Anda di halaman 1dari 60

ABSES PARU

Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama
2018
PENDAHULUAN
• Abses paru merupakan proses kerusakan
parenkim paru yang ditandai pembentukan
kavitas berisi jaringan atau cairan nekrotik
terutama disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme.

• Frekuensi abses paru pada populasi umum


belum diketahui secara pasti.

1. Fishman JA.2008
2. Principles and practice of infectious diseases.2014
• Sejak antibiotik diperkenalkan sebagai terapi
utama abses paru, mortalitas menurun 5-
10%, mengurangi tindakan bedah serta
memperbaiki prognosis.

Paed Respir Rev 2007


DEFINISI

Abses paru adalah kumpulan pus dalam


suatu kavitas dikelilingi oleh jaringan yang
mengalami inflamasi akibat suatu infeksi
• umumnya abses paru berdiameter lebih
dari 2 cm

• abses berdiameter kurang dari 2 cm


disebut necrotizing pneumonia dan
gangren paru.

• Pembentukan abses paru biasanya


dimulai sebagai pneumonia terlokalisir
yang selanjutnya menimbulkan kerusakan
jaringan dan nekrosis.
KLASIFIKASI

1. Onset (lama timbulnya gejala)


2. Kaitan abses tersebut dengan kondisi
klinis sebelumnya
3. Etiologi infeksi mikroorganisme atau
noninfeksi.

J Bras Pneumol 2008


1. Onsetnya

• Abses paru akut terjadi <2 minggu dan


lebih sering disebabkan infeksi bakteri
aerob virulen.
• Abses paru kronik terjadi >4-6 minggu
dengan penyakit dasar neoplasma atau
infeksi bakteri anaerob atau kurang
virulen.

1. Bacterial lung abscess. 2014


2. Paed Respir Rev. 2007
2. Terdapat atau tidaknya kaitan dengan
kondisi sebelumnya

• Abses paru primer biasanya disebabkan


oleh aspirasi atau pneumonia pada
individu yang sebelumya sehat
• Abses paru sekunder disebabkan kondisi
penyakit yang sudah ada sebelumnya
seperti obstruksi, transplantasi organ atau
gangguan imunitas.

Fishman JA. 2008


3. Etiologi
• Bakteri atau jamur
• Noninfeksi misalnya neoplasma,
sarkoidosis dan penyakit Hodgkin’s.
FAKTOR RISIKO
• Aspirasi sejumlah besar bakteri
orofaring terutama pada penderita
dengan kebersihan gigi dan rongga
mulut yang buruk

• Hilangnya refleks batuk pada penurunan


kesadaran akibat gangguan sistem saraf
pusat

• Overdosis obat dan anestesi umum.


• Oesophageal (refluks gastroo esophageal)
• Akalasia
• Necrotizing pneumonia
• Tuberkulosis
• Obstruksi bronkus (neoplasma, aspirasi benda
asing)
• Trauma
• Sepsis
• Imunodefisiensi (terapi steroid atau kemoterapi,
malnutrisi, Human Immunodeficiency Virus
(HIV), DM

1. Fishman JA. 2008


2. Paed Respir Rev 2007
3. Lung abscesses and pleural abscesses. In: Sopirala MM. 2010,
ETIOLOGI

• Bakteri piogenik terutama anaerob,


mikobakteria, jamur, parasit serta
komplikasi penyakit paru lain seperti
keganasan primer atau metastasis.

• Bakteri anaerob yang paling sering


ditemukan antara lain
Peptostreptococcus spp, Prevotella
melaninogenica, Bacterioides spp,
Fusobacterium nucleatum

Textbook of respiratory medicine. 2010


• Bakteri lain Staphylococcus aureus,
Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa, B.pseudomallei, Legionella
spp, Actinomyces spp, dan Nocardia spp.

• Parasit Paragonimus westermani,


Entamoeba histolytica dan jamur.

1. Am J Therapeu 2014
2. Aspiration pneumonia, lipoid pneumonia and lung abscess. In: Baum GL. 2003
PATOGENESIS

• Abses paru merupakan interaksi agen dengan


berbagai faktor predisposisi abses melalui
mekanisme aspirasi masuk ke dalam paru.

• Penyebab abses paru yang utama yaitu aspirasi


materi oroginggival.

• Penelitian  pembentukan abses paru dapat


berlangsung 7-14 hari setelah aspirasi agen
infeksius dari oroginggival.

Aspiration pneumonia, lipoid pneumonia and lung abscess. In: Baum GL. 2003
• Sejumlah besar bakteri berperan dalam
pembentukan abses terutama bila jumlah
bakteri meningkat akibat kebersihan gigi
yang buruk atau penyakit ginggival

• Tidak semua pasien dengan faktor risiko


aspirasi akan membentuk abses paru……
• Faktor lain khususnya penyakit komorbid
dan kerusakan sistem pertahanan tubuh
juga berperan penting terhadap
pembentukan abses paru.

• Aspirasi dalam jumlah banyak


menyebabkan necrotizing pneumonia,
jika tidak diterapi dari awal dan
berlangsung progresif maka akan
terbentuk abses paru.
• Abses paru dapat terjadi dengan cara lain yaitu
limfogen dan hematogen.

• Penyebaran limfogen misalnya melalui


pembuluh limfe subfrenikus

• Hematogen misalnya tromboflebitis septik vena


jugularis atau vena pelvis serta predisposisi
pulmonar misalnya nekrosis jaringan,
karsinoma atau bronkiektasis.

Fishman JA. 2008


• Penyebaran hematogen sering
ditemukan pada penderita yang
mengalami bakteremia Staphylococcus
spp. terutama pada anak-anak

• Lokasi terbentuknya abses ditentukan


oleh gravitasi dan posisi tubuh pada saat
terjadi aspirasi.
• Posisi terbanyak saat aspirasi adl posisi
tegak dan posisi terlentang

• Khas terletak lokasi pada segmen basal


dan superior lobus bawah serta segmen
posterior lobus atas terutama pada paru
kanan.

Aspiration pneumonia, lipoid pneumonia and lung abscess. In: Baum GL. 2003
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisis
• Pemeriksaan penunjang  pemeriksaan
laboratorium, radiologi

• Gejala awal dapat menyerupai


pneumonia atau kondisi penyakit yang
lain.
• Abses paru primer dapat timbul gejala
demam, batuk produktif, penurunan
berat badan, nyeri dada, rasa berat dada,
malaise
• Lama timbulnya gejala tergantung pada
mikroorganisme patogen yang
menyebabkan infeksi.

• Bakteri anaerob akan memberikan


gejala yang timbul secara lambat
biasanya setelah 7-14 hari, berminggu-
minggu bahkan sampai berbulan-bulan
• Gejala bakteri anaerob demam
subfebris, berat badan turun atau batuk
produktif.

• Gejala pada bakteri aerob  demam


dan batuk dalam waktu 3-5 hari. Gejala
patognomonik infeksi kuman anaerob
adalah napas berbau atau sputum berbau
busuk 50-60% kasus.

• Hemoptisis pada 25% kasus


• Perjalanan penyakit pada infeksi jamur,
Nocardia spp dan mikobakteria berjalan
secara lambat sehingga secara perlahan
terjadi perburukan gejala klinis.

• Pemeriksaan fisis ditemukan bervariasi


sesuai dengan penyakit sekunder yang
mendasarinya.

• Demam dapat terjadi pada 60-90%


• Suhu yang lebih tinggi (>38,50C) terjadi
pada infeksi  gingival.

• Suara napas menurun karena terdapat


konsolidasi dan ditemukan suara napas
bronkial serta ronki saat inspirasi dan
redup pada perkusi

1. Pyogenic bacterial pneumonia and lung abscess. In: Murray JF


2. Fishman JA. 2008
• Suara napas amforik dapat ditemukan
bila terdapat kavitas.

• Sebanyak 20% kasus ditemukan jari


tabuh, efusi pleura dan kaheksia.

• laboratorium ditemukan leukositosis,


peningkatan LED

• Pemeriksaan sputum dapat dilakukan


dengan pewarnaan gram, pewarnaan
khusus BTA dan jamur, kultur.
1. Fishman JA. 2008
2. Aspiration pneumonia, lipoid pneumonia and lung abscess. In: Baum GL,
• Pemeriksaan sputum umumnya tidak
banyak membantu u bakteri anaerob

tetapi dapat membantu menyingkirkan


penyebab lain (TB dan bakteri aerob)

 meskipun demikian sputum purulen dan


berbau busuk mengandung bakteri gram
positif dan negatif membantu kecurigaan
abses paru disebabkan kuman anaerob.

Pyogenic bacterial pneumonia and lung abscess. In: Murray JF


• Gambaran foto toraks pada awal abses
paru tidak menunjukan patognomonik

• Diperlukan foto toraks serial untuk


mengetahui perkembangan pneumonia
menjadi necrotizing pneumonia dan
abses paru dengan kavitas.

• Gambaran kavitas terlihat mempunyai


dinding utuh yang mengelilingi daerah
lusen atau air-fluid level

Paed Respir Rev 2007


• Gambaran air-fluid level hanya akan
terlihat pada posisi tegak atau lateral
decubitus tetapi bila terdapat penebalan
pleura, atelektasis atau pneumotoraks,
gambaran air-fluid level tersebut akan
sulit terlihat

Paed Respir Rev 2007


• Empiema dapat terjadi bila abses paru
pecah ke dalam rongga pleura.

• CT-scan toraks dapat digunakan untuk


mengetahui ukuran dan lokasi abses
pada dinding dada dan bronkus,
mengevaluasi ketebalan dan keteraturan
dinding abses dalam daerah konsolidasi,
menentukan perluasan keterlibatan
bronkus proksimal atau distal terhadap
terjadinya abses.

Lung abscesses and pleural abscesses. In: Sopirala MM,. 2010


• Gambaran CT-scan toraks abses paru
yang seringkali berupa lesi radiolusen
bulat dengan dinding tebal dan tepi
ireguler serta berlokasi dalam parenkim
paru tanpa disertai kompresi paru

Lung abscess and other subacute pulmonary infections. In: Niederman MS,. 2001
DIAGNOSIS BANDING

• Diagnosis berdasarkan etiologinya, yaitu


infeksi dan non-infeksi.

Infeksi disebabkan oleh kuman anaerob,


TB, histoplasmosis, aspergilosis,
Staphylococcus aureus, Atreptococcus
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,
Pneumocystis carinii dan bula terinfeksi.
Non-infeksi disebabkan oleh infark
paru, kanker paru, metastasis, penyakit
Hodgkin’s, granulomatosis Wegener’s,
sarkoidosis dan rheumatoid arthritis
dengan necrobiotic nodule.

TB, infeksi jamur, dan BE


memperlihatkan proses patologik yang
mirip dengan abses paru walaupun
jarang ditemukan air-fluid level.

. Pyogenic bacterial pneumonia and lung abscess. In: Murray JF,. 2010
• Pemeriksaan sputum BTA, kultur dan
resistensi kuman dapat membedakan
antara TB dan abses paru

• Sedangkan infeksi jamur dapat


ditemukan gambaran fungus ball pada
pemeriksaan foto toraks dan CT-scan
toraks

Lung abscess. In: Gibson GJ. 2003


Kanker paru jenis karsinoma sel
skuamosa dapat memperlihatkan lesi
dengan kavitas yang terkadang sulit
dibedakan dengan abses paru.

Dinding lesi carcinomatous abscess terdiri


dari tumor dan bukan jaringan granulasi,
lebih tebal, tidak teratur serta tidak respons
terhadap terapi antibiotik
Selain itu sputum yang tidak berbau,
tidak respons antibiotik dan tidak
terdapat demam mungkin dapat
membantu membedakan hal di atas.

Empiema terlokalisir atau interlobar


dapat menunjukkan gambaran mirip
abses paru. Pada pemeriksaan CT-scan
toraks didapatkan gambaran abses paru
dengan dinding kaviti yang tebal dan
iregular tanpa penekanan atau kompresi
bagian paru lain.
PENATALAKSANAAN

1. Antibiotik
2. Fisioterapi
3. Penyaliran perkutan
4. Penyaliran dengan endoskopi
5. Bronkoskopi
6. Pembedahan
Antibiotik
• Sebelum era antibiotik terdiri dari tiga
modalitas terapi yaitu suportif, penyaliran
postural dengan atau tanpa bronkoskopi dan
pembedahan.

• Ketiga modalitas tersebut mempunyai angka


mortalitas yang sama yaitu 30%-35% .

• Sejak antibiotik diperkenalkan sebagai terapi


utama angka mortalitas menurun hingga 5%-
10%.
• Penatalaksanaan abses paru saat ini
adalah pemberian antibiotik yang tepat,
fisioterapi dengan penyaliran postural.

• Tindakan bedah dilakukan pada kasus


tidak respons terhadap antibiotik,
keganasan dengan atau tanpa komplikasi
seperti hemoptisis dan empiema.

Aspiration pneumonia, lipoid pneumonia and lung abscess. In: Baum GL, J. 2003
• Antibiotik parenteral secara empirik
harus dimulai saat diagnosis abses paru
ditegakka,terutama ditujukan untuk
melawan bakteri anaerob dan golongan
Streptococcus milleri sebagai penyebab
terbesar abses paru.

• Selain pemberian antibiotik yang tepat,


jangka waktu pemberian antibiotik juga
dijadikan pertimbangan

• Antibiotik diberikan kurang lebih 6-8


minggu.
Clin Inf Dis 2005
• Penisilin merupakan antibiotik pilihan utama
abses paru pada 1960-1970.

• Peningkatan resistensi terhadap penisilin


membutuhkan kombinasi antibiotik
metronidazol yang efektif melawan bakteri
anaerob Gram negatif termasuk Bacteriodes
fragilis dan Clostridia.

• Pemberian penisilin dengan dosis 12-18 juta


unit per hari IV kombinasi dengan
metronidazol 2 gram perhari dibagi dalam 4
dosis.

Aspiration pneumonia, lipoid pneumonia and lung abscess. In: Baum GL, .2003
• Metronidazol tidak dianjurkan sebagai
terapi tunggal karena dilaporkan
menyebabkan angka kegagalan terapi
43%.

• Klindamisin sebagai alternatif pada alergi


penisilin. Antibiotik ini menunjukkan efek
lebih baik dibandingkan penisilin dan
aktif melawan bakteri anaerob yang
memproduksi -laktamase (Bacteriodes,
Fusobacterium)

Paed Respir Rev 2007


• Klindamisin juga menunjukkan hasil klinis yang
lebih baik dibandingkan penisilin dalam hal
respons penderita, kecepatan resolusi, demam,
temuan radiologi dan kekambuhan setelah
terapi.

• Dosis klindamisin pada dewasa 600 mg


intravena 4 kali sehari selama 8 hari diikuti
terapi oral 150 mg- 300 mg 4 kali sehari.

Am J Therapeu 2014
• Sefoksitin dapat digunakan sebagai
alternatif bila terdapat infeksi
polimikroba atau Gram negatif yang
resisten penisilin.

• Pasien dengan respons buruk terhadap


terapi antibiotik perlu dipertimbangkan
penyebab lain misalnya obstruksi oleh
benda asing, keganasan, infeksi dengan
bakteri resisten, mikrobakteria dan
jamur.
• Keberhasilan terapi antibiotik juga
tergantung pada lama gejala dan ukuran
kavitas sebelum terapi.

• Beberapa peneliti merekomendasikan


pengobatan selama 3 minggu tergantung
perbaikan klinis.
Fisioterapi

• Latihan sistem pernapasan, batuk, perkusi


dada dan penyaliran postural.

• Membersihkan materi purulen sehingga


mengatasi gejala dan memperbaiki
pertukaran gas dengan teknik pengaturan
napas.

• Penyaliran postural biasanya dimulai satu


kali sehari dan ditingkatkan dua hingga tiga
kali sehari.

Lung abscess and other subacute pulmonary infections. In: Niederman MS, 2001
Penyaliran Perkutan (Percutaneus
drainage)

• Menggunakan kateter French-10 dilakukan


bila tidak berhasil dengan terapi medis
adekuat.

• Tindakan ini dilakukan pada 10-15%


penderita yang tidak memberikan respons
terhadap terapi konservatif.

• Prosedur tersebut lebih mudah dilakukan


bila lokasi abses terletak perifer.
Clin Infec Dis 2005
• Penyaliran dengan endoskopi

• Dilakukan pada kasus abses paru


yang tidak berhasil dengan terapi
antibiotik dan penyaliran postural.

• Dilakukan jika didapatkan


hubungan antara cabang bronkus
dengan abses secara visual.

Chest 2005
• Penyaliran dilakukan dengan cara
menggunakan fiberoptic bronchoscopy
(FOB) melalui hidung dipandu dengan
fluoroskopi, kawat pemandu dimasukan
ke dalam kavitas melalui FOB

• Setelah kawat pemandu dipastikan


masuk kedalam kavitas maka
bronkoskopi ditarik sedangkan kawat
pemandu ditinggal.
• Pigtail catheter dimasukkkan melalui
kawat pemandu kemudian kontras
disemprotkan melalui pigtail catheter
diikuti penarikan kawat pemandu
setelah itu kateter difiksasi ke hidung.

• Abses paru kemudian dibilas dengan


antibiotik didalam larutan garam
fisiologis 2 kali sehari.

• Pada kasus yang disebabkan oleh jamur


diberikan anti jamur dalam 20 cc larutan
garam fisiologis 1 kali sehari.
Bronkoskopi

• Terapi alternatif pada pasien dengan


gambaran klinis tidak khas atau terdapat
kecurigaan keganasan yang
mendasarinya, aspirasi atau obstruksi
benda asing.

• Bronkoskopi terapeutik dapat


dibutuhkan untuk membuang sekret
yang tetap ada pada pasien dengan
fisioterapi dada yang tidak adekuat.

Lung abscess and other subacute pulmonary infections. In: Niederman MS, 2001
• Bronkoskopi memfasilitasi penyaliran
abses dengan cara aspirasi pada bagian
bronkus yang tepat melalui alat
bronkoskopi atau yang disebut
penyaliran transbronkial.

• Prosedur penyaliran transbronkial


dengan menggunakan kateter dapat
dipandu dengan CT-scan toraks dan
dipantau dengan fluoroskopi.
Pembedahan

• Intervensi bedah berupa reseksi segmen


paru nekrotik atau lobektomi pada abses >
6 cm, hemoptisis masif, empiema,
obstruksi bronkial, fistel bronkopleural,
kecurigaan kanker secara klinis, obstruksi
benda asing

• kegagalan terapi medis setelah 4-6


minggu atau terdapatnya infeksi yang
berlangsung progresif.

Thorac Surg Clin 2012


• Pembedahan segera dibutuhkan pada
5% penderita yang tidak berespons
terhadap antibiotik atau batuk darah
lebih dari 500 mililiter.

• Torakotomi dan lobektomi juga


dilakukan pada kecurigaan abses dengan
karsinoma disertai kavitas. Tindakan
reseksi dianjurkan jika terdapat
obstruksi saluran napas dengan
keterbatasan tindakan penyaliran.

Aspiration pneumonia, lipoid pneumonia and lung abscess. In: Baum GL, 2003
PROGNOSIS
• Penatalaksanaan abses paru yang tepat
memberikan prognosis yang baik pada
90% penderita.

• Prognosis penderita abses paru


bergantung pada penyakit dasar, faktor
risiko dan kecepatan pemberian terapi
yang tepat.
• Prognosis buruk terdapat pada abses
dengan besar kavitas >6 cm, necrotizing
pneumonia, abses multipel, gangguan
imunitas, usia lanjut, berhubungan
dengan obstruksi bronkial dan
pneumonia bakteri aerobik.

• Rerata mortalitas abses paru karena


bakteri anaerobik <15%.

• Secara keseluruhan abses paru


mempunyai prognosis baik

Rev Port Pneumol 2009


KOMPLIKASI

• Infeksi dan abses paru berulang


• Pecahnya abses ke dalam rongga pleura
yang berakibat timbulnya empiema
• Fibrosis/perlekatan pleura
• Fistula bronkopleura atau fistula
pleurokutan.
• Penyebaran abses ke segmen paru lain
• Perdarahan
• ARDS
• Abses otak dilaporkan dapat terjadi pada
penderita abses paru yang tidak
memperoleh terapi adekuat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai