberantasan masyarakat
sehingga
penyakit TB
dan
dalam satu
(P2TB) dan
memberikan
kelompok
petugas
masyarakat
promosi
pelatihan
53
mengerti dan
kesehatan
mengenai TB
dapat
memberikan
penyuluhan
TB
5
Penyebaran
Tersebarnya
Masyarak
Puskesm Petugas
dan
pamflet dan
at di
as,
penempelan
poster kepada
wilayah
Posyand Kesehatan,
kerja
poster
Puskesmas,
puskesma
tempat-
di Posyandu
mengenai
posyandu,
s Tanah
tempat
dan
penyakit
dan tempat-
Garam
umum.
penyebaran
tuberkulosis
tempat
pamflet pada
di
umum.
pengunjung
Promosi
Penyebaran
X X X
X X X
pamflet
sewaktu
Puskesmas
Puskesmas.
Tanah
6
Garam
Mengadaka
Lebih
Masyarak
menarik
at di
Di
Petugas
Penyuluhan
puskesmas Promosi
menggunaka
54
penyuluhan
perhatian
wilayah
dengan
masyarakat
kerja
menggunak
dan
puskesma
dan kader
kesehatan.
an
sarana memudahkan
audiovisual
masyarakat
dalam
mengerti inti
dan
posyandu
Kesehatan,
n sarana
penyuluhan- penyuluhan
penyuluhan
dengan
tentang TB
efektif.
masyarakat
mengerti inti
penyuluhan
dengan
efektif.
masyarakat
mengerti inti
penyuluhan
dengan
55
efektif.
7
Membuat
Diperolehnya
Dokter
format
laporan
praktek
pelaporan
suspek TB
swasta
yang
dan Bidan
Puskesmas Petugas
program P2TB
Format
pelaporan
suspek TB
paru
kepada
berobat ke
praktek
diberikan ke
Dokter
swasta
DPS dan
praktek
BPS di
swasta dan
wilayah
Bidan
kerja
praktek
Puskesmas
swasta yang
menemukan
suspek
TB
paru
sehingga
dapat
membantu
Puskesmas
56
dalam
meningkatk
an
penjaringan
suspek
TB
Paru
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pencapaian Puskesmas Tanah Garam untuk indikator Case Detection
Rate (CDR) TB paru pada tahun 2015 mulai dari bulan Januari sampai dengan
Juni 2015 adalah 59 kasus untuk suspek tuberculosis dimana target Dinas
Kesehatan Kota Solok tahun 2015 adalah 170 kasus. Sedangkan kasus dengan
BTA positif adalah 8 kasus dimana target Dinas Kesehatan Kota Solok tahun
2015 adalah 17 kasus untuk 2 triwulan. Case Detection Rate (CDR) TB paru
di Puskesmas Tanah Garam ini sangat jauh dari target yang diharapkan. Halhal yang dapat menyebabkan Case Detection Rate (CDR) TB paru belum
mencapai target adalah kurangnya jumlah kader P2 TB yang bertugas di setiap
posyandu, masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB
Paru dan kurangnya penyuluhan TB paru ke masyarakat.
Masih rendahnya pengetahuan suspek TB paru tentang carap
pengambilan sampel dahak yang benar dan tidak dikembalikannya pot yang
telah diberikan oleh petugas. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
guna pemeriksaan sputum, kurangnya penyuluhan di dalam dan luar gedung
mengenai penyakit TB Paru, cara pengambilan sampel dahak yang benar,
program penanggulangan TB Paru di Puskesmas. Kurang optimalnya kerja
sama antara lintas program dalam hal alur rujukan antara petugas di Balai
Pengobatan dengan petugas P2 TB dan kurangnya pelaporan dari Praktek
Dokter swasta dan Bidan swasta yang menangani pasien TB Paru kepada
Puskesmas Tanah Garam
Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi,
poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit TB paru. Kurangnya alokasi dana
tambahan untuk pelaksanaan kegiatan penemuan dini kasus baru TB.
Kurangnya dukungan keluarga penderita dalam pengobat serta lokasi rumah
yang jauh dari puskesmas sehingga pelaksanaan kegiatan penemuan dini kasus
baru TB paru ini juga akan menghambat penemuan TB paru positif di
Puskesmas Tanah Garam.
58
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
59
Indonesia.
2010.
Situasi
Epidemiologi
Indonesia .http://tbindonesia.or.id/pdf/data_tb_1_2010.pdf di
tanggal 20 Agustus 2015
TB
unduh
WHO.2010.Tuberkulosis.http://www.who.int/medicacentre/factsheets/fs104/en.
Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.UI. Jakarta.Jilid 2 Edisi 4 Hal: 998-1003.
60