Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di
tingkat global, regional, nasional, maupun lokal. Tuberkulosis menyebabkan 5000 kematian
per hari, atau hampir 2 juta kematian per tahun di seluruh dunia. TB, HIV/AIDS, dan malaria
secara bersama-sama merupakan penyebab 6 juta kematian setiap tahun. Seperempat juta
(25%) kematian karena TB berhubungan dengan HIV. Insidensi global TB terus meningkat
sekitar 1% per tahun, terutama karena peningkatan pesat insidensi TB di Afrika berkaitan
dengan komorbiditas HIV/AIDS (WHO, 2009).
Sepertiga dari populasi total dunia (sekitar 2 milyar orang) terinfeksi TB. Karena daya
tahan tubuh, hanya 10% dari orang yang terinfeksi TB akan menjadi sakit dengan tanda dan
gejala TB aktif di perjalanan hidupnya. Setiap kasus TB merupakan faktor risiko penyakit TB
karena jika tidak diobati dengan tepat, setiap kasus TB aktif menginfeksi 10 hingga 15 orang
setiap tahun. Orang dengan HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami TB aktif
karena kerusakan sistem imunitas (WHO, 2009).
Indonesia menduduki peringkat ketiga di antara 22 negara di dunia yang memiliki
beban penyakit TB tertinggi. Menurut Global Tuberculosis Control Report 2009 WHO,
diperkirakan terdapat 528,063 kasus baru TB. Estimasi insidensi TB 228 kasus baru per
100,000 populasi. Estimasi angka insidensi hapusan dahak baru yang positif adalah 102 kasus
per 100,000 populasi pada 2007 (WHO, 2009). Berdasarkan kalkulasi disability-adjusted
life-year (DALY) WHO, TB menyumbang 6.3 persen dari total beban penyakit di Indonesia,
dibandingkan dengan 3.2 persen di wilayah regional Asia Tenggara (USAID, 2008).
Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama dalam pengendalian TB
karena dapat memutuskan rantai penularan. Pada 1994 WHO meluncurkan strategi
pengendalian TB untuk diimplementasikan secara internasional, disebut DOTS (Direct
Observed Treatment Short-course). Lima elemen strategi DOTS sebagai berikut (WHO,
2009): (1) Komitmen politis yang berkesinambungan; (2) Akses terhadap pemeriksaan
mikroskopis dahak yang berkualitas; (3) Kemoterapi standar jangka pendek untuk semua
kasus TB dengan manajemen kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan;
(4) Keteraturan penyediaan obat yang dijamin kualitasnya; (5) Sistem pencatatan dan
pelaporan yang memungkinkan penilaian hasil pada semua pasien dan penilaian kinerja
keseluruhan program.
Strategi DOTS telah berhasil membantu tercapainya dua sasaran yang dideklarasikan
World Health Assembly (WHA) pada tahun 1991, yaitu deteksi kasus baru BTA positif
sebesar 70%, dan penyembuhan sebesar 85% dari kasus pada tahun 2000 (WHO, 2009).
Meskipun demikian kecepatan kemajuan saat ini diperkirakan tidak cukup untuk mencapai
target penurunan prevalensi dan mortalitas TB dari Millenium Development Goals (MDG)
menjadi separoh pada tahun 2015 (Dye et al., 2005). Karena itu diperlukan kontinuitas
implementasi strategi DOTS agar program itu dapat mencapai target dan bahkan
meningkatkan target indikator-indikator keberhasilan program hingga tahun 2015.
Pada 2006 WHO menetapkan strategi baru untuk menghentikan TB. Strategi itu
bertujuan untuk mengintensifkan penanggulangan TB, menjangkau semua pasien, dan
memastikan tercapainya target Millennium Development Goal (MDG) pada tahun 2015.
Strategi baru WHO ditetapkan berdasarkan pencapaian DOTS, serta menjawab tantangan
baru bagi keberhasilan penanggulangan TB. Enam elemen strategi WHO untuk menghentikan
TB untuk 2006-2015 (WHO, 2009): (1) Perluasan dan peningkatan DOTS berkualitas tinggi;
(2) Mengatasi TB/HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya; (3) Penguatan sistem kesehatan; (4)
Pelibatan semua pemberi pelayanan kesehatan; (5) Pemberdayaan pasien dan komunitas; (6)
Mendorong dan meningkatkan penelitian (WHO, 2009).
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang vital untuk
menilai keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan TB. Pemantauan yang dilakukan
secara berkala dan kontinu berguna untuk mendeteksi masalah secara dini dalam pelaksanaan
kegiatan yang telah direncanakan, agar dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Selain itu
evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan
sebelumnya telah tercapai pada akhir suatu periode waktu. Evaluasi dilakukan setelah suatu
periode waktu tertentu, biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun. Dalam mengukur
keberhasilan tersebut diperlukan indikator dan standar. Hasil evaluasi berguna untuk
kepentingan perencanaan program dan perbaikan kebijakan program penanggulangan TB.
Judul ini dipilih sebagai evaluasi program karena belum diketahuinya angka
keberhasilan program penanggulangan TB di Puskesmas Wilayah Satelit pada tahun 2015.
Evaluasi Program Penanggulangan TB di Puskesmas Satelit perlu dilakukan, diharapkan
melalui evaluasi program dapat diketahui seberapa besar keberhasilan dalam penanggulangan
tuberkulosis paru di Puskesmas Satelit serta dapat memberi masukan untuk perbaikan
penatalaksanaan program penanggulangan selanjutnya.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan penyakit TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Satelit Tahun 2015.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya proporsi angka yang diperiksa dahak di wilayah kerja Puskesmas
Satelit tahun 2015.
2) Diketahuinya proporsi penderita TB paru BTA positif diantara suspek (tersangka
penderita TB di Puskesmas Satelit tahun 2015.
3) Diketahuinya proporsi penderita TB paru BTA positif diantara semua penderita TB
paru yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Satelit tahun 2015.
4) Diketahuinya cakupan angka penemuan penderita/ Case Detection Rate (CDR) di
wilayah kerja Puskesmas Satelit tahun 2015.
5) Diketahuinya cakupan angka kesembuhan/ Cure Rate di wilayah kerja Puskesmas
Satelit tahun 2015.
6) Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian program Evaluasi TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Satelit tahun 2015.
7) Mengetahui kemungkinan penyebab TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit.
8) Membuat alternatif pemecahan masalah TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit.

C. MANFAAT
1. Bagi Puskesmas sebagai acuan, bahan masukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
kebijakan khususnya Program TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit.
2. Bagi Masyarakat sebagai tolak ukur baik pencegahan maupun pengobatan yang harus
dilakukan untuk sembuh.
3. Bagi Penulis meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penelitian terutama
yang berhubungan dengan Evaluasi Program TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Satelit.

D. RUMUSAN MASALAH
1. Belum adanya evaluasi lebih lanjut akan Program Pengendalian dan Penanggulangan
Tuberkulosis di Puskesmas Rawat Inap Satelit.
2. Bagaimana tingkat keberhasilan Puskesmas Rawat Inap Satelit dalam pencapaian
Program Pengendalian dan Penanggulangan TB ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TUBERKULOSIS
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2011).
2. Tanda dan Gejala
Gejala TB pada umumnya penderita mengalami batuk dan berdahak terus-menerus
selama 2 minggu atau lebih, yang disertai dengan gejala pernafasan lain, seperti sesak
nafas, batuk darah, nyeri dada, badan lemah, penurunan berat badan, berkeringat malam
tanpa kegiatan dan demam meriang lebih dari sebulan (WHO, 2009).
3. Mekanisme Penularan
Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif batuk, bersin, bicara, menyanyi, atau
meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis aerosol infeksius dengan diameter 0.5 hingga
5 µm. Bersin dapat melepaskan partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis. Tiap titis bisa menularkan
penyakit Tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini sangat rendah. (Seseorang yang
menghirup kurang dari 10 bakteri saja bisa langsung terinfeksi).
Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering, atau selalu
berdekatan dengan penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi
sekitar 22%. Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan dapat
menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun. Biasanya, hanya mereka yang menderita
TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini. Orang-orang dengan infeksi laten diyakini tidak
menularkan penyakitnya. Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain
tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah titis infeksius yang
disemprotkan oleh pembawa, efektifitas ventilasi lingkungan tempat tinggal, jangka waktu
paparan, tingkat virulensistrain M. tuberculosis, dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak
terinfeksi. Untuk mencegah penyebaran berlapis dari satu orang ke orang lainnya, pisahkan
orang-orang dengan TB aktif ("nyata") dan masukkan mereka dalam rejimen obat anti-TB.
Setelah kira-kira dua minggu perawatan efektif, orang-orang dengan infeksi aktif yang non-
resisten biasanya sudah tidak menularkan penyakitnya ke orang lain. Bila ternyata kemudian ada
yang terinfeksi, biasanya perlu waktu tiga sampai empat minggu hingga orang yang baru
terinfeksi itu menjadi cukup infeksius untuk menularkan penyakit tersebut ke orang lain.

4. Diagnosis
Diagnosis TB Paru dapat ditegakkan dengan :
a. Anamnesis
Batuk produktif > 2 minggu, nyeri dada, sesak nafas, demam, nafsu makan menurun.
b. Pemeriksaan Fisik
Auskultasi terdengan ronkhi basah, suara nafas melemah pada apkes paru.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darahterdapat Limfositosis, pada pemeriksaan sputum terdapat
Mikrobiologi BTA (+), dan pemeriksaan penunjang Radiologi terdapat gambaran KP.
5. Tatalaksana
Tujuan Pengobatan TB Paru :
a. Menyembuhkan, mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas pasien.
b. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.
c. Mencegah kekambuhan TB.
d. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
e. Mencegah terjadinya resistensi obat dan penularannya.
B. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja
untuk melihat tingkat keberhasilan program. Evaluasi program merupakan proses
pengumpulan data atau informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan.
2. Tujuan Evaluasi Program
Evaluasi program bertujuan untuk :
a. Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil
evaluasi penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain.
b. Mengembil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu
diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
3. Klasifikasi Evaluasi
a. Evaluasi Formatif
b. Evaluasi Promotif
c. Evaluasi Sumatif
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SATELIT

A. GEOGRAFI
Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Satelit seluas 853 Ha dan mempunyai 7 Kelurahan di
Kecamatan Kedamaian, yaitu
1. Kelurahan Tanjung Gading
2. Kelurahan Tanjung Raya
3. Kelurahan Kedamaian
4. Kelurahan Bumi Kedamaian
5. Kelurahan Tanjung Baru
6. Kelurahan Kali Balau Kencana
7. Kelurahan Tanjung Agung Raya

B. DEMOGRAFI
No Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah Luas
Penduduk Rumah KK Wilayah
1 Tanjung Gading 3.909 780 1.015 165 Ha
2 Tanjung Raya 6.784 1.276 1.731 97 Ha
3 Kedamaian 8.315 1.929 2.026 120 Ha
4 Bumi Kedamaian 7.371 1.556 1.794 91 Ha
5 Tanjung Baru 6.037 1.538 1.539 110 Ha
6 Kali Balau Kencana 8.675 1.926 2.189 155 Ha
7 Tanjung Agung Raya 1.958 436 457 15 Ha
Jumlah 43.043 9.431 10.751 853 Ha
Tabel data Kependudukan di Wilayah Kecamatan Satelit Tahun 2015

C. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN


No Sarana YanKes Jumlah
1 Puskesmas Induk Satelit 1
2 Puskeskel 7
3 Dokter Praktek Umum 6
4 Dokter Praktek Gigi 3
5 Dokter Praktek Spesialis 2
6 Badan Praktek Swasta 3
7 Balai Pengobatam Swasta 2
8 Apotek 5
9 Posyandu 30
10 Laboratorium Kesehatan Swasta 2
11 Salon Kecantikan 4
Tabel Data Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Satelit Tahun 2015
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS SITUASI
Penderita TB paru BTA positif untuk Propinsi Lampung tahun 2012 sebanyak 6.165
penderita, pada 2013 sebanyak 6.411 penderita dan pada tahun 2014 sebanyak 6.267
penderita (Kemenkes RI, 2014).

Tabel Jumlah pasien dengan gejala TB Paru dan pemeriksaan sputum BTA di Puskesmas Rawat Inap
Satelit Bandar Lampung periode Januari 2015-Desember 2015

Kelompok Usia
Bulan BTA (+) BTA (-) Jumlah
< 10 >40
10-18th 18-25th 25-40th
th th

Januari 0 0 0 3 1 3 1 4
Februari 0 0 0 3 1 2 2 4
Maret 0 1 0 3 6 5 5 10
April 0 0 2 1 1 1 3 4
Mei 0 0 2 3 2 3 4 7
Juni 0 0 0 2 8 6 4 10
Juli 0 0 1 2 3 3 3 6
Agt 0 1 2 3 10 6 10 16
Sept 0 0 1 3 4 3 5 8
Okt 0 0 3 1 3 6 1 7
Nov 0 0 1 3 6 3 7 10
Des 0 0 0 2 6 4 4 8
Jumlah 0 2 12 29 51 45 49 94

Berdasarkan Tabel diatas, dapat diketahui jumlah pasien dengan gejala TB Paru
terbesar pada kelompok usia > 40 tahun sebanyak 51 penderita. Hasil Pemeriksaan sputum
dari 94 pasien diantaranya 45 penderita BTA (+) dan 49 penderita menunjukkan hasil BTA
(-).

Tabel Pencapaian Program P2TB BTA Positif di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Satelit Bandar
Lampung

No. Variabel Tolak Ukur Pencapaian 2015

1. Temuan pasien TB BTA Positif 85% 62,5%


2. Temuan pasien TB BTA Positif sembuh 85% 60%

Berdasarkan tabel diatas, pencapaian Program P2TB pada tahun 2015 adalah 62,5%
ditemukan pasien TB BTA Positif dari target 85%, sedangkan pasien TB BTA Positif sembuh
60% dari target 85%.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Proses identifikasi masalah melalui kegiatan analisis laporan tahunan Puskesmas
Kecamatan Satelit tahun 2015 dan diskusi pemegang program. Penilaian masalah prioritas
ditentukan berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target dari data laporan
tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas serta
observasi langsung ke lapangan.
Permasalahan tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi
juga dilihat dari urgensi, intervensi, ketersediaan biaya dan dampak terhadap kesehatan
masyarakat. Identifikasi masalah yang didapat antara lain sbb :
1. Penemuan kasus TB BTA Positif yang rendah
2. Kepatuhan pasien masih rendah dalam menjalani pengobatan
3. Kurangnya PSP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku) masyarakat mengenai TB.

C. PENETAPAN PRIORITAS MASALAH (KRITERIA MATRIKS)


a. Pentingnya proritas masalah (Importancy = I) terdiri dari :
1. Besarnya masalah (Prevalence = P)
2. Akibat yang ditimbulkan masalah (Severity = S)
3. Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase = RI)
4. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (Social Benefit = SB)
5. Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (Degree Of Unmeetneeds = DU)
6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (Public Concern = PB)
7. Suasana politik (Political Climate = PC)
b. Kelayakan teknologi (Technical Feasibility = T)
c. Sumber daya yang tersedia (Resources Availability = R)
Cara penghitungan P = I x T x R
Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat penting).
Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.
Importance Jumlah
No. Daftar masalah T R
P S RI DU SB PB PC P= IxTxR
Penemuan kasus TB BTA
1. 4 4 4 3 3 3 5 4 3 312
(+) baru masih rendah
Kepatuhan pasien masih
2. 4 4 4 3 3 3 5 2 3 156
rendah dalam pengobatan
Kurangnya PSP masy.
3. 5 5 4 4 4 4 5 5 4 620
mengenai TB

D. IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH

MAN METHOD MATERIAL

Cakupan ASI Eks


rendah 16,5%

MONEY
E. ESTIMASI PENYEBAB MASALAH
Masalah dalam pelaksanaan programENVIRONMENT
penanganan TB paru BTA (+) akan dibahas sesuai
dengan pendekatan sistem yang mempertimbangkan seluruh faktor baik dari unsur masukan,
proses, umpan balik dan lingkungan.
1. Komponen masukan : kualitas kinerja sumber daya manusia termasuk di dalamnya
adalah dokter, perawat, tenaga administrasi dan kader TB, sarana penyuluhan di
puskesmas rawat inap satelit dan metode yang digunakan.
2. Pada komponen proses : yang menjadi masalah pada program ini yaitu pada
pengorganisasian, pelaksanaan dan pencatatan dan pelaporan. Untuk pengorganisasian,
pada monitoring dari perencanaan belum efektif berjalan, sehingga ini dapat
mempengaruhi pelaksanaan.
3. Pada komponen lingkungan yang menjadi masalah adalah kemauan penduduk ke
puskesmas dan sosial ekonomi pendidikan.
F. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
No Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah Prioritas
1. Masukan - Menambah tenaga
Tenaga : - Menambah tenaga pelaksana pelaksana yaitu tenaga
- Kualitas kinerja pelaksana program yaitu tenaga khusus khusus menangani
program kurang maksimal untuk menangani adm administrasi
Sarana : - Melengkapi poster dan leaflet - Melengkapi sarana
- Kurangnya media tentang TB penyuluhan tentang TB di
penyuluhan TB di puskesmas - Mengaktifkan kader TB agar puskesmas seperti brosur
Metode : dapat mencari pasien TB baru dan leaflet
- Kurangnya penemuan pasien BTA (+) secara aktif bersama - Mengadakan pertemuan
TB baru BTA (+) secara aktif pelaksana program dan pembinaan rutin serta
- Kurangnya penyuluhan ke - Meningkatkan penyuluhan pelatihan tentang TB
msyrkt tentang TB di masyarakat kepada kader TB
- Tidak ada pelatihan kader - Mengadakan pelatihan kader TB - Meningkatkan lagi
2. Proses penyuluhan TB ke
Pengorganisasian : - Meningkatkan monitoring masyarakat
- Monitoring dari perencanaan perencanaan kegiatan dengan - Mengganti hari pelayanan
kegiatan kurang memadai pertemuan rutin sekaligus khusus TB dari hari senin
Pelaksanaan : pembinaan antara pelaksana ke hari yang sekiranya
- Penemuan kasus TB baru program dengan kader TB pasien puskesmas tidak
BTA (+) belum ada tindak - Melakukan tindak lanjut berupa terlalu banyak
lanjut dari hasil temuan pencarian kasus TB BTA (+) - Membuat buku laporan
secara prosedur secara aktif khusus untuk pencatatan
- Pasien banyak yang - Mengganti hari pelayanan khusus pasien TB
terlambat bahkan tidak pasien TB di puskesmas - Mengadakan pelayanan TB
mengambil obat rutinnya - Membuat buku laporan khuus hingga di puskeskel dengan
Pencatatan dan pelaporan : untuk pasien TB tenaga pelaksanaan
- Pencatatan laporan kurang program maupun kader TB
rapi yang sudah mendapat
3. Lingkungan pelatihan dan bimbingan
- Kemauan penduduk - Mengaktifkan pelayanan TB
berkunjung ke puskesmas minimal hingga tingkat pustu
- Pendidikan dan sosial - Mengadakan penyuluhan rutin
ekonomi menengah ke bawah mengenai TB

G. PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH


Prioritas pemecahan masalah ditetapkan dengan sistem skoring : Efektifitas jalan keluar, yang
terdiri dari M, I dan V.
1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude) = M
2. Pentingnya jalan keluar (Importancy) = I
3. Sensitivitas jalan keluar (Vulnerability) = V
4. Biaya jalan keluar (Cost) = C

Prioritas Jalan
Alternatif Jalan Keluar M I V C Keluar
P= (MxIxV)/C
Menambah tenaga pelaksana yaitu tenaga khusus
4 3 2 2 12
menangani administrasi
Melengkapi sarana penyuluhan tentang TB di puskesmas
4 3 4 4 12
seperti brosur dan leaflet
Mengadakan pertemuan dan pembinaan rutin serta
4 4 3 2 24
pelatihan tentang TB kepada kader TB
Meningkatkan lagi penyuluhan ke masyarakat 5 5 4 3 33,3
Mengganti hari pelayanan khusus TB dari hari yang
4 4 5 5 16
sekiranya pasien puskesmas tidak terlalu banyak
Membuat buku laporan khusus untuk pencatatan pasien TB 5 3 3 3 11,25
Mengadakan pelayanan TB hingga di puskeskel dengan
tenaga kader TB yang sudah mendapat pelatihan dan 5 4 2 2 20
bimbingan

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masalah dalam pelaksanaan Program Pengendalian dan Penanggulangan Tuberkolosis
di UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit tahun 2015 adalah belum tercapainya Case Detection
Rate (Rate Of Increase) puskesmas (62,5%) lebih kecil dari indikator yang seharusnya
dicapai idealnya, yaitu 85%.
Penyebab masalahnya adalah pada komponen masukan yaitu pelaksanaan program
belum maksimal, sarana penyuluhan belum memadai, penemuan tersangka TB secara aktif
oleh kader yang terlatih masih kurang, belum maksimalnya penyuluhan ke masyarakat,
belum adanya pembinaan dan pelatihan kader TB, kurangnya kader TB dalam monitoring,
belum maksimalnya dalam tindak lanjut pada penemuan tersangka TB, pasien yang banyak
telat mengambil obat, kurangnya kerapian pengisian laporan tertulis, penderita TB masih
banyak yang datang ke Puskesmas wilayah lain dan masih kurangnya kesadaran masyarakat
baik ekonomi atau pendidikan yang menengah kebawah mengenai pentingnya menangani
TB.
Alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program tersebut adalah pelaksanaan
prioritas. Pemecahan masalah adalah meningkatkan lagi penyuluhan TB ke masyarakat,
mengadakan pertemuan dan pembinaan rutin serta pelatihan tentang TB kepada kader TB,
mengadakan pelayanan TB hingga di puskeskel dengan tenaga pelaksana program TB
maupun kader TB yang sudah mendapat pelatihan dan bimbingan.

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai