Anda di halaman 1dari 13

MODUL1

PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

MODUL
PELATIHAN UNTUK PELATIH KADER TBC

MATERI INTI 1

INFORMASI DASAR TBC

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA
2019

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL2
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

MATERI INTI 1
INFORMASI DASAR TBC

I. Deskripsi Singkat
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular, disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang dapat disembuhkan dengan minum obat sampai tuntas. TBC bukan
disebabkan oleh guna-guna atau kutukan atau penyakit keturunan dapat menyerang
siapa saja.
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai bagian
tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll).

Dalam upaya penemuan kasus TB dan pendampingan pasien dalam meminum obat
diperlukan peran serta aktif masyarakat melalui kader kesehatan terlatih. Aktifnya kader
TB dan masyarakat diharapkan akan meningkatkan penemuan dan kesembuhan kasus
TB di wilayahnya, menurunkan angka drop-out, serta membantu menurunkan stigma dan
sikap masyarakat yang menghambat program TB.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar, Kader kesehatan TB harus
dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai: informasi dasar TB.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu menjelaskan informasi dasar penyakit
TBC

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan tentang:
1. Gejala-gejala TBC
2. Cara penularan TBC
3. Jenis Pemeriksaan TBC
4. Pengelompokan pasien TBC
5. Penyakit komorbid TBC
6. Tatalaksana pasien TBC
7. Pencegahan penularan penyakit TBC

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan:


A. Gejala-gejala terduga TBC
1. Pada orang dewasa
2. Pada Anak

B. Cara penularan TBC

C. Jenis Pemeriksaan TBC:


1. Pemeriksaan contoh uji dahak
2. Pemeriksaan dengan Foto Toraks
3. Tes tuberkulin

D. Pengelompokan pasien TBC


a. Menurut lokasi penyakit
b. Menurut Riwayat Pengobatan Sebelumnya
c. TBC Resisten Obat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL3
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

E. Penyakit komorbid TBC


a. HIV AIDS
b. Diabetes Melitus (DM)

F. Tatalaksana pasien TBC


1. Pengobatan TBC
2. Pengawas Menelan Obat
3. Pemantauan kemajuan Pengobatan TBC
a. TBC dewasa
b. TBC Anak

G. Pencegahan penularan penyakit TBC


1. Pencegahan penularan
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
3. Etika Batuk

IV. Metode
A. Ceramah tanya jawab
B. Curah pendapat

V. Media Dan Alat Bantu


A. MI- 1
B. Bahan tayang
C. Komputer/ laptop
D. LCD projector
E. Whiteboard
F. Flipchart
G. Spidol

VI. Langkah-Langkah Pembelajaran


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian peserta


Langkah pembelajaran:
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
b. Melakukan bina situasi kelas, dengan menggali pengetahuan dan pengalaman
peserta tentang materi yang akan disampaikan.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan menggunakan bahan
tayang.
2. Kagiatan Peserta
Peserta menyimak apa yang disampaikan oleh fasilitator, mencatat hal yang
penting dan berperan serta aktif dalam curah pendapat dan penyampaian persepsi.

Langkah 2. Penyampaian Materi Pokok Bahasan 1 - 4


Langkah pembelajaran:
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator secara bertahap melakukan curah pendapat tentang pokok
bahasan dan sub pokok bahasan: Penyebab Sakit TBC, Gejala gejala TBC,
cara penularan TBC, cara menemukan terduga TBC dan Lokasi orang
dengan TBC pada peserta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL4
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

b. Berdasarkan hasil curah pendapat, fasilitator melakukan pemaparan kelima


materi dengan menggunakan bahan tayang yang telah dipersiapkan.
c. Pemaparan dilakukan dengan tetap melibatkan peserta secara aktif untuk
penyamaan persepsi tentang apa yang disampaikan
d. Setelah penyampaian bahan tayang, fasilitator membagi peserta menjadi 2
kelompok, dan memberi penugasan terkait dengan pokok bahasan 1-4

2. Kegiatan Peserta
a. Peserta mendengarkan, mencatat dan secara aktif bertanya untuk untuk
memperjelas hal-hal yang belum dimengerti.
b. Peserta mengerjakan penugasan kemudian mempresentasikan dan
mendiskusikan hasil penugasan dengan fasilitator

Langkah 3. Penyampaian Materi Pokok Bahasan 5 - 7


Langkah pembelajaran:
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator secara bertahap melakukan curah pendapat tentang pokok bahasan
dan sub pokok bahasan: Jenis orang dengan TBC, penyakit penyerta TBC,
pengobatan TBC, pemantauan pengobatan orang dengan TBC, pencegahan
penularan TBC pada peserta.
b. Berdasarkan hasil curah pendapat, fasilitator melakukan pemaparan kelima
materi dengan menggunakan bahan tayang yang telah dipersiapkan.
c. Pemaparan dilakukan dengan tetap melibatkan peserta secara aktif untuk
penyamaan persepsi tentang apa yang disampaikan
d. Setelah penyampaian bahan tayang, fasilitator membagi peserta menjadi 2
kelompok, dan memberi penugasan terkait dengan pokok bahasan 5-7
2. Kegiatan Peserta
a. Peserta mendengarkan, mencatat dan secara aktif bertanya untuk untuk
memperjelas hal-hal yang belum dimengerti.
b. Peserta mengerjakan penugasan kemudian mempresentasikan dan
mendiskusikan hasil penugasan dengan fasilitator

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui pemahaman peserta
terhadap materi yang telah disampaikan dan pencapaian tujuan
pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
Peserta berperan aktif menjawab pertanyaan yang diajukan oleh faslitator dan
bertanya apabila ada hal-hal yang masih dirasa kurang jelas

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL5
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

VII. URAIAN MATERI


A. Pokok Bahasan 1
GEJALA-GEJALA TBC

Menemukan terduga TBC adalah dengan:


1. Mengenali orang dengan gejala TBC – batuk berdahak atau tidak berdahak dan
disertai gejala lainnya
2. Orang yang serumah dengan pasien TBC dan bergejala TBC (investigasi kontak)

Apabila menemukan terduga TBC dewasa segera rujuk ke fasilitas kesehatan


terdekat untuk pemeriksaan dahak.

1. Pada orang dewasa

Gejala utama terduga TBC paru dewasa adalah batuk berdahak atau tidak
berdahak

Gejala tambahan/lainnya yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak


nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah, letih,
lesu, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC,
bronchitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.

Setiap orang dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga
orang dengan TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
langsung.

2. Pada anak
Gejala TBC pada anak agak berbeda dengan gejala TBC pada orang dewasa.
Gejala TB pada anak adalah:
a. Batuk lama ≥2 minggu
b. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
c. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas dan
demam umumnya tidak tinggi.
d. Lesu atau anak kurang aktif bermain (malaise)

Tersangka TB pada anak bila ditemukan salah satu gejala diatas, segera dirujuk
ke fasilitas kesehatan.

B. Pokok Bahasan 2:
CARA PENULARAN TBC

Penularan TBC terjadi melalui udara. Sumber penularan adalah percikan dahak
pasien yang dahaknya mengandung kuman TBC. Pada waktu berbicara, batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Percikan
dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena
sinar matahari dan lembab. Saat berbicara dapat menyebarkan sampai 210 kuman,
sekali batuk dapat menyebarkan sampai 3500 kuman dalam percikan dahak dan
sekali bersin dapat menyebarkan 4500 – 1 juta kuman. Bila Percikan dahak tersebut
dihirup oleh orang lain yang berada diruangan tersebut maka orang tersebut tertular
TB dan kuman akan berkembang biak atau tidur dalam paru-paru.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL6
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

Proses menjadi sakit TBC dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu banyaknya kuman,
lamamya kontak dengan pasien TBC dan daya tahan tubuh. Semakin banyak kuman
yang ditemukan semakin besar daya tular pasien tersebut. Risiko seseorang
terpapar kuman TBC ditentukan oleh jumlah percikan dahak dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut. Pada keadaan daya tahan tubuh yang rendah
misalanya orang dengan HIV/AIDS, pasien Diabetes Mellitus (DM) atau kencing
manis, orang lanjut usia (lansia) umur diatas 60 tahun, anak-anak menyebabkan
kuman TBC menjadi aktif atau menjadi sakit TBC.

Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Kuman TB ditemukan dalam dahak penderita TB paru atau didalam bagian tubuh
yang sakit pada penderita TB diluar Paru
b. Kuman TB berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah
mikroskop.
c. Tahan terhadap suhu rendah, dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama
pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
d. Kuman TB sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhadap sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati
dalam waktu beberapa menit.

TBC BUKAN PENYAKIT KETURUNAN, BUKAN DISEBABKAN OLEH KUTUKAN


DAN BUKAN PULA KARENA GUNA-GUNA.

C. Pokok Bahasan 3
JENIS PEMERIKSAAN TBC

Terdapat beberapa Jenis pemeriksaan TBC yaitu

1. Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dahak dilakukan dengan mengambil dua kali dahak dalam waktu 1
hari atau 2 hari, yaitu:

SS / SP
Keterangan:
SS = Diambil 2 (dua) dahak dengan interval minimal 1 jam sewaktu terduga /
pasien datang ke fasilitas kesehatan pada hari ke-1

Atau

SP = Diambil 1 (satu) dahak Sewaktu datang ke fasilitas kesehatan pada hari ke-1
dan diambil 1 (satu) dahak pada PAGI hari setelah bangun tidur di hari ke-2

Pemeriksaan dahak untuk diagnosis TB dapat dilakukan dengan menggunakan:

a. Pemeriksaan Mikroskopis (BTA)


Pemeriksaan dahak menggunakan mikroskopis (BTA) dapat digunakan untuk
diagnosis dan follow-up pengobatan. Hasil pemeriksaan dahak menggunakan
mikroskopis (BTA) akan didapatkan dalam waktu 1 (satu) atau 2 (dua) hari.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL7
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan yaitu membutuhkan konsentrasi


kuman yang tinggi dalam dahak dan tidak dapat mendeteksi pasien TB
Resistan Obat.

b. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)


Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan
pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dahak menggunakan TCM akan didapatkan
dalam waktu 1 – 2 jam. Pemeriksaan hanya dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan tertentu.

c. Pemeriksaan Biakan Kuman TB


Pemeriksaan biakan merupakan baku emas untuk diagnosis TB. Namun hasil
pemeriksaan biakan membutuhkan waktu yang lama (4 – 8 minggu) dan
hanya dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan tertentu.

2. Pemeriksaan foto toraks


Penegakan diagnosis TB paru pada orang dewasa harus diupayakan
menggunakan pemeriksaan bakteriologis yaitu pemeriksaan mikroskopis, TCM
dan biakan.

Pasien dengan hasil TCM ataupun mikroskopis (BTA) negatif dapat dilakukan foto
toraks jika kondisi klinis pasien masih dicurigai sebagai TB. Jika gambaran foto
toraks mendukung TB dan atas pertimbangan dokter, pasien dapat didiagnosis
sebagai pasien TB terkonfirmasi klinis. Jika gambaran foto toraks tidak
mendukung TB kemungkinan bukan TB, dicari kemungkinan penyebab lain.

Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks


saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru,
sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis.

3. Uji Tuberkulin
Jika fasilitas kesehatan memiliki layanan uji tuberkulin, maka uji tuberkulin dapat
dilakukan pada terduga TB pada anak. Uji tuberkulin merupakan bagian dari
sistem skoring dalam mendiagnosis TB pada anak. Pemeriksaan bakteriologis
(mikroskopis, TCM, ataupun biakan) tetap merupakan pemeriksaan utama untuk
penegakan diagnosis TB pada anak. Spesimen dahak pada anak dapat diperoleh
melalui berdahak langsung, induksi sputum, maupun bilas lambung.

D. Pokok Bahasan 4
PENGELOMPOKAN PASIEN TBC

Pasien TBC dapat dikelompokkan menurut:

1. Pengelompokan berdasarkan lokasi dari penyakit TBC:


a. TBC Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL8
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

b. TBC Ekstra Paru


Tuberkulosis yang menyerang bagian tubuh lain selain paru, misalnya;
selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
TBC ekstra paru ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala TBC. Gejala dan
keluhan tergantung organ yang terkena.

2. Pengelompokan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:

a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan

b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan Pasien ini selanjutnya kelompokkan lagi
berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
1) Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap
2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah
diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat adalah pasien yang
pernah diobati dan dinyatakan putus berobat.
4) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3. TBC Resistan Obat (TBC kebal obat)

 TBC Resistan Obat (TBC kebal obat) adalah keadaan di mana kuman M.
tuberculosis sudah kebal terhadap obat anti TBC (OAT).

 Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah


penatalaksanaan pasien TBC tidak sesuai standar yang dapat ditinjau dari sisi:

a. Program Penanggulangan TB, yaitu karena :


o Persediaan OAT yang kurang
o Kualitas OAT yang disediakan rendah
b. Petugas kesehatan, yaitu karena :
o Diagnosis tidak tepat,
o Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat,
o Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak
adekuat,
o Penyuluhan kepada pasien yang tidak adequat
c. Pasien, yaitu karena:
o Tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan
o Tidak teratur menelan paduan OAT,
o Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya.
o Gangguan penyerapan obat
 Efek samping Pengobatan TBC resistan obat lebih berat

 Pengobatannya TBC resiten obat lebih lama sekitar 9 – 24 bulan

 Biaya pengobatan mencapai 200 kali lipat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL9
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

E. Pokok Bahasan 5.
PENYAKIT KOMORBID TBC

Penyakit selain TBC yang sering terjadi bersamaan dengan penyakit TBC adalah:

a. HIV-AIDS
 Orang dengan HIV-AIDS atau ODHA gejala TBC yang muncul tidak selalu
dengan batuk.
 Umumnya berat badan turun, dan pembesaran kelenjar di leher.
 Pasien TBC dengan HIV positif maupun ODHA dengan TBC disebut sebagai
pasien dengan ko-infeksi TB-HIV.
 Angka kematian ODHA dengan TB lebih tinggi dibandingkan dengan ODHA
yang tidak mengalami TBC
 Sehingga semua pasien TBC seharusnya diperiksa HIV demikian pun
sebaliknya semua ODHA di skrining gejala TBC setiap berkunjung.
 Apabila tidak terbukti sakit TB penting diberikan Pengobatan Pencegahan
dengan INH (PP INH) merupakan salah satu upaya yang penting untuk
pencegahan TB pada ODHA.

b. Diabetes Melitus/DM atau Kencing manis


 Penyandang kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM) mempunyai risiko
sakit TBC tiga kali lebih besar daripada orang tanpa DM.
 Sebagian besar penyandang DM tidak menyadari mereka mengidap TBC
karena tidak batuk atau didiagnosis terlambat.
 Semua penyandang DM harus di skrining gejala TBC setiap berkunjung ke
layanan
 Semua pasien TBC harus skrining DM
 Deteksi dini dapat membantu meningkatkan penyembuhan dan pengendalian
dari kedua penyakit

F. Pokok Bahasan 6:
TATALAKSANA PASIEN TBC

1. Pengobatan TBC

a. Prinsip pengobatan pada orang dengan TBC:


1) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) terdiri dari mnimal 4 macam obat
2) OAT harus dimnum secara teratur dan harus diawasi oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO)
3) Pengobatan diberikan dalam 2 tahap: tahap awal dan tahap lanjutan
4) OAT harus diminum secara teratur
5) Pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa sepengetahuan petugas kesehatan.

b. Pengobatan TBC pada dewasa

Pengobatan TBC pada dewasa terdiri dari:


1) OAT kategori 1 yang diperuntukan bagi orang dengan TBC yang baru dan
belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL10
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

Pengobatan dengan OAT Kategori 1 selama 6 bulan, yang dibagi dalam:


 Tahap awal: OAT diminum tiap hari selama 2 bulan (2x28 dosis obati)
 Tahap lanjutan: OAT diminum 3 kali seminggu selama 4 bulan (4X3x4
dosis obat)

2) OAT kategori 2 yang diperuntukan bagi orang dengan TBC yang sudah
pernah mendapat pengobatan TBC sebelumnya
Pengobatan dengan OAT Kategori 2 selama 8 bulan, yang dibagi dalam:
 Tahap awal: OAT diminum tiap hari selama 3 bulan (3x28 dosis obati),
ditambah dengan suntikan selama 2 bulan (2x28 dosis suntik)
 Tahap lanjutan: OAT diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan (5X3x4
dosis obat)

c. Pengobatan TBC pada Anak


 OAT anak terdiri dari 3 macam obat untuk tahap awal dan 2 macam obat
untuk tahap lanjutan
 OAT diminum secara teratur tiap hari selama 6 bulan.
 Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah sebaiknya orang tua
 Pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa sepengetahuan petugas kesehatan.

d. Hasil Akhir Pengobatan


Selama menelan OAT oran dengan TBC perlu didampingi agar tetap minm Oat
secara teratur dan dapat menyelesaikan pengobatannya. Kepatuhan orang
dengan TBC dalam menelan obat sangat mempengaruhi hasil akhir pengobatan.
Hasil akhir pengobatan yaitu
1) Sembuh
2) Pengobatan Lengkap
3) Gagal
4) Meninggal
5) Tidak diketahui (loss to follow up)
6) Tidak dievaluasi

2. Pengawas Menelan Obat:

Pengawas menelan Obat (PMO) adalah seseorang yang secara sukarela


mendampingi pasien TBC menelan obat.

Kriteria Pengawas menelan obat antara lain yaitu:


a. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
b. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
c. Tinggal dekat dengan pasien
d. Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
e. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
f. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien

Tugas Pengawas Menelan Obat antara lain: :


a. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan
sampai sembuh.
b. Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat
menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL11
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

c. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa ulang dahak


sesuai jadwal.
d. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan merujuk ke
Sarana Pelayanan Kesehatan.
e. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk (petunjuk terdapat
di sudut bawah kartu kontrol).
f. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien atau orang yang
tinggal serumah

3. Pemantauan Kemajuan Pengobatan pasien TBC

a. TBC dewasa
Pemantauan Kemajuan pengobatan pasien TBC selama minum OAT harus
dilakukan untuk melihat respon terhadap pengobatan yang diberikan.
Pemantauan kemajuan pengobatan dilakukan dengan melakukan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
 pada akhir bulan ke 2 (untuk pengobatan dengan kategori 1)
 pada bulan ke 3 pengobatan (untuk pengobatan kategori 2);
 Akhir bulan ke 5 untuk pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis (terbukti ada
kuman dalam pemeriksaan dahaknya)
 Akhir Pengobatan untuk pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis (terbukti
ada kuman dalam pemeriksaan dahaknya)

b. TBC anak:
Pemantauan pengobatan pada anak dilakukan dengan melihat
perkembangan anak (anak yang lemah menjadi kembali ceria) dan
peningkatan berat badan dan perbaikan gejala yang ditemukan pada waktu
awal pengobatan.Pemantauan dilakukan setiap 2 minggu pada tahap awal
pengobatan (2 bulan pertama) dan setiap bulan pada tahap lanjutan (4 bulan
berkutnya)

Apabila penegakkan diagnosis TBC Anak dilakukan dengan pemeriksaan


dahak, maka pemeriksaan ulang dahak untuk pemantauan respon
pengobatan dilakukan pada akhir bulan ke 2; akhir bulan ke 5 dan pada
Akhir Pengobatan (akhir bulan ke 6).

G. Pokok Bahasan 7
PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TBC

Pencegahan penularan penyakit TBC antara lain:


 Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh
 Pasien TBC harus menutup mulut pada waktu bersin dan batuk dengan
saputangan atau tissu
 Tidak membuang dahak di sembarang tempat, dibuang pada tempat khusus
dan tertutup tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup. Misalnya: dengan
menggunakan wadah/ kaleng bertutup yang sudah diberi air sabun.
 Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan sehat antara lain:

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu anatara lain:


- Menjemur alat tidur

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL12
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

- Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk.
Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan dapat mengurangi jumlah
kuman di udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.
- Makan makanan bergizi
- Tidak merokok dan minum minuman keras
- Olahraga secara teratur
- TBC tidak menular melalui perlengkapan pribadi orang dengan yang sudah
dibersihkan, seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang
digunakan orang dengan TBC.

2. Etika Batuk:
 Gunakan masker bila anda batuk
 Tutup mulut dan hidung dan mulut dengan tisu/sapu tangan
 Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan bagian dalam anda
bila tidak ada tissue/saputangan
 Buang tisu ke tempat sampah.
 Cucilah tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun

Tutuplah hidung dan mulut saat Tutup hidung dan mulut dengan
batuk/bersin dengan tisu/sapu tangan lengan bagian dalam anda bila tidak
ada tisu/sapu tangan dengan
tisu/sapu tangan

Petugas yang merawat pasien TB perlu


Pakailah masker bila anda batuk memakai respirator partikulat dan
berdahak pasien TB menggunakan masker
bedah

Buang tisu ke tempat sampah Medis Cuci tangan dengan sabun cair dibawah
(kantong kuning) air mengalir

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018
MODUL13
PELATIHAN P2TB BAGI KADER KESEHATAN

VIII.Referensi

A. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 67 Tahun 2016, tentang Program


Penanggulangan Tuberkulosis
B. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
C. Peraturan Menteri Kesehatan nomor No. 75 Tahun 2014 tentang Kebijakan
Puskesmas

IX. Evaluasi
1. Jelaskan apa saja gejala-gejala TBC?
2. Jelaskan bagaimana cara penularan TBC?
3. Jelaskan jenis Pemeriksaan TBC?
4. Jelaskan bagaimana Pengelompokan pasien TBC?
5. Jelaskan tentang Penyakit komorbid TBC?
6. Jelaskan bagaimana Tatalaksana pasien TBC?
7. Jelaskan bagaimana pencegahan penularan penyakit TBC?

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – DIREKTORAT P2PML


SUBDIT TB – 2018

Anda mungkin juga menyukai