Anda di halaman 1dari 32

MATERI INTI 4

PENEMUAn KaSUS TERDUGA


TUBERCULOsis
Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

MATERI INTI 4
PENEMUAN KASUS TERDUGA TUBERCULOSIS

I. Deskripsi Singkat
Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban TB
tinggi. WHO Global TB Report 2018 memperkirakan jumlah kasus
TB sebanyak 842. 000 kasus serta mortalitas TB 107.000 kasus.
Masyarakat Indonesia berisiko tertular TB karena TB dapat
ditularkan melalui udara. Terutama jika pasien TB berbicara,
batuk atau bersin dan berdekatan dengan orang lain. Risiko
penularan dapat dikurangi jika semua pasien TB dapat
ditemukan dan diobati sampai sembuh. Padahal dari 1.020.000
baru 35 persen pasien TB yang diobati, sisanya masih belum
diobati atau sudah diobati tetapi belum dilaporkan kepada
Kementerian Kesehatan sehingga monitoring–evaluasi tentang
kemajuan Penanggulangan TB belum dapat dilakukan dengan
tepat. Dengan demikian saat ini kita masih berisiko tertular TB.

Tuberkulosis yang dapat disembuhkan dengan minum obat


sampai tuntas. TBC bukan disebabkan oleh guna-guna atau
kutukan atau penyakit keturunan dapat menyerang siapa saja.
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru, tetapi dapat
juga mengenai bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar,
kulit, dll).

Dalam upaya penemuan kasus TB dan pendampingan pasien


dalam meminum obat diperlukan peran serta aktif masyarakat
melalui kader kesehatan terlatih. Aktifnya kader TB dan
masyarakat diharapkan akan meningkatkan penemuan dan
kesembuhan kasus TB di wilayahnya, menurunkan angka drop-
out, serta membantu menurunkan stigma dan sikap masyarakat
yang menghambat program TB.

Pedoman WHO menyatakan bahwa kegiatan investigasi kontak


bermanfaat untuk mendeteksi kasus TBC secara dini, mencegah

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 269


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

penyakit yang lebih berat serta mengurangi penularan TBC


pada orang lain. Selain itu, investigasi kontak dapat juga
menemukan orang dengan infeksi TBC laten yang
membutuhkan pengobatan pencegahan. Kegiatan investigasi
kontak diselenggarakan melalui kolaborasi antara pemberi
layanan kesehatan dengan komunitas yang ada di masyarakat
seperti kader kesehatan, PMO, pendidik sebaya dan
sebagainya.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar,


Kader kesehatan TB harus dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan mengenai: Penemuan Kasus Terduga Tuberkulosis.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu peserta mampu
menemukan kasus terduga tuberculosis.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan informasi dasar Tuberculosis
2. Melakukan teknik penemuan kasus terduga Tuberculosis

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Informasi Dasar Tuberculosis
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian TBC
b. Gejala TBC
 Pada orang dewasa
 Pada anak
c. Pencegahan penularan penyakit TBC:
 Pencegahan penularan
 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Etika Batuk
d. Kelompok Berisiko TBC:
 HIV AIDS

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 270


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

 Diabetes Melitus (DM)


 Anak
 Lansia
 Perokok

Pokok bahasan 2. Teknik Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis


Sub pokok bahasan :
a. Penemuan terduga TBC secara pasif-intensif
b. Penemuan aktif dan masif berbasis keluarga dan
masyarakat
c. Investigasi Kontak

IV. Metode
1. Ceramah tanya jawab
2. Curah pendapat
3. Bermain peran

V. Media dan Alat Bantu


a. Modul
b. Bahan tayang
c. Komputer/laptop
d. LCD projector
e. Whiteboard
f. Flipchart
g. Spidol (ATK)
h. Panduan bermain peran
i. Skenario bermain peran
j. Masker

VI. Langkah-langkah Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan
tentang kegiatan fasilitator dan peserta selama sesi ini
berlangsung 4 jpl (T = 2 jpl; P = 2 jpl; PL = 0 jpl) @45 menit, adalah
sebagai berikut :

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 271


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran :

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.


Apabila belum pernah menyampaikansesi di kelas, mulailah
dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan
nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
2. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan
peserta untuk menerima materidengan menyepakati proses
pembelajaran.
3. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi
singkat, tujuan pembelajaran serta ruang lingkup pokok
bahasan yang akan dibahas pada sesi ini dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Curah Pendapat (5 menit)
Fasilitator menggali tingkat pemahaman peserta tentan materi
yang akan disampaikan dengan cara curah pendapat. Peserta
diminta menyampaikan pendapat atau pengalamannya
tentang hal-hal yang berkaitan dengan Penemuan Kasus
Terduga Tuberculosis.

Langkah 3.
Penyampaian Materi (70 menit)
Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:
1. Informasi Dasar Tuberculosis
Materi ini disampaikan dengan metode ceramah dan tanya
jawab, terdiri dari sub pokok bahasan
a. Pengertian TBC
b. Gejala TBC
 Pada orang dewasa
 Pada anak
c. Pencegahan penularan penyakit TBC:
 Pencegahan penularan
 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 272


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

 Etika Batuk
d. Kelompok Berisiko TBC:
 HIV AIDS
 Diabetes Melitus (DM)
 Anak
 Lansia
 Perokok

2. Teknik Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis


Materi ini disampaikan dengan metode ceramah dan tanya
jawab serta bermain peran, terdiri dari sub pokok bahasan:
a. Penemuan terduga TBC secara pasif-intensif
b. Penemuan aktif dan masif berbasis keluarga dan
masyarakat
c. Investigasi Kontak

Langkah 4.
Bermain Peran (90 menit)
Investigasi kontak dilakukan dengan kegiatan bermain peran.
Langkahnya:
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok. (5 menit)
2. Setiap kelompok mendapatkan skenario bermain peran yang
berbeda, serta mendiskusikan skenario yang didapat
kelompoknya selama 10 menit.
3. Setiap kelompok akan melakukan bermain peran di depan
kelas selama 10 menit per kelompok (10 menit x 6 kelompok =
60 menit).
4. Fasilitator mengevaluasi pelaksanaan bermain peran dari
seluruh kelompok selama 15 menit.

Langkah 5.
Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)
1. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan lisan
untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi
yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Merangkum poin-poin penting (membuat kesimpulan akhir)
dari materi yang disampaikan
3. Mengucapkan terimakasih atas kerjasama serta proses

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 273


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

pembelajaran yang telah berlangsung.


4. Fasilitator menutup sesi ini dengan memberikan apresiasi
kepada seluruh peserta.

VII. Uraian Materi


POKOK BAHASAN 1.
INFORMASI DASAR TUBERKULOSIS

A. Pengertian TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular, disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
disembuhkan dengan minum obat sampai tuntas. TBC bukan
disebabkan oleh guna-guna atau kutukan atau penyakit
keturunan dapat menyerang siapa saja. Sebagian besar
kuman TBC menyerang paru-paru, tetapi dapat juga
mengenai bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar,
kulit, dll).

B. Gejala TBC
Pada Orang Dewasa
Gejala utama terduga TBC paru dewasa adalah batuk
berdahak atau tidak berdahak. Gejala tambahan/lainnya
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
lemah, letih, lesu, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada


penyakit paru selain TBC, bronchitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain. Setiap orang dengan gejala tersebut diatas,
dianggap sebagai seorang terduga orang dengan TBC, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
langsung.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 274


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Pada Anak
Gejala TBC pada anak agak berbeda dengan gejala TBC
pada orang dewasa. Gejala TBC pada anak adalah:
 Batuk lama ≥2 minggu
 Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan
sebelumnya
 Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa
sebab yang jelas dan demam umumnya tidak tinggi.
 Lesu atau anak kurang aktif bermain

Terduga TB pada anak bila ditemukan salah satu gejala


diatas, segera dirujuk ke fasilitas kesehatan.

C. Pencegahan Penularan Penyakit TBC


Cara Penularan TBC
Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kuman TB ditemukan dalam dahak penderita TB paru atau
didalam bagian tubuh yang sakit pada penderita TB diluar
Paru
b. Kuman TB berbentuk batang berwarna merah dalam
pemeriksaan dibawah mikroskop.
c. Tahan terhadap suhu rendah, dapat bertahan hidup
dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai
minus 70°C.
d. Kuman TB sangat peka terhadap panas, sinar matahari
dan sinar ultra violet. Paparan langsung terhadap sinar
ultra violet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu
beberapa menit.

Penularan TBC terjadi melalui udara. Sumber penularan


adalah percikan dahak pasien yang dahaknya mengandung
kuman TBC. Pada waktu berbicara, batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak. Percikan dahak yang dapat bertahan selama
beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar
matahari dan lembab. Saat berbicara dapat menyebarkan
sampai 210 kuman, sekali batuk dapat menyebarkan sampai
3500 kuman dalam percikan dahak dan sekali bersin dapat

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 275


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

menyebarkan 4500 – 1 juta kuman. Bila Percikan dahak


tersebut dihirup oleh orang lain yang berada diruangan
tersebut maka orang tersebut tertular TB dan kuman akan
berkembang biak atau tidur dalam paru-paru.

Proses menjadi sakit TBC dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu


banyaknya kuman, lamamya kontak dengan pasien TBC dan
daya tahan tubuh. Semakin banyak kuman yang ditemukan
semakin besar daya tular pasien tersebut. Risiko seseorang
terpapar kuman TBC ditentukan oleh jumlah percikan dahak
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Pada
keadaan daya tahan tubuh yang rendah misalanya orang
dengan HIV/AIDS, pasien Diabetes Mellitus (DM) atau kencing
manis, orang lanjut usia (lansia) umur diatas 60 tahun, anak-
anak menyebabkan kuman TBC menjadi aktif atau menjadi
sakit TBC.

Pengelompokan Pasien TBC


Pasien TBC dapat dikelompokkan menurut:
1. Pengelompokan berdasarkan lokasi dari penyakit TBC:
a. TBC Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan paru-paru.
b. TBC Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang bagian tubuh lain selain
paru, misalnya; selaput otak, selaput jantung, kelenjar
getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
TBC ekstra paru ditentukan oleh dokter berdasarkan
gejala TBC. Gejala dan keluhan tergantung organ yang
terkena.
2. Pengelompokan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya:
a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah
pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan
b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang
sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 276


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Pasien ini selanjutnya kelompokkan lagi berdasarkan


hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
1) Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap.
2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah
pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal
pada pengobatan terakhir.
3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan
putus berobat.
4) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati
namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.
3. TBC Resistan Obat (TBC kebal obat)
 TBC Resistan Obat (TBC kebal obat) adalah keadaan di
mana kuman M. tuberculosis sudah kebal terhadap
obat anti TBC (OAT).
 Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT adalah penatalaksanaan pasien TBC
tidak sesuai standar yang dapat ditinjau dari sisi:
a. Program Penanggulangan TB , yaitu karena :
- Persediaan OAT yang kurang
- Kualitas OAT yang disediakan rendah
b. Petugas kesehatan, yaitu karena :
- Diagnosis tidak tepat,
- Pengobatan tidak menggunakan paduan yang
tepat,
- Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu
pengobatan tidak adekuat,
- Penyuluhan kepada pasien yang tidak adequat
c. Pasien, yaitu karena:
- Tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas
kesehatan
- Tidak teratur menelan paduan OAT,
- Menghentikan pengobatan secara sepihak
sebelum waktunya.
- Gangguan penyerapan obat

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 277


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

 Efek samping Pengobatan TBC resistan obat lebih berat


 Pengobatannya TBC resiten obat lebih lama sekitar 9 –
24 bulan
 Biaya pengobatan mencapai 200 kali lipat

Tatalaksana Pasien TBC


1. Pengobatan TBC
a. Prinsip pengobatan pada orang dengan TBC:
1) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) terdiri dari mnimal 4
macam obat
2) OAT harus dimnum secara teratur dan harus diawasi
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
3) Pengobatan diberikan dalam 2 tahap: tahap awal
dan tahap lanjutan
4) OAT harus diminum secara teratur
5) Pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa
sepengetahuan petugas kesehatan.
b. Pengobatan TBC pada dewasa
Pengobatan TBC pada dewasa terdiri dari:
1) OAT kategori 1 yang diperuntukan bagi orang
dengan TBC yang baru dan belum pernah mendapat
pengobatan sebelumnya.
Pengobatan dengan OAT Kategori 1 selama 6 bulan,
yang dibagi dalam:
 Tahap awal: OAT diminum tiap hari selama 2 bulan
(2x28 dosis obati)
 Tahap lanjutan: OAT diminum 3 kali seminggu
selama 4 bulan (4X3x4 dosis obat)
2) OAT kategori 2 yang diperuntukan bagi orang
dengan TBC yang sudah pernah mendapat
pengobatan TBC sebelumnya.
Pengobatan dengan OAT Kategori 2 selama 8 bulan,
yang dibagi dalam:
 Tahap awal: OAT diminum tiap hari selama 3 bulan
(3x28 dosis obati), ditambah dengan suntikan
selama 2 bulan (2x28 dosis suntik)

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 278


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

 Tahap lanjutan: OAT diminum 3 kali seminggu


selama 5 bulan (5X3x4 dosis obat)
c. Pengobatan TBC pada Anak
 OAT anak terdiri dari 3 macam obat untuk tahap
awal dan 2 macam obat untuk tahap lanjutan
 OAT dimnum secara teratur tiap hari selama 6 bulan.
 Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah sebaiknya
orang tua
 Pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa
sepengetahuan petugas kesehatan.
d. Hasil Akhir Pengobatan
Selama menelan OAT oran dengan TBC perlu
didampingi agar tetap minm Oat secara teratur dan
dapat menyelesaikan pengobatannya. Kepatuhan
orang dengan TBC dalam menelan obat sangat
mempengaruhi hasil akhir pengobatan.
Hasil akhir pengobatan yaitu
1) Sembuh
2) Pengobatan Lengkap
3) Gagal
4) Tidak diketahui (loss to follow up)

2. Pengawas Menelan Obat:


Pengawas menelan Obat (PMO) adalah seseorang yang
secara sukarela mendampingi pasien TBC menelan obat.
Kriteria Pengawas Menelan Obat antara lain yaitu:
a. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
b. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
c. Tinggal dekat dengan pasien
d. Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
e. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
f. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan
bersama-sama dengan pasien

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 279


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Tugas Pengawas Menelan Obat antara lain: :


1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak
awal pengobatan sampai sembuh.
2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral
kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan
secara lengkap dan teratur.
3. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan
periksa ulang dahak sesuai jadwal.
4. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping
OAT dan merujuk ke Sarana Pelayanan Kesehatan.
5. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk
(petunjuk terdapat di sudut bawah kartu kontrol).
6. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga
pasien atau orang yang tinggal serumah

3. Pemantauan Kemajuan Pengobatan pasien TBC


a. TBC dewasa
Pemantauan Kemajuan pengobatan pasien TBC selama
minum OAT harus dilakukan untuk melihat respon
terhadap pengobatan yang diberikan.
Pemantauan kemajuan pengobatan dilakukan dengan
melakukan Pemeriksaan dahak mikroskopis
 pada akhir bulan ke 2 (untuk pengobatan dengan
kategori 1)
 pada bulan ke 3 pengobatan (untuk pengobatan
kategori 2)
 Akhir bulan ke 5 untuk pasien TBC terkonfirmasi
bakteriologis (terbukti ada kuman dalam pemeriksaan
dahaknya)
 Akhir Pengobatan untuk pasien TBC terkonfirmasi
bakteriologis (terbukti ada kuman dalam pemeriksaan
dahaknya)
b. TBC anak
Pemantauan pengobatan pada anak dilakukan
dengan melihat perkembangan anak (anak ang lemah
menjadi kembali ceria) dan peningkatan berat badan,
pemantauan dilakukan setiap 2 minggu pada tahap

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 280


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

awal pengobatan (2 bulan pertama) dan setiap bulan


pada tahap lanjutan (4 bulan berkutnya)

Apabila penegakkan diagnosis TBC Anak dilakukan


dengan pemeriksaan dahak, maka pemeriksaan ulang
dahak untuk pemantauan respon pengobatan
dilakukan pada akhir bulan ke 2; akhir bulan ke 5 dan
pada Akhir Pengobatan (akhir bulan ke 6).

Pencegahan penularan
Pencegahan penularan penyakit TBC antara lain:
• Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh
• Pasien TBC harus menutup mulut pada waktu bersin dan
batuk dengan saputangan atau tissu
• Tidak membuang dahak di sembarang tempat, dibuang
pada tempat khusus dan tertutup tetapi dibuang pada
tempat khusus dan tertutup. Misalnya: dengan
menggunakan wadah/ kaleng bertutup yang sudah diberi
air sabun.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


• Menjemur alat tidur
• Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan
sinar matahari masuk. Aliran udara (ventilasi) yang baik
dalam ruangan dapat mengurangi jumlah kuman di
udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.
• Makan makanan bergizi
• Tidak merokok dan minum minuman keras
• Olahraga secara teratur
• TBC tidak menular melalui perlengkapan pribadi orang
dengan yang sudah dibersihkan, seperti: peralatan
makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan orang
dengan TBC.

Etika Batuk
• Gunakan masker bila anda batuk
• Tutup mulut dan hidung dan mulut dengan tisu/sapu
tangan

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 281


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

• Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan


bagian dalam anda bila tidak ada tissue/saputangan
• Buang tisu ke tempat sampah.
• Cucilah tangan dengan menggunakan air mengalir dan
sabun

Tutuplah hidung dan mulut saat Tutup hidung dan mulut dengan
batuk/bersin dengan tisu/sapu lengan bagian dalam anda bila
tangan tidak ada tisu/sapu tangan dengan
tisu/sapu tangan

Pakailah masker bila anda batuk Petugas yang merawat pasien TB


berdahak perlu memakai respirator partikulat
dan pasien TB menggunakan masker
bedah

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 282


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Buang tisu ke tempat sampah Cuci tangan dengan sabun cair


Medis (kantong kuning) dibawah air mengalir

D. Kelompok Berisiko TBC


HIV-AIDS
• Orang dengan HIV-AIDS atau ODHA gejala TBC yang
muncul tidak selalu dengan batuk.
• Umumnya berat badan turun, dan pembesaran kelenjar di
leher.
• Pasien TBC dengan HIV positif maupun ODHA dengan TBC
disebut sebagai pasien dengan ko-infeksi TB-HIV.
• Angka kematian ODHA dengan TB lebih tinggi
dibandingkan dengan ODHA yang tidak mengalami TBC
• Sehingga semua pasien TBC seharusnya diperiksa HIV
demikian pun sebaliknya semua ODHA di skrining gejala
TBC setiap berkunjung.
• Apabila tidak terbukti sakit TB penting diberikan
Pengobatan Pencegahan dengan INH (PP INH)
merupakan salah satu upaya yang penting untuk
pencegahan TB pada ODHA.

Diabetes Melitus/DM atau Kencing manis


• Penyandang kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM)
mempunyai risiko sakit TBC tiga kali lebih besar daripada
orang tanpa DM.
• Sebagian besar penyandang DM tidak menyadari mereka
mengidap TBC karena tidak batuk atau didiagnosis
terlambat.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 283


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

• Semua penyandang DM harus di skrining gejala TBC setiap


berkunjung ke layanan
• Semua pasien TBC harus skrining DM
• Deteksi dini dapat membantu meningkatkan
penyembuhan dan pengendalian dari kedua penyakit

Anak
• Anak-anak berusia kurang dari 5 tahun memiliki risiko
terserang TBC karena memiliki daya tahan tubuh yang
rendah

Lansia
• Lansia memiliki risiko terserang TBC karena memiliki daya
tahan tubuh yang rendah

Perokok
• Merokok dapat mengurangi kemampuan saluran
pernafasan dalam menyaring udara, sehingga dapat
meningkatkan kemungkinan infeksi TBC

POKOK BAHASAN 2.
TEKNIK PENEMUAN KASUS TERDUGA TUBERCULOSIS

Strategi Penemuan Kasus adalah upaya peningkatan


penemuan kasus TB yang dilakukan secara pasif intensif di
fasyankes dan secara aktif masif di masyarakat, sehingga
semua terduga TB dapat ditemukan, didiagnosis dan diobati
sedini mungkin.

A. Penemuan TBC Secara Pasif-Intensif


Penemuan pasif adalah penemuan pasien TBC yang
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan pada pasien yang
berkunjung dengan gejala TBC.
Penemuan Intensif adalah penemuan pasien TBC yang
dilakukan pada pasien yang berisiko sakit TBC berkunjung di
fasilitas pelayanan kesehatan antara lain kelompok

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 284


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

imunokompromais (ODHA, Diabetes Mellitus, Malnutrisi, Gagal


Ginjal, penyakit keganasan, pemakaian imunosupresan
jangka panjang, thalasemia dan autoimun) Lansia, anak
balita, ibu hamil, orang dengan riwayat pasien TBC, perokok.
Penemuan secara pasif dan Intensif dilaksanakan di dalam
fasilitas kesehatan dengan memperkuat jejaring layanan TBC
melalui kegiatan Public-Private Mix (PPM) di tingkat Kab/ Kota
dan memperkuat kolaborasi layanan antara layanan TBC
dengan layanan kesehatan lain yang diselenggarakan di
fasyankes.
Untuk itu perlu dipastikan semua pasien TBC akan
mendapatkan layanan diagnosis yang bermutu, sesuai
stándar dan memastikan bahwa semua pasien TBC dapat
ternotifikasi dimanapun pasien memilih untuk berobat.

B. Penemuan Aktif dan Masif Berbasis Keluarga dan Masyarakat


Penemuan aktif adalah upaya menemukan pasien TB di luar
fasilitas kesehatan karena tidak semua pasien TB datang
mengakses layanan TB di fasilitas kesehatan dengan
berbagai alasan. Upaya ini dikatakan masif jika dilakukan
dalam intensitas atau frekuensi yang besar.
Penemuan aktif dan masif dilakukan melalui kegiatan yang
dilakukan di luar fasyankes melalui upaya penjangkauan dan
upaya mendekatkan pelayanan yang dilakukan secara aktif
oleh petugas kesehatan atau potensi kesehatan masyarakat.
Upaya penjangkauan bertujuan untuk menemukan dan
merujuk terduga TB ke fasyankes untuk penegakan diagnosis.
Upaya mendekatkan pelayanan atau upaya jemput bola ke
masyarakat dilaksanakan dengan menghadirkan sarana
diagnostik yang bersifat mobile ke suatu daerah dalam satu
periode tertentu.
Kegiatan penemuan pasien TBC secara aktif harus terintegrasi
dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan
Program Indonesia Sehat – Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Kegiatan ini harus bisa menggerakkan atau melibatkan
secara aktif peran serta keluarga dan semua potensi

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 285


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

kesehatan masyarakat yang ada di suatu wilayah antara lain:


Kader Kesehatan, Kader dari UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos
TBC desa, Poskesdes dan Polindes), kader organisasi
kemasyarakatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, Babinsa,
Babinkamtibdes, kelompok dukungan pasien dan kelompok
peduli TBC lainnya.

Bentuk kegiatan penemuan aktif dan/atau masif berbasis


keluarga dan masyarakat yaitu:
a. Penemuan aktif pada kondisi khusus
b. Penemuan aktif di tempat khusus
c. Penemuan aktif melalui pendekatan keluarga dan
masyarakat
d. Investigasi Kontak

a. Aktif pada kondisi khusus


Penemuan aktif pada kondisi khusus di masyarakat
dilakukan kepada orang-orang dengan resiko TBC seperti
anak usia < 5 tahun, orang dengan gangguan sistem
imunitas, malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan
mantan penderita TBC yang mengakses layanan di UKBM
terkait misalnya di Posyandu, Posbindu, Polindes dan
Poskesdes. Kegiatan ini juga bisa diselenggarakan dengan
bekerjasama dengan perkumpulan/ perhimpunan maupun
kegiatan-kegiatan rutin yang diikuti oleh orang dengan
kondisi khusus. Kegiatan dapat dilaksanakan dengan
upaya penapisan gejala pada orang dengan kondisi
khusus yang datang ke layanan UKBM, maupun dengan
upaya penelusuran terhadap kondisi-kondisi tertentu yang
mungkin dipengaruhi oleh terjadinya TB. Hasil temuan
positif dari kedua upaya tersebut dirujuk ke fasyankes untuk
dilakukan evaluasi untuk penegakan diagnosis.
b. Penemuan aktif di tempat khusus
Penemuan aktif ditempat khusus merupakan kegiatan
yang dilakukan secara berkala dan atau rutin pada
anggota masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 286


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

atau tempat yang memiliki akses terbatas ke layanan


kesehatan.
Penemuan di tempat khusus mencakup 3 hal antara lain:
1. Penemuan pada lingkungan yang mudah terjadi
penularan TB,
2. Daerah yang sulit mengakses layanan kesehatan, dan
3. Daerah yang teridentifikasi sebagai kantung TB.
Penemuan aktif di tempat khusus membutuhkan kolaborasi
yang erat antara stakeholder yang terkait
(pengelola/institusi yang bertanggungjawab terhadap
pengelolaan tempat khusus) dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota terutama dalam hal pengorganisasian
dan pembiayaan.
c. Penemuan aktif melalui pendekatan keluarga dan
masyarakat
Penemuan aktif melalui pendekatan keluarga merupakan
salah satu upaya dalam penanggulangan TBC yang dapat
meningkatkan penemuan pasien TBC. Kegiatan
pemantauan batuk ini bisa diintegrasikan kepada kegiatan
kader kesehatan yang sudah rutin berjalan misalnya
kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan kunjungan
rumah kader jumantik, kegiatan rutin kader posyandu,
posbindu, dasa wisma dan kader organisasi masyarakat
peduli kesehatan lain serta melalui kegiatan upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang lain.

C. Investigasi Kontak
Pedoman WHO menyatakan bahwa kegiatan investigasi
kontak bermanfaat untuk mendeteksi kasus TBC secara dini,
mencegah penyakit yang lebih berat serta mengurangi
penularan TBC pada orang lain. Selain itu, investigasi kontak
dapat juga menemukan orang dengan infeksi TBC laten yang
membutuhkan pengobatan pencegahan. Kegiatan
investigasi kontak diselenggarakan melalui kolaborasi antara
pemberi layanan kesehatan dengan komunitas yang ada di
masyarakat seperti kader kesehatan, PMO, pendidik sebaya
dan sebagainya.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 287


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TBC


terkonfirmasi bakteriologis untuk mendeteksi secara dini
kemungkinan adanya kasus lain yang menulari kasus index
atau kasus lain yang tertular oleh kasus index, pada kontak
serumah atau kontak erat. Investigasi kontak juga
dilaksanakan pada semua pasien TBC anak, dengan tujuan
mencari kasus lain yang merupakan sumber penularan.
Pelaksanaan kegiatan investigasi kontak harus dicatat dan
dilaporkan baik dalam kartu pengobatan pasien TBC yang
merupakan kasus index (TBC.01) maupun formulir
pemeriksaan kontak (TBC.16K).

Pengertian
Investigasi kontak adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan penemuan kasus TBC dengan cara
mendeteksi secara dini dan sistematis terhadap orang yang
kontak dengan sumber infeksi TBC.

Tujuan
1. Menemukan kasus TBC secara dini dengan melakukan
skrining gejala dan faktor risiko TBC terhadap seluruh kontak
dari pasien TBC
2. Menemukan TBC laten pada anak di bawah 5 tahun dan
memberikan pengobatan pencegahan dengan INH
dengan segera
3. Mencegah penularan pada kontak yang sehat dengan
cara memberikan edukasi tentang perilaku hidup bersih
dan sehat.
4. Memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat.

Sasaran
Sasaran invesigasi kontak adalah seluruh kontak dari semua
kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis dan semua kasus TBC
anak, baik kontak serumah maupun kontak erat.

Unsur Investigasi Kontak


Unsur yang terlibat dalam pelaksanaan investigasi kontak
yaitu indeks kasus dan kontak. Indeks kasus adalah pasien

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 288


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

TBC, sedangkan kontak adalah orang yang sering


berhubungan/melakukan kontak langsung dengan pasien
TBC. Terdapat dua macam kontak, yaitu kontak erat dan
kontak serumah. Kontak serumah adalah orang yang tinggal
satu rumah, misalnya : suami, istri, anak, nenek, dll. Kontak
erat adalah orang yang sering melakukan kontak dengan
pasien TBC tetapi tidak serumah, misalnya: tetangga, rekan
kerja, teman sekolah, teman dekat, sahabat.

Alur Investigasi Kontak


Kegiatan investigasi kontak dilakukan oleh kader kesehatan
terlatih TBC yang dibekali dengan surat tugas dari Pimpinan
Puskesmas. Kegiatan Investigasi Kontak oleh kader dilakukan
untuk mendukung upaya penemuan kasus TBC. Sebelum
pelaksanaan kegiatan di lapangan, kader menerima data
kasus indeks dari petugas puskesmas untuk diinvestigasi. Untuk
kasus TBC baru, petugas puskesmas dapat menghubungi
kader untuk memberikan data kasus indeks. Di bawah ini
adalah alur kerja kader dalam pelaksanaan investigasi
kontak.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 289


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Pelaksanaan Investigasi Kontak


Langkah-langkah pelaksanaan Investigasi Kontak dibagi
menjadi tiga fase: Persiapan pelaksanaan Investigasi Kontak,
Pelaksanaan Investigasi Kontak dan Tindak Lanjut di
Puskesmas.

Persiapan Pelaksanaan Investigasi Kontak


1. Kader kesehatan menemui petugas puskesmas atau
petugas puskesmas menghubungi kader untuk
mendiskusikan kasus indeks yang akan diinvestigasi
2. Kader bersama petugas puskesmas membuat pemetaan
pasien di area kerjanya dan menyusun jadwal Investigasi
Kontak dari data Kasus Indeks yang didapat
3. Petugas Puskesmas menyiapkan formulir TBC 16 K yang
sudah terisi data Kasus Indeks dan Kontak hasil pendataan
petugas saat pertama pasien didiagnosis.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 290


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

4. Petugas Puskesmas menyerahkan formulir TBC 16 K kepada


kader
5. Kader bersama PMO menyusun jadwal kunjungan rumah
dan informasi terkait kontak serumah dan kontak erat.

Pelaksanaan Investigasi Kontak


1. Kader bersama PMO mengunjungi rumah kasus indeks
2. Kader melakukan pendataan kontak, pada rumah kasus
indeks serta minimal 4 rumah terdekat dengan minimal 20
kontak yang akan diinvestigasi. Pelaksanaan investigasi
kontak, tetap memperhatikan ruang interaksi warga yang
ada disekitar rumah kasus indeks dan kepadatan rumah
penduduk.
3. Kader melakukan skrining,
- Kontak berusia < 5 tahun langsung dirujuk ke fasyankes
- Kontak berusia ≥ 5 tahun, kader melakukan investigasi
terhadap gejala dan faktor risiko.
4. Kontak yang berusia ≥ 5 tahun akan dirujuk bila memenuhi
salah satu kriteria di bawah ini:
- Batuk
- Gejala lain dan Faktor resiko
5. Kader mencatat hasil skrining dalam formulir TBC.16K dan
menyerahkan 1 rangkap kepada petugas di fasyankes
untuk dilampirkan di formulir TBC.01.
6. Jika menemukan terduga TBC, kader mengisi Surat
Pengantar Pemeriksaan TBC dan merujuk kontak untuk
mendapat pemeriksaan di layanan. Apabila diperlukan,
maka kader mendampingi terduga TBC untuk datang ke
layanan.
7. Investigasi Kontak dapat dilaksanakan selama 1 minggu
untuk 1 Kasus Indeks. Jika dalam satu minggu seluruh
kontak yang terdaftar belum selesai diinvestigasi, maka
kegiatan Investigasi Kontak untuk indeks kasus tersebut bisa
dihentikan.
8. Kader mencatat rekapitulasi hasil Investigasi Kontak semua
kasus indeks yang menjadi tanggung jawabnya pada
formulir TBC.16RK.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 291


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Tindak Lanjut di Puskesmas


1. Petugas Puskesmas menerima rujukan terduga TBC dari
hasil investigasi kontak yang dilakukan oleh kader dan
melaksanakan prosedur diagnosis sesuai standar.
2. Petugas Puskesmas memberikan umpan balik hasil
pemeriksaan kepada kader.
3. Petugas Puskesmas memulai dan memastikan pengobatan
PP INH hingga tuntas pada anak yang memenuhi syarat.

Formulir pencatatan dan pelaporan investigasi kontak


1. Formulir Investigasi Kontak (TBC.16K)
 Formulir Investigasi Kontak (TBC.16K) merupakan formulir
bagi kader untuk melakukan pencatatan terkait proses
investigasi kontak
 Investigasi kontak dilakukan untuk menemukan kasus
TBC secara dini dengan melakukan skrining gejala dan
faktor risiko TBC terhadap seluruh kontak dari pasien TBC
 Bahan laporan investigasi kontak yang dilakukan kader
2. Surat Pengantar Pemeriksaan TBC
 Surat Pengantar merupakan surat yang digunakan
kader untuk merujuk terduga TBC agar melakukan
pemeriksaan di layanan
 Bahan laporan rujukan terduga TBC yang dilakukan
kader
3. Rekapitulasi Investigasi Kontak Oleh Kader (TBC. 16RK)
 Mengetahui jumlah kontak yang diinvetigasi, terduga
TBC, orang yang dirujuk, kasus TBC, dan anak yang
menerima PP INH
 Melaporkan kepada petugas di fasyankes wilayah kerja
kader sebagai bukti hasil kegiatan
 Mengetahui kontribusi kader dalam kegiatan investigasi
kontak
 Pengisian rekapitulasi berdasarkan hasil yang tertulis
pada TBC.16 K

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 292


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Cara mengisi formulir Pencatatan Pelaporan


1. Formulir Investigasi Kontak (TBC.16K)

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 293


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

INDONESIA/2018

FORMULIR INVESTIGASI KONTAK TUBERKULOSIS


Nama Kader/Petugas Kesehatan : ………………………………………..….
Nama Indeks : ………………………………………..…. Bulan : …………………………
No. Register TBC.03 Indeks : ………………………………………..….

Identitas Kontak Hasil Skrining Hasil


Tanggal
Gejala Lain Faktor Risiko Pemeriksaan
Pemberian
Tanggal Fasyankes
No. Kontak Berkeringat Demam Pernah Dirujuk PP INH
Nama Umur L/P Alamat Investigasi Batuk Batuk Sesak malam hari meriang Lansia Ibu berobat Rujukan Sakit Tidak
Serumah DM Perokok TBC tapi
pada anak
berdarah napas tanpa >1 >60 th Hamil TBC TBC <5 th
tidak
kegiatan bulan tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Keterangan: Apabila Investigasi kontak dilakukan oleh petugas kesehatan semua kolom diisi oleh petugas
Apabila dilakukan oleh kader, Pengisian Formulir Kolom nomor 1-19 (diisi oleh Kader): Keterangan Pengisian Formulir Kolom 20-22 (diisi oleh Petugas Kesehatan): Kontak dirujuk, bila terdapat minimal salah satu:
1) Tuliskan nomor urut 20) s/d 21) Tuliskan tanggal hasil pemeriksaan TBC 1. Anak < 5 th
2) Tuliskan Nama kontak yang dilakukan investigasi 22) Tuliskan tanggal pemberian PP-INH untuk pertama kali 2. Semua batuk
3) Tuliskan umur kontak yang dilakukan investigasi 3. Satu gejala lain dan satu faktor risiko
4) Tuliskan Jenis kelamin kontak (L : laki-laki, tulis P : perempuan)
5) Alamat rumah: Nama jalan, RT/RW, Nomor Rumah
6) Bila kontak tinggal serumah dengan pasien, berikan tanda (V)
7) Tuliskan tanggal dilakukan investigasi kontak (skrining) pada kontak yang ditemui. Kosongkan bila tidak bertemu kontak
8) Berikan tanda (V) apabila batuk
9-18) berikan tanda (V) apabila jawaban ya
19) Tuliskan nama fasyankes rujukan tempat merujuk terduga

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 294


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Cara Pengisian Formulir Investigasi Kontak (TBC. 16K):


 No | diisi sesuai dengan nomor urut
 Nama| diisi nama lengkap kontak yang dilakukan
investigasi
 Umur | diisi umur kontak yang dilakukan investigasi
 L/P| diisi L, jika kontak berjenis kelamin laki-laki dan P, jika
kontak berjenis kelamin perempuan
 Alamat | diisi dengan alamat rumah kontak; nama jalan,
RT/RW, nomor rumah
 Kontak serumah | diisi tanda ceklis (√) bila kontak tinggal
serumah dengan indeks kasus
 Tanggal investigasi | diisi dengan tanggal dilakukan
investigasi kontak (skrining)
 Batuk | diisi tanda ceklis (√) bila ya dan strip (-) bila tidak
 Gejala lain | diisi tanda ceklis (√) bila ya dan strip (-) bila
tidak pada keterangan gejala lain (batuk berdarah, sesak
napas, berkeringat di malam hari tanpa kegiatan, demam
meriang > 1 bulan)
 Faktor risiko | diisi tanda ceklis (√) bila ya dan strip (-) bila
tidak pada keterangan faktor risiko (DM, lansia > 60 th, ibu
hamil, perokok, pernah berobat tetapi tidak tuntas)
 Dirujuk | diisi tanda ceklis (√) bila ya dan strip (-) bila tidak
 Puskesmas| diisi nama puskesmas/UPK tempat merujuk
terduga TB
 Hasil Pemeriksaan | diisi dengan tanggal hasil pemeriksaan
TBC
 Tanggal Pemberian PP INH pada anak < 5 th | diisi dengan
tanggal pemberian PP-INH untuk pertama kali

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 295


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

2. Surat Pengantar Pemeriksaan TBC

Cara Pengisian Surat Pengantar Pemeriksaan TBC:


 Tuliskan dengan lengkap nama UPK yang dituju untuk
pemeriksaan TBC
 Tuliskan dengan lengkap identitas terduga TBC yaitu :
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat
 Ceklis (√) keterangan pada hasil skrining oleh kader
berdasarkan formulir TBC.16K (Kontak Serumah, Kontak Erat,
Batuk, Gejala lain, Faktor Risiko)
 Tandatangani surat pengantar dan tuliskan nama kader
yang menandatangani
 Lembar putih diberikan kepada Terduga TBC untuk
diserahkan petugas TB / dokter saat pemeriksaan di UPK
 Lembar merah disimpan kader sebagai pengingat dan
arsip

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 296


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

3. Rekapitulasi Investigasi Kontak oleh Kader (TBC. 16RK)


PENANGGULANGAN TBC NASIONAL TBC.16RK
INDONESIA/2018

REKAPITULASI INVESTIGASI KONTAK OLEH KADER


Nama Kader : .......................................
Bulan : .......................................
Tahun : .......................................

Umur Jenis Kelamin Jumlah yang Dirujuk Jumlah anak <5


Jumlah kontak Jumlah memenuhi Jumlah kontak
No. Nama Kasus Indeks Jumlah Kontak tahun menerima
< 5 th ≥ 5 th L P diinvestigasi syarat rujukan < 5 th ≥ 5 th Total Dirujuk yang sakit TBC
PP INH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Jumlah

Keterangan Pengisian Formulir Kolom 1-14:


1) Tuliskan nomor urut
2) Tuliskan nama kasus indeks (merujuk pada nama indeks pada TBC.16K)
3) Tuliskan jumlah kontak yang diidentifikasi (merujuk pada total kolom no.2 pada TBC.16K)
4,5) Tuliskan jumlah kontak pada kelompok umur <5 tahun dan ≥5 tahun (merujuk pada kolom no.3 pada TBC.16K)
6,7) Tuliskan jumlah kontak dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan (merujuk pada kolom no.4 pada TBC.16K)
8) Tuliskan jumlah kontak yang diinvestigasi (merujuk total kolom no.7 pada TBC.16K)
9) Tuliskan jumlah kontak yang memenuhi syarat rujukan (merujuk pada kolom 8-18 pada TBC.16K (total kontak yang memenuhi kriteria rujukan)
10-12) Tuliskan jumlah kontak yang dirujuk berdasarkan usia (merujuk pada kolom no.3 dan 19 pada TBC.16K)
13) Tuliskan jumlah kontak yang sakit TBC (merujuk pada kolom no.21 pada TBC.16K)
14) Tuliskan jumlah anak yang menerima PP INH (merujuk pada kolom no. 23 pada TBC.16K)

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 297


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

Cara Pengisian Rekapitulasi Investigasi Kontak Oleh Kader


(TBC. 16RK):

 No | diisi sesuai dengan nomor urut


 Nama kasus indeks | diisi nama kasus indeks merujuk pada
nama indeks diformulir TBC.16K
 Jumlah kontak | diisi jumlah kontak merujuk pada kolom
no.2 formulirTBC.16K
 Umur, < 5 th | diisi jumlah kontak yang berumur < 5 tahun
merujuk pada kolomno.3 pada formulir TBC.16K
 Umur, ≥ 5 th | diisi jumlah kontak yang berumur≥5 tahun
merujuk pada kolomno.3 pada formulir TBC.16K
 Jenis Kelamin, L | diisi jumlah kontak yang berjenis kelamin
laki-laki merujukpada kolom no.4 pada formulir TBC.16K
 Jenis Kelamin, P | diisi jumlah kontak yang berjenis kelamin
perempuanmerujuk pada kolom no.4 pada formulir
TBC.16K
 Jumlah kontak diinvestigasi | diisi dengan jumlah kontak
yang diinvestigasimerujuk pada kolom no.7 pada formulir
TBC.16K
 Jumlah memenuhi syarat rujukan| diisi dengan jumlah
kontak yang memenuhi syarat rujukan
 Jumlah yang dirujuk | diisi dengan jumlah yang dirujuk
merujuk pada kolomno.19 pada formulir TBC.16K
 Jumlah kontak yang sakit TBC | diisi dengan jumlah kontak
yang sakit TBCmerujuk kolom no.21 pada formulir TBC.16K
 Jumlah anak menerima PP INH | diisi dengan jumlah anak
yang menerima PPINH merujuk kolom no.23 pada formulir
TBC.16K

VIII. Referensi
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Program Penanggulangan Tuberkulosis
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
3. Modul Pelatihan Kader TBC, 2018

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 298


Materi Inti 4
Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis

4. Guidelines for the Investigation of Contacts of Persons


with Infectious Tuberculosis Controllers Association and
CDC. Zachary Taylor, MD, National Center for HIV, STD,
and TB Prevention, CDC, 1600 Clifton Road, NE, MS E-10,
Atlanta, GA 30333
5. Tuberculosis Contact Tracing, Policy Directive, Australia
Gov.

Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018 299

Anda mungkin juga menyukai